Shiren mulai merasa khawatir sejak semalam Nicholas tidak mau berbicara dengannya. Hanya dehaman dan anggukan yang pria itu lakukan untuk merespon ucapannya. Pagi ini, Shiren berusaha lebih hangat lagi pada Nicholas. Dia bangun cukup pagi untuk membuatkan sarapan khusus lalu membawanya ke kamar. Pakaian kerja Nicholas juga sudah dia siapkan, tinggal membangunkan Nicholas lalu melayani pria itu dengan baik seperti biasa."Sayang, sudah jam enam. Kamu harus pergi bekerja sekarang," ujar Shiren dengan suara yang tidak terlalu keras agar suaminya tidak terkejut. Juga mengusap lembut rahang pria itu agar terganggu dan cepat bangun.Perlahan kedua mata indah Nicholas terbuka, sejenak meregangkan tubuh lalu bergegas turun pergi mandi. Dia tidak menyapa Shiren apalagi menciumnya seperti biasa. Shiren tentu semakin ketakutan, dia merasa ada hal yang cukup janggal.Shiren menunggu Nicholas dengan hati yang tidak tenang, tatapannya terus tertuju pada pintu kamar mandi yang masih tertutup rapat
Shiren benar-benar menghabiskan waktu seharian ini dengan berdiam diri di kamar. Dia pasrah harus dikurung seperti ini oleh suaminya agar pria itu tidak semakin marah."Dijelaskan pun percuma karena kamu tidak mudah percaya," lirih Shiren seraya memandangi foto suaminya. Untuk membuang rasa bosan, dia membersihkan semua benda-benda yang ada di kamar. Termasuk beberapa bingkai foto yang terpajang di atas meja. Para orang tua juga tidak bisa ikut campur masalah ini, terlebih lagi Nicholas sudah mengatakan baik-baik saja yang tandanya pria itu memiliki jalan keluar sendiri. Selagi tidak membahayakan Shiren atau Nicholas, mereka akan pura-pura tidak tahu. Saat hendak menyimpan kembali bingkai foto sang suami di atas meja, Shiren sedikit ceroboh sampai membuat bingkai foto itu jatuh dan berakhir pecah. Dia cukup terkejut sebelum merapikan pecahan kaca yang berhambur di lantai."Kamu sangat ceroboh, Shiren. Kalau Nicholas tahu dia pasti semakin bertambah marah," gumam Shiren merutuki kebo
"Astaga, ini sakit sekali," rintih Shiren ketika kakinya yang terluka tidak sengaja menginjak lantai terlalu kuat. Dia hanya bisa merintih sendirian karena sampai saat ini pun pintu kamarnya masih terkunci dari luar. Terakhir dibuka ketika makan siang.Pelan-pelan Shiren berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Dia tidak berani berlama-lama di sana karena keadaan tubuhnya mulai memburuk. Setelahnya Shiren cepat-cepat mengenakan pakaian yang paling mudah dia pakai. Rasanya suhu ruangan terasa semakin dingin dan dia lebih nyaman berada di atas kasur."Aku baru bangun tidur siang tapi sekarang sudah mengantuk lagi," gumam Shiren dengan kedua mata setengah terpejam. Dia kembali tertidur sampai Nicholas pulang. Pria itu sampai berlari kecil agar cepat sampai di kamar dan bertemu dengan istrinya. Dia harus meminta maaf pada wanita itu sebanyak mungkin. Sehubungan tidak sabar menunggu malam, Nicholas memutuskan untuk bertemu pria asing itu sebelum pulang. Dia rela jadwal bertem
