Pagi itu, cahaya matahari menyinari halaman rumah Ferdy dengan lembut. Setelah malam penuh ketegangan dan pertempuran yang sengit, suasana pagi itu terasa begitu tenang, seakan semesta memberi waktu bagi mereka untuk bernapas sejenak. Ferdy duduk di teras depan, menikmati secangkir kopi panas. Nadia berada di sisinya, wajahnya tenang, matanya menatap jauh ke arah langit biru yang cerah.Segala sesuatunya mulai kembali normal setelah kejatuhan Aditya. Markas musuh telah dibersihkan, dan sisa-sisa pengikutnya ditangkap atau melarikan diri. Bagi Ferdy, kemenangan ini bukan sekadar menghancurkan musuh, tetapi juga meneguhkan posisinya sebagai pemimpin yang kuat dan dihormati. Namun, di balik semua itu, dia tahu bahwa perjuangan sebenarnya baru saja dimulai."Apa yang kau pikirkan?" tanya Nadia lembut, menyadari bahwa pikiran Ferdy melayang jauh.Ferdy menoleh padanya dan tersenyum tipis. "Aku hanya berpikir tentang masa depan. Setelah semua yang terjadi, aku sadar bahwa ada begitu banyak
Kehidupan baru Ferdy dan Nadia di rumah kecil di pinggir kota telah berjalan selama beberapa bulan. Mereka menikmati ketenangan yang dulu terasa begitu jauh. Pagi-pagi mereka dipenuhi dengan suara burung berkicau dan aroma kopi yang menyegarkan, sementara sore hari dihabiskan dengan berjalan-jalan di taman dekat rumah, di mana angin sepoi-sepoi membelai wajah mereka dengan lembut.Namun, di balik kedamaian itu, ada satu hal yang selalu ada dalam pikiran Ferdy—mimpi untuk hidup dalam ketenangan tidak sepenuhnya mudah dicapai. Meskipun dia telah meninggalkan dunia lamanya, jejak dari masa lalunya masih terus menghantuinya. Ferdy sadar bahwa bagaimanapun dia ingin melarikan diri, akan ada masa lalu yang mencoba menariknya kembali.Suatu pagi, ketika Ferdy sedang duduk di beranda dengan secangkir kopi di tangannya, teleponnya berdering. Nadia, yang sedang menyiram tanaman di halaman, menoleh saat Ferdy mengambil telepon.“Siapa?” tanya Nadia dengan suara penuh perhatian.Ferdy melihat lay
Setelah menuntaskan masalah yang membayangi masa lalu Ferdy, mereka kembali menikmati ketenangan di rumah kecil mereka. Pagi-pagi yang damai dan senja yang tenang kini benar-benar terasa lebih berharga bagi Ferdy dan Nadia. Ferdy, yang sudah mantap meninggalkan dunia lamanya, merasa lega karena bisa memulai hidup baru tanpa bayang-bayang kekacauan yang dulu selalu menghantuinya.Namun, seiring berjalannya waktu, Nadia mulai merasakan bahwa ada sesuatu yang berubah. Meski Ferdy sudah berjanji untuk tidak kembali ke dunia lamanya, ada perasaan cemas yang mulai menghantui Nadia. Ia khawatir Ferdy belum benar-benar lepas dari beban masa lalu, dan situasi yang tak terduga mungkin bisa menariknya kembali.Suatu malam, setelah makan malam yang tenang, Nadia memutuskan untuk berbicara dengan Ferdy. “Kau yakin sudah meninggalkan semuanya, kan? Aku tahu kau bilang ini yang terakhir, tapi aku takut ada sesuatu yang masih kau sembunyikan.”Ferdy tersenyum, mencoba meyakinkan Nadia. “Aku sudah ben
Seminggu berlalu sejak pria berjas hitam itu muncul di depan pintu rumah Ferdy dan Nadia. Dalam keheningan yang penuh ketegangan, Ferdy mencoba mempertimbangkan semua pilihan yang ada. Surat dan pesan yang datang sebelumnya tidak pernah mudah diabaikan, dan tawaran yang diajukan bukan hal yang bisa dia tolak begitu saja.Nadia bisa merasakan betapa beratnya beban yang kini dipikul oleh suaminya. Meskipun Ferdy tidak banyak bicara, dia tahu bahwa di dalam dirinya, ada pertarungan batin yang sedang berlangsung. Setiap hari, dia mencoba menenangkan suaminya, meyakinkan bahwa apapun yang terjadi, mereka akan menghadapinya bersama.Pada hari ketujuh, Ferdy duduk di ruang tamu, matanya menatap keluar jendela. Dalam hati, dia masih meragukan apakah keputusan untuk menghadapi orang-orang dari masa lalunya adalah langkah yang tepat. Namun, dia tahu bahwa jika dia menolak tawaran ini, mungkin ancaman yang lebih besar akan datang, bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk Nadia.Ketika malam ti
