Satu-persatu semua murid yang tersisa sudah melakukan pertandingannya. Tinggal Pandya dan salah satu murid dari asramanya, yang saat ini sedang bersiap untuk masuk ke area pertandingan. Sudah ada 19 calon pemimpin kelompok kecil, dan tinggal penentuan terakhir—jumlahnya akan bertambah atau tidak.Pandya sudah berencana menyesuaikan kemampuannya agar tidak terlihat berlebihan sejak awal. Apalagi, dia sudah menjadi bahan pembicaraan pada ujian tahap 1, dan tidak ingin mengulanginya kembali. Walaupun, sepertinya apapun yang dia lakukan akan tampak terlihat mengejutkan saat ini.Semua pasti akan sangat terkejut saat dia berhasil menang saat melawan musuhnya kali ini. Apalagi, musuhnya sudah memiliki tenaga dalam dan belajar bela diri sejak kecil. Sedangkan Pandya yang bahkan sebelumnya tidak memiliki tenaga dalam dan hanya memiliki kemampuan bela diri yang terbatas.Walaupun begitu, Pandya tidak memiliki rencana untuk mengalah dalam pertarungan itu. Dia memiliki keunggulan karena mengetah
PHUUUUU!Suara terompet kedua setelah sarapan pagi membuat para murid segera bergegas menuju halaman utama. Saat ini keadaan terlihat sangat jauh berbeda jika dibandingkan sebelumnya. Tidak ada murid yang berdesak-desakan hanya untuk keluar asrama terlebih dahulu, karena setengah lebih murid sudah keluar dari akademi.Setelah ujian kedua ditutup semua murid yang tersisa mendapatkan nomor urut baru untuk berbaris, walaupun beberapa murid masih memiliki nomor yang sama. Pandya termasuk salah satu yang bertahan dengan nomor urutnya, karena semua calon pewaris dapat lolos dari ujian tahap ke 2. Tapi, dari wajah mereka tidak tampak senang karena sudah lolos dari ujian itu—alasannya tentu saja karena Pandya yang diluar prediksi mereka juga ikut lolos ke tahap selanjutnya dan menjadi salah satu pemimpin kelompok kecil.SEEEEET!TEEEEP!Agha mendarat tepat di tengah aula utama setelah menggunakan ilmu meringankan tubuh miliknya untuk sampai di sana. Dia tampak bersemangat dengan senyuman rian
TEEEP TEEEPDengan langkah mantap Agha menuruni tangga aula untuk mendekat ke arah para murid yang sedang berbaris. Dari arah samping halaman, seorang penjaga dengan baki yang terbungkus kain di tangannya—ikut mendekat ke arah Agha. Mereka bertemu tepat dihadapan 20 pemimpin kelompok kecil, yang tampak bingung dengan apa yang akan dilakukan pemimpin akademi dengan baki itu.Tanpa memberi penjelasan, Agha membuka bungkusan kain itu dan memperlihatkan isi di dalamnya. Semua pemimpin kelompok kecil memperlihatkan ekspresi yang sama saat melihat isi dari bungkusan itu. Disaat para murid di barisan terdepan terlihat terkejut dan bingung, murid lain yang berada di barisan belakang tampak sangat penasaran dengan apa yang mereka lihat.Suasananya tetap hening, karena tidak ada satupun murid yang berani bertanya walaupun mereka sudah sangat penasaran dengan maksud dari isi bungkusan itu. Namun, tidak lama kemudian Agha mengambil salah satu isi dalam bungkusan itu dan mengangkat tangannya tinggi
Di jalan menuju ruang pelatihan ada dua orang penjaga dengan tubuh besar, menutupi jalan masuk dengan tombak menyilang. Mereka hanya akan membukakan jalan untuk orang yang membawa papan kunci, tanpa itu tidak akan ada yang bisa memasuki jalan itu kecuali harus mengalahkan penjaga itu. Pandya menebak jika penjaga disana memiliki kekuatan yang benar-benar sudah terlatih.Setelah Pandya memperlihatkan papan miliknya dan kedua penjaga itu memberi jalan, mereka di sambut oleh penjaga lain yang mengantarkan mereka menuju ruangan milik Pandya. Disepanjang perjalanan melewati sebuah lorong dengan cahaya remang-remang, Pandya dapat menangkap banyak sekali pintu yang berjajar. Walaupun dikatakan ruang latihan, tapi keadaan disana sangat suram dan mencekam tanpa terdengar suara sedikitpun.TEEEEP!TEEEEP!TEEEEP!Mereka berdua hanya bisa mendengar langkah kaki mereka yang menggema di dalam ruangan penuh bebatuan itu. Tidak membutuhkan banyak waktu hingga mereka berhenti pada sebuah pintu batu be