Nicholas tidak melepaskan pelukannya pada Shiren barang sedetik sebelum wanita itu sadarkan diri. Meskipun dokter mengatakan Shiren hanya demam biasa, tidak bisa membuat Nicholas tenang dan semakin dirundung rasa bersalah.Tak sengaja Nicholas melirik pada perut buncit Shiren. Rasa bersalah semakin kuat Nicholas rasakan. Dia tidak hanya mengabaikan satu orang, melainkan empat orang sekaligus. "Sayang, maafkan Ayah," lirih Nicholas yang kini beralih mengecupi perut Shiren. Dia semakin menangis ketika tidak mendapat tendangan seperti biasa. Apakah anak-anaknya juga sangat marah?Cassie, Robert, dan Belinda tentu tidak tega melihat Nicholas seperti ini. Namun apa boleh buat, semua sudah terlanjur.Beberapa menit kemudian, kelopak mata Shiren mulai bergerak-gerak tanda wanita itu akan segera sadarkan diri. Belinda yang menyadari hal itu segera memanggil dokter untuk memastikan Shiren baik-baik saja."Ayo buka matamu, Sayang. Kamu harus sembu
Nicholas menaruh tubuh Shiren dengan begitu hati-hati di atas kasur. Shiren memang tertidur sejak keluar dari restoran sebelumnya.Setelah memastikan sang istri nyaman, kini giliran Nicholas untuk membersihkan diri terlebih dahulu. "Akh sial, kenapa kamu bereaksi sekarang," umpat Nicholas merasa kesal ketika miliknya malah bangun dengan sempurna. Mungkin karena beberapa hari ini tidak mendapatkan jatah dari Shiren, setelah berbaikan si cacing langsung menginginkan haknya.Karena tidak tega jika harus mengganggu tidur damai sang istri, Nicholas mau tak mau menyelesaikan masalahnya sendirian untuk sementara. Bahkan di pikirannya pun terisi penuh oleh bayangan panas sang istri. Cepat-cepat Nicholas keluar dari kamar mandi setelah selesai dengan segala macam urusan. Dia langsung ikut berbaring di samping Shiren setelah mengenakan pakaian.***Di kediamannya, Maeva sedang mencurahkan isi hati pada seseorang yang beberapa minggu ini
"Bagaimana beritaku kemarin? Apakah masih ramai diperbincangkan oleh orang lain?" tanya Shiren penasaran. Kemarin juga dia tidak sempat membuka ponsel dan televisi karena Nicholas melarangnya menggunakan kedua benda itu."Tadi malam pria menyebalkan itu sudah membuat video klarifikasi dan langsung diluncurkan saat itu juga pada media sosial. Dia menjelaskan sebaik mungkin tentang keadaan sebenarnya. Berita buruk yang beredar berhasil dihapuskan. Mungkin masih ada satu dua, tapi sembilan puluh delapan persen sudah tidak ada," jawab Nicholas membuat Shiren kembali tenang. Shiren kembali memeluk Nicholas dengan manja. "Maafkan aku sudah membuatmu pusing," cicit Shiren.Tentu saja Shiren merasa tidak enak hati, dia sempat menodai nama keluarga Leonard juga Lavine. Beruntung semua itu hanya kesalahpahaman semata.Shiren memejamkan mata ketika bibirnya dicium lembut oleh sang suami. Hanya beberapa detik karena setelahnya Nicholas kembali fokus pada layar laptop."Kesalahanku lebih parah da
"H-hubungan apa? Aku tidak memiliki hubungan apapun dengan kakak Jay," jawab Maeva sedikit gelagapan menjawab pertanyaan santai Shiren. Di seberang sana Shiren terkekeh, dijawab dengan gugup malah membuatnya semakin curiga."Jay itu tidak bisa bermain rahasia, Maeva. Kamu tidak pernah membahas Jay lagi, sedangkan kalian berdua sangat sering berhubungan, kan? Jay berkata padaku setiap malam kalian saling bertukar kabar melalui telepon."Dam hati Maeva sangat riuh mengumpati pria bernama Jay Lavine. Dia benar-benar tidak menyangka pria itu akan banyak bicara pada orang lain termasuk kakaknya."Tidak perlu malu. Toh katamu kalian tidak memiliki hubungan apapun, kan? Itu sama halnya kamu denganku. Sama-sama berteman artinya. Kenapa sangat gugup seperti itu?" tanya Shiren semakin sengaja menjebak Maeva. Bisa dia bayangkan betapa merahnya wajah Maeva sekarang."Pizza dan burgerku sudah datang, Kak. Aku makan dulu sebentar," ucap Maeva sebelum memutus sambungan teleponnya secara sepihak.Ta
