Elma mendekati Vincen dengan langkah ragu, matanya berkaca-kaca penuh harap. Dalam hati, wanita tua itu merasa tak percaya bisa bertemu lagi dengan Vincen setelah sekian lama. Dengan perlahan, tangannya terulur, jemarinya menyentuh pipi Vincen lembut, seperti takut akan merusaknya. Vincen melirik pria sepuh yang mengajaknya ketempat tersebut, mencari petunjuk atas kehadiran wanita tua di depannya. Namun sosok yang sekarang menjadi gurunya itu hanya tersenyum mengangguk, memberikan isyarat bahwa wanita itu penting dalam hidupnya. Hati Vincen berdesir, ingin mengetahui siapa sebenarnya wanita tua tersebut. "Kamu sudah besar sekarang, maafkan nenek," ucap Elma dengan suara bergetar, air mata berlinang di sudut matanya."Nenek?" gumam Vincen bingung, mencoba mengingat kembali kenangan masa lalu yang terkubur. Elma menahan isak tangis, dia menoleh ke pria sepuh yang membawa Vincen ke rumahnya. "Apa kau tidak memberitahunya tentang kita, tu
Vincen dengan penuh perasaan menguraikan segala kisah yang dialami keluarganya kepada Elma, ia menjelaskan tentang teknik ilusi yang membuat orang-orang di sekitarnya tidak mengenali dirinya. Mendengar cerita itu, Elma segera memahami inti permasalahan yang dihadapi Vincen. Dengan sorot mata tajam, dia melirik Lotar, suaminya, sebelum pergi meninggalkan Vincen di ruang tamu, membuat Vincen merasa bingung dan penasaran. Namun, tak berapa lama, Elma kembali ke ruang tamu sambil membawa tas usangnya. Dengan nada tegas dan penuh antusias, Elma berkata, "Ayo berangkat, kita tidak punya banyak waktu lagi!" Vincen masih tertegun, tak tahu harus berkata apa. Lotar yang duduk di sampingnya dengan lembut menepuk bahu Vincen, memberi teguran agar pemuda itu segera bangkit. Mereka pun segera berdiri, mengikuti Elma yang telah melangkah lebih dulu keluar rumah. Di tengah kesibukan itu, Noel dengan hati-hati mendekati Vinc
Vincen merasa gelisah ketika ia menyaksikan Veronica memuntahkan seteguk darah hitam pekat saat menjalani proses penyembuhan. Hatinya seolah tersayat melihat wanita yang dicintainya tampak tersiksa. Namun, sebelum dia bisa mendekati Veronica, Lotar segera menghalanginya. "Tenanglah, Vincen. Darah hitam itu hanyalah akibat dari darah kotor yang bercampur dengan energi sihir hitam yang mengikat tubuhnya," jelas Lotar dengan tenang, seraya menatap Veronica yang tengah dirawat oleh istrinya. Dalam kekhawatiran, Vincen menatap Lotar dengan mata berkaca-kaca. "Kakek, apakah Veronica akan pulih sepenuhnya?" tanyanya dengan suara bergetar.Lotar mendengar Vincen memanggilnya dengan sebutan 'Kakek' dan menoleh ke arahnya. Dia memperhatikan wajah cucunya dengan tatapan hangat, dan mengangguk pelan serta senyum tipis terukir di sudut bibirnya, seolah menenangkan hati Vincen yang cemas.Vincen merasa lebih tenang, walaupun di dalam hatinya ia tetap khawatir
Apartemen Vincen tampak hancur berantakan akibat ledakan granat yang mengguncang seluruh ruangan. Vincen berusaha sekuat tenaga melindungi Kakek dan Neneknya, merangkul mereka erat saat mendorong tubuh mereka agar terhindar dari dampak ledakan yang mengerikan.Dalam sekejap, Vincen mengaktifkan teknik Pengendalian Darah menggabungkannya dengan teknik Pernapasan Alam, membuat kemampuan bertarungnya meningkat secara drastis."Kalian jaga Veronica," perintah Vincen dengan nada tegas dan wajah serius. "Aku akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini."Lotar menatap Vincen dengan tatapan penuh kepercayaan dan mengangguk mengerti. "Hati-hati, Nak," ucapnya lembut, menyemangati Vincen.Elma, yang sangat khawatir, tampak ingin menahan Vincen. Namun, Lotar menggelengkan kepala pada istrinya, memberi isyarat agar Elma percaya pada kemampuan Vincen.Dengan tatapan serius, wanita tua itu menatap suaminya. Lotar hanya mengangguk, seolah memb
