"Bajingan!" pekik Lily sambil melempar ponsel Nicholas yang sedang menampilkan rekaman cctv di mana suaminya berusaha menyentuh Shiren di kamar wanita itu sendiri. Tak hanya Lily, orang tua Joshua sendiri sangat tidak percaya dengan kelakuan anaknya."Lihat? Anakmu memang bajingan, Nyonya. Bersujudlah di kakiku karena aku masih sudi membiarkan anakmu menghirup udara. Tahu kamu akan mengataiku pembunuh, tidak akan kubiarkan dia keluar dari rumahku hidup-hidup," cecar Nicholas tak ada habisnya. Demi apapun dia sangat geram pada manusia tua di depannya ini.Ayah Joshua menangkap tepat waktu tubuh istrinya yang mulai limbung dan hilang kesadaran. Begitu pula dengan Lily sedang menangis meraung di dalam pelukan ibunya. Nicholas mengambil lagi ponselnya yang terlempar cukup jauh, beruntung tidak sampai mati dan masih menampilkan rekaman cctv yang dia tunjukkan sedari tadi."Ayo pulang, bajingan itu bukan urusan kita," ucap Nicholas seraya merangkul ibunya dan menarik tangan sang ayah. Dia
Maeva mendorong dada Jay setelah cukup lama bibirnya dihajar habis oleh pria satu ini. Maeva sampai terengah-engah nyaris mati. "Maafkan aku," lirih Jay seraya mengusap lelehan saliva di sudut bibir sang kekasih menggunakan ibu jarinya. Selain karena penasaran rasanya berciuman, hal ini juga Jay lakukan untuk menenangkan hatinya yang tak tenang.Maeva bingung harus melakukan apa, bahkan untuk menenangkan dirinya sendiri saja dia tidak bisa. Ciuman pertamanya berhasil Jay dapatkan!Melihat Maeva yang masih terdiam tampak bingung membuat Jay kembali tancap gas membawa Maeva pulang. Ya, dia sengaja berhenti di tepi jalan demi memagut mesra benda kenyal yang selama ini berhasil mencuri perhatiannya."Terima kasih karena tidak menolakku. Asal kamu tahu, rasanya sekarang aku sudah jauh lebih tenang," ucap Jay lagi masih terdengar santai seperti sebelumnya.Maeva berdeham sejenak untuk menormalkan nada suara dan detak jantungnya yang masih menggila."Apa sedari tadi kamu merasa tidak nyaman
"Kamu benar-benar serius ingin cerai? Tidak mau memperbaiki dulu?" tanya Nicholas begitu serius pada Lily. Dia dan Shiren sampai batal bersenang-senang ketika Lily datang.Lily mengangguk tegas dalam pelukan Shiren. "Aku tidak sudi mempertahankan pria seperti itu, Nicholas. Dia sangat keterlaluan. Bahkan sahabatku sendiri sudah dia incar dari lama," jawab Lily terdengar sangat geram dengan tingkah suaminya.Shiren terus mengusap punggung Lily demi membuat wanita ini lebih nyaman. Dia benar-benar merasa prihatin dengan nasib sahabatnya ini."Baguslah kalau kamu memiliki pemikiran seperti itu. Bisa kulihat perlakuannya padamu tidak semanis di awal pernikahan. Dia tidak cocok denganmu lagi," ujar Nicholas mendukung keputusan sahabatnya. Bukan hanya geram karena Joshua hendak berbuat yang tidak-tidak pada istrinya, tetapi juga geram karena Joshua berani menyia-nyiakan wanita sebaik Lily."Jangan pikirkan dia lagi. Kalau keputusanmu sudah bulat, segera katakan pada orang tuamu agar mereka
