Nicholas merasa, dunianya hancur saat itu juga. Saat tahu janin tak bersalah itu hadir di waktu yang salah dan hanya bertahan selama beberapa minggu. Bayangan saat Shiren kesakitan, darah yang tak henti keluar dari kemaluan wanita itu, juga rintihan yang semakin memperdalam luka."Maafkan aku ya Tuhan, tolong maafkan aku. A-aku tidak bermaksud membunuh anakku sendiri, aku benar-benar tidak tahu," rintih Nicholas memeluk lututnya sendiri di depan ruangan Shiren. Kata dokter Shiren sudah boleh dijenguk, tapi Nicholas belum juga sanggup. Cassie dan yang lain memandang iba pada Nicholas, kejadian yang tak pernah disangka ini tentu menjadi pukulan telak untuk Nicholas. Apalagi, saat itu mereka sedang memadu kasih, saat-saat yang tak pernah disangka bisa membunuh janin kecil yang tak berdosa."Tuan, Nyonya Shiren sudah sadar." Seorang perawat keluar dari ruangan Shiren dan memberitahu keadaan terbaru wanita itu pada suaminya.Nicholas menggeleng, menutup wajahnya sendiri menggunakan kedua
"Sudahlah, aku rindu suamiku yang ceria dan menyebalkan, sampai kapan kamu menangis seperti ini? Lihat anak-anak, mereka bisa lupa suara ayahnya, sudah dua hari mereka tidak diajak bermain olehmu. Kamu tidak bersalah, Sayang. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri."Dari kemarin Shiren sudah dipulangkan dan menjalankan perawatan di rumah, dia tidak bisa meninggalkan ketiga bayinya terlalu lama meskipun dijamin sangat aman bersama kakek neneknya. Dan dari kemarin pula, Shiren sangat sering memergoki suaminya yang sedang menangis sendirian. Seperti saat ini, Nicholas menangis di ruang kerja."Masalahnya, kamu pendarahan saat kita sedang nikmat-nikmatnya bercinta, Shiren. Aku seperti sengaja mengganggu dia sampai dia tidak kuat dan berakhir keguguran. Aku benar-benar merasa bersalah. Bagaimana mungkin naluriku tidak bisa merasakan bahwa saat itu kamu sedang mengandung benihku? Ah, aku sangat kecewa."Shiren hanya diam tanpa membalas apapun rengekan suaminya, dia memeluk pria itu seperti saa
Pelan sekali Nicholas memindahkan tubuh Shiren ke atas kasurnya yang empuk. Tadi, mereka sempat berbincang sejenak di ruang keluarga, membicarakan banyak hal yang menyenangkan sampai Shiren tertidur di dekapan suaminya."Semoga mimpi indah," ucap Nicholas seraya mengecup lembut dahi sang istri. Nicholas menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuh Shiren agar tidak kedinginan, tak lupa mengatur pencahayaan agar ketiga bayinya juga ikut nyaman. Memang sampai saat ini Nicholas maupun Shiren belum terpikirkan untuk menaruh ketiga anaknya di tempat tidur khusus mereka. Padahal, semua dekorasi lucu sudah terpasang di ruang sebelah."Kenapa kalian sangat cepat besar? Rasanya baru kemarin Ayah gemetar saat menggendong tubuh kalian yang masih merah dan sangat mungil. Sekarang, kalian sama-sama besar dan gemuk. Boleh Ayah gigit sedikit betis berdaging ini?"Cleve sedikit terusik ketika kakinya dipijat-pijat gemas oleh sang Ayah. Dia sudah memberi kode akan menangis jika Nicholas tidak juga be
