Home / Urban / Kebangkitan Naga Perang / 345. Pedang Naga Elixir

Share

345. Pedang Naga Elixir

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-01-07 17:37:18

Malam itu, di bawah langit pekat yang berhiaskan taburan bintang, Rendy berdiri di tengah lingkaran energi yang berdenyut halus di sekelilingnya. Udara malam terasa hangat bercampur aroma tanah basah, seolah semesta ikut menyaksikan perjuangannya. Cahaya redup dari Giok Naga Merah di tangannya memancarkan kilauan merah yang memantul pada permukaan Pedang Elixir yang ramping dan tajam.

"Fokus, Rendy," suara Aiden terdengar tegas namun tenang. Ia melangkah mendekat, posturnya tegap dengan mata yang memancarkan kebijaksanaan seorang pelatih berpengalaman. "Biarkan energimu menyatu dengan Giok Naga Merah. Jangan melawan, tetapi selaraslah dengannya."

Di sisi lain, Abigail berdiri dengan anggun, tangannya bersilang di dada. "Ingat, Rendy. Pedang Elixir bukan hanya senjata. Ia hidup. Rasakan setiap getaran, setiap napasnya. Jika kau tidak bisa mendengarnya, kau tidak akan pernah mampu mengendalikannya."

Rendy menarik napas dalam, membiarkan udara dingin malam memenuhi paru-parunya. Tubuhnya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Kebangkitan Naga Perang   346. Kebangkitan Zhang Wei

    Di tempat terpencil, jauh dari jangkauan peradaban, Zhang Wei sedang memulihkan diri setelah kekalahannya di Benteng Langit Kegelapan. Namun, ia tidak hanya menyembuhkan luka-lukanya—ia memperkuat dirinya dengan energi dari Kuburan Pedang Spiritual, menggabungkan kekuatan pedang-pedang legendaris dengan Qi miliknya.Di hadapannya, bayangan dari roh-roh kultivator masa lalu berbaris, memberikan kekuatan mereka dengan rela. Zhang Wei menyerap semuanya, tubuhnya memancarkan aura kegelapan yang semakin kuat.“Rendy Wang...” gumamnya dengan suara penuh kebencian. “Kali ini, kau tidak akan selamat.”Kembali ke Dragon Sky Tower, Rendy bertemu dengan Katrin Chang yang sudah menunggunya di ruang rapat utama. Katrin, dengan gaya anggun dan tajamnya, langsung memberi laporan terbaru tentang pergerakan Zhang Wei.“Tuan Muda, kami telah melacak energi Zhang Wei. Dia berada di wilayah Utara, dekat Pegunungan Kabut Abadi. Sepertinya dia sedang mempersiapkan sesuatu yang besar.”Rendy mengangguk, mat

    Last Updated : 2025-01-07
  • Kebangkitan Naga Perang   347. Pertarungan di Pegunungan Kabut Abadi

    Langit Pegunungan Kabut Abadi tampak muram, seolah menyaksikan duel para pendekar yang akan menentukan nasib dunia. Udara dipenuhi aroma besi dan energi murni yang menggema hingga ke dasar lembah. Rendy Wang berdiri dengan kokoh di atas tanah yang bergetar, tubuhnya berselimut cahaya keemasan dari Pil Qi Nirvana yang diberikan Renata Zhang. Energinya berkobar, bagaikan naga yang baru bangkit dari kedalaman samudra.Di tangannya, Pedang Naga Elixir berpendar, memancarkan aura suci yang membelah angin dengan setiap gerakan kecil. Pandangannya tajam, menatap Zhang Wei yang berdiri di seberang, dikelilingi kabut gelap yang mengalir dari Pedang Darah Kehancuran. Aura dingin dan menyeramkan menyelimuti Zhang Wei, membuatnya tampak seperti dewa kematian.“Kali ini kau tidak akan lolos, Zhang Wei,” suara Rendy menggema tegas. Pedang di tangannya bersinar terang, dan ia melancarkan serangan pembuka, Kebangkitan Naga Nirvana. Pedangnya melesat dengan kecepatan luar biasa, menciptakan badai berc

