"Bisakah usir mereka sebentar, Sayang? Mataku sangat perih," rengek Nicholas merasa terganggu melihat kemesraan Maeva dan Jay yang sangat menusuk mata. Sudah tiga hari Jay tidak pulang demi memuaskan diri bermesraan dengan Maeva.Shiren sontak tertawa mendengar rengekan Nicholas. Pria ini harusnya sadar bahwa itulah yang orang lain rasakan saat melihat mereka bermesraan."Jangan seperti itu. Wajar saja, mereka masih baru. Kita saja yang sudah lama sering lupa tempat, apalagi mereka. Lebih baik kita yang pindah tempat supaya matamu tidak perih." Shiren bangkit lebih dulu meskipun cukup susah, lalu dia membawa Nicholas ke tempat yang tidak ada Maeva dan Jay di sana."Di sini lebih aman. Sekalian memberi makan peliharaan kita."Shiren juga memberi wadah berisi pakan kepiting pada suaminya. "Aku masih tidak menyangka ayahmu mau membuat semua ini untukku yang sangat menyukai seafood. Aku sangat bahagia tinggal di sini," ucap Shiren.Nicholas menoleh, ikut tersenyum melihat kebahagiaan ist
"Kamu pikir hubungan ini kubuat main-main, Maeva? Beruntung saat ini kamu baru masuk kuliah, jika sudah lebih dewasa dari ini, sudah kunikahi kemarin juga," tegas Jay membuat Maeva semakin merinding. "M-maksudku bukan seperti itu. Hanya saja aku belum bisa memikirkan hubungan ini lebih jauh," balas Maeva dengan suaranya yang lembut. Suara yang mampu memikat hati seorang Jay Lavine.Jay mengangguk kecil, diusapnya belakang kepala Maeva sebelum pergi sejenak meninggalkan gadis itu."Mau ke mana?" tanya Maeva. "Mengambil es krim. Tadi kamu mau es krim, kan?"Maeva mengangguk sambil menyengir kuda, dia sendiri lupa dengan keinginannya.Di dekat kolam kepiting, ada Nicholas yang semakin pusing mendengar rengekan aneh istrinya. Cassie juga sudah pergi, kini Shiren bisa bebas meminta hal yang menurut Nicholas cukup berbahaya."Di sini sangat terbuka, Sayang. Kalau kamu sedang ingin bisa kita lakukan di kamar agar lebih aman dan nyaman, ya? Jangan di sini," bujuk Nicholas pada Shiren yang s
Nicholas menutup kembali tubuh sang istri setelah selesai dia puaskan. Dia tidak mau terpancing lagi lalu kembali menerkam Shiren padahal wanita ini sudah tak sadarkan alias tertidur."Aku yang berjuang, tapi dia yang terlihat paling lelah," gerutu Nicholas seraya berjalan pelan menuju kamar mandi. Dia juga ingin tidur, tapi tidak bisa dia lakukan sebelum tubuhnya terkena air. Sangat lengket oleh keringat.Setelah mandi, barulah Nicholas bergabung dengan Shiren dan langsung memejamkan mata. Dia juga sangat lelah memberikan kenikmatan untuk Shiren atau pun dirinya sendiri.Di tempat lain, ada Jay yang sedang bersiap mengantarkan kekasihnya pulang. Bahkan Maeva belum sempat makan siang bersama Jay karena lebih dulu dipanggil sang ayah untuk datang ke toko sekarang juga."Maeva, bawa makanan ini. Tidak apa-apa tidak makan siang di sini, kamu bisa menikmatinya di mobil," ucap Belinda sambil memberikan satu kotak makanan yang sudah dia siapkan untuk Maeva.Maeva segera menerimanya dengan s
