Beranda / Urban / Kebangkitan Naga Perang / 396. Nisan Pedang Spiritual Kesembilan

Share

396. Nisan Pedang Spiritual Kesembilan

Penulis: Zhu Phi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-18 14:00:21

Langit di atas arena pertempuran bergetar hebat. Riak energi menyebar seperti gelombang pasang, memancarkan cahaya keemasan yang membakar udara di sekitarnya. Suatu kejadian yang tak biasa telah terjadi—kekuatan Qi Alan Smith yang sangat tinggi meresap ke dalam tanah yang telah menyaksikan ratusan duel dahsyat. Namun, kali ini, sesuatu yang lebih besar bangkit dari kedalaman pertempuran.

Tiba-tiba, medan energi berdenyut keras. Jade Dragon, patung giok naga milik Rendy, mulai bergetar hebat seolah-olah merespons kekuatan yang tak kasat mata.

Di Lembah Roh Kultivator yang terdapat di dalam Jade Dragon juga bergetar hebat. Beberapa batu mistik tampak melayang dengan warna-warni yang indah. Satu per satu, batu-batu mistik yang mengelilingi Nisan Pedang Spiritual ikut terguncang, hingga akhirnya—

BOOM!

Ledakan besar mengguncang tanah. Salah satu Nisan Pedang Spiritual, yang kesembilan, bergemuruh hebat sebelum meledak berkeping-keping. Pecahan-pecahan batu beterbangan, berkilauan di bawah
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Kebangkitan Naga Perang   397. Pertarungan Dua Kultivator

    Alan Smith mengayunkan Excalibur dengan kekuatan dahsyat. Bilah legendaris itu bersinar dengan cahaya biru menyilaukan, membelah udara dengan kecepatan mengerikan. Angin yang terbawa sabetan pedangnya merobek tanah, menciptakan celah-celah menganga yang berdenyut dengan kilatan petir.Namun, Rendy Wang sudah siap. Pedang Naga Dewa bergetar di tangannya, memancarkan aura keemasan yang berkilau seperti api naga yang baru terbangun dari tidurnya. Saat Excalibur menerjang dengan kekuatan membelah gunung, Rendy mengangkat senjatanya, bilahnya bersinar seperti matahari yang menusuk kabut kelam.CLANG!Benturan dua senjata suci itu menciptakan ledakan sonik yang mengguncang tanah dan langit. Ombak energi berwarna biru dan emas bertabrakan, menghempaskan bebatuan dan menghancurkan pepohonan di sekitar mereka. Getaran dahsyat merambat ke tanah, meretakkan arena seperti retakan halus di kaca yang siap pecah kapan saja. Cahaya dari titik pertemuan bilah mereka berkobar, menusuk langit yang kelam

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Kebangkitan Naga Perang   398. Pemilik Pedang Naga Dewa Sejati

    Dalam kilatan cahaya yang memancar dari serangan terakhir, langit yang murung tampak seolah mengingatkan bahwa tak ada yang bisa menghindari nasib mereka. Rendy Wang dan Alan Smith berdiri tegak di medan pertempuran yang hancur, kedua sosok mereka bersinar dengan aura yang begitu mengerikan, seolah-olah kekuatan semesta sedang berperang melalui mereka. Mereka adalah manifestasi dari energi yang tak bisa dibendung, dua pejuang agung yang bertarung untuk membuktikan siapa yang pantas menguasai kekuatan legendaris.Rendy Wang, dengan Pedang Naga Dewa di tangannya, kini dikelilingi oleh lingkaran api keemasan yang berputar-putar di sekeliling tubuhnya. Aura naga yang berkobar itu seolah mengalir melalui setiap pori tubuhnya, menciptakan medan pelindung yang hampir tak terjamah. Dalam sekejap, ia menundukkan tubuhnya, merendahkan posisi pedangnya, dan mengalirkan seluruh energi kultivasinya ke dalam bilah yang bersinar."Jurus Naga Emas Menerjang Langit!" teriak Rendy kembali menggunakan j

