Share

113. Fakta Baru

last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-21 23:22:26

Ceklek!

"Tanu!" panggil seseorang yang baru saja masuk ke ruangannya - dengan nada tinggi.

"Kau..." Tanu tidak sanggup menyebutkan sebuah nama, yang baru saja masuk ke dalam ruangannya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Tanu mematung di tempatnya, matanya terpaku pada sosok yang berdiri di ambang pintu. Wajah itu tidak asing baginya—begitu akrab hingga membawa kenangan yang sempat ia kubur dalam-dalam.

"Mei..." gumam Tanu, suaranya serak.

Wanita itu melangkah masuk dengan tatapan penuh emosi. Dia tampak berbeda dari terakhir kali mereka bertemu. Raut wajahnya tidak hanya memancarkan kemarahan, tetapi juga keteguhan, seolah dia datang dengan tujuan yang jelas.

"Tanu, kita harus bicara," kata Mei tegas, tanpa basa-basi.

"Kalau ini soal masa lalu, Maya, aku sudah selesai dengan semua itu. Aku sudah minta maaf..." Tanu menghela napas panjang, lalu kembali duduk di kursinya.

Maya mendengus tak suka dengan jawaban Tanu, sebab dia ingin bicara sesuatu yang lebih besar daripada masalah yan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   114. Tertekan Situasi

    Erika sedang duduk di teras rumahnya - sendiri karena Ryan masih berada di kantor, menikmati sore yang tenang dengan secangkir teh di tangannya. Udara sejuk sedikit membantu meredakan pikirannya yang sejak beberapa hari terakhir terus dipenuhi oleh kekacauan yang menimpa dirinya dan Elsa. Belum lagi pikiran tentang ancaman demi ancaman yang diterimanya - juga Tanu yang sering membuatnya khawatir, terutama setelah kegagalan perusahaan yang sempat membebani kakak laki-lakinya itu. "Atau, kegagalan kakak ada kaitannya dengan semua ini?" gumam Erika yang sedang berpikir. Ketika sedang tenggelam dalam pikirannya, terdengar suara mobil berhenti di depan rumah. Erika menoleh dan mendapati Nyonya Lee turun dari mobil mewahnya dengan elegan. Sosok wanita paruh baya itu tampak anggun dalam balutan busana mahal, namun senyum yang menghiasi wajahnya kali ini berbeda—ada sesuatu yang nampaknya ingin ia sampaikan. “Ma…” Erika berdiri, menyambut kedatangan ibu mereka dengan sedikit canggung. Bi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Kebangkitan Menantu Terbuang   115. Menggali Ingatan

    Waktu jam kantor sudah usai, sementara Ryan duduk termenung sendirian di ruang kantornya yang sepi - semua asistennya sudah pergi dan melakukan tugasnya masing-masing.Lampu meja yang redup memberikan suasana muram pada ruangan, seolah mencerminkan kegelisahan yang tak pernah pergi dari benaknya Ryan. Tangannya menggenggam pena, tapi pikirannya melayang jauh, menembus waktu, ke kehidupan yang pernah ia jalani. Suatu kehidupan yang membuatnya mati dengan cara yang tragis—dikhianati oleh orang-orang yang seharusnya berada di sisinya.Ryan masih ingat dengan jelas, hari itu adalah hari yang kelam. Saat semua yang ia bangun perlahan hancur berantakan, dan ia tidak pernah sempat menemukan siapa yang berada di balik semua penderitaannya. Ryan tersenyum pahit, mengingat detik-detik menjelang kecelakaan yang merenggut nyawanya. Tubuhnya terlempar dari mobil yang tergelincir di tikungan tajam jalan raya, dan saat kesadarannya perlahan memudar, hanya satu pikiran yang memenuhi benaknya saat itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Kebangkitan Menantu Terbuang   116. Khawatir

    Kondisi Elsa berangsur membaik setelah perawatan intensif di rumah sakit. Luka-luka fisiknya mulai pulih, dan senyumnya yang lama hilang kini perlahan kembali menghiasi wajahnya. Dokter telah memberikan izin untuknya pulang, namun di balik kabar baik itu, ada kekhawatiran yang menggelayuti pikiran semua orang, terutama Dedi. Rekan kerja yang paling dekat dengannya, sejak mereka menjadi asisten Ryan.Dedi, yang selama ini selalu berada di samping Elsa - bekerja sama untuk kesuksesan perusahaan Ryan, tentu tahu bahwa membiarkannya pulang ke rumah bisa menjadi risiko besar. Meski tidak ada ancaman nyata yang terungkap, kejadian kecelakaan yang dialami Elsa tidak bisa dianggap sebagai kebetulan - apalagi Elsa tinggal seorang diri di rumahnya, sebab Elsa adalah yatim yang diusir oleh keluarga ibunya dan ditolong Ryan saat itu. Perasaan tidak nyaman semakin menghantui Dedi seandainya Elsa di rumah sendirian. Apalagi dengan semua yang terjadi akhir-akhir ini, Dedi tidak bisa menyingkirkan pi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Kebangkitan Menantu Terbuang   117. Adu Skill