    Last Updated : 2025-01-07
  • Kebangkitan Naga Perang   348. Naga Kegelapan

    Rendy dan Renata kembali ke Dragon Sky Tower, membawa kemenangan mereka. Namun, Rendy tahu bahwa langkah berikutnya harus dipikirkan dengan hati-hati. Dengan kekuatan Elemental Naga Qi yang baru ia kuasai, ia harus bersiap menghadapi ancaman baru yang mungkin lebih kuat dari Zhang Wei.Di sisi lain, hubungan antara Rendy dan Renata mulai berkembang. Rendy tidak bisa mengabaikan perasaan yang mulai tumbuh di hatinya, dan Renata pun merasa nyaman berada di dekat pria yang gagah dan penuh tanggung jawab ini.Namun, apakah hubungan mereka akan berjalan mulus, ataukah takdir akan membawa mereka ke arah yang berbeda?Perjalanan Rendy Wang sebagai Naga Perang baru saja dimulai di masa ini.Rendy Wang kembali ke Dragon Sky Tower bersama Renata Zhang. Meskipun pertarungan melawan Zhang Wei telah usai, perasaan lega hanya sementara. Aura misterius yang mereka rasakan di Pegunungan Kabut Abadi terus menghantui pikiran Rendy. Kegelapan yang disebut-sebut oleh suara misterius itu terasa seperti an

    Last Updated : 2025-01-07
  • Kebangkitan Naga Perang   349. Jurus Nirvana Penebus Jiwa

    Langit di atas Lembah Gerhana Abadi berselimutkan kabut gelap yang menyesakkan. Aroma tanah basah bercampur bau logam menguar di udara. Suara raungan menggema, memecah kesunyian dan membuat udara bergetar. Naga Kegelapan telah bangkit, tubuhnya menjulang seperti gunung, sisik-sisiknya hitam pekat, memantulkan kilau suram di bawah cahaya bulan yang tertutup awan."Rendy, ini sudah di luar kemampuan kita!" Renata berteriak, suaranya gemetar meski ia mencoba terlihat tegar. Ia menggenggam botol kecil berisi pil spiritual yang berkilauan. "Ambil ini, setidaknya bisa memperpanjang waktu!"Rendy menggeleng, matanya menatap tajam ke depan. "Aku tidak butuh waktu lebih lama, Renata. Aku butuh keberanian. Dunia bergantung pada kita."Ia mengangkat Pedang Naga Elixir, sebuah senjata yang memancarkan cahaya emas, melawan kegelapan yang menelan lembah itu. Kilatan kilauannya membuat udara terasa hangat sejenak, sebuah oase di tengah kehancuran.Suara tawa pria bertopeng menggema. Ia berdiri di at

    Last Updated : 2025-01-08
  • Kebangkitan Naga Perang   350. Kuil Tanpa Nama

    Rendy jatuh berlutut, napasnya terengah-engah. Keringat membasahi wajahnya, mencerminkan kelelahan setelah pertarungan sengit. Selina dan Renata segera mendekatinya, wajah mereka dipenuhi kekhawatiran."Kau berhasil, Rendy," ucap Renata dengan senyum lega, sambil meletakkan tangan di bahunya.Namun, Rendy tahu ini belum berakhir. Kebangkitan Naga Kegelapan hanyalah awal dari ancaman yang lebih besar. Matanya menatap jauh ke cakrawala, memikirkan langkah selanjutnya."Kita telah menang hari ini, tapi perang ini belum usai," katanya sambil berdiri perlahan, meski tubuhnya masih terasa lemah.Selina menatap Rendy dengan penuh penghormatan. "Apa langkah kita selanjutnya, Tuan Muda?" tanyanya, siap menerima perintah.Rendy memandang ke arah cakrawala. "Kita harus menemukan sumber dari kegelapan ini. Dunia belum sepenuhnya aman."Setelah kemenangan di Lembah Gerhana Abadi, Rendy, Selina, dan Renata memutuskan untuk kembali ke markas sementara di Negeri Chun Kuo. Tubuh Rendy masih terasa lem