SHUUUU!Pandya menarik kembali seluruh tenaga dalam miliknya, dan menghentikan meditasi yang dia lakukan sejak tadi. Dia menatap kearah Dipta yang terlihat sedang berlatih dengan semangat, tanpa sadar seutas senyum terpampang di wajahnya yang kini semakin terlihat tegas akibat jaringan otot-otot diwajahnya yang terbentuk. Namun dalam sekejap senyuman itu langsung berubah menjadi seringaian.PAAAATS!SWIIING!BUUUUUUUK!Dengan kecepatan tubuhnya, Pandya mendekat Dipta dan menyerangnya secara tiba-tiba. Namun, Dipta berhasil menangkis serangan pertama Pandya walaupun awalnya cukup terkejut. Setelah hilang rasa terkejutnya, dia mulai memberikan serangan balik kepada sang pangeran.ZHIIING!PLAAAK!BUAAAK!BHUUUUM!Pandya sangat menikmati pertarungan itu, karena dia merasakan peningkatan kekuatan Dipta yang membuatnya cukup bangga. Walaupun itu pertama kalinya mereka dapat melakukan pertarungan, karena sebelumnya mereka hanya bisa mempelajari semua jurus bela diri dengan sembunyi-sembunyi
Semua tampak tercekat dengan ucapan Pandya, sambil menatap teman di sebelahnya untuk saling bertanya melalui tatapan. Walaupun, ada beberapa murid yang sudah terlihat mantap dengan pilihannya sejak awal.Dari cukup banyak murid yang bersimpuh dihadapannya, Pandya tampak sudah tertarik pada beberapa murid sejak awal. Terutama pada salah satu murid yang terlihat berperawakan berbeda dari yang lain. Dengan tubuh kecil dan berkulit putih, namun Pandya bisa merasakan tenaga yang dimilikinya cukup besar."Terserah kalian ingin melakukannya atau tidak, aku tidak akan memaksa kalian!" ucap Pandya santai namun penuh dengan penekanan.Tidak ada jawaban dari para murid di hadapannya, hingga salah satu murid yang sejak tadi mencuri perhatiannya mengangkat tangan dan menginterupsi. Dari wajahnya Pandya bisa melihat keraguan, namun murid itu berusaha terlihat percaya diri."Maaf Pangeran, Perkenalkan saya Atreya Abinawa dari Padepokan Abinawa sekaligus calon pemimpin Ajaran Angin. Sebelumnya saya i
"A–apa maksud Pangeran?" tanya Atreya terbata.Pandya semakin yakin dengan apa yang dia pikirkan, saat melihat reaksinya yang tampak tersudut. Sebenarnya tidak akan ada perbedaan jika memang apa yang dipikirkan olehnya memang benar kenyataan. Namun, dia hanya ingin memastikan hal itu, sehingga nanti tidak akan menjadi masalah dikemudian hari.Pandya mendekatkan diri ke arah Atreya, yang membuat pengikutnya itu mundur beberapa langkah kecil kebelakang mengindarinya. Keringanan dingin sudah mulai mengalir di pelipisnya, dengan wajah bingung dan pucat.Pandya berbisik tepat di telinganya, "Kau sebenarnya perempuan bukan?"Bisikan itu berhasil membuat kedua bola mata Atreya membulat, sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan. Terlihat jelas di wajahnya jika apa yang dibisikkan oleh Pandya tadi tidaklah salah. Ditambah dengan tidak adanya sangkalan darinya, semakin membuat Pandya yakin dengan ucapannya tadi.'Lihatlah! Dia sudah sangat pucat seperti itu, tapi masih kau tekan. Apa kau ben
Setiap murid memperlihatkan kemampuan dan keunggulan yang mereka miliki, sebagai tolak ukur posisi mana dalam kelompok yang bisa diisi. Pandya mengamati dengan seksama sambil menyusun strategi untuk 3 kelompok yang akan dibuatnya. Dia hanya berharap jika nantinya mereka tidak akan melawan kelompoknya sendiri, sehingga mereka dapat tetap melanjutkan ke tahap selanjutnya bersama."Aku akan mengingat nama kalian perlahan, dan sebagai informasi aku akan cepat mengingat nama murid yang memiliki kemampuan yang menonjol. Jadi, kalian harus bisa mengembangkan kemampuan agar aku bisa segera mengingat nama kalian! Dan untuk saat ini aku sudah menyusun kelompok dengan nomor urut kalian!" Pandya memperlihatkan secarik kertas di tangannya."Seperti kalian lihat, aku membagi kalian secara rata dengan melihat kemampuan yang kalian miliki. Namun, untuk strategi yang akan kalian gunakan itu tergantung pemimpin kelompok masing-masing," jelas Pandya sambil mengarahkan pandangan kepada Dipta dan Atreya.P