Beranda / Urban / Kebangkitan Menantu Terbuang / 67. Curiga Yang Berlebihan

Share

67. Curiga Yang Berlebihan

Penulis: Tompealla Kriweall
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Setelah konferensi pers yang sukses, Ryan dan Erika melangkah keluar dari gedung pertemuan dengan perasaan campur aduk. Erika merasakan bangga dan terkejut melihat betapa percaya dirinya suaminya saat berbicara di depan umum. Namun, di balik senyumnya, ada keraguan dan ketidaknyamanan yang menyelimuti pikirannya, terutama saat mendengar bahwa kakaknya - Tanu, hanya ingin berbicara berdua hanya dengan Ryan saja di rumah sakit.

“Kenapa kak Tanu hanya mau berbicara denganmu, mas?” tanya Erika, suaranya menampakkan keprihatinan.

“Apa dia tidak tahu bagaimana perasaanku? Kita sudah menghadapi banyak hal bersama, dan sekarang, apa dia ingin memisahkan kita lagi?" lanjut Erika dengan kecurigaannya.

Ryan menatap istrinya dengan lembut, memahami keraguan yang muncul. Apalagi selama ini sikap Tanu memang terlihat jelas tidak menyukai dirinya.

“Mungkin kak Tanu butuh waktu untuk membicarakan sesuatu yang penting, sayang. Aku akan memastikan untuk tidak membiarkan apa pun mengganggu hubungan kita
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   68. Dendam Rahasia

    Di sebuah apartemen mewah di luar kota, Julian duduk gelisah di ruang kerjanya. Matanya memandangi layar laptop yang menyala, namun pikirannya berkelana jauh dari sana. Pikiran tentang Darto yang ditangkap terus menghantuinya. Ia tahu, jika Darto memutuskan untuk membuka mulut, namanya bisa saja terseret dalam kasus penguntitan terhadap Ryan, sebuah insiden yang telah membuat posisinya sebagai pribadi maupun dalam perusahaan semakin rentan dengan segala resiko.Julian berusaha menenangkan dirinya sendiri, mengingat kata-kata Tuan Arman beberapa hari sebelumnya keberangkatannya ke luar kota - di sini, untuk dinas."Jangan khawatir, Julian. Aku akan memastikan semuanya terkendali. Darto tidak akan berani menyebut namamu. Percayalah, selama aku ada, kamu aman," suara Tuan Arman masih terngiang jelas di kepalanya.Meskipun begitu, Julian tidak bisa sepenuhnya mempercayai jaminan tersebut. Darto dikenal sebagai orang yang bisa bertindak tak terduga dalam situasi tertekan, dan jika keadaan

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   69. Tetap Bungkam

    Beberapa bulan telah berlalu sejak konferensi pers bersejarah itu. Ryan, dengan kerja keras dan ketangguhannya, berhasil membawa perusahaan keluarga Lee melewati masa-masa sulit. Berbagai tantangan dan ancaman yang datang bertubi-tubi, baik dari luar maupun dari dalam perusahaan, sedikit demi sedikit mulai menemukan jalan keluarnya.Di tengah semua kekacauan, Ryan tidak pernah sendirian. Keempat asistennya—Elsa, Dedi, Fery, dan Tomi—setia mendampinginya, menjadi pilar yang menopang langkahnya.Hari ini, Ryan duduk di ruang kerjanya, menatap tumpukan laporan yang menunjukkan perkembangan positif perusahaan. Rasa lega mulai merayap di hatinya. Meskipun masalah Julian dan konspirasi di balik layar belum sepenuhnya terselesaikan, ia tahu bahwa upaya yang dilakukan oleh timnya telah membuahkan hasil yang signifikan.Elsa, salah satu asistennya yang merupakan seorang wanita, datang menghampirinya sambil membawa beberapa dokumen baru. Wajahnya terlihat lebih serius dari biasanya, tetapi ada

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   70. Memang Siap?