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Kebangkitan Naga Perang   399. MISTERI PEDANG NAGA DEWA

    Kemenangan Rendy Wang atas Alan Smith tidak hanya menggemparkan arena, tetapi juga menggetarkan seluruh dunia kultivasi. Berita tentang pertarungan ini tersebar cepat, membawa kabar bahwa Pedang Naga Dewa kini telah kembali ke tangan yang tepat. Namun, meskipun Rendy berhasil mengalahkan musuhnya, di balik kemenangan tersebut tersimpan misteri yang jauh lebih dalam.Ketika debu pertempuran mulai mereda, dan roh-roh kultivator dari Nisan Pedang Spiritual perlahan menghilang, termasuk pria tua dari Nisan Pedang Spiritual Kesembilan yang tadinya akan mengajarinya Magis Pedang Dewa."Kemana semua roh kultivator ini pergi? Apakah mereka kembali ke Lembah Roh Kultivator karena kekuatan Pedang Naga Dewa?" batin Rendy dengan perasaan tak menentu.Rendy menatap Pedang Naga Dewa dengan penuh perasaan. Meski merasa bangga, hatinya masih dipenuhi dengan keraguan. Ia tahu, kekuatan yang dimilikinya saat ini belumlah sempurna. Pedang Naga Dewa adalah senjata legendaris yang hanya bisa dikendalikan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Kebangkitan Naga Perang   400. DARK REALM

    Dengan langkah tegap, Rendy Wang menembus gerbang dimensi yang menganga di hadapannya. Begitu melewatinya, udara seketika berubah—lebih berat, lebih menekan, seperti beban tak kasatmata yang menindih dadanya. Langit di atasnya bukanlah biru yang dikenalnya, melainkan kelam berputar seperti tinta yang dituangkan ke dalam air. Keheningan menyelimuti tempat itu, tetapi ia bisa merasakan sesuatu... banyak pasang mata tak terlihat mengawasi setiap gerakannya.Di depannya, lanskap yang asing terbentang dalam sunyi yang menyesakkan. Tanah kering dan hitam merekah seperti kulit terbakar, menciptakan celah-celah yang seakan menganga menanti mangsa. Sungai merah darah mengalir perlahan, cahayanya berkilauan seperti batu rubi dalam gelap. Pohon-pohon kurus menjulang di tepi sungai, tetapi daunnya hangus, seolah-olah telah menyerap kegelapan dari tanah ini. Tidak ada suara burung, tidak ada desir binatang. Hanya angin yang membawa aroma besi dan sesuatu yang lebih dalam—bau kematian."Ini adalah

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Kebangkitan Naga Perang   401. JURUS NAGA DEWA API

    Pria tua itu melangkah maju, jubah lusuhnya berkibar tertiup angin malam yang dingin. Keriput di wajahnya mencerminkan kebijaksanaan, tetapi sorot matanya tajam dan penuh kewaspadaan. Suara seraknya terdengar jelas di antara keheningan yang mencekam."Rendy, pedang itu lebih dari sekadar senjata. Ia adalah kunci sekaligus penjara. Jika kau tidak mampu mengendalikannya, dunia ini—dan semua yang kau kenal—akan musnah. Mereka yang menginginkan Pedang Naga Dewa paham satu hal: untuk memilikinya, mereka harus melalui ujian sejati. Sebuah ujian yang akan menguji hati dan jiwa pemegangnya."Udara di sekitar mereka mendadak bergetar, seakan waktu sendiri menahan napas. Dari kegelapan yang pekat, muncul makhluk-makhluk bayangan. Mereka tidak seperti manusia biasa—tubuh mereka berbalut kabut hitam pekat, matanya bersinar merah membara, dan tangan mereka panjang, berayun dengan selaput energi hitam yang merayap seperti akar-akar hidup. Langkah mereka tanpa suara, tetapi tekanan yang mereka bawa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Kebangkitan Naga Perang   402. Penyihir Kegelapan

