Sementara itu, pemimpin musuh yang sebelumnya tersungkur di tanah, kini telah bangkit kembali. Dia menatap tajam ke arah Vincen dan Harley yang berdiri di dalam gedung tua, tempat di mana dia sebelumnya terhempas keluar akibat tendangan Harley."Hmph, ternyata mereka masih punya kemampuan tersembunyi," gumam sosok pemimpin musuh dengan ekspresi waspada.Swizz!Mata pemimpin musuh membelalak penuh kaget saat melihat Harley dan Vincen melesat ke arahnya dalam kecepatan penuh.Namun, dia tak mau kalah. Pemimpin musuh pun menggunakan seluruh kecepatannya untuk berlari ke arah Vincen terlebih dahulu.Swut!Duak!Pukulan Vincen dan pemimpin musuh itu akhirnya saling bertemu, menimbulkan gelombang angin besar yang mengguncang sekitar mereka.Duar!Ledakan dahsyat terjadi, menghancurkan tanah di sekitar tempat pertarungan sengit itu. Vincen dan pemimpin musuh sama-sama terhempas ke belakang.Swut!
Pemimpin musuh benar-benar berubah menjadi sosok Iblis yang menakutkan. Tubuhnya berwarna kehitaman, serupa dengan arang yang telah terbakar. Mulutnya terbuka lebar, menampakkan taring-taring tajam nan mengerikan, dan tangannya dilapisi oleh cakar-cakar panjang yang siap mencabik daging. Di punggung sosok tersebut, sayap yang terbentuk dari energi spiritual menjulang tinggi, seolah siap membelah langit dan membuatnya melayang di udara. "Tuan muda, kekuatannya meningkat secara drastis," gumam Harley dengan suara serak, menatap sosok mengerikan itu dengan mata yang terbelalak. Vincen memperhatikan musuhnya dengan ekspresi tenang namun tajam. "Aku menyadarinya, kita harus lebih waspada dan berhati-hati," ujarnya dengan suara rendah, mengepalkan tangannya erat sambil bersiap untuk melancarkan serangan. Harley mengangguk, menarik napas dalam-dalam untuk mengumpulkan kembali fokusnya. Dia menghembuskan napas perlahan, memusatkan kembali energinya pada pertarungan yang kian sengit.
Asap tebal perlahan menguap, Vincen dan Harley terlihat berdiri terengah-engah dari kejauhan, tersapu oleh cahaya matahari yang cukup terik.Groaar!Raungan mengerikan bergema dari pusaran kawah besar, akibat serangan dahsyat yang baru saja dilancarkan oleh Vincen.Vincen menatap Harley dengan mata yang penuh tekad, pandangan mereka terkunci satu sama lain, seolah merasakan ikatan batin yang menghubungkan pemikiran mereka. Dengan senyuman singkat, mereka mengangguk bersamaan, menegaskan tekad bersama.Bagaikan pasangan elang yang bersiap terbang, mereka berdua melompat ke udara dengan garis sinar matahari yang menyala di langit. Energi spiritual putih dan merah yang dimiliki Harley dan Vincen bersatu dalam harmoni, menciptakan siluet raksasa berwarna putih merah yang melintasi cakrawala, menciptakan pemandangan yang memukau dan menggetarkan jiwa.Solomon dan Noel menengadah ke atas dengan mata terbelalak, terpana melihat siluet raksasa be
Beberapa hari berlalu setelah pertarungan mengerikan yang terjadi dipinggiran kota. Terlihat Vincen perlahan-lahan membuka matanya, cahaya lembut menembus jendela kamar tempat ia terbaring.Veronica, yang telah setia berada di sampingnya, segera menyadari perubahan itu. Dengan mata berkaca-kaca dan hati yang berdebar, ia mendekatkan diri ke samping tempat tidur."Vincen, kamu sudah bangun?" suaranya bergetar, penuh harapan dan kekhawatiran.Vincen mencoba mengumpulkan kekuatannya, rasa sakit yang masih tersisa dari pertarungan itu terasa menghujam setiap inci tubuhnya. Namun, saat matanya bertemu dengan Veronica, sebuah senyum lemah terukir di wajahnya. "Veronica... aku...," suaranya serak, ia menelan ludah, berusaha keras untuk berbicara.Veronica segera menggenggam tangan Vincen, air matanya jatuh membasahi pipi. "Tidak usah bicara dulu," ucapnya berusaha menenangkan.Vincen mengangguk perlahan, matanya tidak lepas dari Veronica. Ia mer
