Shiren menunggu kedatangan suaminya dengan hati berdebar. Dia sangat tidak sabar melihat ekspresi Nicholas ketika tahu jumlah calon anaknya."Sabar ya anak-anak, ayah kalian masih di jalan," ucap Shiren sambil mengusap perutnya. Dia duduk santai di sofa ruang tamu yang menghadap langsung pada pintu utama. Niat awalnya ingin menunggu di teras, namun karena sudah cukup malam, para orang tua tidak ada yang mengizinkan dirinya duduk di luar. Sekitar lima belas menit menunggu, akhirnya suara mobil Nicholas terdengar membuat Shiren semakin berdebar. Tiba-tiba saja dia merasa terharu dan kembali meneteskan air mata. Ketika Nicholas masuk, pria itu terkejut melihat mata istrinya yang sembab."Sayang, kamu menangis? Ada apa? Apa yang kamu rasakan?" tanya Nicholas khawatir, dia segera membawa Shiren ke pelukan untuk ditenangkan."Aku baik-baik saja, aku hanya merasa sangat bahagia," jawab Shiren pelan. Tapi semakin lama rasa terharunya semakin menjalar ke mana-mana, dia belum sempat memberitah
Nyatanya, semalaman ini Nicholas benar-benar tidak bisa tertidur. Rasa bahagia mengetahui sang istri mengandung tiga janin sekaligus membuatnya segar sepanjang malam. "Apa lagi yang harus aku lakukan?" tanya Nicholas pada dirinya sendiri. Dia baru saja selesai membuat beberapa dokumen yang sebenarnya tugas Robert. Dilihatnya Shiren yang masih terlelap, membuat Nicholas kembali memiliki niat untuk tidur di samping wanita itu. Dia tidak peduli sebentar lagi langit akan cerah, dia akan mencoba istirahat sebisa mungkin."Kalian membuat Ayah sangat bahagia sampai tidak bisa tidur seperti ini. Tapi tidak apa-apa, tidak tidur satu malam tidak akan membuat Ayah mati. Yang terpenting kalian bertiga sehat di dalam perut Ibu dan tumbuh dengan sempurna. Ayah sangat mencintai kalian," ucap Nicholas diakhiri dengan kecupan lembut pada permukaan perut Shiren.Wanita itu sedikit menggeliat merasa terganggu, dia hampir bangun jika Nicholas tidak gerak cepat mene
"Kamu bahagia hari ini?" tanya Nicholas setelah menciumi wajah Shiren dengan gemas. Obat lelah dari segala masalah tentu saja Shiren.Shiren mengangguk cepat, dia mulai menceritakan aktivitas hari ini dengan penuh semangat. "Kamu tahu, aku sangat merasa bersalah pada Lily dan Maeva. Mereka panik bukan main ketika aku memanggil, mereka kira aku terjatuh. Padahal, aku hanya meminta tolong untuk membuang ulat di sekitar buah jeruk yang mau aku ambil. Maeva sampai berlarian mencari pelayan untuk membawaku ke rumah sakit," cerocos Shiren antusias. Nicholas tertawa kecil mendengar cerita Shiren. Sebelah lengannya terangkat untuk merapikan beberapa helai rambut Shiren yang cukup berantakan terkena angin."Itu artinya mereka sangat menyayangimu, mereka tidak mau kamu terluka. Baguslah, aku tenang kalau begitu. Kamu memang tidak boleh terluka walau seujung kuku," balas Nicholas seraya mengecup kecil punggung tangan sang istri. Shiren terkikik g