    Rendy Wang berdiri tegak di tengah kehampaan yang mencekam. Angin dingin berembus, membawa bisikan yang terdengar seperti ratapan jiwa-jiwa tersesat. Cahaya bulan yang seharusnya menerangi langit tampak tersedot ke dalam pusaran gelap yang mengelilingi Penyihir Kegelapan di hadapannya. Sosok berjubah hitam itu tampak lebih mengerikan dari yang pernah ia bayangkan—matanya bagai dua bara api yang menyala dari kegelapan, jubahnya berkibar-kibar seiring dengan energi hitam yang berdenyut liar di sekelilingnya.Rendy merasakan tekanan luar biasa menghantam dadanya, seperti ada tangan tak kasat mata yang mencengkeram jantungnya, mencoba meremukkannya. Namun, ia menepis rasa takut yang merayap di benaknya. Nafasnya ia tarik dalam-dalam, menggantikan keraguan dengan tekad yang mengakar kuat."Penyihir Kegelapan," suaranya menggema, tegas dan penuh keyakinan, "Aku tidak akan membiarkan kalian menguasai dunia ini. Aku akan melindunginya, dengan segala yang aku miliki."Tawa meledak dari Penyihi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Kebangkitan Naga Perang   403. Kekuatan Sejati Pedang Naga Dewa

    Rendy menggertakkan giginya, rahangnya mengeras saat mendengar kata-kata yang berusaha menggoyahkan tekadnya. Napasnya memburu, dadanya naik turun, tetapi matanya tetap tajam, membara dengan api yang tak bisa dipadamkan. Tanpa ragu, ia mengalirkan energi naga ke dalam pedangnya. Getaran hebat menjalar dari gagang pedang ke seluruh tubuhnya, seolah bilah itu hidup dan merespons panggilan tuannya."Aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan dunia ini," suaranya bergema, penuh kepastian. "Pedang Naga Dewa adalah milikku, dan aku yang akan menentukan takdirnya."Kilatan cahaya emas melesat dari bilah pedangnya saat ia melompat ke udara, tubuhnya seperti meteor yang melesat menuju Penyihir Kegelapan. Angin berputar liar di sekelilingnya, menciptakan pusaran energi yang berderak di udara. Pada saat yang sama, Penyihir Kegelapan mengangkat kedua tangannya, membentuk pusaran energi gelap yang meliuk-liuk seperti ular raksasa. Dengan satu gerakan tangan, ia melemparkan bola kegelapan itu ke ara

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Kebangkitan Naga Perang   404. Azrael, Penguasa Kegelapan

    Langit di atas Rendy Wang dipenuhi pusaran awan kelam yang bergolak, seperti luka terbuka di angkasa. Aroma logam dan abu menyelimuti udara, menusuk indra penciumannya. Tanah di bawahnya retak, mengeluarkan uap panas yang naik perlahan, menciptakan bayang-bayang menari di sekitar kakinya. Di tangannya, Pedang Naga Dewa bersinar redup, pancaran cahaya emasnya seperti lilin yang berusaha melawan gelap yang terus merayap. Rendy berdiri tegak, napasnya masih berat akibat pertempuran yang baru saja berakhir. Keringat mengalir di pelipisnya, bercampur dengan darah yang bukan hanya miliknya. Sorot matanya menelusuri kehampaan yang kini menggantung di hadapannya. Dunia ini seharusnya terasa lebih ringan setelah kehancuran Penyihir Kegelapan, tetapi justru sebaliknya—sebuah kehadiran yang lebih mengerikan muncul dari balik dimensi yang seharusnya telah musnah. Sebuah bayangan perlahan muncul, awalnya hanya kabut gelap yang melayang, lalu berubah menjadi siluet yang tinggi dan tegap. Udara di