"Bagaimana kalau aku belum juga siap? Katamu bisa menunggu sampai aku selesai kuliah, kan? Apa sekarang kamu berubah pikiran?" Jika iya, Maeva akan sangat tertekan. "Ya. Kupikir akan lebih menyenangkan kalau kita menikah lalu memiliki anak. Ayahmu pasti setuju, Maeva. Apalagi keluargaku. Kamu siap?"Demi Tuhan Maeva ingin menangis sekarang, dia tidak berani menjawab apapun karena banyak ketakutan yang dia rasakan. Dia takut membuat Jay kecewa, tapi juga takut dengan masa depannya yang belum selesai ditata."Beri aku waktu untuk berpikir lagi. Ini terlalu dadakan untukku," jawab Maeva pelan. ***"Jangan didengarkan, mungkin saja malam tadi dia mabuk sampai mengatakan hal-hal aneh. Dia sendiri sudah sangat yakin akan menunggumu dengan sabar, dia tahu kamu masih sangat muda untuk menikah apalagi memiliki anak. Jangan terlalu dipikirkan, nanti aku sendiri yang akan berbicara dengan Jay. Sekarang kamu sudah sarapan?" tanya Shiren, dia cukup terkejut saat pagi-pagi seperti ini mendengar k
Meskipun Shiren sudah melarangnya berkali-kali, tetapi Nicholas tetaplah Nicholas. Hari ini dia memutuskan datang ke tempat di mana Jack berada, tempat kumuh juga bau busuk di mana-mana. "Kamu senang tinggal di sini, Paman?" tanya Nicholas dengan ekspresi wajah mencemooh. Bersidekap dada merasa angkuh di hadapan seorang pengkhianat yang sedang sekarat.Jack hanya bisa memandang geram pria tengil di depannya. Saking parahnya siksaan dari Robert yang dia terima, untuk berbicara pun rasanya sangat sulit dan banyak menghabiskan tenaga."Oh, mulutmu sakit, ya? Maafkan aku, Paman. Aku benar-benar tidak tahu. Mau kubawakan dokter untuk mengobati luka di sekujur tubuhmu?"Jack tahu tawaran bak malaikat itu hanya untuk mengejeknya, mengecek nasibnya yang malang dan tidak bisa berbuat apa-apa selain patuh di bawah kaki Robert dan laki-laki tengil satu ini.Mulut Nicholas terus berbicara mengatakan hal-hal yang menyenangkan, membuat Jack dongkol bukan main namun tidak bisa melakukan apa-apa sel
"Hey, apa aku ada salah padamu? Kenapa kamu tidak ceria? Menyesal sudah datang ke sini?" tanya Jay beruntun. Pasalnya, dia bingung karena Maeva lebih banyak diam seperti memikirkan banyak hal. Maeva menoleh lalu tersenyum, dia menggeleng pelan seraya mengusap sebelah lengan pria tersebut yang sedang memegang stir kemudi."Aku baik-baik saja dan tidak menyesal sama sekali sudah datang ke sini. Hanya saja, aku ingin bertanya tentang ucapanmu tadi malam."Jay terdiam, mencoba mengingat kembali apa yang dia ucapkan malam tadi sampai membuat kekasihnya banyak diam seperti ini. Hampir lima menit Jay berpikir, akhirnya dia menemukan jawaban. "Aku ingat. Kamu sepertinya memang tidak mau menikah lebih cepat, ya?" tebak Jay membuat perasaan Maeva semakin tak karuan. Maeva kira Jay bertanya seperti itu karena efek mabuk, tapi sepertinya pria ini bertanya dalam kondisi sadar dan tidak bercanda.Jay menepikan mobilnya sebentar, dia tidak peduli datang tak tepat waktu seperti biasa karena saat in
"Kamu sebenarnya cinta padaku tidak, sih?" Shiren bertanya sambil berkacak pinggang, menatap sebal ke arah pria yang hanya bisa duduk diam tertunduk lesu. Kali ini, Shiren melihat tanda-tanda suaminya akan menjawab setelah sekian lama diam. "Tentu saja, aku rela melakukan apapun untukmu, tentu saja aku sangat mencintaimu," jawab Nicholas tegas. Dia ingin membela lebih banyak, tetapi melihat wajah Shiren yang masih sangar, dia tidak berani."Halah! Kamu saja tidak patuh pada perintahku! Itu katanya cinta? Aku benar-benar marah, jangan temuiku lagi!" sentak Shiren lalu pergi meninggalkan Nicholas yang masih termenung di ruang keluarga sendirian. Pria itu uring-uringan sendiri, merasa kesal sekaligus bingung harus merayu istrinya dengan cara bagaimana. "Kata Ayah juga apa? Kamu ini sangat senang mencari masalah dengan Shiren. Sudah begini saja baru pusing," cibir Robert saat tak sengaja melihat anaknya tengah muram sendirian. Dia juga sempat mendengar beberapa kata omelan Shiren sebe
