Apakah Mentari benar-benar telah meninggalkan Damar?
POV DAMAR 🏵️🏵️🏵️Tiba-tiba aku merasakan perih di daerah sensitifku, aku makin panik dan binguung dengan apa yang kurasakan akhir-akhir ini. Sebaiknya hari ini setelah pulang kantor, aku segera ke rumah sakit untuk memeriksa keadaanku yang sebenarnya. Aku tidak ingin berlama-lama lagi untuk mengetahui apa yang terjadi sebenarnya.Aku segera melangkah memasuki mobil setelah menutup pintu rumah. Hati ini tidak keruan sepanjang jalan menuju kantor. Di satu sisi, ingin rasanya mencari keberadaan Tari, tetapi di sisi lain, aku makin takut dengan kondisi yang kualami saat ini.Aku sudah mengambil keputusan yang pasti agar segera ke rumah sakit sore ini, setelah itu baru mencari Tari. Aku akan tetap berusaha agar dia kembali kepadaku karena tanpa dirinya, hidup ini terasa hampa dan tidak berarti.Sepanjang jalan menuju kantor, aku sengaja melintas dari depan rumah Tia, suasananya tampak sepi karena sepertinya dia sudah berangkat kerja. Dia lupa siapa yang telah memberikannya pekerjaan yan
POV TIA🏵️🏵️🏵️Aku merasa aneh bertemu Mas Damar di rumah sakit, dia sepertinya mengidap penyakit yang sama dengan Om Rudy karena dia menuju ruangan yang sama dengan laki-laki paruh baya yang saat ini sedang menjalin hubungan denganku.Hubunganku dan Om Rudy berawal dari seringnya bertemu di sekolah milik keluarganya. Aku salah satu pengajar di sana, sedangkan Om Rudy pengelola sekolah tersebut. Laki-laki itu sering memberikan perhatian kepadaku walaupun dia tahu kalau diriku adalah istri Mas Damar, keponakannya.Walaupun Om Rudy lebih pantas jadi ayah untukku, tetapi hati tidak bisa berbohong kalau diriku telah jatuh cinta kepadanya hingga akhirnya kami menjalin hubungan tanpa sepengetahuan Mas Damar dan keluarganya.Om Rudy sering membawaku ke salah satu rumah mewah miliknya. Dia menumpahkan semua kasih sayangnya saat kami sedang memadu kasih. Dia lebih mampu memberiku kebahagiaan dibanding Mas Damar.Mas Damar jarang memperlakukanku dengan lembut saat memadu kasih, dia tidak pern
POV TIA🏵️🏵️🏵️Hari ini, genap empat bulan usia kehamilanku. Om Rudy makin menunjukkan perhatiannya. Sementara Mas Damar sudah tidak peduli lagi kepadaku. Dia tidak pernah lagi berkunjung ke rumah semenjak mengetahui hubunganku dengan Om-nya.Aku makin penasaran dengan kedatangan Mas Damar ke rumah sakit kala itu. Apa mungkin dia yang menularkan penyakit berbahaya itu hingga menyerang Om Rudy? Sebelum mengenalku, Om Rudy mengaku tidak pernah melakukan hubungan dengan wanita selain istrinya.Dia berubah menjadi berani karena perbuatanku. Aku yang memintanya pertama kali untuk melakukan hal yang tidak pantas kami perbuat.Awalnya, dia sangat takut karena merasa telah mengkhianati istrinya, tetapi aku berusaha menenangkannya dan memberi pelayanan maksimal hingga membuat dirinya tidak sanggup berpaling dariku. Dia mengaku sangat bahagia jika sedang memadu kasih denganku.“Aku bahagia melakukan ini denganmu, Sayang,” ucapnya saat itu setelah kami selesai memadu kasih.“Aku juga bahagia,
🏵️🏵️🏵️Waktu telah menunjukkan pukul 00.35 WIB, Mas Damar belum juga pulang. Aku sangat khawatir dan bingung. Ke mana Mas Damar selarut ini? Apakah sesuatu terjadi kepadanya? Tidak! Aku tidak boleh memikirkan hal-hal yang buruk. Aku harus yakin kalau dia baik-baik saja.Aku beberapa kali telah menghubungi ponselnya, tetapi tetap berada di luar jangkauan. Aku sangat gelisah dan tidak mungkin bagiku untuk memejamkan mata. Akhirnya, aku mencoba menghubungi Mas Bayu—sahabat terdekat Mas Damar. Terus terang, sebenarnya aku merasa tidak nyaman harus mengganggu Mas Bayu selarut ini, tetapi aku tidak memiliki pilihan lain. Aku berharap semoga dia mengetahui keberadaan Mas Damar.“Halo, Tari ... ada apa nelepon malam-malam?” Terdengar suara serak Mas Bayu menjawab teleponku, suara itu seperti baru bangun tidur.“Halo, Mas Bayu, aku minta maaf karena udah lancang mengganggu waktu istirahat kamu.” Aku meminta maaf kepadanya.“Iya, nggak apa-apa. Ada apa, nih?” Akhirnya dia memberikan balasan
