"Halo, ini siapa ya?"Shiren meradang mendengar pertanyaan dari seorang wanita di seberang sana. Dia menelepon Nicholas, kenapa bukan suara pria itu yang dia dengar?Ponsel Shiren pun berakhir hancur di lantai kamar, dia merasa sangat kecewa dan terluka. "Kamu pergi begitu saja karena seorang wanita?" Tubuh Shiren bergetar kuat menahan tangis, dia sudah berjanji tidak akan menangisi pria brengsek siapa pun itu. Baginya, Nicholas tak berbeda jauh dengan Jovan. Mereka sama-sama berlagak baik padanya, namun di belakang, ya ... seperti itu.Lagi-lagi Shiren dibuat patah hati. Wanita itu bingung ingin melampiaskan rasa sakit hatinya pada apa. Pikirannya pun langsung tertuju pada sebuah tempat yang sudah lama tidak dia kunjungi. Tempat terlarang yang sedari dulu dilarang oleh keluarganya atau pun Jovan. "Dasar para pria tidak tahu diri!"Shiren bergegas berganti pakaian menggunakan pakaian yang lebih pas. Ya, ini hidupnya. Dia akan mencari kebahagiaannya sendiri tanpa bergantung pada pri
Awalnya Nicholas hanya ingin membungkam. Namun tidak disangka jika Shiren mengganas. Kedua lengan Shiren mengalung pada lehernya, menekan tengkuk sehingga ciuman itu semakin dalam. Beberapa detik membiarkan Shiren mendominasi, Nicholas akhirnya mengambil alih permainan. Wanita satu ini harus diberi pelajaran. Napas keduanya terengah-engah setelah tautan itu terputus. Kedua bola mata Shiren menatap nanar sosok yang ada di depannya. Dia sangat kecewa pada sosok ini."Kenapa kamu pergi begitu saja? Kamu tidak memikirkan perasaanku. Aku khawatir, aku tidak bisa tenang selama kamu tidak ada. Kamu ke mana? Kenapa tadi teleponku yang mengangkat seorang wanita?" tanya Shiren dengan air mata yang mulai bercucuran. Nicholas tak menjawab, dia justru mengecup cukup lama dahi Shiren. Kedua mata Shiren sampai terpejam menikmati hangat bibir Nicholas menyentuh dahinya. Dia seperti berada di alam mimpi."Nanti kujelaskan di rumah. Sekarang kita pulang, ya? Ibu bisa marah jika tahu kamu pergi ke te
Shiren pada akhirnya hanya bisa pasrah dalam kendali Nicholas. Sekuat apapun dia memimpin, tenaganya tidak akan sebanding dengan hasrat suaminya."Kamu yang meminta ini, Sayang. Jangan salahkan aku jika kita tidak akan berhenti," ujar Nicholas di tengah penyatuan mereka. Entah sudah berapa kali mereka melakukan hal ini dalam satu malam, namun Nicholas maupun Shiren sama-sama tidak bisa berhenti. Kadang Shiren memuja, kadang juga nencaci. "Ah, kamu tidak boleh bersama wanita lain—Ahh!" Shiren terpekik ketika tubuhnya dibalik dengan mudah. Dia yang semula pasrah berada di bawah Nicholas menjadi di atasnya. Milik mereka pun masih menyatu menyalurkan rasa yang tidak pernah mereka rasakan sebelumnya."A-aku lelah," celetuk Shiren. Dia tidak sanggup lagi jika harus bergerak. Nicholas tertawa kecil mendengarnya. Padahal, 2 jam yang lalu Shiren sangat buas dan ganas. Kini, Shiren tampak layu, dia hanya bisa pasrah ketika tubuhnya dibaringkan dan dibuat miring membelakangi Nicholas. "Ughh.