    Di saat Ryan sedang dalam perjalanan pulang, tiba-tiba dua mobil hitam muncul di belakangnya. Kecepatan mereka meningkat dengan cepat, dan dalam sekejap, mereka sudah menempel di belakang mobilnya. Ryan bisa merasakan firasat buruk, tapi tetap mencoba tetap tenang sambil fokus menyetir.Tapi pada kenyataannya, dua mobil itu tidak memberikan kesempatan Rian untuk kabur. Mereka terus mepet dan itu membuat Ryan tidak bisa bergerak dengan bebas sehingga harus berhati-hati dengan kemudinya."Ini tidak beres," gumamnya sambil melirik ke kaca spion. Mobil-mobil itu seperti sengaja mengikuti setiap gerakannya.Ryan mencoba meningkatkan kecepatan, namun salah satu mobil dengan cepat berpindah ke jalur sebelah kiri, sejajar dengan mobilnya. Sementara itu, mobil lain tetap berada di belakangnya, seolah-olah memaksanya masuk ke dalam jebakan. Dengan keadaan seperti ini, dia sedikit kesulitan menghindar, apalagi Fery, supir pribadinya, tidak bersamanya. Fery sedang berada di apartemen Dedi, menyam

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Kebangkitan Menantu Terbuang   118. Apartemen Dedi

    Di tempat lain, Elsa baru saja tiba di apartemen Dedi. Perasaannya campur aduk, karena dia tidak pulang ke rumahnya - tempat tinggalnya selama beberapa waktu terakhir ini setelah menjadi asistennya Ryan. Meski merasa sedikit lebih baik setelah beberapa hari di rumah sakit, dia masih belum sepenuhnya pulih, baik fisik maupun mental.Dedi sendiri yang mengantarnya kali ini, karena Ryan memutuskan untuk langsung pulang ke rumah, mengingat ada urusan yang harus dia selesaikan di sana.Apartemen Dedi terletak di lantai yang cukup tinggi, menawarkan pemandangan indah kota saat malam hari. Begitu pintu lift terbuka, mereka berjalan menuju pintu apartemen yang tak jauh dari situ. Dedi menekan kode pengaman pintu, dan suara klik terdengar, menandakan pintu terbuka.Elsa sempat terkejut ketika melihat dua sosok yang sudah menunggu di dalam. Tomi dan Fery, dua sahabat dekat Dedi - yang juga rekan kerjanya, berdiri di ruang tamu, tampak sudah siap menyambut mereka. Wajah mereka cerah, menunjukkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Kebangkitan Menantu Terbuang   119. Salah Paham

    Malam itu, di apartemen Dedi, suasana mulai tenang setelah Elsa masuk ke kamarnya. Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama ketika ponsel Tomi tiba-tiba berdering. Nama Ryan muncul di layar, membuat Tomi segera mengangkatnya, dengan ekspresi yang mendadak serius."Pak Ryan, ada apa?" tanya Tomi cepat, merasakan jika ada sesuatu yang tidak beres karena syara Ryan yang terdengar tidak biasa..Dari seberang, suara Ryan memang terdengar berat namun tetap berusaha untuk tenang. Dia sudah keluar dari medan bahaya yang tadi sempat didapatkan.“Aku baru saja dihadang di jalan. Dua pria dengan mobil hitam mencoba memaksaku keluar dari mobil. Mereka nggak main-main. Aku harus melawan mereka, tapi berhasil keluar dari situ setelah sedikit adu fisik.” Ryan menjelaskan.Mata Tomi langsung menyipit, rasa khawatir merambat di pikirannya. “Apa Anda, baik-baik saja? Di mana Anda sekarang, pak Ryan?”“Ah, tenang, Tomi. Aku berhasil lolos. Sedikit babak b

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Kebangkitan Menantu Terbuang   120. Yang Ketiga