    Setelah melalui berbulan-bulan penuh gejolak, Ryan akhirnya bisa merasakan kehidupan yang lebih tenang. Usaha kerasnya, bersama keempat asistennya, berhasil membawa perusahaan keluarga Lee kembali ke jalurnya. Pendapatan stabil, proyek-proyek besar mulai berjalan dengan lancar, dan ancaman dari pihak luar semakin teratasi. Meski masalah Julian dan konspirasi belum sepenuhnya selesai, tidak lagi menjadi beban utama di pikiran Ryan. Tuan Lee juga merasa senang karena menantu laki-lakinya cukup busa diandalkan.Pagi itu, Ryan bangun lebih lambat dari biasanya. Sinar matahari lembut yang menembus tirai kamar tidurnya membuat suasana terasa damai. Di sebelahnya, Erika, istrinya yang semakin hari semakin dekat dengannya, masih tertidur dengan damai. Kehidupan rumah tangga mereka yang sempat tegang akibat tekanan pekerjaan kini kembali hangat dan harmonis.Ryan menatap wajah Erika yang tenang, kemudian tersenyum setelah mengecup kening sang istri beberapa kali. Mereka telah melalui banyak ha

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   71. Kecelakaan

    Beberapa minggu setelah Ryan dan Erika merencanakan masa depan mereka yang lebih santai, kehidupan mereka tetap berjalan harmonis. Setiap pagi, mereka memiliki kebiasaan sarapan bersama di taman belakang rumah. Ryan kini benar-benar bisa menikmati waktu luangnya tanpa harus merasa tergesa-gesa atau cemas dengan urusan perusahaan, apalagi dengan Tanu yang mulai kembali bekerja, meskipun Ryan masih memantau perkembangan kakak iparnya tersebut.Pagi itu, setelah sarapan, Erika berpamitan kepada Ryan untuk pergi bertemu seorang teman yang sudah lama tidak ia temui. Ryan, yang awalnya ingin menemani, memutuskan untuk tinggal di rumah agar bisa mengurus beberapa hal kecil terkait proyek yang masih dalam tahap awal perencanaan."Hati-hati, sayang." Ryan mencium kening istrinya sebelum masuk mobil."Iya, sayang. Aku akan segera kembali, begitu urusanku selesai." Erika mengelus lengan atas suaminya."Tidak perlu terburu-buru, yang penting kamu happy. Ingat itu, ok!" sahut Ryan dengan mengerlin

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   72. Titik Terang

    Hari masih pagi saat Elsa menyelesaikan analisisnya di kantor. Setelah berjam-jam memutar ulang rekaman demi rekaman CCTV dari beberapa lokasi yang dilewati Erika pada hari kecelakaan, hasil yang dia dapatkan belum juga menunjukkan tanda-tanda ada seseorang yang sengaja membuat insiden itu. Semuanya tampak berjalan biasa saja, tanpa ada yang mencurigakan.Rekaman jalanan dan beberapa CCTV toko hanya menampilkan Erika berkendara dengan tenang, hingga akhirnya mobilnya melaju kencang tak terkendali. Tidak ada kendaraan yang terlihat mencurigakan atau seseorang yang seolah-olah mengikuti Erika. Elsa menghela napas, merasa sedikit lega, tapi juga bingung karena belum menemukan petunjuk berarti.Namun, belum puas, Elsa melanjutkan pengecekan pada CCTV yang ada di sekitar rumah Ryan dan Erika. Ia mendapati rekaman di dekat rumah yang cukup aneh."Itu... siapa ya?" gumam Erika dengan mengerutkan kening saat melihat layar laptop.Dalam rekaman CCTV tersebut - pada hari kecelakaan, terlihat so

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   73. Mungkin Orang Terdekat

    "Hah, hah...hahh... apa? Apa yang terjadi? Tidak, hah... tidak!"Di saat Ryan baru saja keluar dari kamar mandi ketika Erika terbangun dari tidurnya dengan napas yang memburu. Tubuhnya penuh keringat dingin tapi terasa lemah, dan seketika ia diserang oleh rasa panik yang menghantamnya seperti gelombang air pasang.Kilatan-kilatan kecelakaan yang ia alami tiba-tiba memenuhi pikirannya. Mobil yang melaju tak terkendali, suara rem yang berdecit tajam, dan saat-saat di mana ia kehilangan kendali penuh atas kendaraan. Tangannya gemetar memegangi tepi ranjang rumah sakit, dan ia mencoba mengingat setiap detail, namun semuanya terasa buram dan menakutkan.Ryan yang awalnya mau duduk di sebelah ranjang, segera bangkit lagi dari duduknya. Dia melihat istrinya terbangun dengan keadaan yang begitu kacau.“Erika, sayang. Kamu tidak apa-apa?” tanyanya lembut, meskipun dalam hatinya, perasaan khawatir tidak bisa hilang dengan mudah.Erika menatap Ryan dengan pandangan bingung dan ketakutan, karena

