Home / Urban / Kebangkitan Naga Perang / 376. Menelepon Katrin

Share

376. Menelepon Katrin

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-01-14 22:09:04

Malam di Buitenzorg terasa lengang, namun Rendy tetap tak bisa menghilangkan rasa was-was. Rendy memutuskan untuk pulang ke Paradise Hill karena Resort Red Lotus sudah tidak aman lagi.

Jacinda juga memutuskan untuk pulang ke Kota Chindo karena khawatir kehadirannya hanya akan menyulitkan Rendy di tengah banyaknya ancaman terhadap Naga Perang ini. Jacinda juga bermaksud untuk minta bantuan keluarga besarnya melindungi Rendy Wang.

Setelah memastikan tak ada orang yang mengawasinya dari bayangan atau sudut jalan, ia meraih ponsel dari saku jaket lusuhnya. Jemarinya sedikit gemetar saat menekan nama Katrin Chow di daftar kontak. Deretan nada sambung terasa begitu lama hingga akhirnya suara Katrin yang khas—tenang tapi dingin—terdengar dari seberang.

“Ada apa, Rendy?” tanyanya tanpa basa-basi.

Rendy menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan detak jantungnya yang masih berpacu usai pertemuan dengan orang-orang misterius tadi. “Katrin, aku butuh penjelasan,” katanya dengan nada yang leb
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Kebangkitan Naga Perang   377. Ancaman Sekte Pedang Dewa - II

    Rendy memasukkan ponselnya kembali ke saku sambil terus memikirkan kata-kata Katrin. Udara malam yang dingin tiba-tiba terasa menyesakkan, seolah membawa firasat buruk. Suara gemerisik dedaunan di sekitar membuatnya langsung waspada. Ia tahu, sejak pertarungan terakhir dengan kultivator Sekte Pedang Dewa, tidak ada lagi yang benar-benar aman.Langkahnya menuju skuter tua yang diparkir di pinggir jalan terhenti. Sepasang mata terasa mengawasinya dari kegelapan. Rendy berpura-pura tenang, tapi tubuhnya siaga. Jemarinya sedikit bergerak ke samping, meraba gagang Pedang Kabut Darah yang tersembunyi di balik jaketnya.Tiba-tiba, sebuah suara tajam menghantam udara. Suara pedang memotong angin. Rendy refleks melompat ke samping, tubuhnya berputar di udara sebelum mendarat dengan mantap. Sebuah bilah perak menghantam tanah di tempat ia berdiri sebelumnya, menciptakan kawah kecil yang mengeluarkan asap panas.“Rendy Wang,” suara dingin seorang pria menggema dari balik bayangan. Perlahan, soso

    Last Updated : 2025-01-14
  • Kebangkitan Naga Perang   378. Kekuatan Pedang Kabut Darah

    Rendy melangkah maju, mata tajamnya memindai setiap gerakan musuh. Tubuhnya dikelilingi aura merah pekat dari Pedang Kabut Darah yang tampak hidup, mengeluarkan suara mendengung pelan seolah ikut haus akan darah. Angin malam yang tadinya sejuk kini membawa hawa kematian.“Serang dia!” teriak pria berjubah hitam, melambaikan tangannya. Dalam sekejap, kelima anggota Sekte Pedang Dewa melesat ke arah Rendy dengan serangan gabungan. Pedang, cambuk, dan tombak spiritual mereka berkilauan, menciptakan kilatan cahaya yang membutakan.Rendy berdiri tegap, menunggu momen yang tepat. Ketika jarak musuh tinggal beberapa meter, ia menghentakkan kakinya ke tanah. Gelombang energi merah melesat, menciptakan retakan besar di jalan yang langsung menghentikan beberapa musuh di tempat. Namun, dua lainnya berhasil menerobos dan menyerangnya bersamaan.Dengan gerakan seperti bayangan, Rendy berputar menghindari pedang pertama dan langsung menangkis tombak kedua. Tubuhnya berbalik dengan lincah, memanfaat