    Beberapa saat sebelum Elsa keluar kamar.Setelah telepon dari Ryan berakhir, suasana di apartemen Dedi kembali tegang. Mereka bertiga tahu ini bukan sekadar kebetulan. Serangan terhadap Ryan menunjukkan bahwa ada seseorang di luar sana yang tidak main-main. Dedi, Tomi, dan Fery segera memutuskan untuk mempercepat langkah mereka dalam mengamankan Elsa dan mencari tahu siapa yang ada di balik semua ini.Tomi berdiri dari sofa, memasukkan ponselnya ke saku. "Kita harus buat rencana yang jelas. Mereka sudah menargetkan pak Ryan hari ini, dan Elsa mungkin target berikutnya."Fery mengangguk setuju dengan analisa rekannya itu. "Aku akan segera hubungi beberapa orang. Kita butuh pengawasan di sini, mungkin pasang CCTV tambahan, atau lebih baik lagi, kita datangkan tim yang bisa jaga secara fisik. Apartemen ini cukup tinggi, tapi tetap saja, kita nggak bisa ambil risiko."Dedi yang duduk diam sambil berpikir akhirnya angkat bicara. "Setuju. Kita nggak boleh remehkan ancaman ini. Selain itu, k

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Kebangkitan Menantu Terbuang   121. Pagi Yang Tegang

    Keesokan paginya, suasana apartemen Dedi dipenuhi ketegangan yang tak terlihat namun terasa kuat. Ryan, yang tiba pagi-pagi setelah melewati malam yang sulit, duduk di ruang tamu bersama Dedi, Tomi, dan Fery. Wajahnya masih menunjukkan bekas-bekas serangan semalam, dengan beberapa luka di sudut bibir dan memar di pipi. Meski begitu, sorot matanya tajam, penuh tekad untuk menemukan siapa yang berada di balik semua ini."Pak Ryan, kita perlu tahu detail serangan semalam. Siapa yang nyerang Anda? Atau, apa ada mereka bilang sesuatu?" tanyaDedi mulai bicara, suaranya tenang tapi serius.Ryan menggeleng pelan sambil mengingat-ingat kejadian semalam, sebab dua pria yang menyerangnya juga tidak menyebutkan nama seseorang. Mereka hanya memberikan peringatan supaya dirinya tidak ikut campur urusan orang lain, padahal Ryan tidak tahu urusan siapa yang dimaksud."Mereka nggak bilang apa-apa. Dua orang, besar dan pastinya mereka terlatih. Mereka tahu apa yang mereka lakukan, nggak asal nyerang.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26

Bab terbaru

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   150. Memang Dia (Tamat)

    "Apa maksudmu, Bang Ded?" tanya Elsa dengan nada heran, menatap Dedi dengan bingung - tidak mengerti arah pembicaraannya tadi.Dedi menghela napas panjang, berhenti sejenak di depan lift yang belum terbuka. Ia memastikan tidak ada orang lain di sekitar mereka sebelum melanjutkan pembicaraannya."Aku tahu kamu dekat dengan Pak Ryan. Kita semua dekat dengannya, tapi aku melihat ada sesuatu yang lebih dari sekadar hubungan profesional antara kamu dan dia," ujar Dedi dengan serius, menatap langsung ke mata Elsa.Elsa mengerutkan kening. "Maksudmu, aku dan Pak Ryan...?" Ia tertawa kecil, merasa absurd dengan apa yang dipikirkan Dedi. "Bang Ded, kamu salah paham. Aku tidak ada perasaan apa-apa terhadap Pak Ryan. Dia bosku, dan kita hanya bekerja sama. Hubungan kita sebatas profesional, tidak lebih."Namun, Dedi tampak tidak terpengaruh oleh penjelasan Elsa. "El, aku tahu kamu orang yang baik. Tapi terkadang, kedekatan bisa menimbulkan persepsi yang salah, apalagi ketika orang lain melihatny

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   149. Peringatan Kecil

    Beberapa hari setelah perbincangan Ryan dan Rangga, suasana di sekitarnya semakin stabil. Hubungan Ryan dengan orang-orang di sekitarnya mulai membaik, terutama dengan istrinya - Erika, yang sempat syok berat karena mengetahui papanya ikut terlibat dalam konspirasi yang ingin menjatuhkan suaminya. Sementara Nyonya Lee juga ikut syok dan akhirnya harus mengungsi ke luar negeri demi kesehatan mentalnya.Tanu yang sempat khawatir dengan kehadiran Rangga, akhirnya bisa bernapas lega setelah mengetahui bahwa Rangga tidak lagi memiliki ambisi untuk mengambil alih perusahaan. Tindakan Ryan yang memperbaiki hubungan dengan Rangga menjadi kunci untuk menghindari konflik lebih jauh, dan itu membuatnya semakin dihargai oleh keluarga dan orang-orang di sekitarnya.Sementara itu, di rumah, hubungan Ryan dan Erika semakin hangat. Meskipun sibuk dengan urusan perusahaan dan masalah-masalah yang baru saja berlalu, Ryan selalu meluangkan waktu untuk istrinya. Mereka sering menghabiskan waktu bersama d