"Shiren, ya Tuhan, tolong bertahan, Sayangku," racau Nicholas masih dengan memeluk Shiren yang sudah tidak sadarkan diri. Kilasan masa lalu membuat Nicholas hampir menyerah juga.Sesampainya di rumah sakit terdekat, Nicholas segera mengeluarkan Shiren dari dalam mobil dibantu oleh Jay, Belinda, dan para tim medis yang langsung berdatangan. "Cepat selamatkan istriku!" sentak Nicholas begitu panik pada tiga orang tim medis yang mengambil alih istrinya untuk dimasukkan ke dalam ruang gawat darurat."Tenang Nicholas, tenang. Shiren pasti baik-baik saja, dia dan anak-anakmu sangat kuat. Shiren hanya terkejut, dia tidak terluka sedikit pun," ucap Belinda seraya memeluk Nicholas yang benar-benar ketakutan. Tanpa dijelaskan pun Belinda tahu kenapa Nicholas sampai seperti ini.Maeva pun sama, dia mengusap-usap bahu kekasihnya agar lebih tenang. Jay langsung mengambil sebelah telapak tangan Maeva untuk digenggam, dengan begitu dia menjadi lebih nyaman."Aku sangat takut, Bu. Trauma Shiren belu
Mengetahui sang sahabat terkena musibah, Joshua dan Lily segera bersiap untuk mendatangi kediaman Leonard. Mereka hanya mendengar kabar sekilas melalui Maeva, setelahnya telepon Maeva tiba bisa dihubungi entah karena apa."Ayo cepat, Lily! Apa lagi yang kamu lakukan?" tanya Joshua mulai kesal melihat terlalu banyak hal yang istrinya lakukan.Lily berdecak kesal, dia menahan diri untuk tidak membanting pintu kamarnya. "Ponselmu memangnya tidak mau dibawa?! Kamu sering ceroboh tapi tetap aku yang disalahkan," balas Lily tak kalah kesal.Lily tentu saja berusaha melakukan kegiatan secepat mungkin, dia juga khawatir tentang keadaan Shiren. Joshua tak membalas apapun ucapan Lily, dia sadar kalau semakin dibalas maka mereka tidak akan pernah pergi dan berakhir bertengkar.Selama di perjalanan, Joshua tidak bisa berhenti mengomel meminta sopirnya agar berkendara lebih cepat. Lily sampai pusing mendengarnya."Kita pasti sampai, Joshua! Kenapa kamu sangat berisik?!" sentak Lily yang benar-ben
Tanpa Nicholas dan yang lain ketahui, Joshua dengan kurang ajar mencoba menyelinap masuk ke dalam kamar yang ada Shiren di sana sedang istirahat. Sejak lima belas menit yang lalu Shiren memang mengeluh ingin tidur membuat Nicholas segera mengantarnya ke kamar.Kesempatan seperti ini berhasil Joshua dapatkan setelah berdalih hendak ke kamar mandi. Padahal, tujuan utamanya bukan di sana. Melainkan ruangan lain yang terlihat berbeda dan dia yakin tadi Nicholas mengantarkan Shiren ke dalam ruangan ini.Pelan-pelan Joshua membuka pintu kamar Shiren, dia benar-benar tidak memikirkan apapun lagi selain fokus pada tujuannya. Betapa senangnya dia ketika melihat sosok cantik tengah tertidur lelap di atas ranjang begitu besar dan nyaman. "Beruntung sekali Nicholas bisa mendapatkanmu, Sayang," gumam Joshua begitu pelan. Setelah berada di tepi ranjang dan bisa melihat dengan jelas sosok cantik Shiren, dia termenung sejenak. Sadar akan kesalahan tapi dia tidak berniat mundur. Inilah tujuannya.Jo
Dengan kedua tangan masih berdarah-darah bekas memukul Joshua, Nicholas mengambil alih Shiren dari pelukan Belinda lalu mencium rakus istrinya. Meskipun dia yakin bibir suci ini belum sempat disentuh oleh Joshua, dia tetap tidak rela walau hanya dikata hampir."Jangan keterlaluan, Nicholas!" bentak Belinda sambil menarik bahu Nicholas agar berhenti mencium Shiren dengan kasar. Belinda jelas tahu anaknya hampir kehabisan napas.Shiren terengah-engah setelah lepas dari ciuman Nicholas. Dari awal pun dia sudah sangat pasrah menerima, berharap dengan menciumnya Nicholas menjadi lebih lega."Maafkan aku," cicit Nicholas. Menangkup lembut kedua sisi wajah Shiren, menatap dalam netra indah wanitanya.Shiren mengangguk kecil, dia balas mengusap rahang tegas Nicholas."Tanganmu perlu diobati," ucap Shiren setelah sadar buku-buku tangan suaminya terluka dan mengeluarkan banyak darah. Tanpa perlu diperintah lagi Maeva segera pergi mengambilkan kotak berisi pertolongan pertama. Beruntung di kama