    Last Updated : 2025-01-15
  • Kebangkitan Naga Perang   379. Xian Wu dan Moira

    Rendy berdiri di tengah reruntuhan jalan yang berlumuran debu dan sisa ledakan energi. Nafasnya terengah-engah, sementara aura merah Pedang Kabut Darah mulai meredup, kembali ke wujudnya yang lebih tenang. Angin malam membawa aroma logam dan tanah hangus, mengingatkan pada pertempuran yang baru saja terjadi.Namun, sebelum ia sempat mengatur napas, suara langkah kaki terdengar. Sepasang bayangan muncul dari ujung jalan. Mereka bergerak mendekat dengan kecepatan santai, aura mereka memancarkan tekanan luar biasa.“Seperti yang kuduga, mereka gagal.” Suara dingin seorang pria paruh baya bergema. Rambut putihnya terikat rapi, dan sorot matanya tajam seperti pedang. Ia mengenakan jubah biru gelap dengan lambang pedang bersilang di dada—simbol Sekte Pedang Dewa. Di sampingnya berdiri seorang wanita berambut panjang keemasan, wajahnya memancarkan keanggunan, namun mata hijaunya penuh kebencian.Rendy langsung mengangkat Pedang Kabut Darah, mengarahkan ujungnya ke arah mereka. “Siapa kalian?

    Last Updated : 2025-01-15
  • Kebangkitan Naga Perang   380. Pedang Kabut Darah vs Pedang Surgawi

    Langit gelap memancarkan aura mencekam saat Pedang Surgawi yang dibentuk Xian Wu menggantung di udara, gemuruh petir menggelegar seakan merobek angkasa. Aura biru dari pedang raksasa itu memancarkan tekanan luar biasa, membuat tanah di sekitar Rendy retak dan bergemuruh.Rendy berdiri tegap di tengah pusaran energi merah yang dihasilkan Pedang Kabut Darah, rambutnya berkibar liar. Matanya bersinar merah, seolah menantang kekuatan yang akan menghancurkannya.“Jadi ini kekuatan Sekte Pedang Dewa? Tidak terlalu mengesankan,” ujar Rendy dengan nada mengejek, meskipun ia merasakan tekanan luar biasa yang mengguncang tubuhnya.Xian Wu tertawa kecil, suara tawanya dingin dan penuh ejekan. “Sombong sekali untuk seseorang yang akan segera mati. Bersiaplah menerima kehancuran!” Ia melambaikan tangannya, dan Pedang Surgawi mulai melesat turun dengan kecepatan mengerikan, memotong udara seperti kilat.Rendy menjejakkan kaki ke tanah, tubuhnya bergerak secepat kilat ke samping, menghindari hantama

    Last Updated : 2025-01-15
  • Kebangkitan Naga Perang   381. Kekuatan Sejati Pedang

    Ledakan energi besar yang terjadi di tengah bentrokan dua pedang legendaris, Pedang Kabut Darah dan Pedang Surgawi, memekakkan telinga dan menciptakan gelombang kejut yang menghancurkan pepohonan, batu-batu besar, dan tanah di sekitarnya. Suara gemuruh ledakan itu menggema jauh ke lembah, membuat burung-burung beterbangan dan binatang-binatang liar melarikan diri dalam ketakutan.Rendy terhempas ke tanah, tubuhnya membentur keras tapi ia segera berdiri, darah mengalir dari pelipis dan luka-luka di tubuhnya. Namun, matanya yang bersinar merah tetap menunjukkan tekad baja.“Aku tidak akan kalah!” serunya, menggenggam Pedang Kabut Darah dengan kedua tangannya. Aura merah pekat menyelimutinya lagi, kali ini membentuk bayangan naga merah yang melingkar di tubuhnya, bersiap melancarkan serangan balasan.Di sisi lain, Xian Wu berdiri di atas batu besar yang melayang di udara, tampak tak tergoyahkan meskipun ia pun mengeluarkan banyak tenaga untuk menyerang. Pedang Surgawinya kembali terbentu