Shiren berjingkrak senang saat suaminya pulang membawa mobil mini dengan atap terbuka. Cukup terkejut juga karena Nicholas tahu apa yang dia inginkan walaupun dia tidak pernah berkata apapun."Dari mana kamu tahu aku ingin mobil kecil seperti ini?" tanya Shiren terlihat sangat antusias melihat-lihat bagaimana benda ini. Nicholas bersidekap dada, memandang bangga pada istrinya yang terlihat sangat bahagia. "Memangnya, apa yang tidak aku ketahui darimu? Ponselmu selalu terhubung denganku, Sayang. Apapun yang kamu cari dan apa yang kamu lihat di ponsel dan laptop yang sudah kusediakan, tentu saja aku tahu. Dua hari yang lalu kamu melihat-lihat mobil ini, kan?" Shiren mengangguk cepat. "Benar, kata Maeva ada mobil yang sangat lucu dan cocok untukku. Kursinya sangat pas kalau aku sedang jalan-jalan bersama anak-anak."Nicholas juga tahu, mobil mini ini hanya ada empat kursi. Ah, apa dia akan ditinggal saat istri dan anak-anaknya pergi main?"Kamu tidak menghitung aku juga?" tanya Nichola
"Ohh, Sayang, kenapa kamu tidak menua sama sekali?" tanya Shiren dengan suara sensual saat merasakan badai kenikmatan yang tidak berkesudahan dari sang suami. Melihat bagaimana gagahnya pria ini memberikan sentuhan cinta yang tak pernah berubah dari awal mereka bersama. Nicholas mencecap habis seluruh rongga mulut Shiren seakan ingin menyatukan dua raga yang berbeda. Dan untuk yang ke sekian kalinya, mereka menikmati puncak kenikmatan bersamaan dengan rasa cinta yang semakin meluap.Nicholas ambruk di samping sang istri, memandang penuh bahagia pada seorang wanita yang sangat berarti di hidupnya."Harusnya aku yang bertanya seperti itu, Shiren. Kamu seperti vampir yang tidak pernah tua. Wajahmu saat masih gadis masih bisa aku lihat sekarang," balas Nicholas tak kalah pandai memuja sang pujaan hati.Shiren semakin menempel pada Nicholas seraya terkikik geli, dia naik ke atas perut Nicholas lalu berbaring di sana. "Andai aku bisa hamil lagi, aku rindu saat-saat mengandung dan dimanja
Nicholas memandang haru foto keempat anaknya yang tumbuh dengan sangat baik. Putri bungsunya bahkan sudah besar dan kini sudah memasuki sekolah menengah atas, tiga kakaknya yang lain sudah lulus dari perguruan tinggi dan sibuk dengan cita-cita mereka masing-masing.Nicholas tidak pernah terpikirkan sanggup menjalani kehidupan selama ini setelah berbagai macam badai yang dia lewati. Tentunya, bersama Shiren dia sanggup melewati segala hal."Melamun lagi? Agaknya lebih baik kita pergi berkencan daripada bosan di rumah. Ayo, aku sudah pesan tempat," celetuk Shiren membubarkan lamunan Nicholas.Ditariknya pinggang Shiren dengan lembut sampai tubuh itu jatuh dalam pangkuan Nicholas. Shiren hanya bisa diam dan menikmati rengkuhan hangat dari sang suami."Aku sangat mencintaimu, Shiren. Kamu segalanya untukku," lirih Nicholas tampak berhenti membelai lembut tubuh sang istri. "Aku juga. Aku juga sangat sangat mencintaimu," balas Shiren tak kalah lembut. Semakin tua Nicholas semakin manja dan