    Last Updated : 2025-01-08
  • Kebangkitan Naga Perang   351. Serangan Zhao Ming

    Kabut tebal menyelimuti hutan di sekitar Kuil Tanpa Nama, menciptakan suasana yang mencekam. Tiba-tiba, dari balik kabut, muncul sesosok makhluk raksasa berbentuk iblis dengan tubuh yang terbuat dari bayangan pekat. Raungan nyaringnya menggema, membuat dedaunan bergetar dan jantung mereka berdegup kencang."Ini pasti salah satu penjaga kuil!" seru Selina, matanya membelalak saat melihat makhluk itu. Tanpa ragu, ia melompat maju, mengayunkan pedang anginnya yang berkilauan ke arah makhluk tersebut.Pedang Selina menembus tubuh bayangan itu, namun tidak ada luka yang terlihat. Makhluk itu hanya menggeram, tampak tak terpengaruh. "Serangannya tidak mempan!" teriaknya, nada suaranya mencerminkan kepanikan yang mulai merayapi dirinya.Rendy maju dengan langkah tegas, menggenggam erat Pedang Naga Elixir yang memancarkan cahaya keemasan. "Makhluk ini hanya bisa dihancurkan dengan energi murni. Biarkan aku yang menghadapinya!" katanya dengan suara penuh keyakinan.Ia memusatkan Qi Nirvana Eli

    Last Updated : 2025-01-08
  • Kebangkitan Naga Perang   352. Rendy vs Zhao Ming

    Selina melangkah maju, matanya menyala dengan tekad. Pedang anginnya berkilauan di bawah cahaya redup kuil, menciptakan bayangan yang menari di dinding batu. Dengan gerakan lincah, ia mengayunkan pedangnya, melepaskan pusaran angin yang menderu, mengurung Zhao Ming dalam badai tak kasatmata. "Tuan Zhao," suaranya tegas, menggema di antara gemuruh angin, "kekuatanmu memang hebat, tetapi kau lupa satu hal—aku adalah Elemental Naga Angin, dan aku hanya tunduk pada Naga Perang!" Di sudut lain, Renata berdiri dengan tenang, tangannya bergerak cekatan meramu energi. Dengan konsentrasi penuh, ia menciptakan perisai pelindung yang bersinar lembut, membungkus Rendy dalam cahaya hangat, memberikan perlindungan dari serangan mendadak. "Rendy," katanya dengan nada penuh keyakinan, "aku akan menjaga agar energimu tetap stabil. Jangan ragu untuk menggunakan seluruh kekuatanmu!" Tawa Zhao Ming meledak, menggema di seluruh ruangan meskipun terjebak dalam pusaran angin. "Kalian benar-benar meremeh

    Last Updated : 2025-01-08
  • Kebangkitan Naga Perang   353. Lembah Neraka Api

    Panas terik menyelimuti pagi itu ketika Rendy Wang berusaha bangkit dari tempatnya beristirahat. Tubuhnya masih terasa lemah setelah pertempuran mematikan dengan Zhao Ming. Luka-luka yang membekas di kulitnya terasa seperti bara yang tertanam di daging. Namun, tekad di matanya tidak goyah. Ia menatap Renata Zhang dan Selina Khan, dua sekutu yang setia, yang tengah mempersiapkan perjalanan mereka ke Lembah Neraka Api.Renata, dengan ketenangan seorang alkemis ulung, menyiapkan ramuan penyembuh untuk Rendy. Tangannya yang terampil memeriksa luka di dada lelaki itu, sementara bau tajam dari ekstrak tanaman herbal memenuhi udara. “Kak Rendy, kau harus lebih berhati-hati. Luka ini mungkin sembuh secara fisik, tetapi Qi-mu masih rapuh. Jangan paksakan diri terlalu keras,” katanya lembut, meskipun matanya menunjukkan kekhawatiran yang mendalam.Rendy tersenyum samar. “Kita tidak punya waktu untuk berhenti. Jika kita tidak bergerak sekarang, Zhang Wei akan kembali, dan kali ini, tidak ada yan