Shiren terus memandangi seorang pria yang masih terlelap di sampingnya. Pria yang bisa mengambil kegadisannya. Shiren senang pria ini kembali. Namun, dia tentu tidak terima ditinggal begitu saja oleh Nicholas kemarin."Aku harus menyesal atau senang?" tanya Shiren pada Nicholas yang masih asyik terlelap.Meskipun suara Shiren nyaris berbisik, tetap saja terdengar oleh pendengaran Nicholas yang sangat tajam. Ketika matanya hampir terbuka, Shiren dengan cepat memposisikan diri untuk membelakangi Nicholas. Ya, dia marah pada pria ini!Lamat-lamat Nicholas terbangun dengan mata yang masih cukup sayu. Dia menoleh ke samping, pada tempat di mana Shiren meringkuk membelakanginya. Nicholas memberanikan diri mendekat, dia memeluk wanita itu dari belakang. Melingkarkan kedua lengannya pada pinggang ramping Shiren. "Kamu menyesal?" tanya Nicholas tepat di belakang daun telinga Shiren. Hal ini tentu saja membuat tubuh Shiren kembali meremang. Aroma maskulin Nicholas juga membuatnya hampir hilan
"Kamu apakan milikku, hah?! Sakit sekali ...," rengek Shiren seraya memukul-mukul tempat tidur di sampingnya. Bahkan hanya ingin turun dari ranjang pun Shiren tidak bisa.Nicholas menggeleng pelan melihat tingkah Shiren. Apakah wanita ini mengalami hilang ingatan? Pikirnya.Nicholas mau tak mau bangun, dia segera membantu Shiren turun. Awalnya Nicholas ingin membantu sampai Shiren masuk ke dalam kamar mandi, namun dengan sombongnya wanita itu menolak."Lepaskan aku! Aku bisa berjalan sendiri!" Shiren menyingkirkan kedua lengan Nicholas yang sedari tadi menjaganya agar tidak jatuh. Nicholas pun patuh, dia membiarkan Shiren berjalan sendiri.Baru beberapa langkah, Shiren nyaris tersungkur ke lantai jika tidak ditahan kembali oleh Nicholas. "Inilah akibat dari keras kepala!" omel Nicholas seraya menggendong tubuh Shiren ala pengantin baru. Wanita itu pun diam, dia lumayan malu juga.Setelah menaruh Shiren di kamar mandi miliknya, Nicholas kembali duduk di atas kasur untuk berpikir. Saat
"Cara jalanmu kenapa berbeda, Shiren?" tanya Belinda melihat cara berjalan Shiren yang cukup mengkhawatirkan. Diam-diam Shiren berdecak kesal, padahal dia orang terakhir yang pergi setelah perkumpulan tadi. Dia sudah merencanakan datang paling awal dan pergi paling terakhir agar dirinya tetap aman. "Sewaktu Nicholas menjemputku di bar, aku sempat meronta, Bu. Beginilah hasilnya, kakiku sempat terkilir membuatku sulit berjalan dengan baik," jawab Shiren berbohong. Ah, dia tidak sanggup menceritakan pada siapapun jika kegadisannya sudah terenggut.Semaksimal mungkin Belinda mencoba percaya, dia pun kembali meninggalkan Shiren. Shiren akhirnya bisa bernapas lega, dia akui dirinya sangat pandai bersandiwara. "Kepergok ibu, heh?" tanya Nicholas membuat Shiren hampir melompat. Dia terkejut mendengar suara seorang pria yang tiba-tiba ada di sampingnya."Ck, kamu ini seperti setan! Tadi tidak ada, sekarang tiba-tiba muncul," gerutu Shiren seraya memegangi dadanya yang berdetak tak karuan.