Kedatangan tuan dan nyonya Leonard tentu saja menyita semua atensi para tamu undangan. Termasuk pemilik acara itu sendiri. Keanggunan seorang Shiren Leonard tak tertandingkan. "Selamat malam, Tuan Joshua. Aku datang bersama istriku, Shiren Leonard," ucap Nicholas menyapa dan memperkenalkan Shiren pada rekan kerjanya. Seorang pengusaha sukses yang sayangnya masih setia melajang.Joshua membalas jabatan tangan Nicholas, dari gerak-geriknya Joshua paham Nicholas tidak mengizinkan Shiren disentuh olehnya. "Selamat malam, Tuan dan Nyonya Leonard. Maafkan aku sudah mengganggu waktu istirahat kalian oleh acara tidak jelas seperti ini. Mari duduk, sebentar lagi makan malamnya akan segera dimulai," ucap Joshua ramah. Sebagai tamunya yang sangat penting, Joshua sendiri yang menunjukkan di mana tempat duduk Nicholas dan Shiren."Sebenarnya, acara ini bukan hanya makan malam merayakan ulang tahunku. Tapi, sekaligus memperkenalkan calon istriku pad
Jay benar-benar menepati janjinya, dia datang di hari sabtu malam lalu menginap di kediaman Leonard. "Mana calon istri yang akan kamu bawa itu, Jay?" tanya Robert. Dia ingat betul dengan perkataan Jay yang akan membawa calon istri itu.Jay pura-pura tak mendengar, dia sibuk merapikan susunan lego bersama Shiren. "Ayah bertanya padamu, Jay," tegur Shiren setelah cukup lama menunggu Jay menjawab pertanyaan Robert. Tampak pria itu memutar bola mata malas, mau tak mau dia harus menjawab."Masih kurahasiakan," jawab Jay singkat. Shiren sontak tertawa keras, dia sampai memegangi perutnya sendiri agar tidak terlalu terguncang."Sudahlah! Kamu sangat tidak pandai berbohong. Tinggal katakan belum ada apa susahnya?"Jay segera bagkit dari duduknya lalu berjongkok di belakang Shiren, dipeluknya wanita itu lalu mengnggigit pipi chubby Shiren dengan gemas. Shiren tentu saja meronta, tapi tenaganya kalah telak dengan Jay yang jauh lebih ting
"Shiren, lihat ini! Ini Maeva, kan?"Shiren menoleh, ikut memerhatikan layar ponsel Belinda yang menunjukkan seorang gadis dengan sebelah lengan diperban tak sadarkan diri ranjang rumah sakit.Beberapa detik setelahnya Shiren sadar, gadis itu Maeva!"Maeva?! Dari mana Ibu dapat foto ini? Kenapa Maeva jadi seperti itu?!" tanya Shire panik."Jangan panik, Shiren. Ibu mohon jangan panik dan tetap tenang. Maeva saat ini ada di rumah sakit bersama Jay. B-bukan Jay yang membuat Maeva seperti ini, Jay hanya menolong Maeva," jelas Belinda sebaik mungkin agar anaknya tidak semakin salah kaprah. "Aku paham. Aku akan ke rumah sakit sekarang bersama Nicholas."Cepat-cepat Shiren mencari suaminya lalu pergi ke rumah sakit setelah mendapatkan alamatnya dari Jay. Belinda dan Cassie pun ikut, sedangkan Robert sedang tidur siang sekarang."Jangan panik, Sayang. Kata Jay Maeva baik-baik saja, kan? Dia sudah diobati dengan baik oleh dokte
Tubuh Maeva sontak menegang ketika Jay dengan mudah menggendong tubuhnya. Jangankan meronta, bernapas saja dia hampir lupa."Wow, hebat sekali anakmu, Bu," ucap Nicholas seraya menyenggol lengan Belinda. Wanita itu tampak ternganga melihat Jay menggendong seorang gadis."Sangat menakjubkan," balas Belinda tanpa sadar.Pintu rumah Maeva dibuka oleh Shiren, beruntungnya dia sudah tahu di mana Maeva biasa menyimpan kunci. Tepat di pot bunga kecil yang ada di dekat pintu.Setelah masuk, Jay segera mendudukkan Maeva pada sofa. Wajah Maeva terlihat sangat memerah diperlakukan seperti itu oleh Jay. "Di mana orang tuamu?" tanya Jay celingukan. Rumah Maeva sangat sepi."Ayahku ada di toko, dia sedang berjualan. Pulangnya nanti malam," jawab Maeva setelah cukup lama terdiam. Beruntung dia pandai menenangkan diri.Jay mengangguk paham. "Lalu Ibumu?"Shiren terkejut, dia lupa memberitahu Jay bahwa Maeva sudah tidak memiliki seorang ibu.Maeva tersenyum manis, dia merasa lucu melihat wajah orang-
