"Maaf maaf, aku menyakitimu, ya? Maafkan aku, aku benar-benar sangat ceroboh," ucap Shiren menyesal setengah mati setelah sadar sedari tadi dia mengganggu luka di bahu Nicholas. Dia langsung mengambil jarak dua langkah ke belakang karena sangat takut menyentuh suaminya.Cassie melakukan hal yang sama, dia juga ketakutan sama seperti Shiren. "Tidak apa-apa, ini sudah tidak sakit sama sekali. Ayo mendekat lagi, aku tahu kalian sangat rindu padaku, kan?" Nicholas berusaha menggapai tangan ibu dan istrinya untuk dia genggam. Meskipun sedikit kesulitan, tapi semua itu berhasil dia lakukan dengan baik. Mereka berdua akhirnya kembali mendekat dan memerhatikan Nicholas lebih baik lagi."Di mana ayah?" tanya Nicholas, sejujurnya sedari tadi dia mencari keberadaan pria itu."Ada, ayah dijaga Jay. Mau kupanggilkan?" tawar Shiren kembali semangat. Dia juga ingin melihat keadaan ayah mertuanya di ruangan sebelah."Nanti saja. Aku masih rindu kamu," jawab Nicholas seraya membawa punggung tangan S
Tampaknya, kejadian buruk itu berhasil membuat Shiren sangat trauma. Shiren nyaris pingsan saat bangun tidur tidak mendapati Nicholas ada di sampingnya padahal pria itu hanya pergi ke dapur untuk mengambil air minum, Shiren benar-benar tidak bisa jauh dengan Nicholas. Berpisah beberapa detik saja Shiren sudah jatuh menangis histeris.“Kamu mau ikut?” tanya Nicholas pada Shiren yang sudah rapi menggunakan pakaian cukup sopan. Tentu bukan pakaian yang cocok jika digunakan di rumah saja.Shiren mengangguk pasti, dia menatap pria itu dengan tatapan penuh permohonan.“Ini hari pertamamu pergi bekerja lagi setelah cukup lama di rumah bersamaku, aku tidak bisa melepasmu dengan mudah, Nicholas. Beri aku waktu untuk bisa ikut denganmu ke manapun kamu pergi, aku masih takut.”Nicholas tersenyum kecil lalu membawa Shiren ke pelukan, mencium puncak kepala wanita itu berkali-kali guna menyalurkan kasih sayang yang dia miliki.“Tentu saja. Aku senang kamu mau ikut denganku. Ayo, kata Robert sebenta
Shiren pasrah saat tubuhnya digarap di atas meja kerja yang masih berantakan oleh dokumen pekerjaan. Berkali-kali dia meminta Nicholas untuk berhenti dan melanjutkan kegiatan ini di rumah saja namun tidak Nicholas hiraukan sedikit pun. Alhasil, Shiren hanya bisa pasrah dengan perasaan puas bukan main. Kini dia hanya perlu menunggu Nicholas selesai dan mereka akan langsung pulang.Beberapa saat kemudian, penantian Shiren akhirnya dibayar indah oleh puncak terakhir yang dia rasakan bersamaan dengan Nicholas. Saking lelahnya, Nicholas langsung membanting dirinya sendiri di atas kursi dan membiarkan Shiren tetap berbaring di atas meja dengan kedua kaki terbuka lebar. Menampilkan lembah basah yang senantiasa mengeluarkan cairan cinta mereka.“Kamu tidak berniat membantuku?” tanya Shiren sedikit ketus, dia kesal dibiarkan begitu saja tanpa dibantu turun dari meja apalagi dibantu ke kamar mandi.Dengan sisa-sisa tenaga yang dia miliki, Nicholas akhirnya mau membantu Shiren dan membiarkan wa