Shiren terbangun dari tidurnya dengan perasaan kacau luar biasa. Dia menoleh ke samping untuk memeluk Nicholas. Tetapi, sisi ranjang yang biasa dihuni Nicholas kosong."Nicholas ... Sayang?" panggil Shiren dengan suara teramat pelan nyaris seperti bisikan. Kamar besarnya yang biasa terlihat nyaman kini malah terlihat menyeramkan dan membuat Shiren sangat tidak nyaman.Karena suaminya tak kunjung datang, Shiren memilih untuk mencari sendiri meskipun dia malas sekaligus takut turun dari ranjang. Seraya memanggil-manggil nama sang suami, Shiren mendatangi tempat-tempat seperti ruang kerja dan kamar mandi. "Kamu ini di mana sebenarnya? Kenapa tidak tidur di sampingku?" gerutu Shiren merasa kesal belum juga berhasil menemukan sang suami.Ketika hendak keluar dari kamar, Shiren baru teringat ada satu tempat lagi yang belum dia kunjungi di sekitar kamar. Tempat yang sangat Nicholas sukai.Dan ketika Shiren mendatangi tempat itu, Nicholas benar-benar ada di sana sedang menikmati satu bungkus
Beberapa minggu kemudian, tiba saatnya Shiren melahirkan. Hari yang teramat mendebarkan bagi semua orang yang menyayanginya. Saat ini Shiren dan keluarga masih berada di perjalanan menuju rumah sakit. Sepanjang jalan mereka tak henti berdoa agar diberi kelancaran segala prosesnya."Kenapa malah kamu yang terlihat sangat tegang dibanding Shiren? Lihat istrimu, dia bisa santai," ucap Cassie yang sudah tak tahan melihat raut wajah Nicholas penuh ketegangan. Lagi-lagi Shiren ikut memerhatikan wajah Nicholas. Dan ya, terlihat seperti menahan segala bentuk ketakutan dan juga keresahan."Kami pasti baik-baik saja, Ayah. Tenanglah," ucap Shiren menenangkan. Diusapnya bahu sang suami dengan lembut serata tersenyum manis.Nicholas mengangguk cepat. "Ya, kalian memang harus selamat. Terutama kamu," balas Nicholas. Nicholas kembali memeluk Shiren juga mencium puncak kepala wanita itu berkali-kali. Setibanya di rumah sakit, Shiren segera dimasukkan ke dalam ruangan khusus yang sudah disiapkan
Nicholas takjub bukan main melihat kedua buah dada sang istri yang resmi menjadi hak milik ketiga anaknya. Shiren juga begitu senang langsung bisa memberikan ASI tanpa melewati banyak drama. Shiren dengan adil menyusui mereka bergantian."Ah iya, kalian belum memberitahu kami tentang nama mereka," celetuk Belinda yang sedang membantu Shiren menemukan posisi yang nyaman untuk menyusui si bungsu."Setelah ini akan kuberitahu. Seminggu yang lalu kami sudah menemukan nama yang tepat," ucap Nicholas. Shiren ikut mengangguk."Baiklah. Tunggu si bungsu kenyang dan mereka kembali berkumpul. Ibu percaya nama yang kalian siapkan pasti sangat indah dan bermakna."Nicholas mengambil satu bayinya yang sudah selesai disusui. Aroma napas bayi setelah menyusu berhasil menjadi candu sang ayah.“Kenapa kamu sangat mungil? Jari-jarimu bahkan seperti kacang.” Nicholas berpindah menciumi jari-jari lucu bayi itu. Jika tidak takut anaknya akan menangis dan kesakitan, sudah sedari tadi Nicholas menggigit jar
Di pojok ruangan, tangis Nicholas tumpah melihat perjuangan sang istri. Melihat bagaimana Shiren belajar berjalan lagi diiringi rasa sakit yang begitu dahsyat, berhasil membuat seorang Nicholas menangis tersedu. "Ayo bantu aku lagi, sekarang sudah tidak sakit," ucap Shiren yang masih duduk di atas ranjang. Sebelumnya dia sudah berhasil berdiri, tapi karena Nicholas benar-benar tidak tega, Shiren akhirnya dipaksa untuk duduk lagi dan Nicholas menangis di pojok ruangan. "Operasi ini operasi terbaik, Tuan. Rasa sakitnya tidak akan seberapa dan hanya bertahan beberapa waktu. Nyonya Shiren harus belajar berjalan dan duduk dengan baik agar terbiasa," timpal dokter ikut membujuk Nicholas. Cassie segera mendekat pada anaknya, mengusap bahu sang anak dengan lembut. "Istrimu itu sangat kuat, rasa sakitnya memang sangat wajar dia alami. Kalau kamu tidak sanggup membantu Shiren, biarkan dia dibantu oleh dokter
