Masalahnya adalah apakah Luke mau dan apakah Paul tidak akan menghalangi?"Itu tidak akan berhasil jika pamanmu mengetahuinya," kata Stefani sambil menggelengkan kepala, sangsi.Paul pasti tidak akan tinggal diam melihatnya dan Thomas memakai jalur ini. Anak laki-lakinya itu pasti akan menemui Luke, hasil akhirnya sudah dapat dipastikan, Luke pasti akan merasa tidak enak kepada Paul dan membatalkan rekomendasinya untuk Thomas."Kalau begitu kita harus mencari cara agar paman tidak tahu dan mengusahakan agar Luke setuju," kata Thomas semangat."Apakah kamu punya cara?" tanya Stefani mengangkat sebelah alisnya."Kita bisa melakukannya diam-diam tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, baik kepada Ara maupun paman.""Bagaimana cara Luke merekomendasikan kamu kepada Ara kalau dia tidak boleh memberitahunya terlebih dahulu?" tanya Stefani bingung.Kalau menyembunyikan dari Paul itu mungkin saja, tapi menyembunyikan dari Ara jelas tidak mungkin karena Luke memasukkan Thomas lewat Ara.Lagipula
Wuzini merasa kata-kata menantunya memang masuk akal. Tapi sebagai pengusaha dia juga harus membatasi pengeluaran perusahaan agar tidak terus merugi.Jika pihak korban tidak bersalah maka perusahaan akan menghabiskan banyak uang. Tidak saja untuk dua kali penyelidikan, tapi juga untuk membayar ganti rugi yang diminta oleh pihak korban yang jumlahnya lumayan besar.Dia merasa dilema antara takut mengorbankan orang yang salah dan kerugian yang akan diderita oleh pihak perusahan kalau penyelidikan diulang kembali."Kalau kita adakan penyelidikan ulang, berarti kita harus siap-siap merugi jika pegawai itu benar-benar tidak bersalah," kata Wuzini sambil menghela napas resah.Betapa mudahnya mengeluarkan banyak uang sementara untuk menghasilkan uang bagi perusahan lumayan sulit dengan mulai banyaknya saingan di era pasar bebas seperti ini."Bukankah ada asuransi?" tanya Ara bingung melihat mertuanya tampak resah dengan pengeluaran yang akan dikeluarkan oleh perusahan untuk kasus ini."Klaim
" Begitu ... tapi aku juga tidak bisa menjamin apakah Ara akan menerimamu atau tidak, karena aku tidak memiliki hak untuk intervensinya di dalam proyek itu. Semuanya sudah aku serahkan kepada Ara," kata Luke tanpa basa-basi.Dia memang ingin menolong Thomas, tapi semua itu masih tergantung pada kesediaan Ara. Apakah dia mau menerima Thomas atau tidak, Luke akan menghormati keputusannya. "Tentu saja," kata Thomas sambil tersenyum puas.Bagaimana mungkin sepupunya itu akan menolak rekomendasi Luke?Bukankah Luke telah memberikan semua sahamnya kepada Ara? Akan sangat keterlaluan sekali kalau Ara tidak mau menerima rekomendasi yang diajukan oleh Luke.'Suka atau tidak suka, sepupuku itu pasti akan menerimaku walau dengan berat hati dan kalaupun dia mengadu kepada Paman, itu tidak akan berpengaruh banyak karena aku sudah bergabung dalam proyek itu. Tidak mungkin dia akan mengeluarkan aku, dia pasti akan mempertimbangkan wajah Luke,' pikir Thomas penuh keyakinan.Dengan semangat Thomas