Ferdy duduk di ruang tamu rumah kecilnya, merapikan dasi di lehernya yang sudah mulai kendor. Di seberangnya, istrinya, Nadia, sedang sibuk mengeriting rambutnya di depan cermin besar yang terletak di dinding ruang tamu mereka. Nadia adalah wanita cantik dengan wajah lembut dan senyum yang menawan, tetapi belakangan ini, senyuman itu jarang sekali terlihat.“Apakah kamu yakin dengan ini?” Ferdy mencoba memecah keheningan yang terasa begitu tegang. Dia selalu berusaha memahami istrinya, meskipun semakin sulit dari hari ke hari.Nadia berhenti sejenak, memandang suaminya melalui cermin. “Kamu tahu bagaimana keluarga ku, Fer. Mereka selalu menuntut lebih. Aku hanya berharap kita bisa membuktikan bahwa kita bisa sukses tanpa mereka.”Ferdy mengangguk, meskipun hatinya merasa berat. Dia tahu bahwa keluarga Nadia tidak pernah menyukainya. Mereka selalu memandang rendah karena pekerjaannya yang sederhana sebagai pegawai di sebuah perusahaan kecil. Mereka menginginkan seseorang yang bisa memb
Ferdy menatap keluar dari jendela kecil apartemennya yang baru, menatap kerlip lampu kota yang berpendar dalam kegelapan. Hatinya penuh dengan kemarahan dan tekad yang membara. Pengkhianatan Nadia dan keluarga besarnya telah mengusik ketenangan yang selama ini dia pertahankan. Tapi sekarang, dia siap untuk kembali ke dunianya yang sebenarnya—dunia di mana dia memiliki kekuatan dan kendali penuh.Dengan satu tarikan napas dalam, Ferdy meraih teleponnya dan menekan nomor yang sudah lama tidak dia hubungi. Hanya butuh satu dering sebelum suara berat di ujung sana menjawab.“Bos, ini kamu?”“Ya, ini aku. Aku butuh bantuanmu, Andi. Ayo bertemu di tempat biasa.”Setelah menutup telepon, Ferdy mengambil jaket kulitnya dan keluar dari apartemennya. Tempat pertemuan mereka adalah sebuah bar tua di pinggiran kota, tempat yang tidak pernah menarik perhatian banyak orang. Di sanalah Ferdy biasanya mengatur segala urusan bisnisnya yang gelap.Ketika Ferdy masuk ke bar, dia disambut oleh tatapan be
Kehidupan Nadia bersama Adrian, yang awalnya tampak menjanjikan, mulai terasa seperti penjara emas. Meskipun dia hidup dalam kemewahan, Nadia merasa terasing dan tidak bahagia. Adrian, yang dulu tampak penuh perhatian, kini lebih sibuk dengan urusan bisnisnya dan sering meninggalkan Nadia sendirian. Di saat-saat seperti ini, pikiran Nadia kembali ke Ferdy, suami yang telah dia tinggalkan. Rasa bersalah mulai menggerogoti hatinya, tetapi dia merasa tidak ada jalan kembali.Sementara itu, Ferdy terus mengawasi setiap gerakan Nadia dan keluarganya. Melalui Andi dan anak buahnya, Ferdy mengetahui bahwa keluarga Nadia sedang merencanakan pesta besar untuk merayakan hubungan baru Nadia dengan Adrian. Pesta ini akan menjadi simbol bagi mereka untuk memamerkan kekayaan dan status mereka kepada dunia.Ferdy melihat ini sebagai kesempatan emas untuk memulai serangannya. Dia memutuskan untuk menghancurkan pesta tersebut dan mempermalukan Adrian di depan semua orang penting dalam hidupnya. Rencan
Keesokan harinya, di sebuah ruangan kecil yang penuh dengan layar monitor dan alat komunikasi, Andi dan beberapa anak buahnya berkumpul untuk menganalisis hasil dari serangan malam sebelumnya. Mereka melihat rekaman video dari pesta, menganalisis reaksi tamu, dan mengidentifikasi kelemahan Adrian yang bisa dieksploitasi lebih lanjut."Bos, kita berhasil membuat Adrian kehilangan muka di depan semua orang penting dalam hidupnya. Tapi ini baru permulaan. Kita perlu melanjutkan serangan ini untuk benar-benar menghancurkannya," kata Andi dengan nada serius.Ferdy mengangguk setuju. "Aku ingin kalian terus menggali lebih dalam tentang bisnis dan kehidupan pribadi Adrian. Temukan titik lemah lainnya. Kita akan gunakan setiap kesempatan untuk membuatnya terpuruk."Sementara itu, di rumah besar keluarga Nadia, suasana tegang dan penuh kecemasan. Adrian mengunci diri di kantornya, mencoba memikirkan cara untuk mengendalikan kerusakan yang telah terjadi. Dia tahu bahwa dia perlu mencari solusi