Jantung Nicholas sudah hampir berhenti berdetak ketika ruangan yang dia yakini ruangan sang istri kosong tidak ada seorang pun. Namun, kedatangan Jay berhasil membuat Nicholas sadar bahwa dia salah ruangan.“Bagaimana bisa kamu mendatangi ruangan kosong ini dan yakin Shiren ada di sini?” kesal Jay tak habis pikir. Dia juga hampir terkena serangan dari kakak iparnya sendiri tadi.Nicholas menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dia juga bingung kenapa bisa pikun seperti ini. “Tidak tahu. Terima kasih sudah mengingatkanku,” ucap Nicholas lalu menepuk bahu Jay sebelum pergi. Kini dia mendatangi ruangan di ujung yang berlawanan dengan ruangan saat ini, di sanalah istri dan keluarganya berada.“Kamu kenapa lama sekali?” todong Shiren ketika Nicholas baru saja membuka pintu. Shiren sudah berada di posisi nyamannya lagi sedang menyusui Aland. “Lihat apa yang aku bawa, makanan kesukaanmu dan makanan kesukaan keluarga kita. Juga bunga untuk menghar
"Ohh, Sayang, kenapa kamu tidak menua sama sekali?" tanya Shiren dengan suara sensual saat merasakan badai kenikmatan yang tidak berkesudahan dari sang suami. Melihat bagaimana gagahnya pria ini memberikan sentuhan cinta yang tak pernah berubah dari awal mereka bersama. Nicholas mencecap habis seluruh rongga mulut Shiren seakan ingin menyatukan dua raga yang berbeda. Dan untuk yang ke sekian kalinya, mereka menikmati puncak kenikmatan bersamaan dengan rasa cinta yang semakin meluap.Nicholas ambruk di samping sang istri, memandang penuh bahagia pada seorang wanita yang sangat berarti di hidupnya."Harusnya aku yang bertanya seperti itu, Shiren. Kamu seperti vampir yang tidak pernah tua. Wajahmu saat masih gadis masih bisa aku lihat sekarang," balas Nicholas tak kalah pandai memuja sang pujaan hati.Shiren semakin menempel pada Nicholas seraya terkikik geli, dia naik ke atas perut Nicholas lalu berbaring di sana. "Andai aku bisa hamil lagi, aku rindu saat-saat mengandung dan dimanja
Nicholas memandang haru foto keempat anaknya yang tumbuh dengan sangat baik. Putri bungsunya bahkan sudah besar dan kini sudah memasuki sekolah menengah atas, tiga kakaknya yang lain sudah lulus dari perguruan tinggi dan sibuk dengan cita-cita mereka masing-masing.Nicholas tidak pernah terpikirkan sanggup menjalani kehidupan selama ini setelah berbagai macam badai yang dia lewati. Tentunya, bersama Shiren dia sanggup melewati segala hal."Melamun lagi? Agaknya lebih baik kita pergi berkencan daripada bosan di rumah. Ayo, aku sudah pesan tempat," celetuk Shiren membubarkan lamunan Nicholas.Ditariknya pinggang Shiren dengan lembut sampai tubuh itu jatuh dalam pangkuan Nicholas. Shiren hanya bisa diam dan menikmati rengkuhan hangat dari sang suami."Aku sangat mencintaimu, Shiren. Kamu segalanya untukku," lirih Nicholas tampak berhenti membelai lembut tubuh sang istri. "Aku juga. Aku juga sangat sangat mencintaimu," balas Shiren tak kalah lembut. Semakin tua Nicholas semakin manja dan