"Bajingan!" pekik Lily sambil melempar ponsel Nicholas yang sedang menampilkan rekaman cctv di mana suaminya berusaha menyentuh Shiren di kamar wanita itu sendiri. Tak hanya Lily, orang tua Joshua sendiri sangat tidak percaya dengan kelakuan anaknya."Lihat? Anakmu memang bajingan, Nyonya. Bersujudlah di kakiku karena aku masih sudi membiarkan anakmu menghirup udara. Tahu kamu akan mengataiku pembunuh, tidak akan kubiarkan dia keluar dari rumahku hidup-hidup," cecar Nicholas tak ada habisnya. Demi apapun dia sangat geram pada manusia tua di depannya ini.Ayah Joshua menangkap tepat waktu tubuh istrinya yang mulai limbung dan hilang kesadaran. Begitu pula dengan Lily sedang menangis meraung di dalam pelukan ibunya. Nicholas mengambil lagi ponselnya yang terlempar cukup jauh, beruntung tidak sampai mati dan masih menampilkan rekaman cctv yang dia tunjukkan sedari tadi."Ayo pulang, bajingan itu bukan urusan kita," ucap Nicholas seraya merangkul ibunya dan menarik tangan sang ayah. Dia
"Ohh, Sayang, kenapa kamu tidak menua sama sekali?" tanya Shiren dengan suara sensual saat merasakan badai kenikmatan yang tidak berkesudahan dari sang suami. Melihat bagaimana gagahnya pria ini memberikan sentuhan cinta yang tak pernah berubah dari awal mereka bersama. Nicholas mencecap habis seluruh rongga mulut Shiren seakan ingin menyatukan dua raga yang berbeda. Dan untuk yang ke sekian kalinya, mereka menikmati puncak kenikmatan bersamaan dengan rasa cinta yang semakin meluap.Nicholas ambruk di samping sang istri, memandang penuh bahagia pada seorang wanita yang sangat berarti di hidupnya."Harusnya aku yang bertanya seperti itu, Shiren. Kamu seperti vampir yang tidak pernah tua. Wajahmu saat masih gadis masih bisa aku lihat sekarang," balas Nicholas tak kalah pandai memuja sang pujaan hati.Shiren semakin menempel pada Nicholas seraya terkikik geli, dia naik ke atas perut Nicholas lalu berbaring di sana. "Andai aku bisa hamil lagi, aku rindu saat-saat mengandung dan dimanja
Nicholas memandang haru foto keempat anaknya yang tumbuh dengan sangat baik. Putri bungsunya bahkan sudah besar dan kini sudah memasuki sekolah menengah atas, tiga kakaknya yang lain sudah lulus dari perguruan tinggi dan sibuk dengan cita-cita mereka masing-masing.Nicholas tidak pernah terpikirkan sanggup menjalani kehidupan selama ini setelah berbagai macam badai yang dia lewati. Tentunya, bersama Shiren dia sanggup melewati segala hal."Melamun lagi? Agaknya lebih baik kita pergi berkencan daripada bosan di rumah. Ayo, aku sudah pesan tempat," celetuk Shiren membubarkan lamunan Nicholas.Ditariknya pinggang Shiren dengan lembut sampai tubuh itu jatuh dalam pangkuan Nicholas. Shiren hanya bisa diam dan menikmati rengkuhan hangat dari sang suami."Aku sangat mencintaimu, Shiren. Kamu segalanya untukku," lirih Nicholas tampak berhenti membelai lembut tubuh sang istri. "Aku juga. Aku juga sangat sangat mencintaimu," balas Shiren tak kalah lembut. Semakin tua Nicholas semakin manja dan
