Apakah Mentari akan tetap membenci Damar?
POV DAMAR 🏵️🏵️🏵️Aku tidak dapat memejamkan mata malam ini. Ingin rasanya bermesraan dengan wanita yang sekarang tidak seranjang lagi denganku. Aku merindukan saat-saat bersamanya seperti dulu lagi.Aku segera beranjak dari tempat tidur lalu melangkah menuju pintu kamar Tari. Aku berharap agar dia melakukan kewajibannya malam ini karena dia telah lama mengabaikan hak suaminya.Tok! Tok! Tok!Aku mengetuk pintu kamar Tari dan berharap dia segera membukakannya untukku. “Tari, buka pintunya. Aku ingin kamu melakukan apa yang menjadi kewajibannmu.”“Aku tidak punya kewajiban lagi untukmu!” Terdengar suara tegas dari balik pintu.“Aku ini suamimu dan kamu harus memenuhi hakku sebagai suami.”“Kenapa aku yang harus memenuhi hakmu? Pergi ke dalam pelukan wanita impianmu!”“Hanya kamu yang mampu membuatku bahagia.”“Ha-ha-ha! Udah malam-malam gini, kamu masih mampu membuat sebuah lelucon!”“Kenapa kamu ketawa? Lelucon apa maksud kamu?”“Aku nggak perlu jelasin! Pergi dari depan kamarku, ak
🏵️🏵️🏵️Sungguh, tidak dapat kubayangkan jika harus berpisah dengan Tari. Hidupku pasti akan makin hancur dan menderita. Bagiku, hanya Tari yang dapat menjadi istri yang bertanggung jawab dan setia melayani suami.Akan tetapi, sekarang semua itu tidak kudapatkan lagi darinya karena kesalahan yang aku perbuat. Dulu, Tari selalu melayani semua kebutuhanku dengan baik. Dia menyiapkan sarapan di pagi hari sebelum aku berangkat ke kantor, menyediakan semua perlengkapan yang akan kugunakan, selalu lembut dalam bertutur kata, dan setia mencium punggung tanganku.Akhirnya, aku tiba di rumah orang tuaku. Aku pun memarkirkan mobil lalu turun, kemudian melangkah memasuki rumah.Aku melewati Bi Inah yang sedang menyapu dan menyiram tanaman di halaman depan. Aku dengan penuh semangat langsung menuju ruang TV. Ternyata Mama dan Oma sedang bersantai menikmati acara kesayangan mereka.“Sore, Mah, Oma.” Aku segera menghampiri kedua wanita itu.“Damar?” Mama tampak terkejut melihat kedatanganku.Mama
POV DAMAR🏵️🏵️🏵️Sepanjang perjalanan menuju rumah, hati ini tidak berhenti untuk memikirkan semua hal tentang Tari. Dulu, dia selalu menyambutku dengan senyuman penuh semangat. Namun sekarang, semua itu sudah menjadi kenangan yang tidak mungkin bisa terlupakan karena dia selalu berusaha menjauh dariku.Tiba-tiba bayanganku tentang Tari buyar seketika saat melihat sosok Tia dan Om Rudy di depan salah satu hotel di kota ini. Mereka dengan mesra berjalan menuju tempat penginapan itu. Namun, aku sama sekali tidak tertarik untuk menghampiri pasangan yang berbuat tidak sepantasnya itu.Biarkan saja mereka menikmati masa-masa indah di atas penderitaan orang lain. Tunggu saja tanggal mainnya, aku dan keluarga sudah memiliki rencana hebat yang tidak terpikirkan oleh Tia.Oma tidak pernah terima perbuatan Tia yang ingin menghancurkan kehidupan rumah tangga anak dan menantunya. Tante Widi seorang istri yang sangat setia dan perhatian kepada suami dan keluarga.Sifat dan sikapnya tidak jauh be
POV DAMAR 🏵️🏵️🏵️Tiba-tiba aku merasakan perih di daerah sensitifku, aku makin panik dan binguung dengan apa yang kurasakan akhir-akhir ini. Sebaiknya hari ini setelah pulang kantor, aku segera ke rumah sakit untuk memeriksa keadaanku yang sebenarnya. Aku tidak ingin berlama-lama lagi untuk mengetahui apa yang terjadi sebenarnya.Aku segera melangkah memasuki mobil setelah menutup pintu rumah. Hati ini tidak keruan sepanjang jalan menuju kantor. Di satu sisi, ingin rasanya mencari keberadaan Tari, tetapi di sisi lain, aku makin takut dengan kondisi yang kualami saat ini.Aku sudah mengambil keputusan yang pasti agar segera ke rumah sakit sore ini, setelah itu baru mencari Tari. Aku akan tetap berusaha agar dia kembali kepadaku karena tanpa dirinya, hidup ini terasa hampa dan tidak berarti.Sepanjang jalan menuju kantor, aku sengaja melintas dari depan rumah Tia, suasananya tampak sepi karena sepertinya dia sudah berangkat kerja. Dia lupa siapa yang telah memberikannya pekerjaan yan