"Nicholas, Shiren jatuh!"Tiga kata keramat itu berhasil membuat nyawa Nicholas hampir lepas dari tempatnya. Kandungan Shiren sangat lemah, dan beberapa hari yang lalu dokter sempat berkata padanya kalau Shiren tidak boleh jatuh-jatuh lagi atau akibatnya sangat fatal. Dan saat ini, hal yang sama terulang kembali."Shiren, jangan tidur! Tatap mataku dan jangan pernah tidur! Lihat aku lihat aku, kamu pasti baik-baik saja, kamu dan anak kita pasti selamat. Jangan tutup matamu, Sayang, aku mohon. Katakan apapun yang kamu rasa dan jangan pernah tidur!" Nicholas terus mengoceh dengan kedua kaki terus melangkah membawa istrinya keluar dari rumah. Dan saat masuk ke dalam mobil, Shiren hampir-hampir hilang kesadaran kalau Nicholas tidak semakin kuat berteriak."Shiren, ingat anak-anak dan aku, Sayang. Kamu tidak boleh seperti ini, kamu harus sembuh dan jangan pernah berniat meninggalkan kami. Lihat aku, kamu kuat dan harus bisa bertahan seperti apapun sulitnya. Aku mohon jangan tidur," pinta N
Sepasang suami istri yang sedang berbuat mesum di salah satu gazebo pantai hampir saja terciduk oleh petugas keamanan. Beruntungnya mereka tidak sampai melepas pakaian dan dengan mudah menutupi inti diri agar tidak dilihat orang lain."Kami hanya duduk santai di sini, tidak macam-macam," ungkap Nicholas dengan raut wajah serius, berharap kalau dua petugas keamanan yang sedang menginterogasinya percaya."Baiklah, maafkan kami sudah mengganggu waktu Tuan dan Nyonya, mungkin tadi hanya perasaanku saja seperti mendengar suara-suara aneh. Di pantai daerah ini memang tidak boleh macam-macam, kami bukan budaya yang bebas," jelas salah satu dari mereka. Setelah tak ada lagi salah paham, mereka pun pergi."Astaga ... aku benar-benar malu! Bagaimana bisa kita hampir terciduk? Idemu sangat buruk," gerutu Shiren kesal luar biasa pada suaminya. Dia sudah tiga kali menolak ide gila Nicholas, namun pria ini tetap memaksa. Alhasil, hampir saja kelakuan buruk mereka diketahui oleh orang lain."Maafka
Anak-anak di rumah tak kalah antusias dari orang tuanya yang sedang pergi berlibur. Mereka juga diajak pergi oleh Cassie dan Robert setiap pulang sekolah dan selalu pulang malam. Meskipun lelah menghadapi tiga cucunya yang sangat aktif, tapi Cassie dan Robert sangat senang. Mereka sangat puas bermain dengan anak-anak."Nenek, kami dan ayah lebih nakal siapa? Kata ayah, kami tidak nakal dan sangat baik seperti ayah kecil. Memangnya ayah tidak nakal? Aku tidak percaya sebenarnya," ujar Bernard mengungkapkan rasa penasarannya selama ini. Sudah cukup lama dia ingin bertanya namun baru ingat lagi sekarang.Cassie dan Robert sontak saling bertukar tatapan, Robert hanya bisa mengendikkan bahu dan menyerahkan urusan anak-anak pada Cassie. Robert pergi mencari angin di luar."Tentu saja, ayah kalian sangat baik dan tidak nakal. Maka dari itu kalian pun menjadi anak-anak yang tak beda jauh dengan ayah sewaktu kecil. Tapi tetap saja, mengurus tiga anak sekaligus tentu lebih melelahkan. Maka dari
Selesai bercinta yang sangat membara, Shirren kembali diserang rasa lapar luar biasa. Namun sebelum keluar dari kamar, dia tak lupa untuk mengenakan pakaian tertutup dari leher sampai ujung kaki. Jangan sampai ada orang lain yang melihat motif polkadot di tubuhnya. "Anna, tolong buatkan paella dan churos, ya? Ah iya, buatkan juga espreso dan jus mangga," pinta Shiren pada pramugari yang melayani. Wanita bernama Anna itu langsung mengiyakan dan cepat-cepat pergi.Shiren tak langsung kembali ke kamar, dia berkeliling sebentar di dalam pesawat pribadi ini yang sangat luas dan nyaman. Sofa-sofa berbulu halus dan empuk itu berhasil mencuri perhatian Shiren."Ah ... pinggangku, sofa ini nyaman sekali," gumam Shiren setelah berhasil menemukan posisi nyaman di sofa tunggal yang sangat nyaman. Dia hampir tertidur jika Anna tidak datang membawa pesanan yang dia inginkan."Yang espreso tolong berikan pada suamiku." Anna lagi-lagi mengangguk patuh sambil menaruh paella, churos dan jus mangga yan