Malam hari, suhu tubuh Nichola tiba-tiba meninggi membuat Shiren kelimpungan sendiri. Semua orang tentu sudah tidur, hanya dia yang terbangun ketika mendengar suaminya menggigil."Nicholas, jangan buatku takut, kamu kenapa? Ayo bangun!" Shiren benar-benar panik, dia sudah mencoba mengompres dahi suaminya tapi tidak membuahkan hasil juga. Dengan gerakan secepat kilat Shiren membuka laci dan mengambil obat pereda demam, dia juga menghubungi dokternya sampai puluhan kali karena sudah pasti mereka sedang tidur saat ini."Ayo minum obat ini dulu, Sayang. Aku mohon bangun sebentar," pinta Shiren masih berusaha kuat untuk membangunkan Nicholas. Masalah Nicholas belum selesai, kini ketiga bayinya menangis, mungkin karena merasa terganggu oleh kepanikan ibunya. Shiren pun menyerah, dia ikut menangis dan memanggil semua orang yang ada di rumahnya untuk membantu. Tengah malam dingin seperti ini kamarnya kembali ramai."Sudah telepon dokter? Sepertinya Nicholas hanya demam karena infeksi di bah
Entah hanya modus atau memang benar adanya, pagi-pagi Nicholas meminta Shiren untuk melayaninya dengan alasan butuh keringat agar pulih lebih cepat. Tentu saja Shiren turuti, selain karena ingin suaminya cepat sembuh, dia juga sangat suka aktivitas ini. "Kamu terlihat semakin seksi, Sayang." Shiren merona saat pujian demi pujian keluar dari mulut Nicholas saat dia sedang sibuk bergerak. Tak hanya melalui ucapan, Nicholas juga memujanya dalam bentuk sentuhan yang teramat sangat romantis.Nicholas pasrah duduk bersandar menikmati semua layanan yang istrinya berikan. Mungkin kalau satu tangannya tidak diinfus, dia akan dengan senang hati mengambil alih tugas Shiren karena kelihatannya wanita ini mulai kelelahan."Ah, aku lelah," keluh Shiren mulai gemetar, dia belum berhenti tapi mulai mengeluh. "Tahan, sebentar lagi."Shiren bergerak semakin liar dan cepat, meskipun lelah dia semakin tertantang untuk menumbangkan suaminya. Pada hentakan terakhir, Nicholas pun selesai diiringi dengusa
Nicholas merasa, dunianya hancur saat itu juga. Saat tahu janin tak bersalah itu hadir di waktu yang salah dan hanya bertahan selama beberapa minggu. Bayangan saat Shiren kesakitan, darah yang tak henti keluar dari kemaluan wanita itu, juga rintihan yang semakin memperdalam luka."Maafkan aku ya Tuhan, tolong maafkan aku. A-aku tidak bermaksud membunuh anakku sendiri, aku benar-benar tidak tahu," rintih Nicholas memeluk lututnya sendiri di depan ruangan Shiren. Kata dokter Shiren sudah boleh dijenguk, tapi Nicholas belum juga sanggup. Cassie dan yang lain memandang iba pada Nicholas, kejadian yang tak pernah disangka ini tentu menjadi pukulan telak untuk Nicholas. Apalagi, saat itu mereka sedang memadu kasih, saat-saat yang tak pernah disangka bisa membunuh janin kecil yang tak berdosa."Tuan, Nyonya Shiren sudah sadar." Seorang perawat keluar dari ruangan Shiren dan memberitahu keadaan terbaru wanita itu pada suaminya.Nicholas menggeleng, menutup wajahnya sendiri menggunakan kedua
"Sudahlah, aku rindu suamiku yang ceria dan menyebalkan, sampai kapan kamu menangis seperti ini? Lihat anak-anak, mereka bisa lupa suara ayahnya, sudah dua hari mereka tidak diajak bermain olehmu. Kamu tidak bersalah, Sayang. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri."Dari kemarin Shiren sudah dipulangkan dan menjalankan perawatan di rumah, dia tidak bisa meninggalkan ketiga bayinya terlalu lama meskipun dijamin sangat aman bersama kakek neneknya. Dan dari kemarin pula, Shiren sangat sering memergoki suaminya yang sedang menangis sendirian. Seperti saat ini, Nicholas menangis di ruang kerja."Masalahnya, kamu pendarahan saat kita sedang nikmat-nikmatnya bercinta, Shiren. Aku seperti sengaja mengganggu dia sampai dia tidak kuat dan berakhir keguguran. Aku benar-benar merasa bersalah. Bagaimana mungkin naluriku tidak bisa merasakan bahwa saat itu kamu sedang mengandung benihku? Ah, aku sangat kecewa."Shiren hanya diam tanpa membalas apapun rengekan suaminya, dia memeluk pria itu seperti saa