Ara sudah menduga kalau kedatangan Luke kali ini, pasti ada kaitannya dengan hal ini. Apalagi yang akan membuat sepupunya begitu bersemangat untuk datang menemuinya di Indonesia selain karena proyek milik Paul itu? Thomas menggertakkan giginya kesal mendengar kata-kata Ara. Bisa-bisanya dia bersikap seperti itu kepadanya dan Luke ...."Aku tidak akan memaksa, jika kamu tidak berkenan, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi," kata Luke sambil mengangkat bahunya dan tersenyum tidak berdaya.Wanita di hadapannya ini bukan wanita yang mudah di pengaruhi. Jika dirinya terlalu memaksakan kehendak, Luke takut Ara malah akan berbalik dan mengembalikan semua saham yang telah diberikan olehnya."Kamu tidak akan menyalahkan aku?" tanya Ara tidak percaya."Yakin."" ... kamu pasti tahu kalau aku tidak mungkin menolak permintaanmu itu," kata Ara sambil tersenyum lebar."Tidak, kamu bisa menolaknya kalau kamu tidak berkenan!" kata Luke tegas."Terimakasih ... kamu bisa bergabung mulai besok," kata Ar
Haris dan keluarganya merasa tercengang ketika mendapat kabar bahwa pihak perusahan akan mengadakan penyelidikan ulang setelah mengetahui kalau anaknya tidak melakukan perbuatan sebagaimana yang dituduhkan."Hahahaha ... lihat? Apa kataku, mereka pasti takut ketika mengetahui anakmu sudah sadar dan menyangkal semua tuduhan mereka," kata tetua keluarga Haris tertawa bangga.Pras, anak Haris yang juga merupakan karyawan Wei hanya diam mendengar kabar tersebut.Sebenarnya walau dia sudah sadar dan tidak mengakui tuduhan yang disematkan kepadanya, tetap saja itu tidak akan bisa merubah keadaan jika pihak perusahan tidak mau melakukan penyelidikan ulang.Bukankah mereka memiliki cukup bukti untuk menjebloskannya ke penjara?"Yah, aku rasa juga begitu. Mungkin mereka takut mendapat kutukan dari masyarakat dan nama baik mereka menjadi tercoreng," kata Haris setelah mendengarkan celotehan para tetua di keluarganya yang saat ini sedang menjenguk anaknya."Aku rasa tidak begitu, Pa," kata Pras
Dia merasa kasihan kepada bapak mertuanya yang terus berjaga di rumah sakit sejak awal suaminya masuk hingga sekarang."Baiklah," kata Haris pada akhirnya.Setelah menasehati ini itu kepada anak dan menantunya, Haris pun meninggalkan rumah sakit.Tidak lama kemudian, selang beberapa waktu, Wei dan Ara mengetuk pintu ruang rawat inap Pras. Sementara Joy hanya berdiri di belakang mereka." ... " Santi merasa terkejut melihat siapa yang saat ini berdiri di hadapannya ketika dia membuka pintu kamar.Bukankah ini bos suaminya?"Apakah suamimu sudah siuman?" tanya Wei kepada Santi setelah melihat wanita hamil di hadapannya terdiam."Ya, ya ... dia sudah siuman, silahkan masuk!" kata Santi gugup dan merasa kacau.Dia hanyalah orang kecil, kedatangan Wei dan Ara saat ini benar-benar di luar dugaan hingga membuatnya salah tingkah dan merasa tidak percaya."Siapa, Mah?" tanya Pras yang mendengar kegugupan istrinya dari dalam kamar."Aku," kata Wei sambil masuk dan berjalan mendekati tempat tid
Setelah itu dia mulai memasukkan sayur ke dalam panci berisi kaldu yang ada di depannya, ditambah bakso seafood dengan berbagai bentuk."Enak ... tapi masih lebih enak kamu," bisik Wei membuat telinga Ara memerah karena malu.Ara memelototi Wei kesal. Bisa-bisanya dia berkata seperti itu di tempat ramai seperti ini."Jangan menggombal terus!""Aku tidak menggombal, ini kenyataan," kata Wei keras kepala."Stop! Jangan diteruskan lagi, ini benar-benar membuatku malu," desis Ara sambil melirik ke kanan dan kiri tanpa bisa menyembunyikan kekhawatirannya."Kenapa malu? Aku suamimu ... aem ...."Ara menyumpal mulut Wei dengan bakso seafood yang ada di depannya dengan wajah cemas.Dia benar-benar takut mulut suaminya akan memuntahkan kata-kata yang lebih memalukan lagi baginya.Wei mengunyah bakso yang ada di mulutnya sambil menyipitkan mata dan tersenyum simpul.Istrinya sangat imut dan lucu kalau sedang malu seperti saat ini.Suara dering ponsel Wei menghilangkan gelembung merah muda di se