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   148. Negosiastor

    Beberapa hari setelah Tuan Lee, Tuan Haris, dan Nadia diproses hukum, suasana di perusahaan Ryan mulai stabil. Tidak ada yang bisa lepas begitu saja dari jerat hukum, jika memang mereka bersalah. Dan Ryan, tidak memiliki toleransi bagi mereka yang berkhianat.Berbeda dengan keadaan Ryan, Tanu justru sedang resah. Keberadaan Rangga yang masih berkeliaran di sekitar perusahaan Lee membuatnya merasa terganggu. Meski Rangga tidak lagi membuat keributan atau mencoba mengambil alih perusahaan, kehadirannya tetap memicu ketegangan yang membuat suasana tidak nyaman. Tanu tidak bisa menyembunyikan rasa jengkelnya, sering kali mengeluh pada Ryan atau Erika tentang hal tersebut.Melihat ketidaknyamanan Tanu dan menyadari bahwa permasalahan di antara mereka bisa saja merusak hubungan keluarga yang tersisa, Ryan memutuskan untuk mengambil inisiatif. Dia merasa sudah waktunya berbicara dengan Rangga, bukan sebagai rival bisnis, tetapi sebagai saudara yang masih memiliki ikatan darah dengan istrinya

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   147. Bertanggung Jawab

    Ryan berhenti melangkah dan menoleh kembali ke arah Tanu, matanya tampak serius. Pertanyaan yang baru saja dilontarkan Tanu membuat suasana yang semula mulai mereda kembali terasa tegang. Erika, yang berdiri di samping suaminya, menatap Tanu dengan cemas, seakan tahu bahwa pembahasan ini akan membawa kembali ingatan-ingatan buruk yang tentu saja masih membekas dengan jelas.Ryan menghela napas panjang sebelum berbicara. "Kak Tanu, aku tahu ini bukan hal yang mudah untuk kita semua. Apalagi, bagimu dan Erika, dia tetaplah papa kalian." Ryan berbicara dengan hati-hati, tak ingin memancing lebih banyak perasaan keduanya terluka."Tapi, Papa..." Suara Tanu tercekat, menelan ludahnya susah. "Apa yang harus kita lakukan sekarang? Bagaimana jika dia—""Kita harus menyerahkan semuanya pada hukum, Kak Tanu." Ryan memotong dengan tegas, namun suaranya tetap tenang. "Semua bukti sudah jelas mengarah ke Papa. Dia terlibat dalam rencana bersama Tuan Haris dan melibatkan Nadia juga untuk mencelakak

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   146. Menyerah

    Erika berjalan anggun memasuki ruang meeting, di sampingnya ada Ryan yang selalu tampak tenang namun penuh wibawa. Suara langkah kaki mereka berdua yang berirama membuat suasana di ruangan itu terasa semakin menegangkan. Tanu yang masih berdiri di depan meja konferensi menatap ke arah keduanya, sementara Rangga yang semula tampak percaya diri, kini mulai terlihat tidak nyaman dengan kehadiran mereka.Ryan, yang memegang saham terbesar di perusahaan ini setelah penyuntikan dana besar-besaran saat perusahaan Lee hampir bangkrut, hanya memberikan anggukan kecil kepada Tanu. Ia kemudian berjalan ke arah kursi di ujung meja, posisi yang biasanya diisi oleh pemegang keputusan tertinggi dalam pertemuan semacam ini.Erika, yang selama ini menjadi sosok penting di balik layar - sebab dirinya juga memiliki beberapa persen saham di perusahaan keluarganya ini, tidak banyak bicara. Namun kehadirannya kali ini jelas menunjukkan bahwa dia bukan sekadar anak perempuan dari Tuan Lee, tetapi juga seora