"Nicholas, Shiren jatuh!"Tiga kata keramat itu berhasil membuat nyawa Nicholas hampir lepas dari tempatnya. Kandungan Shiren sangat lemah, dan beberapa hari yang lalu dokter sempat berkata padanya kalau Shiren tidak boleh jatuh-jatuh lagi atau akibatnya sangat fatal. Dan saat ini, hal yang sama terulang kembali."Shiren, jangan tidur! Tatap mataku dan jangan pernah tidur! Lihat aku lihat aku, kamu pasti baik-baik saja, kamu dan anak kita pasti selamat. Jangan tutup matamu, Sayang, aku mohon. Katakan apapun yang kamu rasa dan jangan pernah tidur!" Nicholas terus mengoceh dengan kedua kaki terus melangkah membawa istrinya keluar dari rumah. Dan saat masuk ke dalam mobil, Shiren hampir-hampir hilang kesadaran kalau Nicholas tidak semakin kuat berteriak."Shiren, ingat anak-anak dan aku, Sayang. Kamu tidak boleh seperti ini, kamu harus sembuh dan jangan pernah berniat meninggalkan kami. Lihat aku, kamu kuat dan harus bisa bertahan seperti apapun sulitnya. Aku mohon jangan tidur," pinta N
Sepasang suami istri yang sedang berbuat mesum di salah satu gazebo pantai hampir saja terciduk oleh petugas keamanan. Beruntungnya mereka tidak sampai melepas pakaian dan dengan mudah menutupi inti diri agar tidak dilihat orang lain."Kami hanya duduk santai di sini, tidak macam-macam," ungkap Nicholas dengan raut wajah serius, berharap kalau dua petugas keamanan yang sedang menginterogasinya percaya."Baiklah, maafkan kami sudah mengganggu waktu Tuan dan Nyonya, mungkin tadi hanya perasaanku saja seperti mendengar suara-suara aneh. Di pantai daerah ini memang tidak boleh macam-macam, kami bukan budaya yang bebas," jelas salah satu dari mereka. Setelah tak ada lagi salah paham, mereka pun pergi."Astaga ... aku benar-benar malu! Bagaimana bisa kita hampir terciduk? Idemu sangat buruk," gerutu Shiren kesal luar biasa pada suaminya. Dia sudah tiga kali menolak ide gila Nicholas, namun pria ini tetap memaksa. Alhasil, hampir saja kelakuan buruk mereka diketahui oleh orang lain."Maafka
Anak-anak di rumah tak kalah antusias dari orang tuanya yang sedang pergi berlibur. Mereka juga diajak pergi oleh Cassie dan Robert setiap pulang sekolah dan selalu pulang malam. Meskipun lelah menghadapi tiga cucunya yang sangat aktif, tapi Cassie dan Robert sangat senang. Mereka sangat puas bermain dengan anak-anak."Nenek, kami dan ayah lebih nakal siapa? Kata ayah, kami tidak nakal dan sangat baik seperti ayah kecil. Memangnya ayah tidak nakal? Aku tidak percaya sebenarnya," ujar Bernard mengungkapkan rasa penasarannya selama ini. Sudah cukup lama dia ingin bertanya namun baru ingat lagi sekarang.Cassie dan Robert sontak saling bertukar tatapan, Robert hanya bisa mengendikkan bahu dan menyerahkan urusan anak-anak pada Cassie. Robert pergi mencari angin di luar."Tentu saja, ayah kalian sangat baik dan tidak nakal. Maka dari itu kalian pun menjadi anak-anak yang tak beda jauh dengan ayah sewaktu kecil. Tapi tetap saja, mengurus tiga anak sekaligus tentu lebih melelahkan. Maka dari
Selesai bercinta yang sangat membara, Shirren kembali diserang rasa lapar luar biasa. Namun sebelum keluar dari kamar, dia tak lupa untuk mengenakan pakaian tertutup dari leher sampai ujung kaki. Jangan sampai ada orang lain yang melihat motif polkadot di tubuhnya. "Anna, tolong buatkan paella dan churos, ya? Ah iya, buatkan juga espreso dan jus mangga," pinta Shiren pada pramugari yang melayani. Wanita bernama Anna itu langsung mengiyakan dan cepat-cepat pergi.Shiren tak langsung kembali ke kamar, dia berkeliling sebentar di dalam pesawat pribadi ini yang sangat luas dan nyaman. Sofa-sofa berbulu halus dan empuk itu berhasil mencuri perhatian Shiren."Ah ... pinggangku, sofa ini nyaman sekali," gumam Shiren setelah berhasil menemukan posisi nyaman di sofa tunggal yang sangat nyaman. Dia hampir tertidur jika Anna tidak datang membawa pesanan yang dia inginkan."Yang espreso tolong berikan pada suamiku." Anna lagi-lagi mengangguk patuh sambil menaruh paella, churos dan jus mangga yan