Pelan sekali Nicholas memindahkan tubuh Shiren ke atas kasurnya yang empuk. Tadi, mereka sempat berbincang sejenak di ruang keluarga, membicarakan banyak hal yang menyenangkan sampai Shiren tertidur di dekapan suaminya."Semoga mimpi indah," ucap Nicholas seraya mengecup lembut dahi sang istri. Nicholas menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuh Shiren agar tidak kedinginan, tak lupa mengatur pencahayaan agar ketiga bayinya juga ikut nyaman. Memang sampai saat ini Nicholas maupun Shiren belum terpikirkan untuk menaruh ketiga anaknya di tempat tidur khusus mereka. Padahal, semua dekorasi lucu sudah terpasang di ruang sebelah."Kenapa kalian sangat cepat besar? Rasanya baru kemarin Ayah gemetar saat menggendong tubuh kalian yang masih merah dan sangat mungil. Sekarang, kalian sama-sama besar dan gemuk. Boleh Ayah gigit sedikit betis berdaging ini?"Cleve sedikit terusik ketika kakinya dipijat-pijat gemas oleh sang Ayah. Dia sudah memberi kode akan menangis jika Nicholas tidak juga be
"Ohh, Sayang, kenapa kamu tidak menua sama sekali?" tanya Shiren dengan suara sensual saat merasakan badai kenikmatan yang tidak berkesudahan dari sang suami. Melihat bagaimana gagahnya pria ini memberikan sentuhan cinta yang tak pernah berubah dari awal mereka bersama. Nicholas mencecap habis seluruh rongga mulut Shiren seakan ingin menyatukan dua raga yang berbeda. Dan untuk yang ke sekian kalinya, mereka menikmati puncak kenikmatan bersamaan dengan rasa cinta yang semakin meluap.Nicholas ambruk di samping sang istri, memandang penuh bahagia pada seorang wanita yang sangat berarti di hidupnya."Harusnya aku yang bertanya seperti itu, Shiren. Kamu seperti vampir yang tidak pernah tua. Wajahmu saat masih gadis masih bisa aku lihat sekarang," balas Nicholas tak kalah pandai memuja sang pujaan hati.Shiren semakin menempel pada Nicholas seraya terkikik geli, dia naik ke atas perut Nicholas lalu berbaring di sana. "Andai aku bisa hamil lagi, aku rindu saat-saat mengandung dan dimanja
Nicholas memandang haru foto keempat anaknya yang tumbuh dengan sangat baik. Putri bungsunya bahkan sudah besar dan kini sudah memasuki sekolah menengah atas, tiga kakaknya yang lain sudah lulus dari perguruan tinggi dan sibuk dengan cita-cita mereka masing-masing.Nicholas tidak pernah terpikirkan sanggup menjalani kehidupan selama ini setelah berbagai macam badai yang dia lewati. Tentunya, bersama Shiren dia sanggup melewati segala hal."Melamun lagi? Agaknya lebih baik kita pergi berkencan daripada bosan di rumah. Ayo, aku sudah pesan tempat," celetuk Shiren membubarkan lamunan Nicholas.Ditariknya pinggang Shiren dengan lembut sampai tubuh itu jatuh dalam pangkuan Nicholas. Shiren hanya bisa diam dan menikmati rengkuhan hangat dari sang suami."Aku sangat mencintaimu, Shiren. Kamu segalanya untukku," lirih Nicholas tampak berhenti membelai lembut tubuh sang istri. "Aku juga. Aku juga sangat sangat mencintaimu," balas Shiren tak kalah lembut. Semakin tua Nicholas semakin manja dan