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20

Bab terbaru

  • Kebangkitan Naga Perang   514. Penyergapan The Killer

    Namun, di tengah keheningan yang sakral, di antara debu-debu yang melayang pelan bagai abu dupa, sebuah aura kelam menyusup perlahan. Tak seperti kebencian Azerith yang membara dan membuncah, aura ini dingin… nyaris tak terdeteksi, namun menyusup ke dalam setiap pori-pori dunia, seperti kabut maut yang tak menyuarakan langkahnya.Rendy jatuh berlutut. Pedang Kabut Darah tertancap lemah di sampingnya, menahan tubuhnya yang gemetar karena kelelahan. Luka-lukanya belum sembuh, dan energi spiritualnya hampir habis, terkuras oleh Segel Jiwa dan tebasan terakhir yang nyaris membelah dunia.Tiba-tiba, udara di belakangnya bergetar—bukan oleh angin, melainkan oleh kehadiran yang tidak seharusnya ada.Sebuah bisikan lirih mengalir di antara angin.“Akhirnya… saatnya menuai bayangan terakhir dari Naga Perang.”Rendy mengangkat kepala, pelan.Dari balik kegelapan yang masih menyelimuti sebagian Negeri Malam, muncul sosok yang menyatu dengan bayangannya sendiri. Hitam pekat tanpa bentuk jelas, wa

  • Kebangkitan Naga Perang   513. Segel Jiwa

    Azerith terdorong mundur, wajahnya kini lebih menyerupai bayangan iblis daripada manusia. Dengan tatapan penuh amarah dan kebencian, ia memutar tubuhnya. Pedang Iblis Merah ditebaskan dalam gerakan spiral yang nyaris mustahil ditangkap mata telanjang. Setiap sabetan memotong udara, menciptakan bilah-bilah energi merah gelap yang melesat seperti anak panah roh—menyasar bukan tubuh, tapi langsung pada jiwa.Namun, Rendy tak mundur.Dengan satu putaran cepat, Pedang Kabut Darah menyapu seluruh bilah serangan. Dalam sekejap, tercipta pusaran merah-putih yang menghisap dan membelokkan serangan itu, meledakkannya menjadi hujan cahaya yang luruh ke tanah seperti bintang jatuh yang kehabisan nyala.Azerith tertegun. Napasnya berat, jiwanya tergerus perlahan.Rendy berdiri di tengah pusaran cahaya yang perlahan mereda, tubuhnya luka namun tak gentar. Ia menatap lawannya—mata yang tak lagi menyimpan rasa benci, hanya keteguhan.“Aku tidak akan melawan kutukanmu dengan sihir,” gumamnya pelan namu

  • Kebangkitan Naga Perang   512. Pedang Iblis Merah Azerith

    Angin terhenti begitu saja, seperti makhluk hidup yang menahan napas. Debu menggantung di udara, tak sempat jatuh. Waktu—biasanya tak terbendung—kini seperti dipaksa berhenti, membeku dalam ketegangan yang mencekam.Dari balik semburan cahaya yang menyilaukan mata, dan langit yang retak seperti kaca dihantam palu raksasa, dua sosok berdiri. Tak sempurna. Tak utuh. Namun masih tegak—meski dunia seolah menolak keberadaan mereka.Rendy terhuyung, nafasnya tersengal seolah paru-parunya terbakar dari dalam. Darah mengalir dari pelipis dan sudut bibirnya, menggurat merah pekat di wajah yang dipenuhi luka dan debu pertempuran. Namun, cahaya merah menyala di sekeliling tubuhnya, tak padam sedikit pun. Justru semakin membara.Aura naga itu bukan lagi sekadar energi—ia menjadi bagian dari dirinya. Sisik merah menyala terbentuk dari cahaya murni, mengilap seperti batu rubi. Tanduk melengkung memanjang dari pelipisnya, sementara sayap raksasa perlahan mekar dari punggungnya, mengepak pelan seperti