"Tidak akan kumaafkan." Tiga kalimat yang Nicholas lontarkan berhasil membuat Shiren menahan napas, memandang Nicholas dengan tatapan tak percaya. Shiren menarik sebelah lengan Nicholas untuk dia peluk, dengan mudah dia kembali merengek sambil mengusal-usalkan tubuhnya pada Nicholas seperti anak kucing."Janganlah begitu ... kamu bukan tipe suami tanpa maaf untuk istri, aku tahu itu. Aku sangat sangat meminta maaf padamu, Suamiku. Tolong maafkan aku." Shiren terus merengek dan tak peduli pada pramugari dan pramugara yang berlalu lalang di sekitarnya. "Tapi aku belum mau memaafkanmu, bagaimana? Aku juga sakit hati dituduh yang tidak-tidak dan terus dimarahi sepanjang jalan," balas Nicholas semakin membuat Shiren kelabakan. Meskipun sang suami tidak acuh dan tidak jahat padanya, tetapi selagi maaf belum dia dapatkan, rasanya tidak akan pernah ada ketenangan."Kapan kamu mau memaafkanku memangnya? Apakah ada satu syarat yang perlu aku lakukan agar kamu mau memaafkanku?" tanya Shiren l
Pihak keamanan restoran sangat pusing melayani nyonya Leonard yang menyebalkan, berulang kali melihat rekaman yang dia mau namun masih belum percaya juga."Kamu tidak disuap oleh suamiku, kan? Berapa banyak uang yang dia berikan untuk mengedit video sebenarnya? Akan kubayar sepuluh kali lipat asal kamu beri tahu aku yang asli, bagaimana?" tawar Shiren yang masih yakin suaminya ini berbohong.Dari rekaman yang dia lihat, memang Nicholas dan Lea sempat bersentuhan secara tidak sengaja. Tapi, rasanya dia masih belum yakin. Di pojok ruangan Nicholas hanya bisa diam menyaksikan bagaimana petugas keamanan bagian memantau cctv melayani istrinya. Dari raut wajahnya Nicholas sudah bisa menebak kalau petugas itu sudah sangat lelah. "Demi Tuhan aku tidak berbohong, Nyonya. Kami tidak pernah merekayasa rekaman-rekaman seperti ini karena sangat rumit dan bisa membuat sistem berubah-ubah. Dan juga tuan Nicholas tidak pernah menyuapku, kami saja bertemu baru kali ini," jelas petugas itu entah untu
"Heh! Kamu cari kesempatan ya?!" Nicholas reflek mendorong tubuh Lea yang semula menempel pada tubuhnya. Heels yang Lea kenakan terlalu tinggi, alhasil salah sedikit saja dia hampir jatuh.Lea hampir jatuh untuk yang kedua kalinya jika tidak ditolong oleh sopir Nicholas. Setelah bisa berdiri dengan benar, barulah Lea membalas Nicholas yang seenak hati menuduhnya."Kamu pikir aku mau menempel padamu seperti tadi? Kalau bisa, pantatku yang cantik ini lebih baik menyentuh lantai daripada menyentuhmu. Dasar pria aneh!" cecar Lea menatap marah pada Nicholas yang menurutnya sangat sembarangan. Nicholas menghela napas pelan dan memilih diam, sebenarnya tadi dia hanya terkejut. Rasanya sangat tidak nyaman saat tubuh wanita lain menyentuh dirinya. Padahal, dia tahu sendiri kalau tadi Lea benar-benar jatuh dan tidak sengaja."Baiklah, aku minta maaf. Terima kasih atas waktu dan penjelasanmu malam ini," putus Nicholas sebelum masuk ke dalam mobil miliknya. Lea hanya mengangguk singkat dan dia