    Last Updated : 2025-01-15
  • Kebangkitan Naga Perang   382. Grandmaster Sekte Pedang Dewa

    Raungan naga merah yang melesat dari Pedang Kabut Darah mengguncang langit, membuat awan kelabu di atas medan pertarungan terbelah. Suara gemuruh naga seolah menggetarkan tulang setiap orang yang mendengarnya. Bayangan besar naga merah itu mengincar Xian Wu dan Moira dengan kecepatan luar biasa, membawa gelombang energi destruktif yang menghancurkan tanah di bawahnya.Xian Wu mengerutkan kening, tubuhnya melayang ke udara. Dengan cepat ia menciptakan formasi rune talisman berupa energi berbentuk lingkaran raksasa, memancarkan cahaya biru menyilaukan. “Pedang Surgawi, formasi perisai suci!” serunya. Cahaya biru berkumpul menjadi dinding energi yang tampak tak tergoyahkan.Moira tidak tinggal diam. Dengan satu lompatan ke belakang, ia mengangkat kedua tangannya, mengaktifkan pedang emasnya. “Formasi Seribu Cahaya!” teriaknya, memanggil ribuan bilah pedang kecil yang berkilauan, membentuk pola spiral di sekelilingnya. Energi dari formasi itu memusat, mengarah ke naga merah yang meluncur

    Last Updated : 2025-01-15
  • Kebangkitan Naga Perang   383. Rendy vs Jian Cheng

    Jian Cheng berhenti beberapa langkah dari medan yang hancur, mengangkat satu tangan. Hembusan angin yang sebelumnya hanya mengacak-acak rambut Rendy kini berubah menjadi pusaran angin tajam yang melingkupi tubuh Jian Cheng. Aura pria tua itu terasa seperti gunung yang menekan dada siapa pun yang berada di dekatnya.“Rendy Wang,” ujar Jian Cheng dengan suara rendah, namun setiap kata yang ia ucapkan bergema, “kau telah menggunakan Jade Dragon untuk membuka kekuatan Lembah Roh Kultivator. Kau telah melanggar keseimbangan dunia ini. Sebagai penjaga tatanan, aku tak punya pilihan lain selain menghentikanmu.”Rendy meneguk ludah, keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. “Keseimbangan? Yang kalian pedulikan hanya kekuasaan dan kepemilikan! Aku tidak akan menyerahkan Jade Dragon atau kekuatan ini pada orang sepertimu!”Tanpa peringatan, Jian Cheng menjentikkan jarinya. "WUUSSH!" Angin tajam melesat seperti pisau, memotong bebatuan di sekitar Rendy menjadi serpihan kecil. Rendy sempat meng

    Last Updated : 2025-01-15
  • Kebangkitan Naga Perang   384. Bantuan Shin Kang

    Rendy berdiri terhuyung-huyung, tangan kanannya yang memegang Pedang Kabut Darah terasa berat, seolah kekuatan Jian Cheng telah menyedot energinya. Wajahnya dipenuhi luka-luka kecil akibat ledakan sebelumnya, namun matanya masih memancarkan tekad yang tak tergoyahkan. Di sekelilingnya, aura merah dari Pedang Kabut Darah bergetar liar, seperti hembusan nafas naga yang tertahan.“Bocah, kau takkan bisa mengalahkannya sendirian!” Suara berat dan penuh ejekan dari dalam pedang itu menggema di pikiran Rendy. Itu suara Shin Kang, kultivator legendaris yang selama ini tertahan dalam Pedang Kabut Darah.“Kau tahu aku benar. Biarkan aku mengambil alih. Aku akan menunjukkan padanya apa arti kekuatan sejati!”Rendy menggertakkan giginya, dadanya naik turun. “Aku tak butuh bantuanmu, Shin Kang!” teriaknya dalam hati, namun ia tahu kekuatannya mulai memudar. Jian Cheng, dengan aura hitam yang semakin pekat, perlahan berjalan mendekat. Setiap langkahnya membuat tanah retak, tekanan spiritual yang i