"Nicholas, Shiren jatuh!"Tiga kata keramat itu berhasil membuat nyawa Nicholas hampir lepas dari tempatnya. Kandungan Shiren sangat lemah, dan beberapa hari yang lalu dokter sempat berkata padanya kalau Shiren tidak boleh jatuh-jatuh lagi atau akibatnya sangat fatal. Dan saat ini, hal yang sama terulang kembali."Shiren, jangan tidur! Tatap mataku dan jangan pernah tidur! Lihat aku lihat aku, kamu pasti baik-baik saja, kamu dan anak kita pasti selamat. Jangan tutup matamu, Sayang, aku mohon. Katakan apapun yang kamu rasa dan jangan pernah tidur!" Nicholas terus mengoceh dengan kedua kaki terus melangkah membawa istrinya keluar dari rumah. Dan saat masuk ke dalam mobil, Shiren hampir-hampir hilang kesadaran kalau Nicholas tidak semakin kuat berteriak."Shiren, ingat anak-anak dan aku, Sayang. Kamu tidak boleh seperti ini, kamu harus sembuh dan jangan pernah berniat meninggalkan kami. Lihat aku, kamu kuat dan harus bisa bertahan seperti apapun sulitnya. Aku mohon jangan tidur," pinta N
Sepasang suami istri yang sedang berbuat mesum di salah satu gazebo pantai hampir saja terciduk oleh petugas keamanan. Beruntungnya mereka tidak sampai melepas pakaian dan dengan mudah menutupi inti diri agar tidak dilihat orang lain."Kami hanya duduk santai di sini, tidak macam-macam," ungkap Nicholas dengan raut wajah serius, berharap kalau dua petugas keamanan yang sedang menginterogasinya percaya."Baiklah, maafkan kami sudah mengganggu waktu Tuan dan Nyonya, mungkin tadi hanya perasaanku saja seperti mendengar suara-suara aneh. Di pantai daerah ini memang tidak boleh macam-macam, kami bukan budaya yang bebas," jelas salah satu dari mereka. Setelah tak ada lagi salah paham, mereka pun pergi."Astaga ... aku benar-benar malu! Bagaimana bisa kita hampir terciduk? Idemu sangat buruk," gerutu Shiren kesal luar biasa pada suaminya. Dia sudah tiga kali menolak ide gila Nicholas, namun pria ini tetap memaksa. Alhasil, hampir saja kelakuan buruk mereka diketahui oleh orang lain."Maafka
Anak-anak di rumah tak kalah antusias dari orang tuanya yang sedang pergi berlibur. Mereka juga diajak pergi oleh Cassie dan Robert setiap pulang sekolah dan selalu pulang malam. Meskipun lelah menghadapi tiga cucunya yang sangat aktif, tapi Cassie dan Robert sangat senang. Mereka sangat puas bermain dengan anak-anak."Nenek, kami dan ayah lebih nakal siapa? Kata ayah, kami tidak nakal dan sangat baik seperti ayah kecil. Memangnya ayah tidak nakal? Aku tidak percaya sebenarnya," ujar Bernard mengungkapkan rasa penasarannya selama ini. Sudah cukup lama dia ingin bertanya namun baru ingat lagi sekarang.Cassie dan Robert sontak saling bertukar tatapan, Robert hanya bisa mengendikkan bahu dan menyerahkan urusan anak-anak pada Cassie. Robert pergi mencari angin di luar."Tentu saja, ayah kalian sangat baik dan tidak nakal. Maka dari itu kalian pun menjadi anak-anak yang tak beda jauh dengan ayah sewaktu kecil. Tapi tetap saja, mengurus tiga anak sekaligus tentu lebih melelahkan. Maka dari
Selesai bercinta yang sangat membara, Shirren kembali diserang rasa lapar luar biasa. Namun sebelum keluar dari kamar, dia tak lupa untuk mengenakan pakaian tertutup dari leher sampai ujung kaki. Jangan sampai ada orang lain yang melihat motif polkadot di tubuhnya. "Anna, tolong buatkan paella dan churos, ya? Ah iya, buatkan juga espreso dan jus mangga," pinta Shiren pada pramugari yang melayani. Wanita bernama Anna itu langsung mengiyakan dan cepat-cepat pergi.Shiren tak langsung kembali ke kamar, dia berkeliling sebentar di dalam pesawat pribadi ini yang sangat luas dan nyaman. Sofa-sofa berbulu halus dan empuk itu berhasil mencuri perhatian Shiren."Ah ... pinggangku, sofa ini nyaman sekali," gumam Shiren setelah berhasil menemukan posisi nyaman di sofa tunggal yang sangat nyaman. Dia hampir tertidur jika Anna tidak datang membawa pesanan yang dia inginkan."Yang espreso tolong berikan pada suamiku." Anna lagi-lagi mengangguk patuh sambil menaruh paella, churos dan jus mangga yan