    Last Updated : 2025-01-09

Latest chapter

  • Kebangkitan Naga Perang   513. Segel Jiwa

    Azerith terdorong mundur, wajahnya kini lebih menyerupai bayangan iblis daripada manusia. Dengan tatapan penuh amarah dan kebencian, ia memutar tubuhnya. Pedang Iblis Merah ditebaskan dalam gerakan spiral yang nyaris mustahil ditangkap mata telanjang. Setiap sabetan memotong udara, menciptakan bilah-bilah energi merah gelap yang melesat seperti anak panah roh—menyasar bukan tubuh, tapi langsung pada jiwa.Namun, Rendy tak mundur.Dengan satu putaran cepat, Pedang Kabut Darah menyapu seluruh bilah serangan. Dalam sekejap, tercipta pusaran merah-putih yang menghisap dan membelokkan serangan itu, meledakkannya menjadi hujan cahaya yang luruh ke tanah seperti bintang jatuh yang kehabisan nyala.Azerith tertegun. Napasnya berat, jiwanya tergerus perlahan.Rendy berdiri di tengah pusaran cahaya yang perlahan mereda, tubuhnya luka namun tak gentar. Ia menatap lawannya—mata yang tak lagi menyimpan rasa benci, hanya keteguhan.“Aku tidak akan melawan kutukanmu dengan sihir,” gumamnya pelan namu

  • Kebangkitan Naga Perang   512. Pedang Iblis Merah Azerith

    Angin terhenti begitu saja, seperti makhluk hidup yang menahan napas. Debu menggantung di udara, tak sempat jatuh. Waktu—biasanya tak terbendung—kini seperti dipaksa berhenti, membeku dalam ketegangan yang mencekam.Dari balik semburan cahaya yang menyilaukan mata, dan langit yang retak seperti kaca dihantam palu raksasa, dua sosok berdiri. Tak sempurna. Tak utuh. Namun masih tegak—meski dunia seolah menolak keberadaan mereka.Rendy terhuyung, nafasnya tersengal seolah paru-parunya terbakar dari dalam. Darah mengalir dari pelipis dan sudut bibirnya, menggurat merah pekat di wajah yang dipenuhi luka dan debu pertempuran. Namun, cahaya merah menyala di sekeliling tubuhnya, tak padam sedikit pun. Justru semakin membara.Aura naga itu bukan lagi sekadar energi—ia menjadi bagian dari dirinya. Sisik merah menyala terbentuk dari cahaya murni, mengilap seperti batu rubi. Tanduk melengkung memanjang dari pelipisnya, sementara sayap raksasa perlahan mekar dari punggungnya, mengepak pelan seperti

  • Kebangkitan Naga Perang   511. Pertarungan Negeri Malam - II

    “Jangan menyerah!” Suara itu meluncur membelah senyap, nyaring dan penuh nyawa. Gaungnya memantul di tebing-tebing gelap Negeri Malam, menghentak dada siapa pun yang mendengarnya. Tegas. Tak tergoyahkan. “Kekuatan mereka memang besar… tapi bukan tak terbatas! Jika kita mampu bertahan, maka mereka akan tumbang—oleh kesombongan dan kekuatan mereka sendiri!”Laras berdiri terpaku. Nafasnya berat, terseret di antara angin dingin dan aroma darah yang menggantung di udara. Kepalanya menunduk perlahan, bayangan luka dan kehilangan berkecamuk di matanya. Dengan gerakan lirih, ia membuka payung ungu kesayangannya—gerakan kecil yang mengandung ribuan kutukan.“Ini sudah melewati batas…” ucapnya, suara nyaris tak lebih dari bisikan yang terbawa angin. Lalu, dengan ketenangan yang menakutkan, ia menancapkan payung itu ke tanah.KRAAAK ...Begitu ujung payung menyentuh tanah, suara retakan halus terdengar—seolah bumi sendiri merintih. Aura ungu merembes keluar dari celah tanah, melilit udara sepert