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   74. Banyak Kemungkinan

    Pintu kamar rumah sakit perlahan terbuka, dan seketika aroma khas parfum mamanya memenuhi ruangan. Ryan menoleh, melihat kedua orang tua Erika—Papa dan Mama—melangkah masuk dengan wajah khawatir namun penuh kasih sayang. Mamanya, Tian Lee atau lebih akrab disapa Nyonya Lee, segera mendekat, memeluk dan mencium kening Erika, lalu duduk di sisi tempat tidur sambil menggenggam tangan anaknya."Sayang, gimana kabarmu? Kamu masih lemas?" tanya Nyonya Lee lembut, matanya tampak berkaca-kaca melihat putri satu-satunya terbaring di rumah sakit.Erika tersenyum lemah, berusaha menenangkan sang mama meskipun masih ada ketakutan yang tersimpan di benaknya. "Aku sudah lebih baik, Ma. Hanya sedikit lelah dan masih agak kaget."Papa Erika, Tuan Lee, berdiri di sebelah Ryan, menepuk pundak menantunya sambil berkata, "Untung saja kamu cepat dibawa ke rumah sakit. Kalau terlambat sedikit, siapa yang tahu bagaimana jadinya. Kamu harus bersyukur, Erika.""Iya, Pa. Yang penting sekarang Erika sudah selam

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   75. Membaik

    Setelah sepuluh hari menjalani perawatan di rumah sakit, Erika akhirnya diperbolehkan pulang. Dokter telah memeriksa kondisinya dengan seksama dan memastikan bahwa fisiknya sudah cukup pulih. Luka-lukanya mulai mengering, dan meskipun awalnya ia mengalami trauma yang cukup mendalam, secara perlahan, Erika telah melewati rasa takut yang menyelimuti dirinya dan ini berkat dukungan dari sang suami - Ryan."Syukurlah, aku sudah diperbolehkan pulang, mas." Erika terlihat senang sebab sudah sedikit bosan dengan suasana rumah sakit."Iya, sayang. Udah kangen rumah ya, hm?" tanya Ryan tapi tetap tangannya sibuk dengan pekerjaan.Pagi itu, Ryan memang sibuk mengemas barang-barang Erika. Ia memastikan semuanya sudah siap untuk dibawa pulang. Erika yang masih merasa sedikit lemah, duduk di tepi tempat tidurnya, menatap keluar jendela rumah sakit. Pemandangan matahari pagi yang mulai menyinari kota membuatnya merasa lega, bahwa hari ini ia bisa kembali ke rumah.Setelah selesai beberes, Ryan mend

Bab terbaru

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   115. Menggali Ingatan

    Waktu jam kantor sudah usai, sementara Ryan duduk termenung sendirian di ruang kantornya yang sepi - semua asistennya sudah pergi dan melakukan tugasnya masing-masing.Lampu meja yang redup memberikan suasana muram pada ruangan, seolah mencerminkan kegelisahan yang tak pernah pergi dari benaknya Ryan. Tangannya menggenggam pena, tapi pikirannya melayang jauh, menembus waktu, ke kehidupan yang pernah ia jalani. Suatu kehidupan yang membuatnya mati dengan cara yang tragis—dikhianati oleh orang-orang yang seharusnya berada di sisinya.Ryan masih ingat dengan jelas, hari itu adalah hari yang kelam. Saat semua yang ia bangun perlahan hancur berantakan, dan ia tidak pernah sempat menemukan siapa yang berada di balik semua penderitaannya. Ryan tersenyum pahit, mengingat detik-detik menjelang kecelakaan yang merenggut nyawanya. Tubuhnya terlempar dari mobil yang tergelincir di tikungan tajam jalan raya, dan saat kesadarannya perlahan memudar, hanya satu pikiran yang memenuhi benaknya saat itu

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   104. Tertekan Situasi

    Erika sedang duduk di teras rumahnya - sendiri karena Ryan masih berada di kantor, menikmati sore yang tenang dengan secangkir teh di tangannya. Udara sejuk sedikit membantu meredakan pikirannya yang sejak beberapa hari terakhir terus dipenuhi oleh kekacauan yang menimpa dirinya dan Elsa. Belum lagi pikiran tentang ancaman demi ancaman yang diterimanya - juga Tanu yang sering membuatnya khawatir, terutama setelah kegagalan perusahaan yang sempat membebani kakak laki-lakinya itu."Atau, kegagalan kakak ada kaitannya dengan semua ini?" gumam Erika yang sedang berpikir.Ketika sedang tenggelam dalam pikirannya, terdengar suara mobil berhenti di depan rumah. Erika menoleh dan mendapati Nyonya Lee turun dari mobil mewahnya dengan elegan. Sosok wanita paruh baya itu tampak anggun dalam balutan busana mahal, namun senyum yang menghiasi wajahnya kali ini berbeda—ada sesuatu yang nampaknya ingin ia sampaikan.“Ma…” Erika berdiri, menyambut kedatangan ibu mereka dengan sedikit canggung. Biasany