    Last Updated : 2025-01-15

Latest chapter

  • Kebangkitan Naga Perang   513. Segel Jiwa

    Azerith terdorong mundur, wajahnya kini lebih menyerupai bayangan iblis daripada manusia. Dengan tatapan penuh amarah dan kebencian, ia memutar tubuhnya. Pedang Iblis Merah ditebaskan dalam gerakan spiral yang nyaris mustahil ditangkap mata telanjang. Setiap sabetan memotong udara, menciptakan bilah-bilah energi merah gelap yang melesat seperti anak panah roh—menyasar bukan tubuh, tapi langsung pada jiwa.Namun, Rendy tak mundur.Dengan satu putaran cepat, Pedang Kabut Darah menyapu seluruh bilah serangan. Dalam sekejap, tercipta pusaran merah-putih yang menghisap dan membelokkan serangan itu, meledakkannya menjadi hujan cahaya yang luruh ke tanah seperti bintang jatuh yang kehabisan nyala.Azerith tertegun. Napasnya berat, jiwanya tergerus perlahan.Rendy berdiri di tengah pusaran cahaya yang perlahan mereda, tubuhnya luka namun tak gentar. Ia menatap lawannya—mata yang tak lagi menyimpan rasa benci, hanya keteguhan.“Aku tidak akan melawan kutukanmu dengan sihir,” gumamnya pelan namu

  • Kebangkitan Naga Perang   512. Pedang Iblis Merah Azerith

    Angin terhenti begitu saja, seperti makhluk hidup yang menahan napas. Debu menggantung di udara, tak sempat jatuh. Waktu—biasanya tak terbendung—kini seperti dipaksa berhenti, membeku dalam ketegangan yang mencekam.Dari balik semburan cahaya yang menyilaukan mata, dan langit yang retak seperti kaca dihantam palu raksasa, dua sosok berdiri. Tak sempurna. Tak utuh. Namun masih tegak—meski dunia seolah menolak keberadaan mereka.Rendy terhuyung, nafasnya tersengal seolah paru-parunya terbakar dari dalam. Darah mengalir dari pelipis dan sudut bibirnya, menggurat merah pekat di wajah yang dipenuhi luka dan debu pertempuran. Namun, cahaya merah menyala di sekeliling tubuhnya, tak padam sedikit pun. Justru semakin membara.Aura naga itu bukan lagi sekadar energi—ia menjadi bagian dari dirinya. Sisik merah menyala terbentuk dari cahaya murni, mengilap seperti batu rubi. Tanduk melengkung memanjang dari pelipisnya, sementara sayap raksasa perlahan mekar dari punggungnya, mengepak pelan seperti

  • Kebangkitan Naga Perang   511. Pertarungan Negeri Malam - II

    “Jangan menyerah!” Suara itu meluncur membelah senyap, nyaring dan penuh nyawa. Gaungnya memantul di tebing-tebing gelap Negeri Malam, menghentak dada siapa pun yang mendengarnya. Tegas. Tak tergoyahkan. “Kekuatan mereka memang besar… tapi bukan tak terbatas! Jika kita mampu bertahan, maka mereka akan tumbang—oleh kesombongan dan kekuatan mereka sendiri!”Laras berdiri terpaku. Nafasnya berat, terseret di antara angin dingin dan aroma darah yang menggantung di udara. Kepalanya menunduk perlahan, bayangan luka dan kehilangan berkecamuk di matanya. Dengan gerakan lirih, ia membuka payung ungu kesayangannya—gerakan kecil yang mengandung ribuan kutukan.“Ini sudah melewati batas…” ucapnya, suara nyaris tak lebih dari bisikan yang terbawa angin. Lalu, dengan ketenangan yang menakutkan, ia menancapkan payung itu ke tanah.KRAAAK ...Begitu ujung payung menyentuh tanah, suara retakan halus terdengar—seolah bumi sendiri merintih. Aura ungu merembes keluar dari celah tanah, melilit udara sepert