Di hadapan Domenico, Nicholas tampak sangat serius berbicara dengan seorang wanita. Klien. Mereka duduk berdampingan, niatnya agar Nicholas lebih mudah menjelaskan kerja sama yang dia tawarkan. Namun, ide jahil tiba-tiba saja terlintas di kepala Domenico.Tanpa Nicholas atau pun klien wanita itu sadari, Domenico memotret keduanya dan mengirim foto itu pada Shiren. Dia ingin melihat bagaimana reaksi Shiren ketika dia pulang nanti.Setelah menjelaskan secara rinci bahan kerja sama mereka, Nicholas pun kembali menyerahkan percakapan pada Domenico. Klien wanita itu juga bersedia menerima yang pihak Domenico tawarkan. "Terima kasih atas penawaran yang sangat menarik ini, Tuan. Saya tertarik, dan saya menerima untuk bekerja sama dengan anda," ujar wanita itu sangat profesional. Domenico tersenyum puas. Tak lama, percakapan itu selesai dengan diakhiri jabatan tangan. Setelah ini Domenico dan Nicholas bersiap untuk pulang.Ponsel Domenico kini tak berhenti bergetar menandakan banyak pesan y
Shiren terengah ketika mulut Nicholas berhenti menjejali mulutnya. Dia hampir mati kehabisan napas!"Kamu ingin aku mati?!" sentak Shiren marah. Tapi dalam hati, dia sangat berbunga."Mulutmu sangat cerewet dan banyak memfitnah," balas Nicholas seraya mengusap pelan lelehan air liur di sudut bibir Shiren. Wanita itu semakin dibuat merona karenanya."Kamu harus menjelaskan siapa wanita itu padaku! Bisa-bisanya sudah beristri masih dekat-dekat dengan wanita lain," omel Shiren tiada habisnya. Nicholas memilih diam tak membalas, dia seger menuntun Shiren untuk duduk pada sofa, dia juga menyerahkan kepiting titipan wanita itu."Makanlah dulu, aku akan mandi dan ke sini lagi," ujar Nicholas seraya memberikan kepiting titipan Shiren. Setelahnya, Nicholas pun kembali keluar dari kamar Shiren dan tak lupa menguncinya. "Ahhh!! Bibirku bengkak!" pekik Shiren sambil menepuk-nepuk pipinya sendiri. Dia bingung harus marah atau senang. Shiren pun segera menikmati kepitingnya dengan sesekali terse
"Ohh, Sayang, kenapa kamu tidak menua sama sekali?" tanya Shiren dengan suara sensual saat merasakan badai kenikmatan yang tidak berkesudahan dari sang suami. Melihat bagaimana gagahnya pria ini memberikan sentuhan cinta yang tak pernah berubah dari awal mereka bersama. Nicholas mencecap habis seluruh rongga mulut Shiren seakan ingin menyatukan dua raga yang berbeda. Dan untuk yang ke sekian kalinya, mereka menikmati puncak kenikmatan bersamaan dengan rasa cinta yang semakin meluap.Nicholas ambruk di samping sang istri, memandang penuh bahagia pada seorang wanita yang sangat berarti di hidupnya."Harusnya aku yang bertanya seperti itu, Shiren. Kamu seperti vampir yang tidak pernah tua. Wajahmu saat masih gadis masih bisa aku lihat sekarang," balas Nicholas tak kalah pandai memuja sang pujaan hati.Shiren semakin menempel pada Nicholas seraya terkikik geli, dia naik ke atas perut Nicholas lalu berbaring di sana. "Andai aku bisa hamil lagi, aku rindu saat-saat mengandung dan dimanja
Nicholas memandang haru foto keempat anaknya yang tumbuh dengan sangat baik. Putri bungsunya bahkan sudah besar dan kini sudah memasuki sekolah menengah atas, tiga kakaknya yang lain sudah lulus dari perguruan tinggi dan sibuk dengan cita-cita mereka masing-masing.Nicholas tidak pernah terpikirkan sanggup menjalani kehidupan selama ini setelah berbagai macam badai yang dia lewati. Tentunya, bersama Shiren dia sanggup melewati segala hal."Melamun lagi? Agaknya lebih baik kita pergi berkencan daripada bosan di rumah. Ayo, aku sudah pesan tempat," celetuk Shiren membubarkan lamunan Nicholas.Ditariknya pinggang Shiren dengan lembut sampai tubuh itu jatuh dalam pangkuan Nicholas. Shiren hanya bisa diam dan menikmati rengkuhan hangat dari sang suami."Aku sangat mencintaimu, Shiren. Kamu segalanya untukku," lirih Nicholas tampak berhenti membelai lembut tubuh sang istri. "Aku juga. Aku juga sangat sangat mencintaimu," balas Shiren tak kalah lembut. Semakin tua Nicholas semakin manja dan
