"Akh, kepalaku pusing sekali," gumam Shiren seraya berpindah posisi menjadi duduk. Dia baru saja terbangun setelah menyusui ketiga bayinya yang kini masih tampak pulas.
Shiren menempelkan punggung tangannya pada dahi, memeriksa apakah dia demam atau tidak. Dan ya ... benar dugaannya."Ck, Cleve baru saja membaik, Shiren! Kenapa sekarang malah kamu yang tertular?!" gerutu Shiren pada dirinya sendiri.Karena tidak mau demamnya semakin parah dan merepotkan, Shiren bergerak cepat untuk makan dan minum obat. Saat ini suaminya masih bekerja, mungkin kalau ada Nicholas, pria itulah yang merawatnya.Tepat ketika Shiren hendak kembali beristirahat setelah memanggil para asisten untuk menjaga bayi ABC, ponselnya berbunyi mendapat panggilan video dari sang suami. Cepat-cepat Shiren menggeser ikon berwarna hijau pada layar ponsel sampai wajah tampan Nicholas memenuhi layar ponselnya."Kamu baik-baik saja?" tanya Nicholas dengan tatapan serius. DiaKali ini, Nicholas semakin dibuat penasaran oleh sosok yang selalu muncul di sekitarnya. Sosok yang menurutnya tak asing, tapi lupa-lupa ingat siapa dia. Saat ini, Nicholas sedang mengajak istri serta anaknya mendatangi salah satu taman di kota mereka, meminta pada pihak pengurus taman untuk membatasi jumlah pengunjung karena Nicholas tidak mau keluarganya kurang nyaman. "Tadi di jalan kamu memerhatikan siapa? Aku bertanya pun tidak kamu jawab," ucap Shiren merasa heran. Dia sebenarnya tidak mau mengungkit hal kecil seperti ini, tetapi karena rasa penasaran, dia akhirnya bertanya juga.Nicholas menoleh pada sang istri, tersenyum sejenak lalu mengulurkan satu tangannya untuk membenarkan helaian rambut Shiren yang berantakan tertiup angin."Memerhatikan keadaan sekitar tentu saja. Membaca situasi sebisaku agar kita tetap aman. Memangnya kamu bertanya apa? Maafkan aku tidak mendengarkanmu dengan serius," ujar Nicholas lembut. Dia membawa kepala Shiren untuk
Dengan sedikit tertatih Shiren keluar dari kamar mandi, dia mendengus kesal melihat sang pembuat keonaran kembali terlelap dikelilingi bayi-bayi. "Astaga, sampai kapan tubuhku bisa terbiasa menghadapi Nicholas yang brutal?! Ya Tuhan, pinggangku sampai hampir patah!" gerutu Shiren sambil berjalan lagi memasuki ruang khusus berisi pakaian. Tepat pukul lima tadi, Shiren dibuat kesal karena tiba-tiba saja tubuhnya sudah dimasuki oleh sang suami. Berniat marah pun percuma karena semakin lama dia semakin menikmati juga. Alhasil, permainan singkat namun intens itu berhasil membuat Shiren kelabakan lagi. Tak lama, Shiren mendengar suara tangisan satu bayinya. Entah bayi yang mana namun berhasil membangunkan tidur lelap Nicholas. Nicholas segera memakai boxer yang tergeletak di lantai, bergegas menimang Bernard yang sedang menangis. "Anak Ayah yang tampan ini haus, ya? Ayo kita cari susu." Nicholas segera membuka persediaan ASI yang sudah Shiren kumpulkan di lemari khusus, hanya perlu di
Nicholas mengumpat dalam hati saat tubuhnya dilempar bagai seonggok mayat ke atas permukaan lantai usang. Di tempat yang remang-remang ini, Nicholas masih berusaha mengenali wajah dua orang pria yang membawanya ke tempat kumuh seperti ini. Sayang sekali, Nicholas tidak kenal dengan dua orang itu."Apakah tuan tidak meminta kita untuk bermain-main dengan pria ini sebentar? Ya ... selagi menunggu hari esok sebelum tuan datang," ujar salah satu dari mereka yang bertubuh lebih tinggi dari satunya lagi."Sayangnya tidak, malam ini kita hanya ditugaskan membawa dia." Pria yang lebih pendek itu menjawab sambil melenggang pergi. Alhasil, mereka berdua meninggalkan Nicholas dalam ruangan kumuh, pengap, dingin dengan keadaan terikat seperti ini.Dalam hati Nicholas berdoa agar masalah yang tidak jelas ini tidak mengikutsertakan keluarganya. Dia siap menghadapi apapun bahkan kematiannya sendiri tidak dia takuti, tapi kalau semua itu terjadi bisa menyakiti semua orang yang dia tinggalkan terutama