🏵️🏵️🏵️Keesokan harinya, Mas Damar bangun dan segera menuju kamar mandi untuk membersihkan badan. Sementara aku menyiapkan sarapan di meja makan untuknya.Setelah selesai mandi, aku memintanya sarapan dan berniat untuk menanyakan tentang dirinya yang keluar rumah seharian kemarin.“Sarapan dulu, Mas, aku udah siapin,” pintaku setelah dia sudah rapi dan akan berangkat ke kantor.Hari ini Senin, seperti biasa di pagi hari, Mas Damar akan memulai kegiatannya.“Nggak usah! Aku sarapan di luar aja!” Mas Damar menjawabku dengan nada ketus.“Tapi aku udah siapin, Mas.”“Kamu sarapan aja sendiri!”“Ada apa denganmu, Mas? Kenapa sikapmu akhir-akhir ini sangat berubah dan nggak seperti biasanya? Apa aku ada salah?” Aku masih belum mengerti melihat perubahan sikap Mas Damar.“Aku yang salah.”“Maksud kamu?”“Salah memilih pendamping hidup!”Hatiku seperti dicabik-cabik mendengar penuturan Mas Damar. Dia sangat tega berkata seperti itu kepadaku. Dia dengan mudahnya mengatakan telah salah memil
🏵️🏵️🏵️Aku tetap membiarkan Mas Damar menikmati keromantisannya bersama Tia. Aku sudah tidak sabar agar segera tiba di rumah dan meluapkan segala amarah ini dengan tangisan.Aku segera beranjak meninggalkan tempat yang membuat hatiku hancur berkeping-keping. Aku tidak sanggup menyaksikan suami yang sangat kucintai bermesraan dengan wanita lain yang juga merupakan sahabatku sendiri.Baru satu tahun tidak bertemu dan berhubungan dengan Tia, tetapi ini yang dia lakukan di belakangku. Padahal selama ini, aku sangat percaya kepadanya bahkan menganggapnya sebagai sahabat yang paling bisa mengerti dengan perasaanku.Ternyata aku benar-benar salah menilainya. Kenapa selama ini, aku tidak pernah menaruh curiga kepadanya? Ternyata dia serigala berbulu domba.Aku masih sangat ingat sekitar kurang lebih dua tahun yang lalu, kami saat itu bercengkerama berdua di rumah. Dia bercerita tentang kesendiriannya dan masih belum membuka diri untuk menikah.“Kapan, nih, kamu kenalin calon kamu ke aku?”
🏵️🏵️🏵️“Kenapa kamu menamparku, Mas?” Aku memegang pipi kanan bekas tamparan Mas Damar, rasanya sangat sakit.“Itu sangat pantas untuk wanita sepertimu!”“Apa maksudmu? Apa salahku?” Aku masih tidak mengerti kenapa dia berlaku kasar kepadaku.“Kamu meminta apa yang telah kamu berikan padaku? Kamu lupa siapa yang memenuhi semua kebutuhanmu selama ini? Aku!”“Kamu yang memaksaku untuk mengeluarkan kalimat itu karena kamu tega memintaku untuk membayar semua biaya pernikahan kita dulu.”“Kamu nggak sanggup? Itu sudah jelas! Kamu itu nggak lebih dari benalu yang menumpang hidup denganku!”“Sudah menjadi kewajibanmu untuk memenuhi kebutuhanku karena aku istrimu.” Aku tetap tidak terima dengan semua yang dia katakan kepadaku.“Cih! Istri yang tidak berguna.” Dia mengeluarkan air ludahnya di depanku.“Apa alasanmu mengatakan aku istri tidak berguna? Apa yang merasuki dirimu hingga berubah sekasar ini hanya dalam waktu beberapa bulan?”“Karena kamu sudah tidak bisa memberikan yang terbaik u
🏵️🏵️🏵️Hari ini, aku tidak banyak melakukan kegiatan seperti biasanya. Aku sengaja mengurung diri di kamar, meratapi nasib yang telah menimpa diriku. Aku menangis sesenggukan karena tidak pernah menyangka akan mengalami penderitaan seberat ini.Ingin rasanya bersandar di pundak Ibu lalu menumpahkan semua yang telah Mas Damar perbuat kepadaku. Hanya Ibu yang mengerti dengan kesusahan putrinya.Aku kembali mengingat apa yang telah Ayah sampaikan ketika aku dan Mas Damar masih berstatus sebagai sepasang kekasih.“Ayah tidak bermaksud untuk melarang hubunganmu dan Damar, tapi Ayah khawatir dengan keluarganya. Ayah dapat merasakan kalau mereka tidak menyukai hubungan kalian.” “Yang jalanin semuanya Tari dan Mas Damar, Ayah. Jadi, Ayah nggak perlu khawatir.” Kalimat itulah yang keluar dari mulutku untuk meyakinkan Ayah saat itu.Sekarang aku baru menyadari semuanya, ternyata Ayah memiliki perasaan yang sangat kuat tentang apa yang akan menimpa diriku.Aku merasa bersalah karena tidak me