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   145. Diingatkan Kembali

    Tanu berdiri tegak di ruang pertemuan yang luas, matanya menatap dengan tajam ke arah sepupunya - Rangga, yang memaksa ikut dalam pertemuan ini. Rangga duduk di hadapannya dengan sikap percaya diri, merasa menjadi bagian dari perusahaan yang saat ini dipimpin Tanu.Rangga, sepupu Tanu yang juga sekaligus keponakan Tuan Lee, kini berani menunjukkan ketertarikannya untuk mengambil alih kepemimpinan perusahaan yang selama ini dijalankan oleh Tuan Lee. Sementara itu, Tuan Lee, ayah Tanu dan Erika, kini tengah mendekam di penjara, jelas telah membuat keputusan-keputusan yang mempengaruhi banyak hal - termasuk merosotnya harga saham perusahaan. Namun, meskipun hubungan keluarga ini mengikat mereka dalam ikatan darah, Tanu tahu bahwa tidak ada tempat bagi Rangga di dalam dunia bisnisnya ini —terutama dengan segala yang telah terjadi.Tangga sendiri - bersama dengan keluarganya yang lain, sudah mendapatkan bagiannya di luar kota - perusahaan cabang yang selama ini ditangani mendiang ayahnya R

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   144. Tidak Pernah Menduga

    Malam itu, Ryan duduk di tepi tempat tidur mereka, memandangi Erika yang duduk masih betah terpaku di kursi dekat jendela, menatap kosong ke luar. Udara malam yang sejuk tampaknya tidak bisa menenangkan kekacauan yang bergejolak di dalam diri Erika.Ryan bisa melihatnya, bagaimana istrinya itu memendam sesuatu yang besar, sebuah kepedihan yang lebih dalam dari sekadar banyak peristiwa - termasuk kecelakaan yang pernah dia alami beberapa waktu lalu."Aku nggak tahu harus bagaimana, mas Ryan," ujar Erika pelan, suaranya serak."Kenapa, hm?" Ryan bertanya maksud perkataan istrinya."Papa... dia... dia..." Erika terhenti, suaranya hampir hilang ditelan perasaan yang mendalam."Selama ini aku merasa terjebak dalam permainan yang tak aku pahami. Semua ini ternyata sudah direncanakan sejak lama, dan aku... aku tidak pernah tahu apa-apa tentang rencana papa." Akhirnya, Erika bisa mengeluarkan kata-kata yang begitu menyesakkan dadanya.Ryan menghembuskan napas panjang, berjalan mendekat dan du

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   143. Rasa Yang Ada

    Setelah peristiwa yang mengguncang mereka semua, hari-hari selanjutnya penuh dengan ketegangan meskipun situasi sudah mulai mereda. Ryan masih berusaha menenangkan Erika dan dirinya sendiri setelah semua yang terjadi, sementara Elsa, Dedi, Fery, dan Tomi berusaha memberikan dukungan moral pada mereka berdua. Namun, ada satu hal yang tak banyak orang ketahui, bahkan Elsa sendiri belum menyadarinya.Dedi selalu memperhatikan Elsa dari kejauhan, bahkan sudah sejak lama. Di tengah segala kecemasan dan ketegangan yang mereka alami, Dedi merasa cemas dengan keberadaan Elsa yang selalu berada di dekat Ryan. Entah mengapa, setiap kali melihat Elsa tertawa atau berbicara dengan Ryan, hatinya terasa teriris. Dedi tahu perasaan ini bukan hal yang bisa ia tunjukkan, apalagi di tengah kesibukan mereka yang terus bergulir. Namun, perasaan itu semakin tak bisa ia bendung."Elsa, bisa bantu aku sebentar?" Dedi memanggil, berusaha tidak terlalu terlihat gelisah.Elsa yang sedang berdiri bersama Fery d

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   142. Campur Aduk

    Ketika suasana semakin tegang dan tak terkontrol di ruangan gelap itu, tiba-tiba terdengar suara sirine polisi dari kejauhan, semakin dan mendekat ke lokasi. Ryan, Julian, dan Tuan Lee sama-sama tersentak, menyadari bahwa keadaan akan segera berubah drastis.Tak lama kemudian, pintu ruangan terbuka dengan keras. Dedi, Fery, dan Tomi masuk berbarengan, wajah mereka tegang namun sedikit lega melihat Ryan masih berdiri meskipun dengan wajah yang tampak lelah dan tubuh penuh luka."Kalian?!" seru Ryan, terkejut melihat asistennya. "Bagaimana kalian bisa tahu kami di sini?" tanyanya kemudian.Dedi mendekat cepat, matanya melirik sejenak ke arah Tuan Lee yang masih tersandar di dinding dan Tuan Haris yang tergeletak di lantai, juga Julian yang diam saja seperti tidak melakukan apapun dalam keadaan ini."Kami dapat info dari Elsa, Pak Ryan. Kami segera ke sini begitu tahu kau dalam bahaya," terang Dedi."Kau tamat, selesai sekarang ini, Tuan Haris. Polisi juga sudah di sini," ujar Fery dingi

DMCA.com Protection Status