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   113. Fakta Baru

    Ceklek!"Tanu!" panggil seseorang yang baru saja masuk ke ruangannya - dengan nada tinggi."Kau..." Tanu tidak sanggup menyebutkan sebuah nama, yang baru saja masuk ke dalam ruangannya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.Tanu mematung di tempatnya, matanya terpaku pada sosok yang berdiri di ambang pintu. Wajah itu tidak asing baginya—begitu akrab hingga membawa kenangan yang sempat ia kubur dalam-dalam."Mei..." gumam Tanu, suaranya serak.Wanita itu melangkah masuk dengan tatapan penuh emosi. Dia tampak berbeda dari terakhir kali mereka bertemu. Raut wajahnya tidak hanya memancarkan kemarahan, tetapi juga keteguhan, seolah dia datang dengan tujuan yang jelas."Tanu, kita harus bicara," kata Mei tegas, tanpa basa-basi."Kalau ini soal masa lalu, Maya, aku sudah selesai dengan semua itu. Aku sudah minta maaf..." Tanu menghela napas panjang, lalu kembali duduk di kursinya.Maya mendengus tak suka dengan jawaban Tanu, sebab dia ingin bicara sesuatu yang lebih besar daripada masalah yan

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   112. Banyak Yang Dipikirkan

    Perusahaan keluarga Lee.Di ruangannya, Tanu duduk termenung di balik meja kerjanya. Laporan keuangan yang sebelumnya memenuhi pikirannya kini hanya seperti bayangan kabur. Kata-kata mamanya, "Keluarga Lee membutuhkan penerus," terus terngiang di kepalanya. Meski ia tahu maksud mamanya baik, tapi rasanya terlalu banyak beban yang harus ia pikul.Bukannya Tanu tidak tertarik dengan Clara. Gadis itu anggun dan terlihat cerdas. Namun, pikirannya terlalu penuh dengan masalah perusahaan. Di balik pintu tertutup ruangannya, Tanu merasa sendirian, memikul harapan keluarganya yang begitu besar."Hm..."Dia menatap ponselnya yang tergeletak di meja, ada panggilan tak terjawab dari papanya - Tuan Lee. Mungkin sang papa ingin membahas situasi perusahaan, atau lebih buruk lagi, tentang rencana perjodohan ini.Bisa jadi, kan? Nyonya Lee tentu meminta dukungan dari suaminya, dengan alasan jika sudah waktunya Tanu menikah dan memiliki keluarga agar punya anak juga. Dan Nyonya Lee pastinya mengompor-

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   111. Dia Terlibat

    Rumah Sakit.Di kamar rawat inap Elsa, suasana terasa tenang meski udara dingin dari AC sedikit menusuk kulit. Elsa masih terbaring dengan selimut menutupi tubuhnya. Wajahnya tampak lelah, tetapi sorot matanya tetap menunjukkan tekadnya yang kuat. Di kursi sebelah tempat tidurnya, Dedi duduk dengan serius, tangannya memegang laptop kecil yang terhubung dengan ponsel Elsa.“Mas Dedi,” panggil Elsa, suaranya pelan namun tetap terdengar pasti.“Ya, El?” Dedi langsung menoleh, mengalihkan perhatiannya dari layar laptop.“Aku butuh bantuanmu untuk menyelidiki seseorang,” ujar Elsa tanpa basa-basi. Ia berusaha duduk, tetapi Dedi segera membantunya agar tidak terlalu memaksakan diri - karena Elsa masih belum cukup kuat.“Siapa yang harus aku selidiki, El?” tanya Dedi, wajahnya menunjukkan kesiapan penuh.“Diana,” jawab Elsa sambil menarik napas dalam. “Dia staf keuangan di perusahaan, mas. Beberapa waktu lalu, aku menemukan bukti kalau dia melakukan penyelewengan dana. Tapi sebelum aku bisa