  • Kebangkitan Naga Perang   510. Pertarungan Negeri Malam

    Langit Negeri Malam seakan telah robek.Azerith melesat keluar dari kawah api yang ia ciptakan sendiri. Tubuhnya diselimuti aura hitam pekat, berkilauan seperti logam cair yang mendidih. Sayap iblis terbuka lebar di punggungnya—bukan sayap biasa, tapi sayap yang terbuat dari bayangan penderitaan ribuan jiwa. Di belakangnya, dua mata raksasa tanpa kelopak muncul di langit, menatap ke segala arah.“Rendy…” suara Azerith menggema seperti jeritan dari dasar neraka, “Aku sudah mati... berkali-kali... untuk negeri ini. Tapi ayah kami—ayahku—dibunuh olehmu. Kau dan ambisimu untuk perdamaian, hanya menyisakan pembantaian!”Rendy tak menjawab. Sorot matanya tajam, dan api merah dari Pedang Kabut Darah makin membara. Aura spiritual di sekeliling tubuhnya membentuk cincin cahaya merah tua yang berdenyut seirama dengan detak jantungnya.“Kau ingin kebenaran, Azerith?” seru Rendy, melayang perlahan maju. “Bukankah aku sudah bilang kalau ayahmu ingin menghancurkan dunia dan bersekutu dengann kekuata

  • Kebangkitan Naga Perang   509. Kehebatan Empat Penjuru Angin

    Tak jauh dari situ, Lintang mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi. Tongkat itu memancarkan cahaya biru langit, lalu menyala terang seperti bintang meledak.“Wahai semesta! Beri aku kekuatan!”Lintang menghentak tanah dengan ujung tongkat. Seketika, dari bawah tanah muncul jaring akar-akar bercahaya yang menjulur dan menyambar para prajurit tanpa jiwa, menarik mereka masuk ke dalam bumi yang menganga. Suara jeritan mengerikan bergema ketika tubuh-tubuh itu ditelan tanah.Tiga prajurit melompat dari sisi kanan—Lintang memutar tongkatnya, mengubahnya menjadi cambuk cahaya. Dengan gerakan cepat dan presisi, cambuk itu membelit leher dan tangan lawan-lawannya, lalu ditarik ke satu arah hingga mereka saling bertabrakan dan meledak menjadi abu.*****Dari atas reruntuhan, melayanglah Lily, gaunnya mengepak, kipas giok di tangan kanannya terbuka perlahan.“Jangan meremehkan kelembutan…”Ia mengibaskan kipas sekali. Angin yang keluar bukan sekadar angin—ia adalah gelombang serangan berbentuk kelo

  • Kebangkitan Naga Perang   508. Kekuatan Naga Perang

    Rendy tak bergeming. Ia melangkah ke depan, dan setiap langkahnya seperti membangunkan tanah yang tertidur. Aura panas merambat dari tubuhnya, membuat udara di sekitarnya bergetar samar. Lalu, suara hatinya menggema—keras, tegas, mengguncang lebih dari sekadar suara.“Aku tidak takut pada mereka!” serunya, dan dalam sekejap, tubuhnya diselimuti oleh cahaya merah yang membakar. Dari balik punggung dan dadanya, muncul siluet seekor naga—merah membara, melingkar seperti pusaran petir yang hendak menerkam. Matanya menyala, dan setiap sisiknya memantulkan kilatan kekuatan purba.Lintang membeku. Matanya membelalak tak percaya. Di sebelahnya, Laras mundur satu langkah, tubuhnya bergetar hebat.“Mustahil…” bisiknya dengan suara tercekat. “Ras Naga sudah punah… jutaan tahun yang lalu…”Rendy menatap lurus ke mata Azerith. Tak ada keraguan. Tak ada gentar. Hanya kepercayaan yang tak tergoyahkan.“Ini bukan tentang balas dendam,” katanya pelan, namun suaranya mengandung kekuatan yang tak bisa di