  • Kebangkitan Naga Perang   510. Pertarungan Negeri Malam

    Langit Negeri Malam seakan telah robek.Azerith melesat keluar dari kawah api yang ia ciptakan sendiri. Tubuhnya diselimuti aura hitam pekat, berkilauan seperti logam cair yang mendidih. Sayap iblis terbuka lebar di punggungnya—bukan sayap biasa, tapi sayap yang terbuat dari bayangan penderitaan ribuan jiwa. Di belakangnya, dua mata raksasa tanpa kelopak muncul di langit, menatap ke segala arah.“Rendy…” suara Azerith menggema seperti jeritan dari dasar neraka, “Aku sudah mati... berkali-kali... untuk negeri ini. Tapi ayah kami—ayahku—dibunuh olehmu. Kau dan ambisimu untuk perdamaian, hanya menyisakan pembantaian!”Rendy tak menjawab. Sorot matanya tajam, dan api merah dari Pedang Kabut Darah makin membara. Aura spiritual di sekeliling tubuhnya membentuk cincin cahaya merah tua yang berdenyut seirama dengan detak jantungnya.“Kau ingin kebenaran, Azerith?” seru Rendy, melayang perlahan maju. “Bukankah aku sudah bilang kalau ayahmu ingin menghancurkan dunia dan bersekutu dengann kekuata

  • Kebangkitan Naga Perang   509. Kehebatan Empat Penjuru Angin

    Tak jauh dari situ, Lintang mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi. Tongkat itu memancarkan cahaya biru langit, lalu menyala terang seperti bintang meledak.“Wahai semesta! Beri aku kekuatan!”Lintang menghentak tanah dengan ujung tongkat. Seketika, dari bawah tanah muncul jaring akar-akar bercahaya yang menjulur dan menyambar para prajurit tanpa jiwa, menarik mereka masuk ke dalam bumi yang menganga. Suara jeritan mengerikan bergema ketika tubuh-tubuh itu ditelan tanah.Tiga prajurit melompat dari sisi kanan—Lintang memutar tongkatnya, mengubahnya menjadi cambuk cahaya. Dengan gerakan cepat dan presisi, cambuk itu membelit leher dan tangan lawan-lawannya, lalu ditarik ke satu arah hingga mereka saling bertabrakan dan meledak menjadi abu.*****Dari atas reruntuhan, melayanglah Lily, gaunnya mengepak, kipas giok di tangan kanannya terbuka perlahan.“Jangan meremehkan kelembutan…”Ia mengibaskan kipas sekali. Angin yang keluar bukan sekadar angin—ia adalah gelombang serangan berbentuk kelo

  • Kebangkitan Naga Perang   508. Kekuatan Naga Perang

    Rendy tak bergeming. Ia melangkah ke depan, dan setiap langkahnya seperti membangunkan tanah yang tertidur. Aura panas merambat dari tubuhnya, membuat udara di sekitarnya bergetar samar. Lalu, suara hatinya menggema—keras, tegas, mengguncang lebih dari sekadar suara.“Aku tidak takut pada mereka!” serunya, dan dalam sekejap, tubuhnya diselimuti oleh cahaya merah yang membakar. Dari balik punggung dan dadanya, muncul siluet seekor naga—merah membara, melingkar seperti pusaran petir yang hendak menerkam. Matanya menyala, dan setiap sisiknya memantulkan kilatan kekuatan purba.Lintang membeku. Matanya membelalak tak percaya. Di sebelahnya, Laras mundur satu langkah, tubuhnya bergetar hebat.“Mustahil…” bisiknya dengan suara tercekat. “Ras Naga sudah punah… jutaan tahun yang lalu…”Rendy menatap lurus ke mata Azerith. Tak ada keraguan. Tak ada gentar. Hanya kepercayaan yang tak tergoyahkan.“Ini bukan tentang balas dendam,” katanya pelan, namun suaranya mengandung kekuatan yang tak bisa di