"Nicholas, Shiren jatuh!"Tiga kata keramat itu berhasil membuat nyawa Nicholas hampir lepas dari tempatnya. Kandungan Shiren sangat lemah, dan beberapa hari yang lalu dokter sempat berkata padanya kalau Shiren tidak boleh jatuh-jatuh lagi atau akibatnya sangat fatal. Dan saat ini, hal yang sama terulang kembali."Shiren, jangan tidur! Tatap mataku dan jangan pernah tidur! Lihat aku lihat aku, kamu pasti baik-baik saja, kamu dan anak kita pasti selamat. Jangan tutup matamu, Sayang, aku mohon. Katakan apapun yang kamu rasa dan jangan pernah tidur!" Nicholas terus mengoceh dengan kedua kaki terus melangkah membawa istrinya keluar dari rumah. Dan saat masuk ke dalam mobil, Shiren hampir-hampir hilang kesadaran kalau Nicholas tidak semakin kuat berteriak."Shiren, ingat anak-anak dan aku, Sayang. Kamu tidak boleh seperti ini, kamu harus sembuh dan jangan pernah berniat meninggalkan kami. Lihat aku, kamu kuat dan harus bisa bertahan seperti apapun sulitnya. Aku mohon jangan tidur," pinta N
Sepasang suami istri yang sedang berbuat mesum di salah satu gazebo pantai hampir saja terciduk oleh petugas keamanan. Beruntungnya mereka tidak sampai melepas pakaian dan dengan mudah menutupi inti diri agar tidak dilihat orang lain."Kami hanya duduk santai di sini, tidak macam-macam," ungkap Nicholas dengan raut wajah serius, berharap kalau dua petugas keamanan yang sedang menginterogasinya percaya."Baiklah, maafkan kami sudah mengganggu waktu Tuan dan Nyonya, mungkin tadi hanya perasaanku saja seperti mendengar suara-suara aneh. Di pantai daerah ini memang tidak boleh macam-macam, kami bukan budaya yang bebas," jelas salah satu dari mereka. Setelah tak ada lagi salah paham, mereka pun pergi."Astaga ... aku benar-benar malu! Bagaimana bisa kita hampir terciduk? Idemu sangat buruk," gerutu Shiren kesal luar biasa pada suaminya. Dia sudah tiga kali menolak ide gila Nicholas, namun pria ini tetap memaksa. Alhasil, hampir saja kelakuan buruk mereka diketahui oleh orang lain."Maafka
Anak-anak di rumah tak kalah antusias dari orang tuanya yang sedang pergi berlibur. Mereka juga diajak pergi oleh Cassie dan Robert setiap pulang sekolah dan selalu pulang malam. Meskipun lelah menghadapi tiga cucunya yang sangat aktif, tapi Cassie dan Robert sangat senang. Mereka sangat puas bermain dengan anak-anak."Nenek, kami dan ayah lebih nakal siapa? Kata ayah, kami tidak nakal dan sangat baik seperti ayah kecil. Memangnya ayah tidak nakal? Aku tidak percaya sebenarnya," ujar Bernard mengungkapkan rasa penasarannya selama ini. Sudah cukup lama dia ingin bertanya namun baru ingat lagi sekarang.Cassie dan Robert sontak saling bertukar tatapan, Robert hanya bisa mengendikkan bahu dan menyerahkan urusan anak-anak pada Cassie. Robert pergi mencari angin di luar."Tentu saja, ayah kalian sangat baik dan tidak nakal. Maka dari itu kalian pun menjadi anak-anak yang tak beda jauh dengan ayah sewaktu kecil. Tapi tetap saja, mengurus tiga anak sekaligus tentu lebih melelahkan. Maka dari