"Nicholas, Shiren jatuh!"Tiga kata keramat itu berhasil membuat nyawa Nicholas hampir lepas dari tempatnya. Kandungan Shiren sangat lemah, dan beberapa hari yang lalu dokter sempat berkata padanya kalau Shiren tidak boleh jatuh-jatuh lagi atau akibatnya sangat fatal. Dan saat ini, hal yang sama terulang kembali."Shiren, jangan tidur! Tatap mataku dan jangan pernah tidur! Lihat aku lihat aku, kamu pasti baik-baik saja, kamu dan anak kita pasti selamat. Jangan tutup matamu, Sayang, aku mohon. Katakan apapun yang kamu rasa dan jangan pernah tidur!" Nicholas terus mengoceh dengan kedua kaki terus melangkah membawa istrinya keluar dari rumah. Dan saat masuk ke dalam mobil, Shiren hampir-hampir hilang kesadaran kalau Nicholas tidak semakin kuat berteriak."Shiren, ingat anak-anak dan aku, Sayang. Kamu tidak boleh seperti ini, kamu harus sembuh dan jangan pernah berniat meninggalkan kami. Lihat aku, kamu kuat dan harus bisa bertahan seperti apapun sulitnya. Aku mohon jangan tidur," pinta N
Sepasang suami istri yang sedang berbuat mesum di salah satu gazebo pantai hampir saja terciduk oleh petugas keamanan. Beruntungnya mereka tidak sampai melepas pakaian dan dengan mudah menutupi inti diri agar tidak dilihat orang lain."Kami hanya duduk santai di sini, tidak macam-macam," ungkap Nicholas dengan raut wajah serius, berharap kalau dua petugas keamanan yang sedang menginterogasinya percaya."Baiklah, maafkan kami sudah mengganggu waktu Tuan dan Nyonya, mungkin tadi hanya perasaanku saja seperti mendengar suara-suara aneh. Di pantai daerah ini memang tidak boleh macam-macam, kami bukan budaya yang bebas," jelas salah satu dari mereka. Setelah tak ada lagi salah paham, mereka pun pergi."Astaga ... aku benar-benar malu! Bagaimana bisa kita hampir terciduk? Idemu sangat buruk," gerutu Shiren kesal luar biasa pada suaminya. Dia sudah tiga kali menolak ide gila Nicholas, namun pria ini tetap memaksa. Alhasil, hampir saja kelakuan buruk mereka diketahui oleh orang lain."Maafka
Anak-anak di rumah tak kalah antusias dari orang tuanya yang sedang pergi berlibur. Mereka juga diajak pergi oleh Cassie dan Robert setiap pulang sekolah dan selalu pulang malam. Meskipun lelah menghadapi tiga cucunya yang sangat aktif, tapi Cassie dan Robert sangat senang. Mereka sangat puas bermain dengan anak-anak."Nenek, kami dan ayah lebih nakal siapa? Kata ayah, kami tidak nakal dan sangat baik seperti ayah kecil. Memangnya ayah tidak nakal? Aku tidak percaya sebenarnya," ujar Bernard mengungkapkan rasa penasarannya selama ini. Sudah cukup lama dia ingin bertanya namun baru ingat lagi sekarang.Cassie dan Robert sontak saling bertukar tatapan, Robert hanya bisa mengendikkan bahu dan menyerahkan urusan anak-anak pada Cassie. Robert pergi mencari angin di luar."Tentu saja, ayah kalian sangat baik dan tidak nakal. Maka dari itu kalian pun menjadi anak-anak yang tak beda jauh dengan ayah sewaktu kecil. Tapi tetap saja, mengurus tiga anak sekaligus tentu lebih melelahkan. Maka dari
Selesai bercinta yang sangat membara, Shirren kembali diserang rasa lapar luar biasa. Namun sebelum keluar dari kamar, dia tak lupa untuk mengenakan pakaian tertutup dari leher sampai ujung kaki. Jangan sampai ada orang lain yang melihat motif polkadot di tubuhnya. "Anna, tolong buatkan paella dan churos, ya? Ah iya, buatkan juga espreso dan jus mangga," pinta Shiren pada pramugari yang melayani. Wanita bernama Anna itu langsung mengiyakan dan cepat-cepat pergi.Shiren tak langsung kembali ke kamar, dia berkeliling sebentar di dalam pesawat pribadi ini yang sangat luas dan nyaman. Sofa-sofa berbulu halus dan empuk itu berhasil mencuri perhatian Shiren."Ah ... pinggangku, sofa ini nyaman sekali," gumam Shiren setelah berhasil menemukan posisi nyaman di sofa tunggal yang sangat nyaman. Dia hampir tertidur jika Anna tidak datang membawa pesanan yang dia inginkan."Yang espreso tolong berikan pada suamiku." Anna lagi-lagi mengangguk patuh sambil menaruh paella, churos dan jus mangga yan