Melihat Vincen tersenyum lembut, Elma mendekati sang cucu yang ia banggakan dan duduk disebelahnya, lantas berkata dengan penuh kepedulian, "kau yakin tidak apa-apa?" tanyanya memastikan.Vincen mengangguk mantap sambil tersenyum lebar, menunjukkan kekuatan dan ketabahannya. "Nenek tenang saja, aku tidak apa-apa," jawabnya dengan penuh keyakinan.Elma balas tersenyum, hangat dan bangga. Ternyata sang cucu berbeda dengan keturunan keluarga Ritsu lainnya, mengingat dia tidak terpengaruh walau pelayan setianya terluka.Namun, meski begitu Elma dan Lotar penasaran, kenapa hal itu bisa terjadia pada Vincen? Sedangkan hal itu tak pernah terjadi sebelumnya dalam keluarga mereka.Melihat Vincen tampak ceria, Veronica menyerahkan sebuah surat pada Vincen dengan tangan yang gemetar, membuat pria itu melirik ke Veronica dengan rasa penasaran."Apa ini, Ve?" tanya Vincen memastikan, merasakan ada sesuatu yang berat dalam surat tersebut."Buk
Setelah melewati masa-masa sulit. Vincen sudah kembali bekerja, dia duduk dengan tegak di belakang meja kerjanya, matanya fokus menelusuri setiap baris dalam berkas yang terbentang di hadapannya. Beberapa hari merasakan kehampaan dan kesedihan yang mendalam, akhirnya ia kembali ke kantor, menegaskan dirinya sebagai pemimpin Central Clark Capital. Ruangan kerjanya yang luas, dipenuhi dengan suara ketukan keyboard dan bisikan dari para pegawai yang berlalu-lalang di luar sana.Tangan Vincen bergerak lincah, mencatat beberapa poin penting sambil sesekali mengernyitkan dahi, pertanda adanya masalah yang perlu segera ia atasi. Garis wajah yang tampak lebih dewasa dari sebelumnya menambah karisma seorang leader di matanya.Telepon di meja kerjanya berdering, memecah konsentrasi. Dengan gerakan cepat, ia mengangkat gagang telepon, “Ya saya Vincen Clark Adama...,” ujarnya dengan suara yang tegas dan berwibawa.Pembicaraan dengan klien penting itu berlang
Lotar melangkah mendekati Vincen dengan langkah mantap, sambil membawa sebuah gulungan ditangannya. Ia menyerahkan gulungan tersebut kepada Vincen.Vincen menatap gulungan itu dengan rasa ingin tahu, lalu mengerutkan keningnya. "Apa ini, Kek?" tanyanya dengan penuh penasaran.Lotar menghela napas, kemudian menjawab dengan serius. "Mereka tidak mencari giok darah, melainkan menunggu saat bulan purnama merah tiba untuk membangkitkan kekuatan sejati para Iblis."Mendengar penjelasan tersebut, Vincen tampak bingung. Lotar pun meminta cucunya itu untuk segera membuka gulungan yang barusan ia berikan. Vincen dan Harley tak sabar membuka gulungan tersebut, mengurai lembaran demi lembaran yang menggambarkan rahasia mengejutkan. Ternyata, bulan purnama merah diyakini para penyembah Iblis, memiliki kemampuan untuk membangkitkan energi spiritual kegelapan yang dimiliki para Iblis untuk memperkuat kekuatan mereka.Vincen mengedarkan pandan