Robert hanya bisa pasrah menerima semua pekerjaan yang bukan bagiannya demi kesenangan sang penguasa. Sejak masuk ke dalam ruangannya, Nicholas tidak pernah keluar lagi sampai beberapa jam kemudian bahkan dihubungi saja tidak bisa. Selalu seperti ini jika Shiren ikut serta."Oh Tuhan, tidak seperti ini saja pekerjaanku sudah banyak," keluh Robert seraya mengacak rambutnya frustrasi. Dia ingin menangis sekarang juga.Sampai jam pulang tiba, Robert benar-benar sibuk memegang kendali semuanya. Keadaannya benar-benar kacau sekarang, dia seperti tidak diberi waktu bernapas sedetik pun."Satu langkah lagi, setelah ini aku harus pulang tanpa peduli dua manusia itu. Semangat!" ucap Robert menyemangati dirinya sendiri. Tepat di sentuhan terakhir, ponselnya berbunyi menandakan sebuah notifikasi pesan yang masuk. Robert yang semula berantakan kini kembali tersenyum cerah melihat deretan angka yang menghiasi layar ponselnya. Tertulis indah 'upah lebih' di sana, dikirim oleh Nicholas. Nicholas ju
"Ohh, Sayang, kenapa kamu tidak menua sama sekali?" tanya Shiren dengan suara sensual saat merasakan badai kenikmatan yang tidak berkesudahan dari sang suami. Melihat bagaimana gagahnya pria ini memberikan sentuhan cinta yang tak pernah berubah dari awal mereka bersama. Nicholas mencecap habis seluruh rongga mulut Shiren seakan ingin menyatukan dua raga yang berbeda. Dan untuk yang ke sekian kalinya, mereka menikmati puncak kenikmatan bersamaan dengan rasa cinta yang semakin meluap.Nicholas ambruk di samping sang istri, memandang penuh bahagia pada seorang wanita yang sangat berarti di hidupnya."Harusnya aku yang bertanya seperti itu, Shiren. Kamu seperti vampir yang tidak pernah tua. Wajahmu saat masih gadis masih bisa aku lihat sekarang," balas Nicholas tak kalah pandai memuja sang pujaan hati.Shiren semakin menempel pada Nicholas seraya terkikik geli, dia naik ke atas perut Nicholas lalu berbaring di sana. "Andai aku bisa hamil lagi, aku rindu saat-saat mengandung dan dimanja
Nicholas memandang haru foto keempat anaknya yang tumbuh dengan sangat baik. Putri bungsunya bahkan sudah besar dan kini sudah memasuki sekolah menengah atas, tiga kakaknya yang lain sudah lulus dari perguruan tinggi dan sibuk dengan cita-cita mereka masing-masing.Nicholas tidak pernah terpikirkan sanggup menjalani kehidupan selama ini setelah berbagai macam badai yang dia lewati. Tentunya, bersama Shiren dia sanggup melewati segala hal."Melamun lagi? Agaknya lebih baik kita pergi berkencan daripada bosan di rumah. Ayo, aku sudah pesan tempat," celetuk Shiren membubarkan lamunan Nicholas.Ditariknya pinggang Shiren dengan lembut sampai tubuh itu jatuh dalam pangkuan Nicholas. Shiren hanya bisa diam dan menikmati rengkuhan hangat dari sang suami."Aku sangat mencintaimu, Shiren. Kamu segalanya untukku," lirih Nicholas tampak berhenti membelai lembut tubuh sang istri. "Aku juga. Aku juga sangat sangat mencintaimu," balas Shiren tak kalah lembut. Semakin tua Nicholas semakin manja dan