  • Kebangkitan Naga Perang   511. Pertarungan Negeri Malam - II

    “Jangan menyerah!” Suara itu meluncur membelah senyap, nyaring dan penuh nyawa. Gaungnya memantul di tebing-tebing gelap Negeri Malam, menghentak dada siapa pun yang mendengarnya. Tegas. Tak tergoyahkan. “Kekuatan mereka memang besar… tapi bukan tak terbatas! Jika kita mampu bertahan, maka mereka akan tumbang—oleh kesombongan dan kekuatan mereka sendiri!”Laras berdiri terpaku. Nafasnya berat, terseret di antara angin dingin dan aroma darah yang menggantung di udara. Kepalanya menunduk perlahan, bayangan luka dan kehilangan berkecamuk di matanya. Dengan gerakan lirih, ia membuka payung ungu kesayangannya—gerakan kecil yang mengandung ribuan kutukan.“Ini sudah melewati batas…” ucapnya, suara nyaris tak lebih dari bisikan yang terbawa angin. Lalu, dengan ketenangan yang menakutkan, ia menancapkan payung itu ke tanah.KRAAAK ...Begitu ujung payung menyentuh tanah, suara retakan halus terdengar—seolah bumi sendiri merintih. Aura ungu merembes keluar dari celah tanah, melilit udara sepert

  • Kebangkitan Naga Perang   510. Pertarungan Negeri Malam

    Langit Negeri Malam seakan telah robek.Azerith melesat keluar dari kawah api yang ia ciptakan sendiri. Tubuhnya diselimuti aura hitam pekat, berkilauan seperti logam cair yang mendidih. Sayap iblis terbuka lebar di punggungnya—bukan sayap biasa, tapi sayap yang terbuat dari bayangan penderitaan ribuan jiwa. Di belakangnya, dua mata raksasa tanpa kelopak muncul di langit, menatap ke segala arah.“Rendy…” suara Azerith menggema seperti jeritan dari dasar neraka, “Aku sudah mati... berkali-kali... untuk negeri ini. Tapi ayah kami—ayahku—dibunuh olehmu. Kau dan ambisimu untuk perdamaian, hanya menyisakan pembantaian!”Rendy tak menjawab. Sorot matanya tajam, dan api merah dari Pedang Kabut Darah makin membara. Aura spiritual di sekeliling tubuhnya membentuk cincin cahaya merah tua yang berdenyut seirama dengan detak jantungnya.“Kau ingin kebenaran, Azerith?” seru Rendy, melayang perlahan maju. “Bukankah aku sudah bilang kalau ayahmu ingin menghancurkan dunia dan bersekutu dengann kekuata

  • Kebangkitan Naga Perang   509. Kehebatan Empat Penjuru Angin

    Tak jauh dari situ, Lintang mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi. Tongkat itu memancarkan cahaya biru langit, lalu menyala terang seperti bintang meledak.“Wahai semesta! Beri aku kekuatan!”Lintang menghentak tanah dengan ujung tongkat. Seketika, dari bawah tanah muncul jaring akar-akar bercahaya yang menjulur dan menyambar para prajurit tanpa jiwa, menarik mereka masuk ke dalam bumi yang menganga. Suara jeritan mengerikan bergema ketika tubuh-tubuh itu ditelan tanah.Tiga prajurit melompat dari sisi kanan—Lintang memutar tongkatnya, mengubahnya menjadi cambuk cahaya. Dengan gerakan cepat dan presisi, cambuk itu membelit leher dan tangan lawan-lawannya, lalu ditarik ke satu arah hingga mereka saling bertabrakan dan meledak menjadi abu.*****Dari atas reruntuhan, melayanglah Lily, gaunnya mengepak, kipas giok di tangan kanannya terbuka perlahan.“Jangan meremehkan kelembutan…”Ia mengibaskan kipas sekali. Angin yang keluar bukan sekadar angin—ia adalah gelombang serangan berbentuk kelo