"Joy khawatir mandor itu akan kabur. Jadi dia mengurungnya di salah satu ruang kosong yang ada di perusahan. Dia juga menugaskan beberapa bodyguard di sekeliling ruang tersebut," jelas Wei tanpa mengalihkan tatapannya dari jalan raya."Bagaimana dengan keluarganya? Apakah anak istrinya tidak akan mencarinya?" tanya Ara khawatir.Bukankah kalau ada keluarga kita yang tiba-tiba menghilang kita akan merasa cemas? Bagaimana kalau mereka melaporkan hilangnya mandor itu kepada polisi? Jika ketahuan pihak perusahaan menahan mandor, itu pasti akan menjadi masalah yang serius."Kamu tahu sendiri kebanyakan mandor yang bekerja di perusahaan ku berasal dari pelosok kampung. Mereka meninggalkan anak dan istri mereka di kampung. Jadi tidak akan ada yang mencari kalau mereka hanya hilang satu atau dua hari," jelas Wei acuh tak acuh.Ara menghela napas lega mendengar penjelasan Wei. Bagaimanapun mandor itu memang kunci dari kasus yang sedang menimpa perusahaan Wei. Jika dia sampai kabur maka Wei da
Reza dan Eva diam tidak berkutik. Memang benar awalnya mereka mengira Wei tidak bisa masak dan khawatir Ara akan keracunan makanan. Mana mereka tahu kalau Wei ternyata pandai memasak makanan selezat itu.Beberapa waktu telah terlewati, berat badan Ara mulai meningkat setelah mendapatkan perawatan dari Wei. Eva dan Reza kini benar-benar bisa menarik napas lega.Wajah Ara pun lebih bersinar penuh kebahagiaan ketika usia kandungannya semakin bertambah. Dia dan Wei sudah bisa merasakan pukulan dan tendangan sang bayi di dalam kandungannya melalui permukaan perut ketika sedang diusap atau di pegang.Hubungannya dengan Paul dan Hanna pun tetap berjalan seperti biasa walaupun Hanna akhirnya mengetahui kalau dirinya bukanlah Lanara yang asli."Bagaimana kabarmu dan anak di dalam kandunganmu?" tanya Hanna penuh perhatian ketika dia menelepon Ara."Aku baik Ma, anak di dalam kandunganku juga baik," jawab Ara sambil tersenyum bahagia mendapat perhatian dari semua orang yang di kasihnya."Mama
Wei benar-benar tidak menyangka kalau Ara akan berkata seperti itu. Tadinya dia berpikir hanya dirinya saja yang akan merasa kehilangan dan bersedih atas perpisahan ini, ternyata istrinya juga mengalami hal yang sama."Percaya tidak? kali ini Papamu tidak akan mengusir aku," kata Wei sambil tersenyum menatap ara penuh kasih."Benarkah?" tanya Ara tidak percaya."Yakin!""Apakah Papa membatalkan syarat itu?""Sepertinya begitu, semua ini karena calon anak kita," kata Wei sambil mengusap punggung bawah Ara pelan."Apakah kamu benar-benar akan dibiarkan tinggal disini bersamaku?" tanya Ara was-was.Dia benar-benar tidak yakin kalau papanya akan berubah pikiran. Setahu Ara papanya adalah orang yang konsisten dan tidak akan pernah berubah pikiran jika sudah memutuskan tentang suatu hal. Bisakah kali ini papanya membuat pengecualian karena calon cucunya yang belum lahir?"Aku akan menemanimu tinggal di sini dan memasak. Bukankah kamu ingin masakan yang aku masak?" tanya Wei sambil mencubit