"Gila, istrimu benar-benar gila!!!" teriak Jay ketika roller coaster yang dia naiki mulai melaju kencang. Berkali-kali Jay menyumpah serapahi kakaknya yang sangat kurang ajar."Diam, bodoh! Tinggal nikmati apa sulitnya? Lihat ke depan, pemandangannya sangat indah!" Nicholas berusaha menenggakkan kepala Jay yang terus tertunduk dengan mata terpejam. Pria ini sangat ketakutan.Jay tidak peduli dengan segala ucapan Nicholas, dia tidak sanggup membuka mata apalagi menikmati pemandangan. Mulutnya bahkan tidak bisa berhenti menyumpahi Shiren. "Awas saja, kalau ketiga bayimu sudah lahir, akan kubawa satu dia," ujar Jay tanpa membuka mata.Nicholas yang awalnya sangat menikmati pemandangan tiba-tiba teralihkan oleh ucapan Jay. Dia reflek menoleh dan melepas genggaman Jay pada pegangan. Jay sontak menjerit lebih keras dari sebelumnya."Satu anak pun tidak akan kuberikan padamu walau anakku ada seratus!" kesal Nicholas. Jay tidak peduli, yang dia
"Ohh, Sayang, kenapa kamu tidak menua sama sekali?" tanya Shiren dengan suara sensual saat merasakan badai kenikmatan yang tidak berkesudahan dari sang suami. Melihat bagaimana gagahnya pria ini memberikan sentuhan cinta yang tak pernah berubah dari awal mereka bersama. Nicholas mencecap habis seluruh rongga mulut Shiren seakan ingin menyatukan dua raga yang berbeda. Dan untuk yang ke sekian kalinya, mereka menikmati puncak kenikmatan bersamaan dengan rasa cinta yang semakin meluap.Nicholas ambruk di samping sang istri, memandang penuh bahagia pada seorang wanita yang sangat berarti di hidupnya."Harusnya aku yang bertanya seperti itu, Shiren. Kamu seperti vampir yang tidak pernah tua. Wajahmu saat masih gadis masih bisa aku lihat sekarang," balas Nicholas tak kalah pandai memuja sang pujaan hati.Shiren semakin menempel pada Nicholas seraya terkikik geli, dia naik ke atas perut Nicholas lalu berbaring di sana. "Andai aku bisa hamil lagi, aku rindu saat-saat mengandung dan dimanja
Nicholas memandang haru foto keempat anaknya yang tumbuh dengan sangat baik. Putri bungsunya bahkan sudah besar dan kini sudah memasuki sekolah menengah atas, tiga kakaknya yang lain sudah lulus dari perguruan tinggi dan sibuk dengan cita-cita mereka masing-masing.Nicholas tidak pernah terpikirkan sanggup menjalani kehidupan selama ini setelah berbagai macam badai yang dia lewati. Tentunya, bersama Shiren dia sanggup melewati segala hal."Melamun lagi? Agaknya lebih baik kita pergi berkencan daripada bosan di rumah. Ayo, aku sudah pesan tempat," celetuk Shiren membubarkan lamunan Nicholas.Ditariknya pinggang Shiren dengan lembut sampai tubuh itu jatuh dalam pangkuan Nicholas. Shiren hanya bisa diam dan menikmati rengkuhan hangat dari sang suami."Aku sangat mencintaimu, Shiren. Kamu segalanya untukku," lirih Nicholas tampak berhenti membelai lembut tubuh sang istri. "Aku juga. Aku juga sangat sangat mencintaimu," balas Shiren tak kalah lembut. Semakin tua Nicholas semakin manja dan