Suasana di dalam ruangan itu terasa semakin tegang. Saat Vincen, Harley, dan Face, kini tengah berhadapan dengan sebuah teka-teki yang jauh lebih rumit dari yang mereka bayangkan. Mereka harus menemukan lokasi persis di mana ritual pemanggilan kekuatan iblis akan dilakukan sebelum bulan purnama merah tiba."Jadi, kemana kita harus mencari tempat dengan energi spiritual yang kuat?" tanya Vincen, mencoba memahami situasi.Lotar tampak berpikir sejenak. "Tempat seperti itu bisa berupa situs-situs kuno, pegunungan tinggi, atau bahkan hutan belantara yang jauh dari peradaban."Harley menyilangkan tangannya di dada. "Tapi bagaimana kita bisa menemukan tempat seperti itu dalam waktu yang singkat? Dunia ini begitu luas.""Kita bisa memulai dengan memeriksa peta wilayah ini terlebih dahulu," saran Face. "Mungkin ada petunjuk atau simbol-simbol yang mengarah pada tempat-tempat sakral." Lotar mengangguk setuju dengan saran Face. "Itu ide yang bagus. Buka ponsel kamu, Vincen mungkin kita bisa m
Vincen berdiri di depan jendela besar rumahnya, pandangannya kosong melintasi langit malam yang penuh bintang. Tangan kanannya yang menggenggam telepon genggam sedikit gemetar. Wajahnya yang tadinya tegang dan pucat perlahan mulai menunjukkan raut lega saat mendengar berita tersebut dari ujung telepon. "Apa benar-benar semua telah dikalahkan, Master?" suaranya terdengar serak, mencari kepastian."Iya, Tuan Clark. Semua sudah beres. Tidak perlu khawatir lagi," jawab suara di seberang sana, tegas dan menenangkan.Seketika, otot-otot yang tegang di leher Vincen melunak. Dia menutup matanya, menghela napas panjang dan mengusap muka dengan kedua tangannya. Pria itu kemudian berjalan pelan menuju sofa, duduk dengan letih. Rasa cemas yang selama ini menderanya perlahan menguap, digantikan oleh rasa syukur yang dalam.Vincen menatap ke atas, mengucap syukur dalam hati. Kepalanya yang tadinya dipenuhi oleh ketakutan dan kecemasan tentang apa yang mungkin terjadi pada orang-orang di sekitarnya
Dentuman keras menggema, membuat tanah di bawah mereka bergetar dan debu mengepul tinggi ke udara. Saat kekuatan mereka berdua saling beradu satu sama lainTubuh Harley bergetar karena kekuatan yang baru saja dia lepaskan. Matanya menyala tajam, energi spiritualnya mengalir seperti sungai yang deras. Di depannya, Lizzy dengan cekatan menahan serangannya dengan pedang yang ia oegang, menciptakan gelombang energi yang bertabrakan dengan pukulan Harley.Asap perlahan mulai menghilang, Lizzy berdiri tegak, pedangnya masih terjulur ke depan, tapi nafasnya terengah-engah menandakan usaha yang ia keluarkan.Harley, di sisi lain, masih terpaku di posisinya, matanya terpaku pada sosok Lizzy yang ternyata mampu menahan serangannya. Ada rasa kagum yang bercampur dengan kegigihan dalam dirinya, mengetahui bahwa pertarungan ini akan lebih sulit dari yang dia bayangkan.Dengan gerakan yang begitu cepat, Harley dan Lizzy saling menyerang dengan serangan dahsyat yang bertenaga. Benturan energi spirit