"Nicholas, Shiren jatuh!"Tiga kata keramat itu berhasil membuat nyawa Nicholas hampir lepas dari tempatnya. Kandungan Shiren sangat lemah, dan beberapa hari yang lalu dokter sempat berkata padanya kalau Shiren tidak boleh jatuh-jatuh lagi atau akibatnya sangat fatal. Dan saat ini, hal yang sama terulang kembali."Shiren, jangan tidur! Tatap mataku dan jangan pernah tidur! Lihat aku lihat aku, kamu pasti baik-baik saja, kamu dan anak kita pasti selamat. Jangan tutup matamu, Sayang, aku mohon. Katakan apapun yang kamu rasa dan jangan pernah tidur!" Nicholas terus mengoceh dengan kedua kaki terus melangkah membawa istrinya keluar dari rumah. Dan saat masuk ke dalam mobil, Shiren hampir-hampir hilang kesadaran kalau Nicholas tidak semakin kuat berteriak."Shiren, ingat anak-anak dan aku, Sayang. Kamu tidak boleh seperti ini, kamu harus sembuh dan jangan pernah berniat meninggalkan kami. Lihat aku, kamu kuat dan harus bisa bertahan seperti apapun sulitnya. Aku mohon jangan tidur," pinta N
Sepasang suami istri yang sedang berbuat mesum di salah satu gazebo pantai hampir saja terciduk oleh petugas keamanan. Beruntungnya mereka tidak sampai melepas pakaian dan dengan mudah menutupi inti diri agar tidak dilihat orang lain."Kami hanya duduk santai di sini, tidak macam-macam," ungkap Nicholas dengan raut wajah serius, berharap kalau dua petugas keamanan yang sedang menginterogasinya percaya."Baiklah, maafkan kami sudah mengganggu waktu Tuan dan Nyonya, mungkin tadi hanya perasaanku saja seperti mendengar suara-suara aneh. Di pantai daerah ini memang tidak boleh macam-macam, kami bukan budaya yang bebas," jelas salah satu dari mereka. Setelah tak ada lagi salah paham, mereka pun pergi."Astaga ... aku benar-benar malu! Bagaimana bisa kita hampir terciduk? Idemu sangat buruk," gerutu Shiren kesal luar biasa pada suaminya. Dia sudah tiga kali menolak ide gila Nicholas, namun pria ini tetap memaksa. Alhasil, hampir saja kelakuan buruk mereka diketahui oleh orang lain."Maafka
Anak-anak di rumah tak kalah antusias dari orang tuanya yang sedang pergi berlibur. Mereka juga diajak pergi oleh Cassie dan Robert setiap pulang sekolah dan selalu pulang malam. Meskipun lelah menghadapi tiga cucunya yang sangat aktif, tapi Cassie dan Robert sangat senang. Mereka sangat puas bermain dengan anak-anak."Nenek, kami dan ayah lebih nakal siapa? Kata ayah, kami tidak nakal dan sangat baik seperti ayah kecil. Memangnya ayah tidak nakal? Aku tidak percaya sebenarnya," ujar Bernard mengungkapkan rasa penasarannya selama ini. Sudah cukup lama dia ingin bertanya namun baru ingat lagi sekarang.Cassie dan Robert sontak saling bertukar tatapan, Robert hanya bisa mengendikkan bahu dan menyerahkan urusan anak-anak pada Cassie. Robert pergi mencari angin di luar."Tentu saja, ayah kalian sangat baik dan tidak nakal. Maka dari itu kalian pun menjadi anak-anak yang tak beda jauh dengan ayah sewaktu kecil. Tapi tetap saja, mengurus tiga anak sekaligus tentu lebih melelahkan. Maka dari
Selesai bercinta yang sangat membara, Shirren kembali diserang rasa lapar luar biasa. Namun sebelum keluar dari kamar, dia tak lupa untuk mengenakan pakaian tertutup dari leher sampai ujung kaki. Jangan sampai ada orang lain yang melihat motif polkadot di tubuhnya. "Anna, tolong buatkan paella dan churos, ya? Ah iya, buatkan juga espreso dan jus mangga," pinta Shiren pada pramugari yang melayani. Wanita bernama Anna itu langsung mengiyakan dan cepat-cepat pergi.Shiren tak langsung kembali ke kamar, dia berkeliling sebentar di dalam pesawat pribadi ini yang sangat luas dan nyaman. Sofa-sofa berbulu halus dan empuk itu berhasil mencuri perhatian Shiren."Ah ... pinggangku, sofa ini nyaman sekali," gumam Shiren setelah berhasil menemukan posisi nyaman di sofa tunggal yang sangat nyaman. Dia hampir tertidur jika Anna tidak datang membawa pesanan yang dia inginkan."Yang espreso tolong berikan pada suamiku." Anna lagi-lagi mengangguk patuh sambil menaruh paella, churos dan jus mangga yan