"Nicholas, Shiren jatuh!"Tiga kata keramat itu berhasil membuat nyawa Nicholas hampir lepas dari tempatnya. Kandungan Shiren sangat lemah, dan beberapa hari yang lalu dokter sempat berkata padanya kalau Shiren tidak boleh jatuh-jatuh lagi atau akibatnya sangat fatal. Dan saat ini, hal yang sama terulang kembali."Shiren, jangan tidur! Tatap mataku dan jangan pernah tidur! Lihat aku lihat aku, kamu pasti baik-baik saja, kamu dan anak kita pasti selamat. Jangan tutup matamu, Sayang, aku mohon. Katakan apapun yang kamu rasa dan jangan pernah tidur!" Nicholas terus mengoceh dengan kedua kaki terus melangkah membawa istrinya keluar dari rumah. Dan saat masuk ke dalam mobil, Shiren hampir-hampir hilang kesadaran kalau Nicholas tidak semakin kuat berteriak."Shiren, ingat anak-anak dan aku, Sayang. Kamu tidak boleh seperti ini, kamu harus sembuh dan jangan pernah berniat meninggalkan kami. Lihat aku, kamu kuat dan harus bisa bertahan seperti apapun sulitnya. Aku mohon jangan tidur," pinta N
Sepasang suami istri yang sedang berbuat mesum di salah satu gazebo pantai hampir saja terciduk oleh petugas keamanan. Beruntungnya mereka tidak sampai melepas pakaian dan dengan mudah menutupi inti diri agar tidak dilihat orang lain."Kami hanya duduk santai di sini, tidak macam-macam," ungkap Nicholas dengan raut wajah serius, berharap kalau dua petugas keamanan yang sedang menginterogasinya percaya."Baiklah, maafkan kami sudah mengganggu waktu Tuan dan Nyonya, mungkin tadi hanya perasaanku saja seperti mendengar suara-suara aneh. Di pantai daerah ini memang tidak boleh macam-macam, kami bukan budaya yang bebas," jelas salah satu dari mereka. Setelah tak ada lagi salah paham, mereka pun pergi."Astaga ... aku benar-benar malu! Bagaimana bisa kita hampir terciduk? Idemu sangat buruk," gerutu Shiren kesal luar biasa pada suaminya. Dia sudah tiga kali menolak ide gila Nicholas, namun pria ini tetap memaksa. Alhasil, hampir saja kelakuan buruk mereka diketahui oleh orang lain."Maafka
Anak-anak di rumah tak kalah antusias dari orang tuanya yang sedang pergi berlibur. Mereka juga diajak pergi oleh Cassie dan Robert setiap pulang sekolah dan selalu pulang malam. Meskipun lelah menghadapi tiga cucunya yang sangat aktif, tapi Cassie dan Robert sangat senang. Mereka sangat puas bermain dengan anak-anak."Nenek, kami dan ayah lebih nakal siapa? Kata ayah, kami tidak nakal dan sangat baik seperti ayah kecil. Memangnya ayah tidak nakal? Aku tidak percaya sebenarnya," ujar Bernard mengungkapkan rasa penasarannya selama ini. Sudah cukup lama dia ingin bertanya namun baru ingat lagi sekarang.Cassie dan Robert sontak saling bertukar tatapan, Robert hanya bisa mengendikkan bahu dan menyerahkan urusan anak-anak pada Cassie. Robert pergi mencari angin di luar."Tentu saja, ayah kalian sangat baik dan tidak nakal. Maka dari itu kalian pun menjadi anak-anak yang tak beda jauh dengan ayah sewaktu kecil. Tapi tetap saja, mengurus tiga anak sekaligus tentu lebih melelahkan. Maka dari
Selesai bercinta yang sangat membara, Shirren kembali diserang rasa lapar luar biasa. Namun sebelum keluar dari kamar, dia tak lupa untuk mengenakan pakaian tertutup dari leher sampai ujung kaki. Jangan sampai ada orang lain yang melihat motif polkadot di tubuhnya. "Anna, tolong buatkan paella dan churos, ya? Ah iya, buatkan juga espreso dan jus mangga," pinta Shiren pada pramugari yang melayani. Wanita bernama Anna itu langsung mengiyakan dan cepat-cepat pergi.Shiren tak langsung kembali ke kamar, dia berkeliling sebentar di dalam pesawat pribadi ini yang sangat luas dan nyaman. Sofa-sofa berbulu halus dan empuk itu berhasil mencuri perhatian Shiren."Ah ... pinggangku, sofa ini nyaman sekali," gumam Shiren setelah berhasil menemukan posisi nyaman di sofa tunggal yang sangat nyaman. Dia hampir tertidur jika Anna tidak datang membawa pesanan yang dia inginkan."Yang espreso tolong berikan pada suamiku." Anna lagi-lagi mengangguk patuh sambil menaruh paella, churos dan jus mangga yan