Harley melihat ke sekitar arena pertarungan. Setelah mengalahkan lawannya, matanya mencari sosok Solomon yang terlihat berada dalam kesulitan. Dengan langkah cepat dan pasti, Harley melompat melewati pohon dan bebatuan yang ada dibawahnya, bergegas menuju Solomon yang tampak kewalahan.Solomon, dengan tubuhnya yang sudah renta, berusaha menangkis serangan dengan teknik pernapasan Alam. Wajahnya terlihat pucat dan keringat membanjiri dahi, menunjukkan betapa dia berjuang untuk bertahan. Harley, dengan mata yang tajam dan gerakan cepat, langsung menghampiri, mengayunkan pukulan kuat ke arah sosok lawan Solomon. membuatnya sosok tersebut terhempas jauh ke belakang."Anda tidak apa-apa?!" teriak Harley bertanya sambil berdiri didepan pria tua itu. Solomon, dengan napas yang tersengal, hanya bisa mengangguk pelan dan mencoba untuk tetap berdiri.Sosok yang terhempas barusan, terlihat terbang kembali ke arah Harley, melakukan serangan cepat.Namun, Harley dengan gerakan lincah, melindungi
Lotar segera waspada saat menatap sosok yang membangkitkan energi spiritual Iblis. Dia tahu betul bahwa pengguna energi spiritual kegelapan memiliki kekuatan yang sangat luar biasa.Menarik napas dalam-dalam, Lotar memutuskan untuk tidak menahan kekuatan lagi. Dia melepaskan seluruh energi spiritualnya yang mendalam dan kuat."Hahaha... bagus, gunakan semua kekuatanmu, pak tua!" seru pengguna energi spiritual kegelapan dengan nada mengejek, sambil melayang di udara bak sosok yang menguasai langit.Swuz!Tak ada yang menduga, Lotar tiba-tiba menghilang dari tempatnya. Hanya terdengar ledakan dahsyat saat dia melompat ke atas dengan kecepatan luar biasa.Sosok pengguna energi spiritual kegelapan tersenyum mengejek, seolah sudah tahu akan serangan Lotar. Dia dengan mudah menahan serangan pukulan dahsyat dari Lotar, tanpa perlu mengeluarkan banyak tenaga.Duak!Gelombang angin menerjang sekitar mereka akibat benturan pukulan Lotar yang ditahan oleh sosok pengguna energi kegelapan dengan s
Harley berdiri dengan tegap, tatapan matanya terkunci pada sosok yang dengan tenang menahan serangannya.Tanah di bawah kaki mereka terbelah, membentuk jurang kecil, dan debu berterbangan mengelilingi area pertarungan mereka. Sosok tersebut, dengan ekspresi yang tidak terbaca, membetulkan posisi kakinya, menyiapkan diri untuk serangan berikutnya.Harley, dengan kecepatan kilat, melancarkan pukulan lain, namun Sosok itu hanya mengangkat tangan kanannya dan dengan mudahnya mengalihkan serangan tersebut. Gerakan Sosok itu begitu tenang dan terkendali, seolah-olah dia sedang berada dalam latihan rutin bukan dalam pertarungan sengit.Harley merasakan emosi yang mulai membuncah di dalam dadanya, dia tidak pernah bertemu lawan yang seakan meremehkannya seperti itu. Setiap serangan yang dia lancarkannya hanya seperti angin lalu bagi Sosoj tersebut.Kemarahan dan kekaguman bercampur dalam pandangannya, namun dia tidak akan menyerah. Dengan rahang yang mengeras, Harley mengumpulkan seluruh kek
Langit malam yang gelap berpadu dengan gemerisik dedaunan yang tertiup angin kencang, menciptakan suasana yang mencekam di tengah pepohonan yang rimbun. Di kejauhan, cahaya obor dari para pemuja Iblis menerangi area sekeliling mereka, membentuk lingkaran yang terang benderang. Sementara itu, dari balik kegelapan, Lotar, Harley, Face, Solomon dan bawahannya bersembunyi di balik pepohonan besar, mata mereka fokus memantau setiap gerakan pemuja Iblis. Wajah mereka tegang, penuh konsentrasi, tangan mereka memegang senjata yang siap digunakan.Lotar, memberi isyarat untuk mendekat. Dia berbisik, "Sekarang atau tidak sama sekali." Mereka mengangguk, mengerti akan tugas yang harus dilakukan. Perlahan, mereka bergerak keluar dari persembunyian, mengatur langkah agar tidak mengundang perhatian.Solomon, dengan pisau panjang di tangannya, memimpin langkah. Harley dan Face mengikuti di belakang, sementara Lotar bergerak melingkar, mencari sudut yang lebih baik untuk menyerang. Mereka mendekat,