"Bagaimana kehidupanmu setelah kamu yakin aku tiada, Leonard? Ah, pasti sangat bahagia, ya? Kulihat kamu punya anak yang sangat lucu. Tiga sekaligus. Istri yang sangat cantik dan kamu terlihat benar-benar cinta mati padanya. Apa semua itu sudah membuatmu merasa puas?"Nicholas hanya bisa diam menyimak, memandang murka sosok yang beberapa hari ini sering muncul di sekitarnya dengan penampilan sedikit berubah dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Sosok yang sudah dipastikan mati tapi ternyata kini masih ada di depannya.Melihat Nicholas tidak bisa melalukan apapun selain berkedip, Jack segera melepas penutup mulut Nicholas secara kasar sampai-sampai bibir Nicholas semakin terluka. "Kamu tidak pantas hidup, Jack. Pembunuh sepertimu seharusnya membusuk di neraka!" gertak Nicholas merasa marah luar biasa. Jack sontak tertawa terbahak-bahak, dia sampai memegangi perutnya yang terasa kaku menertawakan Nicholas. Setelah beberapa saat, tatapan Jack kembali serius untuk Nicholas."Pada kenya
Di atas ranjang rumah sakit, Shiren menangis hiteris sampai pingsan berkali-kali setelah mendapat kiriman foto dari seseorang yang membawa suaminya. Terlihat di sana Nicholas sedang diberi makan layaknya hewan jalanan, tubuh segagah itu diikat bagai kepompong dan dipaksa makan makanan khas hewan. Kini, hanya Belinda dan Domenico yang waras di antara semuanya. Cassie tak jauh berbeda dengan Shiren, dan Jasmine pun sudah dipisahkan sedari tadi oleh Domenico agar tidak tertular kekacauan. "Nyonya Cassie dan nyonya Shiren sepertinya harus diberikan obat penenang, Tuan. Kalau tidak seperti itu mereka pasti akan bertindak lebih parah," ucap Dokter pada Domenico. Dia memandang prihatin pada Shiren, tubuh wanita itu sampai memar-memar saking kuatnya mengamuk dan memaksa ingin pergi."Lakukan saja, Dok. Aku yakin ini semua tidak akan bertahan lama, Nicholas pasti bisa Robert selamatkan," jawab Domenico sedikit pasrah. Setelah mendapatkan izin, dokter i
Nicholas melenguh ketika tubuhnya diangkat cukup tergesa. Padahal, dia baru saja mencoba untuk tertidur. "Nicholas, ini aku, Jay."Nicholas yang semula pasrah kini terperanjat, dia sangat tidak menyangka yang sedang mengangkat tubuhnya saat ini adalah Jay dan satu lagi ... Robert?! Bukan suami Cassie, tapi Robert asistennya."Di mana ayah?" tanya Nicholas, dia tahu semua ini pasti berkat ayahnya. Jay dan Robert tidak menjawab, mereka sangat fokus memerhatikan langkah dan berusaha sembunyi-sembunti agar tidak ada satu pun orang yang tahu Nicholas telah mereka bawa. Nahasnya, Jay tidak sengaja menjatuhkan hiasan dinding yang sudah usang sampai menimbulkan bunyi yang nyaring. Mereka tentu saja dikepung oleh orang-orang Jack, bahkan Jack sendiri sangat terkejut Nicholas bisa keluar dan dibawa oleh adik ipar pria itu sendiri. "Kamu konyol sekali, Jay," gerutu Nicholas merasa kesal. Dia yang semula merasa lega karena bisa bebas kin