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   110. Dijodohkan

    Di tengah kesibukannya di kantor keluarga Lee, Tanu sibuk memeriksa tumpukan laporan keuangan yang harus ia teliti. Ia mengerjakan setiap angka dengan teliti, memastikan tidak ada kesalahan yang terlewatkan. Fokusnya penuh, meski kelelahan mulai terasa. Namun, keseriusannya tiba-tiba terhenti ketika pintu ruangannya diketuk keras, dan masuklah mamanya, Nyonya Lee, bersama seorang gadis muda yang cantik dan anggun.“Mama?” Tanu menatap mamanya dengan sedikit bingung, apalagi melihat kehadiran tamu tak diundang itu.Nyonya Lee tersenyum, tampak sangat senang dengan apa yang dilakukannya. "Tanu, sayang, Mama ingin mengenalkan seseorang padamu." Ia memandang gadis di sebelahnya dengan bangga."Ini Clara, anak temannya Mama. Kalian harus saling mengenal lebih baik, ya!" Nyonya Lee memperkenalkan gadis yang berada di sampingnya.Tanu menghela napas dalam-dalam. Ia bisa menebak ke mana arah percakapan ini akan menuju. Ya, sama seperti beberapa waktu lalu sebelum adiknya - Erika, resmi menika

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   109. Red Flag

    Dia hari berlalu, suasana yang menegangkan perlahan-lahan mulai tenang. Erika, yang sebelumnya diteror dengan ancaman dan rasa takut, kini bisa sedikit bernapas lega. Tidak ada lagi pesan-pesan menakutkan atau kejadian aneh yang mengancam keselamatan keluarganya. Meski begitu, Ryan tidak mau lengah. Dia tetap waspada dengan keselamatan istrinya. Dia tahu bahwa meskipun keadaan terlihat tenang, ancaman bisa datang kapan saja.Ryan mengambil keputusan untuk meningkatkan pengamanan bagi Erika. Ia mempekerjakan tim keamanan pribadi - yang memang dimiliki dan dipimpin Tomi untuk menjaga rumah mereka, memastikan Erika selalu ditemani oleh pengawal setiap kali ia keluar rumah. Meskipun Erika sempat merasa tidak nyaman dengan langkah ini, Ryan bersikeras bahwa ini adalah langkah pencegahan yang memang diperlukan."Aku tidak ingin mengambil risiko, Erika. Kita belum tahu siapa yang benar-benar ada di balik semua ini," terang Ryan saat istrinya protes.Erika masih mencoba meyakinkan Ryan bahwa

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   108. Benar Dia

    Elsa terdiam sejenak, menggigit bibirnya sambil menatap Erika dan Nyonya Lee yang sedang menunggu jawabannya dengan penuh harap. Namun, sebelum dia sempat membuka mulut, pintu ruang rawat terbuka. Ryan masuk dengan langkah tergesa, diikuti oleh Fery yang tampak membawa beberapa dokumen.Wajah Ryan langsung mencari Elsa begitu dia masuk. Tapi dia tersenyum begitu melihat keberadaan isteri dan mertuanya, Nyonya Lee. Setelah menyapa dan memberikan kecupan di kening, Ryan beralih pada Elsa. Dia ingin mengajukan beberapa pertanyaan pada asistennya yang seorang ahli IT tersebut, meskipun saat ini Elsa masih berbaring di rumah sakit."Elsa, apa kabar?" tanyanya dengan nada kekhawatiran, tapi tetap tegas. Ia lalu menoleh sekilas ke arah Erika dan Nyonya Lee, memberi mereka senyum singkat sebelum akhirnya berjalan mendekat ke tempat tidur Elsa."Saya baik, Pak Ryan. Terima kasih sudah datang," jawab Elsa pelan, sedikit ragu dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia merapikan selimut di pan

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   107. Jawaban Elsa

    Ryan tiba di kantor dengan suasana hati yang masih dipenuhi kekhawatiran tentang istrinya, Erika yang pergi ke rumah sakit untuk menemui Elsa. Meskipun ia berusaha fokus pada pekerjaan, pikirannya terus melayang pada Erika dan ancaman-ancaman yang mereka hadapi.Kantor pusat Ryan terletak di gedung perkantoran modern di pusat kota, lantai paling atas dengan pemandangan kota yang luas. Begitu ia masuk ke ruang kerjanya, dua asistennya, Dedi dan Fery, sudah menunggunya dengan tumpukan laporan yang perlu diselesaikan."Selamat pagi, Pak Ryan," sapa Dedi, sambil memberikan setumpuk dokumen yang sudah dirapikan. "Semua berkas sudah siap untuk presentasi pagi ini. Meeting dengan tim akan mulai lima belas menit lagi."Ryan mengangguk singkat, mengambil dokumen itu dan mulai membacanya sekilas. "Terima kasih, Dedi. Fery, pastikan kamu tetap standby selama meeting. Ada beberapa detail yang mungkin perlu kita diskusikan lebih lanjut setelah itu."Fery yang

DMCA.com Protection Status