Sementara itu, di kediaman keluarga Clark, suasana hati para penghuni rumah sedang riang gembira. Vincen menemui keluarga pujaan hatinya, Veronica, ditemani oleh Nenek Elma yang kini menjadi wali untuknya."Kami semua sudah sepakat untuk menggelar pernikahan mereka berdua satu Minggu lagi, bagaimana pendapat Anda, Nyonya Ritsu?" tanya Pak Tua Shancez dengan penuh antusias, sebagai wakil pembicaraan keluarga Shancez."Jika itu keinginan kalian, aku tidak keberatan sama sekali. Malahan, aku juga ingin segera memiliki cicit dari mereka berdua," jawab Elma sambil tersenyum hangat, melirik Vincen dan Veronica yang duduk bersebelahan.Semua anggota keluarga Shancez tersenyum bahagia, merasa lega karena tidak ada penolakan dari pihak keluarga Vincen.Veronica terlihat sangat bahagia. Setelah sekian lama menunggu, akhirnya dia akan dapat bersanding dengan pria yang telah mencuri hatinya selama ini.Mereka pun melanjutkan obrolan dengan santai, sambil menikmati hidangan makan malam yang lezat.
Matahari terbenam perlahan, memberikan cahaya temaram yang melapisi bukit pinggiran kota Helsia.Solomon dan para bawahannya bergerak cepat saat sudah sampai diwilayah tujuan, menuruni jalan setapak yang berliku, memenuhi perintah Vincen. Daun-daun kering berderak di bawah tapak sepatu mereka, mengumumkan kedatangan mereka kepada siapa pun yang mungkin mendengar.Di kejauhan, Solomon melihat siluet Lotar, Harley, dan Face yang bersembunyi di balik semak-semak, mengintai gerak-gerik kelompok pemuja kekuatan Iblis. Mereka tampak tegang, mata mereka tajam mengawasi setiap gerakan yang mencurigakan.Solomon memberi isyarat kepada bawahannya untuk bergerak lebih hati-hati. Mereka merunduk, menghindari siluet yang bisa terlihat oleh musuh. Udara dingin malam semakin menambah ketegangan.Sesampainya di posisi yang lebih dekat, Solomon dan timnya bergabung dengan Lotar dan yang lainnya. Lotas berbisik. "Ada dua belas orang yang kemungkinan akan melakukan ritual di sana," ujarnya sambil menun
Harley pun akhirnya setuju untuk bersembunyi, walau sebenarnya dia ingin bertarung dengan orang-orang tersebut.Mereka segera mencari tempat persembunyian yang aman di ruangan tersebut. Lotar melirik ke sekeliling, menemukan ruang kecil di belakang tumpukan kotak kayu tua. Ia memberi isyarat pada Harley dan Face untuk mengikutinya ke sana."Ssst, jangan berisik," bisik Lotar saat mereka memasuki ruang kecil itu, bersembunyi di balik kotak-kotak kayu.Harley dan Face menahan napas, mencoba untuk tidak membuat suara apa pun. Mereka melihat sekelompok orang berpakaian hitam itu berkumpul di tengah ruangan, berbicara dengan suara yang pelan dan serius. Lotar mencoba untuk mendengarkan percakapan mereka, mencari informasi penting yang bisa digunakan nanti.Salah satu orang berpakaian hitam melihat ke arah tempat mereka bersembunyi, membuat jantung Lotar berdegup kencang. Namun, untungnya orang itu tidak mendekati mereka dan melanjutkan percakapannya dengan yang lain.Tiba-tiba, seorang pr