"Tidak akan kumaafkan." Tiga kalimat yang Nicholas lontarkan berhasil membuat Shiren menahan napas, memandang Nicholas dengan tatapan tak percaya. Shiren menarik sebelah lengan Nicholas untuk dia peluk, dengan mudah dia kembali merengek sambil mengusal-usalkan tubuhnya pada Nicholas seperti anak kucing."Janganlah begitu ... kamu bukan tipe suami tanpa maaf untuk istri, aku tahu itu. Aku sangat sangat meminta maaf padamu, Suamiku. Tolong maafkan aku." Shiren terus merengek dan tak peduli pada pramugari dan pramugara yang berlalu lalang di sekitarnya. "Tapi aku belum mau memaafkanmu, bagaimana? Aku juga sakit hati dituduh yang tidak-tidak dan terus dimarahi sepanjang jalan," balas Nicholas semakin membuat Shiren kelabakan. Meskipun sang suami tidak acuh dan tidak jahat padanya, tetapi selagi maaf belum dia dapatkan, rasanya tidak akan pernah ada ketenangan."Kapan kamu mau memaafkanku memangnya? Apakah ada satu syarat yang perlu aku lakukan agar kamu mau memaafkanku?" tanya Shiren l
Pihak keamanan restoran sangat pusing melayani nyonya Leonard yang menyebalkan, berulang kali melihat rekaman yang dia mau namun masih belum percaya juga."Kamu tidak disuap oleh suamiku, kan? Berapa banyak uang yang dia berikan untuk mengedit video sebenarnya? Akan kubayar sepuluh kali lipat asal kamu beri tahu aku yang asli, bagaimana?" tawar Shiren yang masih yakin suaminya ini berbohong.Dari rekaman yang dia lihat, memang Nicholas dan Lea sempat bersentuhan secara tidak sengaja. Tapi, rasanya dia masih belum yakin. Di pojok ruangan Nicholas hanya bisa diam menyaksikan bagaimana petugas keamanan bagian memantau cctv melayani istrinya. Dari raut wajahnya Nicholas sudah bisa menebak kalau petugas itu sudah sangat lelah. "Demi Tuhan aku tidak berbohong, Nyonya. Kami tidak pernah merekayasa rekaman-rekaman seperti ini karena sangat rumit dan bisa membuat sistem berubah-ubah. Dan juga tuan Nicholas tidak pernah menyuapku, kami saja bertemu baru kali ini," jelas petugas itu entah untu
"Heh! Kamu cari kesempatan ya?!" Nicholas reflek mendorong tubuh Lea yang semula menempel pada tubuhnya. Heels yang Lea kenakan terlalu tinggi, alhasil salah sedikit saja dia hampir jatuh.Lea hampir jatuh untuk yang kedua kalinya jika tidak ditolong oleh sopir Nicholas. Setelah bisa berdiri dengan benar, barulah Lea membalas Nicholas yang seenak hati menuduhnya."Kamu pikir aku mau menempel padamu seperti tadi? Kalau bisa, pantatku yang cantik ini lebih baik menyentuh lantai daripada menyentuhmu. Dasar pria aneh!" cecar Lea menatap marah pada Nicholas yang menurutnya sangat sembarangan. Nicholas menghela napas pelan dan memilih diam, sebenarnya tadi dia hanya terkejut. Rasanya sangat tidak nyaman saat tubuh wanita lain menyentuh dirinya. Padahal, dia tahu sendiri kalau tadi Lea benar-benar jatuh dan tidak sengaja."Baiklah, aku minta maaf. Terima kasih atas waktu dan penjelasanmu malam ini," putus Nicholas sebelum masuk ke dalam mobil miliknya. Lea hanya mengangguk singkat dan dia