"Tidak akan kumaafkan." Tiga kalimat yang Nicholas lontarkan berhasil membuat Shiren menahan napas, memandang Nicholas dengan tatapan tak percaya. Shiren menarik sebelah lengan Nicholas untuk dia peluk, dengan mudah dia kembali merengek sambil mengusal-usalkan tubuhnya pada Nicholas seperti anak kucing."Janganlah begitu ... kamu bukan tipe suami tanpa maaf untuk istri, aku tahu itu. Aku sangat sangat meminta maaf padamu, Suamiku. Tolong maafkan aku." Shiren terus merengek dan tak peduli pada pramugari dan pramugara yang berlalu lalang di sekitarnya. "Tapi aku belum mau memaafkanmu, bagaimana? Aku juga sakit hati dituduh yang tidak-tidak dan terus dimarahi sepanjang jalan," balas Nicholas semakin membuat Shiren kelabakan. Meskipun sang suami tidak acuh dan tidak jahat padanya, tetapi selagi maaf belum dia dapatkan, rasanya tidak akan pernah ada ketenangan."Kapan kamu mau memaafkanku memangnya? Apakah ada satu syarat yang perlu aku lakukan agar kamu mau memaafkanku?" tanya Shiren l
Pihak keamanan restoran sangat pusing melayani nyonya Leonard yang menyebalkan, berulang kali melihat rekaman yang dia mau namun masih belum percaya juga."Kamu tidak disuap oleh suamiku, kan? Berapa banyak uang yang dia berikan untuk mengedit video sebenarnya? Akan kubayar sepuluh kali lipat asal kamu beri tahu aku yang asli, bagaimana?" tawar Shiren yang masih yakin suaminya ini berbohong.Dari rekaman yang dia lihat, memang Nicholas dan Lea sempat bersentuhan secara tidak sengaja. Tapi, rasanya dia masih belum yakin. Di pojok ruangan Nicholas hanya bisa diam menyaksikan bagaimana petugas keamanan bagian memantau cctv melayani istrinya. Dari raut wajahnya Nicholas sudah bisa menebak kalau petugas itu sudah sangat lelah. "Demi Tuhan aku tidak berbohong, Nyonya. Kami tidak pernah merekayasa rekaman-rekaman seperti ini karena sangat rumit dan bisa membuat sistem berubah-ubah. Dan juga tuan Nicholas tidak pernah menyuapku, kami saja bertemu baru kali ini," jelas petugas itu entah untu
"Heh! Kamu cari kesempatan ya?!" Nicholas reflek mendorong tubuh Lea yang semula menempel pada tubuhnya. Heels yang Lea kenakan terlalu tinggi, alhasil salah sedikit saja dia hampir jatuh.Lea hampir jatuh untuk yang kedua kalinya jika tidak ditolong oleh sopir Nicholas. Setelah bisa berdiri dengan benar, barulah Lea membalas Nicholas yang seenak hati menuduhnya."Kamu pikir aku mau menempel padamu seperti tadi? Kalau bisa, pantatku yang cantik ini lebih baik menyentuh lantai daripada menyentuhmu. Dasar pria aneh!" cecar Lea menatap marah pada Nicholas yang menurutnya sangat sembarangan. Nicholas menghela napas pelan dan memilih diam, sebenarnya tadi dia hanya terkejut. Rasanya sangat tidak nyaman saat tubuh wanita lain menyentuh dirinya. Padahal, dia tahu sendiri kalau tadi Lea benar-benar jatuh dan tidak sengaja."Baiklah, aku minta maaf. Terima kasih atas waktu dan penjelasanmu malam ini," putus Nicholas sebelum masuk ke dalam mobil miliknya. Lea hanya mengangguk singkat dan dia