Kekhawatiran Eva pun menjadi kenyataan. Ara benar-benar tidak bernafsu untuk makan apapun, dia hanya memakan manisan buah tanpa dibarengi dengan nasi dan lauk-pauk. Ini mengakibatkan tubuh ara yang sudah ramping menjadi semakin kurus."Pa, apakah tidak sebaiknya kita biarkan saja Wei datang ke sini dan memasak untuk adikku?" tanya Arga sambil mengerutkan kening ketika melihat Ara dari kejauhan.Tubuh adiknya itu dari hari kehari menjadi semakin kurus. Ini benar-benar membuat Arga menjadi prihatin dan khawatir."Iya Pa, Sudahlah demi kebaikan anak dan cucu kita, sebaiknya kita mengalah saja. Batalkan syarat satu tahun tidak bertemu itu. Mama khawatir terjadi apa-apa sama Ara," kata Eva dengan mata berkaca-kaca menatap wajah suaminya.Reza menatap istri dan anak laki-lakinya dengan tatapan tidak berdaya. Dia juga sebenarnya sudah ada pikiran ke arah sana. Reza bisa melihat perkembangan kondisi Ara yang dari hari ke hari semakin lemah karena tidak mau makan. "Baiklah. Arga, kamu jemput
"Aku ikut!" kata Arga tiba-tiba."Tidak!" sahut Eva dan Reza bersamaan."Mengapa tidak?" tanya Arga bingung."Kamu tidak lihat? Ara muntah-muntah hebat setelah melihatmu, apakah kamu ingin adikmu itu muntah terus gara-gara melihatmu?" tanya Eva sambil melotot ke arah Arga."Kamu harus menghindar dari adikmu selama tiga bulan kehamilan awal agar dia tidak terlalu tersiksa karena terus mengeluarkan makanan yang ada di perutnya."" ... " Arga tidak dapat berkata-kata mendengar apa yang orang tuanya katakan.Dia mentap kedua orang tuanya dengan tatapan menyalahkan. Bukankah semua ini karena ulah kedua orang tuanya yang ingin memisahkan adiknya dari Wei? Mengapa sekarang dia yang harus menanggung akibatnya?Dibenci tidak hanya oleh Ara tapi juga oleh calon keponakannya yang belum lahir.Di kantor, Wei tampak menatap ke luar jendela sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.Ini baru sebulan, tapi rasanya seperti se abad. Wei tidak henti berdoa agar istrinya benar-benar hamil. Ha
Wuzini terdiam, setahun memang bukan waktu yang lama untuk sebuah restu, tapi masalahnya apakah keduanya tidak akan terpikat pada orang lain selama waktu yang ditentukan itu?"Mereka meminta aku dan Ara berpisah selama setahun. JIka selama setahun itu perasaan kami tidak berubah, barulah mereka akan kembali merestui hubungan kami.""Apakah kamu yakin kalau kamu dan istrimu akan bisa menjaga kesetiaan masing-masing selama satu tahun itu?" tanya Wuzini tidak yakin."Yakin."Wuzini hanya menghela napas panjang melihat tekad anak laki-lakinya untuk mendapatkan restu dari keluarga istrinya kembali. Dia hanya menepuk bahu Wei sebelum mengajak anaknya itu masuk ke dalam kantor untuk membahas masalah pekerjaan.Ara dan Arga masuk ke dalam rumah tanpa banyak bicara. Ara masih marah karena kakaknya mengajukan syarat yang begitu sulit untuknya dan Wei. Satu tahun bukanlah waktu yang sebentar, bagaimana kalau suaminya itu malah jatuh cinta pada wanita lain dan benar-benar menceraikannya?Arga me
Arga menyerbu masuk ke dalam kantor Wei tanpa basa basi. Dia langsung menuju Wei dan ingin menghajarnya namun, di halangi oleh Ara."Minggir!" kata Arga sambil mendelik marah ke arah adiknya."Tidak, kakak tidak boleh memukulnya!" Kata Ara keras kepala menatap kakaknya yang sedang marah."Kamu tidak tahu malu berlindung pada perempuan!" kata Arga sambil menunjuk Wei yang ada di belakang Ara." ... " Wei tidak tahu harus berkata apa untuk menjawab kata-kata Arga. Bukannya dia tidak mau berhadapan dengan kakak iparnya, tapi Ara sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk maju. Wei takut jika dia memaksa maju maka Ara akan marah kepadanya.Baginya lebih baik membiarkan Arga marah dari pada Ara yang marah kepadanya."Dia suamiku, tidak ada salahnya aku melindunginya!" kata Ara seperti induk ayam yang menjaga anak-anaknya."Tapi aku kakakmu!""Tapi kamu mau menyakiti suamiku!""Itu karena kamu!""Tidak, itu bukan karena aku, tapi karena keegoisanmu sendiri ... kamu tahu betul bagaimana