"Tidak akan kumaafkan." Tiga kalimat yang Nicholas lontarkan berhasil membuat Shiren menahan napas, memandang Nicholas dengan tatapan tak percaya. Shiren menarik sebelah lengan Nicholas untuk dia peluk, dengan mudah dia kembali merengek sambil mengusal-usalkan tubuhnya pada Nicholas seperti anak kucing."Janganlah begitu ... kamu bukan tipe suami tanpa maaf untuk istri, aku tahu itu. Aku sangat sangat meminta maaf padamu, Suamiku. Tolong maafkan aku." Shiren terus merengek dan tak peduli pada pramugari dan pramugara yang berlalu lalang di sekitarnya. "Tapi aku belum mau memaafkanmu, bagaimana? Aku juga sakit hati dituduh yang tidak-tidak dan terus dimarahi sepanjang jalan," balas Nicholas semakin membuat Shiren kelabakan. Meskipun sang suami tidak acuh dan tidak jahat padanya, tetapi selagi maaf belum dia dapatkan, rasanya tidak akan pernah ada ketenangan."Kapan kamu mau memaafkanku memangnya? Apakah ada satu syarat yang perlu aku lakukan agar kamu mau memaafkanku?" tanya Shiren l
Pihak keamanan restoran sangat pusing melayani nyonya Leonard yang menyebalkan, berulang kali melihat rekaman yang dia mau namun masih belum percaya juga."Kamu tidak disuap oleh suamiku, kan? Berapa banyak uang yang dia berikan untuk mengedit video sebenarnya? Akan kubayar sepuluh kali lipat asal kamu beri tahu aku yang asli, bagaimana?" tawar Shiren yang masih yakin suaminya ini berbohong.Dari rekaman yang dia lihat, memang Nicholas dan Lea sempat bersentuhan secara tidak sengaja. Tapi, rasanya dia masih belum yakin. Di pojok ruangan Nicholas hanya bisa diam menyaksikan bagaimana petugas keamanan bagian memantau cctv melayani istrinya. Dari raut wajahnya Nicholas sudah bisa menebak kalau petugas itu sudah sangat lelah. "Demi Tuhan aku tidak berbohong, Nyonya. Kami tidak pernah merekayasa rekaman-rekaman seperti ini karena sangat rumit dan bisa membuat sistem berubah-ubah. Dan juga tuan Nicholas tidak pernah menyuapku, kami saja bertemu baru kali ini," jelas petugas itu entah untu
"Heh! Kamu cari kesempatan ya?!" Nicholas reflek mendorong tubuh Lea yang semula menempel pada tubuhnya. Heels yang Lea kenakan terlalu tinggi, alhasil salah sedikit saja dia hampir jatuh.Lea hampir jatuh untuk yang kedua kalinya jika tidak ditolong oleh sopir Nicholas. Setelah bisa berdiri dengan benar, barulah Lea membalas Nicholas yang seenak hati menuduhnya."Kamu pikir aku mau menempel padamu seperti tadi? Kalau bisa, pantatku yang cantik ini lebih baik menyentuh lantai daripada menyentuhmu. Dasar pria aneh!" cecar Lea menatap marah pada Nicholas yang menurutnya sangat sembarangan. Nicholas menghela napas pelan dan memilih diam, sebenarnya tadi dia hanya terkejut. Rasanya sangat tidak nyaman saat tubuh wanita lain menyentuh dirinya. Padahal, dia tahu sendiri kalau tadi Lea benar-benar jatuh dan tidak sengaja."Baiklah, aku minta maaf. Terima kasih atas waktu dan penjelasanmu malam ini," putus Nicholas sebelum masuk ke dalam mobil miliknya. Lea hanya mengangguk singkat dan dia