POV TIA🏵️🏵️🏵️Aku merasa aneh bertemu Mas Damar di rumah sakit, dia sepertinya mengidap penyakit yang sama dengan Om Rudy karena dia menuju ruangan yang sama dengan laki-laki paruh baya yang saat ini sedang menjalin hubungan denganku.Hubunganku dan Om Rudy berawal dari seringnya bertemu di sekolah milik keluarganya. Aku salah satu pengajar di sana, sedangkan Om Rudy pengelola sekolah tersebut. Laki-laki itu sering memberikan perhatian kepadaku walaupun dia tahu kalau diriku adalah istri Mas Damar, keponakannya.Walaupun Om Rudy lebih pantas jadi ayah untukku, tetapi hati tidak bisa berbohong kalau diriku telah jatuh cinta kepadanya hingga akhirnya kami menjalin hubungan tanpa sepengetahuan Mas Damar dan keluarganya.Om Rudy sering membawaku ke salah satu rumah mewah miliknya. Dia menumpahkan semua kasih sayangnya saat kami sedang memadu kasih. Dia lebih mampu memberiku kebahagiaan dibanding Mas Damar.Mas Damar jarang memperlakukanku dengan lembut saat memadu kasih, dia tidak pern
POV TIA🏵️🏵️🏵️Hari ini, genap empat bulan usia kehamilanku. Om Rudy makin menunjukkan perhatiannya. Sementara Mas Damar sudah tidak peduli lagi kepadaku. Dia tidak pernah lagi berkunjung ke rumah semenjak mengetahui hubunganku dengan Om-nya.Aku makin penasaran dengan kedatangan Mas Damar ke rumah sakit kala itu. Apa mungkin dia yang menularkan penyakit berbahaya itu hingga menyerang Om Rudy? Sebelum mengenalku, Om Rudy mengaku tidak pernah melakukan hubungan dengan wanita selain istrinya.Dia berubah menjadi berani karena perbuatanku. Aku yang memintanya pertama kali untuk melakukan hal yang tidak pantas kami perbuat.Awalnya, dia sangat takut karena merasa telah mengkhianati istrinya, tetapi aku berusaha menenangkannya dan memberi pelayanan maksimal hingga membuat dirinya tidak sanggup berpaling dariku. Dia mengaku sangat bahagia jika sedang memadu kasih denganku.“Aku bahagia melakukan ini denganmu, Sayang,” ucapnya saat itu setelah kami selesai memadu kasih.“Aku juga bahagia,
🏵️🏵️🏵️Waktu telah menunjukkan pukul 00.35 WIB, Mas Damar belum juga pulang. Aku sangat khawatir dan bingung. Ke mana Mas Damar selarut ini? Apakah sesuatu terjadi kepadanya? Tidak! Aku tidak boleh memikirkan hal-hal yang buruk. Aku harus yakin kalau dia baik-baik saja.Aku beberapa kali telah menghubungi ponselnya, tetapi tetap berada di luar jangkauan. Aku sangat gelisah dan tidak mungkin bagiku untuk memejamkan mata. Akhirnya, aku mencoba menghubungi Mas Bayu—sahabat terdekat Mas Damar. Terus terang, sebenarnya aku merasa tidak nyaman harus mengganggu Mas Bayu selarut ini, tetapi aku tidak memiliki pilihan lain. Aku berharap semoga dia mengetahui keberadaan Mas Damar.“Halo, Tari ... ada apa nelepon malam-malam?” Terdengar suara serak Mas Bayu menjawab teleponku, suara itu seperti baru bangun tidur.“Halo, Mas Bayu, aku minta maaf karena udah lancang mengganggu waktu istirahat kamu.” Aku meminta maaf kepadanya.“Iya, nggak apa-apa. Ada apa, nih?” Akhirnya dia memberikan balasan
🏵️🏵️🏵️Keesokan harinya, Mas Damar bangun dan segera menuju kamar mandi untuk membersihkan badan. Sementara aku menyiapkan sarapan di meja makan untuknya.Setelah selesai mandi, aku memintanya sarapan dan berniat untuk menanyakan tentang dirinya yang keluar rumah seharian kemarin.“Sarapan dulu, Mas, aku udah siapin,” pintaku setelah dia sudah rapi dan akan berangkat ke kantor.Hari ini Senin, seperti biasa di pagi hari, Mas Damar akan memulai kegiatannya.“Nggak usah! Aku sarapan di luar aja!” Mas Damar menjawabku dengan nada ketus.“Tapi aku udah siapin, Mas.”“Kamu sarapan aja sendiri!”“Ada apa denganmu, Mas? Kenapa sikapmu akhir-akhir ini sangat berubah dan nggak seperti biasanya? Apa aku ada salah?” Aku masih belum mengerti melihat perubahan sikap Mas Damar.“Aku yang salah.”“Maksud kamu?”“Salah memilih pendamping hidup!”Hatiku seperti dicabik-cabik mendengar penuturan Mas Damar. Dia sangat tega berkata seperti itu kepadaku. Dia dengan mudahnya mengatakan telah salah memil