Shiren tidak bisa menunggu lagi, dia melompat dari tempat tidur dan berlari sekuat tenaga ketika tahu suaminya sudah datang. Sayangnya, Nicholas belum juga bisa memeluknya. Laki-laki itu hanya diam di atas brankar yang akan dipindahkan ke ruangan khusus."Awas! Aku mau melihat suamiku! Tubuhnya luka-luka, biar aku saja yang mengobati!" amuk Shiren ketika tubuhnya terpaksa ditahan oleh Domenico dan Jay agar berhenti menghalangi pergerakan dokter yang hendak membawa Nicholas."Biarkan dokter melakukan yang terbaik untuk suamimu, Shiren! Jangan mengacau kalau kamu benar-benar mencintai Nicholas!" tegas Jay seraya memeluk erat tubuh rapuh kakaknya. Bahkan belum genap dua hari Shiren hidup tanpa Nicholas, tubuh wanita ini terasa sangat kurus dan rapuh.Bentakan Jay pun berhasil membuat Shiren sadar akan tingkah bodohnya. Shiren diam, menatap sekitar dengan tatapan kosong. Dia ingat betul beberapa saat yang lalu netranya sempat melihat raga suaminya."Aku ingin melihat suamiku lagi," lirih
"Maaf maaf, aku menyakitimu, ya? Maafkan aku, aku benar-benar sangat ceroboh," ucap Shiren menyesal setengah mati setelah sadar sedari tadi dia mengganggu luka di bahu Nicholas. Dia langsung mengambil jarak dua langkah ke belakang karena sangat takut menyentuh suaminya.Cassie melakukan hal yang sama, dia juga ketakutan sama seperti Shiren. "Tidak apa-apa, ini sudah tidak sakit sama sekali. Ayo mendekat lagi, aku tahu kalian sangat rindu padaku, kan?" Nicholas berusaha menggapai tangan ibu dan istrinya untuk dia genggam. Meskipun sedikit kesulitan, tapi semua itu berhasil dia lakukan dengan baik. Mereka berdua akhirnya kembali mendekat dan memerhatikan Nicholas lebih baik lagi."Di mana ayah?" tanya Nicholas, sejujurnya sedari tadi dia mencari keberadaan pria itu."Ada, ayah dijaga Jay. Mau kupanggilkan?" tawar Shiren kembali semangat. Dia juga ingin melihat keadaan ayah mertuanya di ruangan sebelah."Nanti saja. Aku masih rindu kamu," jawab Nicholas seraya membawa punggung tangan S
"Ohh, Sayang, kenapa kamu tidak menua sama sekali?" tanya Shiren dengan suara sensual saat merasakan badai kenikmatan yang tidak berkesudahan dari sang suami. Melihat bagaimana gagahnya pria ini memberikan sentuhan cinta yang tak pernah berubah dari awal mereka bersama. Nicholas mencecap habis seluruh rongga mulut Shiren seakan ingin menyatukan dua raga yang berbeda. Dan untuk yang ke sekian kalinya, mereka menikmati puncak kenikmatan bersamaan dengan rasa cinta yang semakin meluap.Nicholas ambruk di samping sang istri, memandang penuh bahagia pada seorang wanita yang sangat berarti di hidupnya."Harusnya aku yang bertanya seperti itu, Shiren. Kamu seperti vampir yang tidak pernah tua. Wajahmu saat masih gadis masih bisa aku lihat sekarang," balas Nicholas tak kalah pandai memuja sang pujaan hati.Shiren semakin menempel pada Nicholas seraya terkikik geli, dia naik ke atas perut Nicholas lalu berbaring di sana. "Andai aku bisa hamil lagi, aku rindu saat-saat mengandung dan dimanja
Nicholas memandang haru foto keempat anaknya yang tumbuh dengan sangat baik. Putri bungsunya bahkan sudah besar dan kini sudah memasuki sekolah menengah atas, tiga kakaknya yang lain sudah lulus dari perguruan tinggi dan sibuk dengan cita-cita mereka masing-masing.Nicholas tidak pernah terpikirkan sanggup menjalani kehidupan selama ini setelah berbagai macam badai yang dia lewati. Tentunya, bersama Shiren dia sanggup melewati segala hal."Melamun lagi? Agaknya lebih baik kita pergi berkencan daripada bosan di rumah. Ayo, aku sudah pesan tempat," celetuk Shiren membubarkan lamunan Nicholas.Ditariknya pinggang Shiren dengan lembut sampai tubuh itu jatuh dalam pangkuan Nicholas. Shiren hanya bisa diam dan menikmati rengkuhan hangat dari sang suami."Aku sangat mencintaimu, Shiren. Kamu segalanya untukku," lirih Nicholas tampak berhenti membelai lembut tubuh sang istri. "Aku juga. Aku juga sangat sangat mencintaimu," balas Shiren tak kalah lembut. Semakin tua Nicholas semakin manja dan