"Tidak akan kumaafkan." Tiga kalimat yang Nicholas lontarkan berhasil membuat Shiren menahan napas, memandang Nicholas dengan tatapan tak percaya. Shiren menarik sebelah lengan Nicholas untuk dia peluk, dengan mudah dia kembali merengek sambil mengusal-usalkan tubuhnya pada Nicholas seperti anak kucing."Janganlah begitu ... kamu bukan tipe suami tanpa maaf untuk istri, aku tahu itu. Aku sangat sangat meminta maaf padamu, Suamiku. Tolong maafkan aku." Shiren terus merengek dan tak peduli pada pramugari dan pramugara yang berlalu lalang di sekitarnya. "Tapi aku belum mau memaafkanmu, bagaimana? Aku juga sakit hati dituduh yang tidak-tidak dan terus dimarahi sepanjang jalan," balas Nicholas semakin membuat Shiren kelabakan. Meskipun sang suami tidak acuh dan tidak jahat padanya, tetapi selagi maaf belum dia dapatkan, rasanya tidak akan pernah ada ketenangan."Kapan kamu mau memaafkanku memangnya? Apakah ada satu syarat yang perlu aku lakukan agar kamu mau memaafkanku?" tanya Shiren l
Pihak keamanan restoran sangat pusing melayani nyonya Leonard yang menyebalkan, berulang kali melihat rekaman yang dia mau namun masih belum percaya juga."Kamu tidak disuap oleh suamiku, kan? Berapa banyak uang yang dia berikan untuk mengedit video sebenarnya? Akan kubayar sepuluh kali lipat asal kamu beri tahu aku yang asli, bagaimana?" tawar Shiren yang masih yakin suaminya ini berbohong.Dari rekaman yang dia lihat, memang Nicholas dan Lea sempat bersentuhan secara tidak sengaja. Tapi, rasanya dia masih belum yakin. Di pojok ruangan Nicholas hanya bisa diam menyaksikan bagaimana petugas keamanan bagian memantau cctv melayani istrinya. Dari raut wajahnya Nicholas sudah bisa menebak kalau petugas itu sudah sangat lelah. "Demi Tuhan aku tidak berbohong, Nyonya. Kami tidak pernah merekayasa rekaman-rekaman seperti ini karena sangat rumit dan bisa membuat sistem berubah-ubah. Dan juga tuan Nicholas tidak pernah menyuapku, kami saja bertemu baru kali ini," jelas petugas itu entah untu
"Heh! Kamu cari kesempatan ya?!" Nicholas reflek mendorong tubuh Lea yang semula menempel pada tubuhnya. Heels yang Lea kenakan terlalu tinggi, alhasil salah sedikit saja dia hampir jatuh.Lea hampir jatuh untuk yang kedua kalinya jika tidak ditolong oleh sopir Nicholas. Setelah bisa berdiri dengan benar, barulah Lea membalas Nicholas yang seenak hati menuduhnya."Kamu pikir aku mau menempel padamu seperti tadi? Kalau bisa, pantatku yang cantik ini lebih baik menyentuh lantai daripada menyentuhmu. Dasar pria aneh!" cecar Lea menatap marah pada Nicholas yang menurutnya sangat sembarangan. Nicholas menghela napas pelan dan memilih diam, sebenarnya tadi dia hanya terkejut. Rasanya sangat tidak nyaman saat tubuh wanita lain menyentuh dirinya. Padahal, dia tahu sendiri kalau tadi Lea benar-benar jatuh dan tidak sengaja."Baiklah, aku minta maaf. Terima kasih atas waktu dan penjelasanmu malam ini," putus Nicholas sebelum masuk ke dalam mobil miliknya. Lea hanya mengangguk singkat dan dia