  • Kebangkitan Naga Perang   507. Rahasia Keluarga Tanoto

    Kilatan petir terakhir mencabik langit, menyambar reruntuhan yang hangus di belakang Azerith. Sekilas, cahaya itu memahat siluet sosoknya yang menjulang tinggi, berdiri laksana dewa penghancur dengan pedang terangkat ke langit. Dari bilah senjata itu, lidah-lidah api neraka melompat liar, memekik dalam nyala yang bukan hanya membakar udara, tapi juga jiwa. Tangisan lirih bergema dari logamnya—jeritan ribuan roh yang terperangkap di dalam, merintih antara harapan akan kebebasan… atau kehancuran abadi.Sheila tersentak. Tumitnya bergeser ke belakang, satu langkah kecil yang nyaris tak terdengar. Bukan ketakutan yang membuatnya mundur, tapi sesuatu yang lebih kompleks—kesadaran akan kekuatan yang berdiri di hadapannya.“Rendy…” bisiknya, tangan refleks terangkat. Tapi sebelum ia bergerak lebih jauh, sebuah tangan menggenggam pergelangannya.“Jangan,” ujar Rendy pelan, suaranya rendah tapi tegas, nyaris seperti bisikan petir sebelum badai.Tatapannya tertuju penuh pada Azerith, dan di mata

  • Kebangkitan Naga Perang   506. Satria Tanpa Jiwa

    Azerith melangkah maju, jubahnya berkibar perlahan seiring gerakannya. Suhu ruangan turun drastis. Nafas menjadi uap putih.“Itu semua hanya... umpan. Seleksi alam, Sheila. Dunia Bawah tidak butuh simpati. Ia menuntut kekuatan. Yang lemah... hilang. Yang kuat... bertahan. Itu hukum satu-satunya di sini.”Ia berhenti tepat di depan Sheila. Mereka hanya dipisahkan oleh helai napas.“Tapi kau... masih terlalu naif untuk mengerti.”Sheila menggertakkan gigi, menahan amarah. Tapi matanya tidak berpaling.“Kau bukan Tuhan, Azerith. Dan aku di sini... untuk menjatuhkan dewa palsu.”Langkah Rendy menggema di antara debu dan reruntuhan menara tua. Bayangan dari nyala obor menari di wajahnya yang tegang, rahangnya mengeras. Matanya tajam, penuh kemarahan yang tak bisa lagi ditahan.“Kau menyebut kehancuran sebagai seleksi?” suaranya memotong keheningan seperti kilatan petir. “Kau buang anak-anak, wanita, dan turis tak berdosa hanya untuk eksperimen sosial?”Angin mendesis, membawa aroma tanah ba

  • Kebangkitan Naga Perang   505. Azerith - Pewaris Negeri Malam

    Dua malam telah berlalu sejak aliansi antara Rendy dan Sheila terbentuk—sebuah kesepakatan rapuh yang ditandai dengan percikan api kebencian masa lalu dan bara tekad akan pembalasan. Malam ini, langit Negeri Malam tampak lebih kelam dari biasanya, seolah bintang pun enggan menatap apa yang akan terjadi.Delapan sosok berdiri tegak di pelataran batu obsidian di depan Menara Tanpa Bayangan—bangunan menjulang dengan dinding berkilau hitam pekat yang tampak hidup, berdenyut halus seperti nadi monster kuno yang sedang tertidur. Cahaya bulan pun lenyap begitu menyentuh permukaannya, seakan tertelan oleh lapisan spiritual yang tak mengenal pantulan.Rendy berdiri paling depan. Nafasnya terlihat dalam kepulan dingin malam, tapi keringat hangat membasahi tengkuknya. Di sisinya, Sheila tampak tenang, namun sorot matanya tajam seperti bilah belati yang disembunyikan di balik senyuman.Empat Penjuru Angin mengitari mereka dalam formasi setengah lingkaran, menjaga dua orang di belakang: para saksi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status