"Nicholas, Shiren jatuh!"Tiga kata keramat itu berhasil membuat nyawa Nicholas hampir lepas dari tempatnya. Kandungan Shiren sangat lemah, dan beberapa hari yang lalu dokter sempat berkata padanya kalau Shiren tidak boleh jatuh-jatuh lagi atau akibatnya sangat fatal. Dan saat ini, hal yang sama terulang kembali."Shiren, jangan tidur! Tatap mataku dan jangan pernah tidur! Lihat aku lihat aku, kamu pasti baik-baik saja, kamu dan anak kita pasti selamat. Jangan tutup matamu, Sayang, aku mohon. Katakan apapun yang kamu rasa dan jangan pernah tidur!" Nicholas terus mengoceh dengan kedua kaki terus melangkah membawa istrinya keluar dari rumah. Dan saat masuk ke dalam mobil, Shiren hampir-hampir hilang kesadaran kalau Nicholas tidak semakin kuat berteriak."Shiren, ingat anak-anak dan aku, Sayang. Kamu tidak boleh seperti ini, kamu harus sembuh dan jangan pernah berniat meninggalkan kami. Lihat aku, kamu kuat dan harus bisa bertahan seperti apapun sulitnya. Aku mohon jangan tidur," pinta N
Sepasang suami istri yang sedang berbuat mesum di salah satu gazebo pantai hampir saja terciduk oleh petugas keamanan. Beruntungnya mereka tidak sampai melepas pakaian dan dengan mudah menutupi inti diri agar tidak dilihat orang lain."Kami hanya duduk santai di sini, tidak macam-macam," ungkap Nicholas dengan raut wajah serius, berharap kalau dua petugas keamanan yang sedang menginterogasinya percaya."Baiklah, maafkan kami sudah mengganggu waktu Tuan dan Nyonya, mungkin tadi hanya perasaanku saja seperti mendengar suara-suara aneh. Di pantai daerah ini memang tidak boleh macam-macam, kami bukan budaya yang bebas," jelas salah satu dari mereka. Setelah tak ada lagi salah paham, mereka pun pergi."Astaga ... aku benar-benar malu! Bagaimana bisa kita hampir terciduk? Idemu sangat buruk," gerutu Shiren kesal luar biasa pada suaminya. Dia sudah tiga kali menolak ide gila Nicholas, namun pria ini tetap memaksa. Alhasil, hampir saja kelakuan buruk mereka diketahui oleh orang lain."Maafka
Anak-anak di rumah tak kalah antusias dari orang tuanya yang sedang pergi berlibur. Mereka juga diajak pergi oleh Cassie dan Robert setiap pulang sekolah dan selalu pulang malam. Meskipun lelah menghadapi tiga cucunya yang sangat aktif, tapi Cassie dan Robert sangat senang. Mereka sangat puas bermain dengan anak-anak."Nenek, kami dan ayah lebih nakal siapa? Kata ayah, kami tidak nakal dan sangat baik seperti ayah kecil. Memangnya ayah tidak nakal? Aku tidak percaya sebenarnya," ujar Bernard mengungkapkan rasa penasarannya selama ini. Sudah cukup lama dia ingin bertanya namun baru ingat lagi sekarang.Cassie dan Robert sontak saling bertukar tatapan, Robert hanya bisa mengendikkan bahu dan menyerahkan urusan anak-anak pada Cassie. Robert pergi mencari angin di luar."Tentu saja, ayah kalian sangat baik dan tidak nakal. Maka dari itu kalian pun menjadi anak-anak yang tak beda jauh dengan ayah sewaktu kecil. Tapi tetap saja, mengurus tiga anak sekaligus tentu lebih melelahkan. Maka dari