  • Kebangkitan Naga Perang   507. Rahasia Keluarga Tanoto

    Kilatan petir terakhir mencabik langit, menyambar reruntuhan yang hangus di belakang Azerith. Sekilas, cahaya itu memahat siluet sosoknya yang menjulang tinggi, berdiri laksana dewa penghancur dengan pedang terangkat ke langit. Dari bilah senjata itu, lidah-lidah api neraka melompat liar, memekik dalam nyala yang bukan hanya membakar udara, tapi juga jiwa. Tangisan lirih bergema dari logamnya—jeritan ribuan roh yang terperangkap di dalam, merintih antara harapan akan kebebasan… atau kehancuran abadi.Sheila tersentak. Tumitnya bergeser ke belakang, satu langkah kecil yang nyaris tak terdengar. Bukan ketakutan yang membuatnya mundur, tapi sesuatu yang lebih kompleks—kesadaran akan kekuatan yang berdiri di hadapannya.“Rendy…” bisiknya, tangan refleks terangkat. Tapi sebelum ia bergerak lebih jauh, sebuah tangan menggenggam pergelangannya.“Jangan,” ujar Rendy pelan, suaranya rendah tapi tegas, nyaris seperti bisikan petir sebelum badai.Tatapannya tertuju penuh pada Azerith, dan di mata

  • Kebangkitan Naga Perang   506. Satria Tanpa Jiwa

    Azerith melangkah maju, jubahnya berkibar perlahan seiring gerakannya. Suhu ruangan turun drastis. Nafas menjadi uap putih.“Itu semua hanya... umpan. Seleksi alam, Sheila. Dunia Bawah tidak butuh simpati. Ia menuntut kekuatan. Yang lemah... hilang. Yang kuat... bertahan. Itu hukum satu-satunya di sini.”Ia berhenti tepat di depan Sheila. Mereka hanya dipisahkan oleh helai napas.“Tapi kau... masih terlalu naif untuk mengerti.”Sheila menggertakkan gigi, menahan amarah. Tapi matanya tidak berpaling.“Kau bukan Tuhan, Azerith. Dan aku di sini... untuk menjatuhkan dewa palsu.”Langkah Rendy menggema di antara debu dan reruntuhan menara tua. Bayangan dari nyala obor menari di wajahnya yang tegang, rahangnya mengeras. Matanya tajam, penuh kemarahan yang tak bisa lagi ditahan.“Kau menyebut kehancuran sebagai seleksi?” suaranya memotong keheningan seperti kilatan petir. “Kau buang anak-anak, wanita, dan turis tak berdosa hanya untuk eksperimen sosial?”Angin mendesis, membawa aroma tanah ba

  • Kebangkitan Naga Perang   505. Azerith - Pewaris Negeri Malam

    Dua malam telah berlalu sejak aliansi antara Rendy dan Sheila terbentuk—sebuah kesepakatan rapuh yang ditandai dengan percikan api kebencian masa lalu dan bara tekad akan pembalasan. Malam ini, langit Negeri Malam tampak lebih kelam dari biasanya, seolah bintang pun enggan menatap apa yang akan terjadi.Delapan sosok berdiri tegak di pelataran batu obsidian di depan Menara Tanpa Bayangan—bangunan menjulang dengan dinding berkilau hitam pekat yang tampak hidup, berdenyut halus seperti nadi monster kuno yang sedang tertidur. Cahaya bulan pun lenyap begitu menyentuh permukaannya, seakan tertelan oleh lapisan spiritual yang tak mengenal pantulan.Rendy berdiri paling depan. Nafasnya terlihat dalam kepulan dingin malam, tapi keringat hangat membasahi tengkuknya. Di sisinya, Sheila tampak tenang, namun sorot matanya tajam seperti bilah belati yang disembunyikan di balik senyuman.Empat Penjuru Angin mengitari mereka dalam formasi setengah lingkaran, menjaga dua orang di belakang: para saksi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status