Selesai bercinta yang sangat membara, Shirren kembali diserang rasa lapar luar biasa. Namun sebelum keluar dari kamar, dia tak lupa untuk mengenakan pakaian tertutup dari leher sampai ujung kaki. Jangan sampai ada orang lain yang melihat motif polkadot di tubuhnya. "Anna, tolong buatkan paella dan churos, ya? Ah iya, buatkan juga espreso dan jus mangga," pinta Shiren pada pramugari yang melayani. Wanita bernama Anna itu langsung mengiyakan dan cepat-cepat pergi.Shiren tak langsung kembali ke kamar, dia berkeliling sebentar di dalam pesawat pribadi ini yang sangat luas dan nyaman. Sofa-sofa berbulu halus dan empuk itu berhasil mencuri perhatian Shiren."Ah ... pinggangku, sofa ini nyaman sekali," gumam Shiren setelah berhasil menemukan posisi nyaman di sofa tunggal yang sangat nyaman. Dia hampir tertidur jika Anna tidak datang membawa pesanan yang dia inginkan."Yang espreso tolong berikan pada suamiku." Anna lagi-lagi mengangguk patuh sambil menaruh paella, churos dan jus mangga yan
"Tidak akan kumaafkan." Tiga kalimat yang Nicholas lontarkan berhasil membuat Shiren menahan napas, memandang Nicholas dengan tatapan tak percaya. Shiren menarik sebelah lengan Nicholas untuk dia peluk, dengan mudah dia kembali merengek sambil mengusal-usalkan tubuhnya pada Nicholas seperti anak kucing."Janganlah begitu ... kamu bukan tipe suami tanpa maaf untuk istri, aku tahu itu. Aku sangat sangat meminta maaf padamu, Suamiku. Tolong maafkan aku." Shiren terus merengek dan tak peduli pada pramugari dan pramugara yang berlalu lalang di sekitarnya. "Tapi aku belum mau memaafkanmu, bagaimana? Aku juga sakit hati dituduh yang tidak-tidak dan terus dimarahi sepanjang jalan," balas Nicholas semakin membuat Shiren kelabakan. Meskipun sang suami tidak acuh dan tidak jahat padanya, tetapi selagi maaf belum dia dapatkan, rasanya tidak akan pernah ada ketenangan."Kapan kamu mau memaafkanku memangnya? Apakah ada satu syarat yang perlu aku lakukan agar kamu mau memaafkanku?" tanya Shiren l
Pihak keamanan restoran sangat pusing melayani nyonya Leonard yang menyebalkan, berulang kali melihat rekaman yang dia mau namun masih belum percaya juga."Kamu tidak disuap oleh suamiku, kan? Berapa banyak uang yang dia berikan untuk mengedit video sebenarnya? Akan kubayar sepuluh kali lipat asal kamu beri tahu aku yang asli, bagaimana?" tawar Shiren yang masih yakin suaminya ini berbohong.Dari rekaman yang dia lihat, memang Nicholas dan Lea sempat bersentuhan secara tidak sengaja. Tapi, rasanya dia masih belum yakin. Di pojok ruangan Nicholas hanya bisa diam menyaksikan bagaimana petugas keamanan bagian memantau cctv melayani istrinya. Dari raut wajahnya Nicholas sudah bisa menebak kalau petugas itu sudah sangat lelah. "Demi Tuhan aku tidak berbohong, Nyonya. Kami tidak pernah merekayasa rekaman-rekaman seperti ini karena sangat rumit dan bisa membuat sistem berubah-ubah. Dan juga tuan Nicholas tidak pernah menyuapku, kami saja bertemu baru kali ini," jelas petugas itu entah untu
"Heh! Kamu cari kesempatan ya?!" Nicholas reflek mendorong tubuh Lea yang semula menempel pada tubuhnya. Heels yang Lea kenakan terlalu tinggi, alhasil salah sedikit saja dia hampir jatuh.Lea hampir jatuh untuk yang kedua kalinya jika tidak ditolong oleh sopir Nicholas. Setelah bisa berdiri dengan benar, barulah Lea membalas Nicholas yang seenak hati menuduhnya."Kamu pikir aku mau menempel padamu seperti tadi? Kalau bisa, pantatku yang cantik ini lebih baik menyentuh lantai daripada menyentuhmu. Dasar pria aneh!" cecar Lea menatap marah pada Nicholas yang menurutnya sangat sembarangan. Nicholas menghela napas pelan dan memilih diam, sebenarnya tadi dia hanya terkejut. Rasanya sangat tidak nyaman saat tubuh wanita lain menyentuh dirinya. Padahal, dia tahu sendiri kalau tadi Lea benar-benar jatuh dan tidak sengaja."Baiklah, aku minta maaf. Terima kasih atas waktu dan penjelasanmu malam ini," putus Nicholas sebelum masuk ke dalam mobil miliknya. Lea hanya mengangguk singkat dan dia