Selesai bercinta yang sangat membara, Shirren kembali diserang rasa lapar luar biasa. Namun sebelum keluar dari kamar, dia tak lupa untuk mengenakan pakaian tertutup dari leher sampai ujung kaki. Jangan sampai ada orang lain yang melihat motif polkadot di tubuhnya. "Anna, tolong buatkan paella dan churos, ya? Ah iya, buatkan juga espreso dan jus mangga," pinta Shiren pada pramugari yang melayani. Wanita bernama Anna itu langsung mengiyakan dan cepat-cepat pergi.Shiren tak langsung kembali ke kamar, dia berkeliling sebentar di dalam pesawat pribadi ini yang sangat luas dan nyaman. Sofa-sofa berbulu halus dan empuk itu berhasil mencuri perhatian Shiren."Ah ... pinggangku, sofa ini nyaman sekali," gumam Shiren setelah berhasil menemukan posisi nyaman di sofa tunggal yang sangat nyaman. Dia hampir tertidur jika Anna tidak datang membawa pesanan yang dia inginkan."Yang espreso tolong berikan pada suamiku." Anna lagi-lagi mengangguk patuh sambil menaruh paella, churos dan jus mangga yan
"Tidak akan kumaafkan." Tiga kalimat yang Nicholas lontarkan berhasil membuat Shiren menahan napas, memandang Nicholas dengan tatapan tak percaya. Shiren menarik sebelah lengan Nicholas untuk dia peluk, dengan mudah dia kembali merengek sambil mengusal-usalkan tubuhnya pada Nicholas seperti anak kucing."Janganlah begitu ... kamu bukan tipe suami tanpa maaf untuk istri, aku tahu itu. Aku sangat sangat meminta maaf padamu, Suamiku. Tolong maafkan aku." Shiren terus merengek dan tak peduli pada pramugari dan pramugara yang berlalu lalang di sekitarnya. "Tapi aku belum mau memaafkanmu, bagaimana? Aku juga sakit hati dituduh yang tidak-tidak dan terus dimarahi sepanjang jalan," balas Nicholas semakin membuat Shiren kelabakan. Meskipun sang suami tidak acuh dan tidak jahat padanya, tetapi selagi maaf belum dia dapatkan, rasanya tidak akan pernah ada ketenangan."Kapan kamu mau memaafkanku memangnya? Apakah ada satu syarat yang perlu aku lakukan agar kamu mau memaafkanku?" tanya Shiren l
Pihak keamanan restoran sangat pusing melayani nyonya Leonard yang menyebalkan, berulang kali melihat rekaman yang dia mau namun masih belum percaya juga."Kamu tidak disuap oleh suamiku, kan? Berapa banyak uang yang dia berikan untuk mengedit video sebenarnya? Akan kubayar sepuluh kali lipat asal kamu beri tahu aku yang asli, bagaimana?" tawar Shiren yang masih yakin suaminya ini berbohong.Dari rekaman yang dia lihat, memang Nicholas dan Lea sempat bersentuhan secara tidak sengaja. Tapi, rasanya dia masih belum yakin. Di pojok ruangan Nicholas hanya bisa diam menyaksikan bagaimana petugas keamanan bagian memantau cctv melayani istrinya. Dari raut wajahnya Nicholas sudah bisa menebak kalau petugas itu sudah sangat lelah. "Demi Tuhan aku tidak berbohong, Nyonya. Kami tidak pernah merekayasa rekaman-rekaman seperti ini karena sangat rumit dan bisa membuat sistem berubah-ubah. Dan juga tuan Nicholas tidak pernah menyuapku, kami saja bertemu baru kali ini," jelas petugas itu entah untu
"Heh! Kamu cari kesempatan ya?!" Nicholas reflek mendorong tubuh Lea yang semula menempel pada tubuhnya. Heels yang Lea kenakan terlalu tinggi, alhasil salah sedikit saja dia hampir jatuh.Lea hampir jatuh untuk yang kedua kalinya jika tidak ditolong oleh sopir Nicholas. Setelah bisa berdiri dengan benar, barulah Lea membalas Nicholas yang seenak hati menuduhnya."Kamu pikir aku mau menempel padamu seperti tadi? Kalau bisa, pantatku yang cantik ini lebih baik menyentuh lantai daripada menyentuhmu. Dasar pria aneh!" cecar Lea menatap marah pada Nicholas yang menurutnya sangat sembarangan. Nicholas menghela napas pelan dan memilih diam, sebenarnya tadi dia hanya terkejut. Rasanya sangat tidak nyaman saat tubuh wanita lain menyentuh dirinya. Padahal, dia tahu sendiri kalau tadi Lea benar-benar jatuh dan tidak sengaja."Baiklah, aku minta maaf. Terima kasih atas waktu dan penjelasanmu malam ini," putus Nicholas sebelum masuk ke dalam mobil miliknya. Lea hanya mengangguk singkat dan dia