"Tidak akan kumaafkan." Tiga kalimat yang Nicholas lontarkan berhasil membuat Shiren menahan napas, memandang Nicholas dengan tatapan tak percaya. Shiren menarik sebelah lengan Nicholas untuk dia peluk, dengan mudah dia kembali merengek sambil mengusal-usalkan tubuhnya pada Nicholas seperti anak kucing."Janganlah begitu ... kamu bukan tipe suami tanpa maaf untuk istri, aku tahu itu. Aku sangat sangat meminta maaf padamu, Suamiku. Tolong maafkan aku." Shiren terus merengek dan tak peduli pada pramugari dan pramugara yang berlalu lalang di sekitarnya. "Tapi aku belum mau memaafkanmu, bagaimana? Aku juga sakit hati dituduh yang tidak-tidak dan terus dimarahi sepanjang jalan," balas Nicholas semakin membuat Shiren kelabakan. Meskipun sang suami tidak acuh dan tidak jahat padanya, tetapi selagi maaf belum dia dapatkan, rasanya tidak akan pernah ada ketenangan."Kapan kamu mau memaafkanku memangnya? Apakah ada satu syarat yang perlu aku lakukan agar kamu mau memaafkanku?" tanya Shiren l
Pihak keamanan restoran sangat pusing melayani nyonya Leonard yang menyebalkan, berulang kali melihat rekaman yang dia mau namun masih belum percaya juga."Kamu tidak disuap oleh suamiku, kan? Berapa banyak uang yang dia berikan untuk mengedit video sebenarnya? Akan kubayar sepuluh kali lipat asal kamu beri tahu aku yang asli, bagaimana?" tawar Shiren yang masih yakin suaminya ini berbohong.Dari rekaman yang dia lihat, memang Nicholas dan Lea sempat bersentuhan secara tidak sengaja. Tapi, rasanya dia masih belum yakin. Di pojok ruangan Nicholas hanya bisa diam menyaksikan bagaimana petugas keamanan bagian memantau cctv melayani istrinya. Dari raut wajahnya Nicholas sudah bisa menebak kalau petugas itu sudah sangat lelah. "Demi Tuhan aku tidak berbohong, Nyonya. Kami tidak pernah merekayasa rekaman-rekaman seperti ini karena sangat rumit dan bisa membuat sistem berubah-ubah. Dan juga tuan Nicholas tidak pernah menyuapku, kami saja bertemu baru kali ini," jelas petugas itu entah untu
"Heh! Kamu cari kesempatan ya?!" Nicholas reflek mendorong tubuh Lea yang semula menempel pada tubuhnya. Heels yang Lea kenakan terlalu tinggi, alhasil salah sedikit saja dia hampir jatuh.Lea hampir jatuh untuk yang kedua kalinya jika tidak ditolong oleh sopir Nicholas. Setelah bisa berdiri dengan benar, barulah Lea membalas Nicholas yang seenak hati menuduhnya."Kamu pikir aku mau menempel padamu seperti tadi? Kalau bisa, pantatku yang cantik ini lebih baik menyentuh lantai daripada menyentuhmu. Dasar pria aneh!" cecar Lea menatap marah pada Nicholas yang menurutnya sangat sembarangan. Nicholas menghela napas pelan dan memilih diam, sebenarnya tadi dia hanya terkejut. Rasanya sangat tidak nyaman saat tubuh wanita lain menyentuh dirinya. Padahal, dia tahu sendiri kalau tadi Lea benar-benar jatuh dan tidak sengaja."Baiklah, aku minta maaf. Terima kasih atas waktu dan penjelasanmu malam ini," putus Nicholas sebelum masuk ke dalam mobil miliknya. Lea hanya mengangguk singkat dan dia