  • Kebangkitan Naga Perang   508. Kekuatan Naga Perang

    Rendy tak bergeming. Ia melangkah ke depan, dan setiap langkahnya seperti membangunkan tanah yang tertidur. Aura panas merambat dari tubuhnya, membuat udara di sekitarnya bergetar samar. Lalu, suara hatinya menggema—keras, tegas, mengguncang lebih dari sekadar suara.“Aku tidak takut pada mereka!” serunya, dan dalam sekejap, tubuhnya diselimuti oleh cahaya merah yang membakar. Dari balik punggung dan dadanya, muncul siluet seekor naga—merah membara, melingkar seperti pusaran petir yang hendak menerkam. Matanya menyala, dan setiap sisiknya memantulkan kilatan kekuatan purba.Lintang membeku. Matanya membelalak tak percaya. Di sebelahnya, Laras mundur satu langkah, tubuhnya bergetar hebat.“Mustahil…” bisiknya dengan suara tercekat. “Ras Naga sudah punah… jutaan tahun yang lalu…”Rendy menatap lurus ke mata Azerith. Tak ada keraguan. Tak ada gentar. Hanya kepercayaan yang tak tergoyahkan.“Ini bukan tentang balas dendam,” katanya pelan, namun suaranya mengandung kekuatan yang tak bisa di

  • Kebangkitan Naga Perang   507. Rahasia Keluarga Tanoto

    Kilatan petir terakhir mencabik langit, menyambar reruntuhan yang hangus di belakang Azerith. Sekilas, cahaya itu memahat siluet sosoknya yang menjulang tinggi, berdiri laksana dewa penghancur dengan pedang terangkat ke langit. Dari bilah senjata itu, lidah-lidah api neraka melompat liar, memekik dalam nyala yang bukan hanya membakar udara, tapi juga jiwa. Tangisan lirih bergema dari logamnya—jeritan ribuan roh yang terperangkap di dalam, merintih antara harapan akan kebebasan… atau kehancuran abadi.Sheila tersentak. Tumitnya bergeser ke belakang, satu langkah kecil yang nyaris tak terdengar. Bukan ketakutan yang membuatnya mundur, tapi sesuatu yang lebih kompleks—kesadaran akan kekuatan yang berdiri di hadapannya.“Rendy…” bisiknya, tangan refleks terangkat. Tapi sebelum ia bergerak lebih jauh, sebuah tangan menggenggam pergelangannya.“Jangan,” ujar Rendy pelan, suaranya rendah tapi tegas, nyaris seperti bisikan petir sebelum badai.Tatapannya tertuju penuh pada Azerith, dan di mata

  • Kebangkitan Naga Perang   506. Satria Tanpa Jiwa

    Azerith melangkah maju, jubahnya berkibar perlahan seiring gerakannya. Suhu ruangan turun drastis. Nafas menjadi uap putih.“Itu semua hanya... umpan. Seleksi alam, Sheila. Dunia Bawah tidak butuh simpati. Ia menuntut kekuatan. Yang lemah... hilang. Yang kuat... bertahan. Itu hukum satu-satunya di sini.”Ia berhenti tepat di depan Sheila. Mereka hanya dipisahkan oleh helai napas.“Tapi kau... masih terlalu naif untuk mengerti.”Sheila menggertakkan gigi, menahan amarah. Tapi matanya tidak berpaling.“Kau bukan Tuhan, Azerith. Dan aku di sini... untuk menjatuhkan dewa palsu.”Langkah Rendy menggema di antara debu dan reruntuhan menara tua. Bayangan dari nyala obor menari di wajahnya yang tegang, rahangnya mengeras. Matanya tajam, penuh kemarahan yang tak bisa lagi ditahan.“Kau menyebut kehancuran sebagai seleksi?” suaranya memotong keheningan seperti kilatan petir. “Kau buang anak-anak, wanita, dan turis tak berdosa hanya untuk eksperimen sosial?”Angin mendesis, membawa aroma tanah ba

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status