Dua sosok kekar yang dipanggil oleh pria yang terlihat lemah itu segera melancarkan serangan balasan ke arah Vincen, begitu pria itu mengangkat tangannya, seakan mereka telah menguasai bahasa tubuh tuannya.Namun, Vincen sama sekali tak merasa gentar. Ia segera melesat ke arah kedua sosok kekar tersebut dengan kecepatan mengagumkan.Swut!Duak!Pukulan Vincen berhasil membuyarkan serangan kedua sosok kekar itu, membuat mereka terpental ke belakang. Tangan Vincen berubah menjadi merah menyala ketika ia memusatkan teknik pengendalian darah ke tangannya.Swut!Pral!Kecepatan gerakan Vincen begitu luar biasa, sehingga ia dengan mudah melancarkan serangan memotong ke arah kedua tangan sosok kekar itu. Dalam sekejap, tekniknya berhasil melukai kedua sosok tersebut.Kedua sosok bertubuh kekar itu terpaksa mundur beberapa langkah ketika masing-masing dari mereka kehilangan satu tangannya, yang telah terpotong oleh Vinc
Sementara itu, di gedung firma hukum keluarga Clark, Nelson melangkah dengan langkah tegap menuju ruang pertemuan.Di ruangan tersebut, Luth dan Lambert yang ditugaskan mengurus perpindahan semua aset Pak Tua Clark sudah menunggu Nelson di sana.Bruak!Nelson menggebrak meja dengan tangan kanannya, suara kerasnya membahana di seluruh ruangan.Luth dan Lambert yang sedang melihat dokumen-dokumen, langsung terlonjak kaget oleh aksi tiba-tiba Nelson."Apa saja yang kalian kerjakan, hanya mengurus perpindahan nama saja apa susahnya?! Paman Tielman juga sudah setuju dan tanda tangan untuk perpindahan nama ini!" teriak Nelson, amarahnya meluap-luap dari wajahnya.Lambert mencoba menenangkan diri, menghela napas panjang sebelum angkat bicara. "Tuan, aset tuan besar Clark sangat banyak dan beragam, kita tidak bisa melakukan pergantian nama hanya dalam beberapa hari. Jikapun itu bisa terjadi, yang ada saham Central Clark Capital akan terj
Lotar, Elma, dan Solomon yang baru saja pulih dari luka-luka yang dia alami. Mereka kemudian memutuskan untuk berpisah guna menarik perhatian musuh, sehingga Vincen bisa menuntaskan urusan pribadinya dengan Nelson.Di halaman depan kediaman Pak Tua Clark, Lotar dan Elma langsung melancarkan serangan mereka. Angin kencang menderu, dan debu bertebaran saat mereka menghajar para penjaga yang berada di sana hingga tak sadarkan diri.Sementara itu, Solomon yang mengetahui seluk-beluk tempat tersebut, bergerak cepat bagaikan bayangan, memastikan penjaga-penjaga tersembunyi tak bisa melawan sama sekali.Di tengah kerusuhan yang terjadi, Vincen bergegas memasuki kediaman Pak Tua Clark. Saat mereka bertiga telah berhasil membuka jalan untuknya.Namun, begitu Vincen menginjakkan kakinya di dalam rumah, ekspresi wajahnya berubah. Dia tidak menyangka bahwa Nelson dan seorang pria sepuh sudah menunggunya di aula. Senyuman licik terpampang di wajah Nelson.
Asap hitam yang tebal, hasil dari ilusi cincin Nelson yang semula menyelimuti tubuh Vincen, mulai berangsur menghilang. Vincen, dengan penguasaan dua teknik sekaligus, berhasil menangkal pengaruh hipnotis tersebut. Wajahnya terlihat tenang namun mata tajamnya menyala dengan determinasi yang kuat.Nelson, yang berada di lantai atas, terkejut menyaksikan kegagalan teknik ilusinya. Dia mengamati Vincen dari balik balustrade, dengan ekspresi yang berubah dari percaya diri menjadi khawatir. Vincen, menyadari keberhasilannya, mendongak dengan tatapan yang menantang."Dia berhasil menangkal ilusiku," gumam Nelson, seraya menggenggam cincin di tangannya lebih erat. Atmosfer sekitarnya menjadi tegang, seiring dengan perubahan dinamika kekuatan antara mereka.Vincen bersiap untuk melancarkan serangan mematikan pada Nelson, namun tiba-tiba Samanta meloncat ke arahnya dan menghunus sebuah pisau berwarna hitam legam, menusukkannya ke dada Vincen."Teknik pengendalian darah, kelem