"Kita baru berpisah tadi malam," kata Ara tidak tahu apakah harus menangis atau tertawa mendengar kata-kata Wei."Tapi buatku itu seperti sudah lama sekali," kata Wei mengerucutkan bibirnya sedih.Kebiasaan itu benar-benar buruk. Dia telah terbiasa tidur dengan istrinya, hingga ketika Ara pergi, Wei benar-benar tidak bisa tidur sampai pagi. Anehnya sampai detik ini juga matanya benar-benar cerah dan sama sekali tidak mengantuk. "Matamu ada lingkaran hitamnya, apakah tadi malam kamu tidak tidur nyenyak?" tanya Ara sambil melihat ke arah mata Wei."Aku tidak bisa tidur tanpamu," jawab Wei lebih seperti keluhan."Bagaimana kalau kamu istirahat sekarang?""Apakah kamu akan menemani aku?""Ya.""Oke," kata Wei sambil membopong tubuh istrinya masuk ke dalam kamar tempatnya biasa tidur jika bekerja lembur di kantor.Setelah membaringkan Ara, Wei juga naik ke atas kasur dan membaringkan dirinya di sebelah Ara."Mengapa kamu masih belum tidur?" tanya Ara setelah beberapa waktu berlalu Wei mas
Pagi yang cerah. Namun, suasana di perusahaan milik Wei malah terlihat suram. Semua karyawan dan staf di perusahaan itu tampak tertekan karena suasana hati sang bos sepertinya sedang tidak baik-baik saja.Tidak boleh ada kesalahan sedikitpun. Bahkan salah tanda koma dalam berkas yang akan di tanda tangani oleh Wei pun bisa membuatnya ngamuk. Joy hanya meringis ketika para staf mengeluh dan menanyakan ada apa sebenarnya dengan bos mereka. Tidak biasanya Wei bersikap seperti saat ini. Mereka benar-benar merasa tersiksa dan tertekan menghadapi sikap Wei yang tidak seperti biasanya itu."Mungkinkah Bos kita itu salah makan?" tanya salah satu staf kepada Joy."Jangan menduga yang aneh-aneh! Kerjakan saja tugas kalian dengan baik agar tidak dimarahi lagi," kata Joy sambil berlalu dari hadapan semua staf yang menemuinya.Joy sendiri tidak berani menanyakan langsung kepada Wei, apa yang menjadi masalah sebenarnya hingga dia menunjukkan sikap seperti itu."Mungkin nyonya Ara tahu apa yang s
"Ehm ... tidakkah sebaiknya kita tanyakan saja kepada Ara, apakah dia ingin pulang mengikuti kalian atau tetap di sini?" Wuzini yang sejak awal bersikap pasif mulai mengeluarkan suaranya.Semua tatapan mata langsung tertuju kepada Ara. "Kamu harus ikut kami pulang. Papa menunggumu di rumah, dia sedang tidak sehat," kata Arga dengan nada tidak ingin di tolak."Kamu memaksanya," geram Wei."Kamu benar, aku memaksanya!""Kamu ... kamu ...."Wei merasa seperti tercekik dan tidak bisa berkata-kata ketika mendengar pengakuan Arga yang blak-blakan."Papa sakit apa, Kak?" tanya Ara mulai merasa cemas."Kamu akan tahu jika kamu pulang," jawab Arga datar.Dia tidak ingin memberitahukan kepada Ara kalau papanya hanya terserang flu biasa. Jika Ara tahu tentu saja adiknya ini tidak akan mau pulang ke rumah mereka saat ini juga. Adapun mengapa papanya tidak mau ikut adalah karena papanya sudah terlalu kesal dengan Wei dan keluarganya.Sejak berita kematian putrinya, Reza memang selalu menghindar