Home / Pernikahan / Kebangkitan Istri Yang Diabaikan / Bab 136. Perubahan Sikap Wei  

Share

Bab 136. Perubahan Sikap Wei  

Author: Princess Angel
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Aku tidak! Tante, jangan sembarangan menuduh, aku bisa saja menuntut. Semua yang kamu katakan tidak lebih hanya dugaanmu saja, tidak ada bukti!" kata Juwita sambil berdiri dan mengibaskan kotoran yang menempel di bajunya karena telah dijatuhkan ke tanah.

Nina menatap Juwita ragu. Apakah benar dirinya telah salah menuduh? Tapi mengapa orang-orang itu kembali bersemangat?

Tadi dia hanya melihat aksi Juwita dari kejauhan. Nina benar-benar tidak tahu apa yang dikatakan Juwita kepada salah satu keluarga karyawan anaknya itu.

"Lepaskan dia!" kata Nina sambil berbalik.

"Tante, apakah kamu pikir, kamu bisa bersikap seperti ini kepadaku? Kamu telah menyuruh orangmu menarik dan melemparkan aku ke gang kotor. Bukankah ini melanggar hukum?" tanya Juwita sambil tersenyum jahat menatap punggung Nina.

Nina kembali berbalik dan mendekati Juwita dengan sikap mengancam.

Sekalipun dia wanita, aura Nina sebenarnya tidak kalah menakutkan dari suaminya ketika dia sedang marah.

"Apakah kamu mengancam aku
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 137. Kepuasan Wei

    Di dalam kamar, Wei langsung merebahkan diri di atas kasur. Dia terkejut melihat Ara membawa selimut dan tidur di atas sofa."Mengapa kamu tidur di sana? Bukankah kita suami istri?" tanya Wei heran."Aku ...."Ara bingung, tidak tahu harus menjawab apa untuk pertanyaan suaminya saat ini."Bukankah katamu kita juga telah melakukannya? Apakah kamu berbohong kepadaku?" tanya Wei tidak bisa menyembunyikan kecurigaannya."Tidak, aku tidak bohong," kata Ara cepat."Lalu mengapa kamu tidur di sana? Mengapa tidak tidur di sini?" tanya Wei cemberut."Aku hanya merasa canggung," kata Ara beralasan."Karena aku hilang ingatan?" Ara hanya menganggukkan kepalanya. Dia berharap Wei mau membiarkan dirinya tidur di sofa agar mereka bisa tidur terpisah seperti beberapa hari sebelum kecelakaan yang menimpa Wei terjadi."Apakah kamu malu kepadaku?" tanya Wei sambil menatap Ara dan tersenyum lebar." ... " Ara terdiam."Jangan malu, aku tetap Wei yang dulu, hanya ingatanku saja yang hilang, tapi dia tet

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 138. Keinginan Menghancurkan   

    Ara keluar dari kamar dan duduk di meja makan di kursi sebelah Wei.Nina menatap wajah lesu menantunya dengan bibir berkedut. Apakah anak laki-lakinya telah membuat menantunya begadang semalaman? Mengapa Ara terlihat lesu dan lelah?Seolah mengerti keheranan mamanya. Wei tersenyum lebar. Dia mengambil semur hati ampela dan langsung menaruhnya di piring Ara."Makan yang banyak," kata Wei sambil mengambil lauk yang lain dan menaruhnya di piring Ara tanpa bertanya."Stop, jangan taruh lagi ini sudah terlalu banyak," kata Ara melihat lauk yang sudah menumpuk di piringnya."Kamu terlalu kurus, ada baiknya menumbuhkan sedikit daging agar lebih nyaman ketika di peluk," kata Wei blak-blakan."Kamu!"Ara mendelik ke arah Wei dengan wajah yang merona merah karena malu. Sementara Wuzini hanya tersenyum melihat kelakuan putranya."Ehm ... ehm!" Nina menatap Wei memberikan peringatan untuk tidak lagi menggoda istrinya di meja makan. Ketika mereka mulai sibuk makan, terdengar bunyi dering ponsel

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 139. Pasukan Air  

    "Lewat jalan khusus!" perintah Wuzini tegas."Mengapa lewat jalan khusus? Lewat depan saja, bukankah Papa kemarin sudah menjelaskan kalau kita berada di pihak yang benar?" tanya Wei tidak setuju."Iya, tapi kalau kita langsung menerobos mereka, bukannya tidak mungkin mereka akan menimpuki kita dengan batu atau melakukan perbuatan anarkis lainnya," kata Wuzini tidak sabar."Oh ....""Cepat lewat jalan khusus," kata Wuzini kepada sopir."Apa rencana Papa selanjutnya?" tanya Wei ingin tahu."Bagaimana menurutmu?" Wuzini balik bertanya meminta pendapat Wei."Kita tidak bisa bersembunyi, masalah ini harus kita selesaikan. Ada baiknya kita temui dan berbicara dengan mereka secara langsung," kata Wei setelah lama terdiam."Itu pasti. Nanti setelah di dalam, baru kita minta perwakilan media dan masa yang berdemo untuk masuk ke dalam dan berbicara dengan kita. Akan kita jelaskan kejadian yang sebenarnya," kata Wuzini menyetujui kata-kata Wei dan menjelaskan apa yang akan dia lakukan.Di dalam,

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 140. Saling Bantah 

    Wei dan papanya langsung mendatangi ruang rapat diikuti oleh Joy."Selamat pagi semuanya," sapa Wuzini kepada semua yang ada di ruang rapat tersebut.Setelah mendapatkan respon, Wuzini dan Wei duduk di kursi yang di sediakan untuk mereka, sementara Joy berdiri di samping Wei.Joy sengaja berdiri di samping Wei bukan Wuzini karena Joy tahu saat ini bosnya sedang hilang ingatan dan pasti membutuhkan dirinya untuk memberitahukan hal-hal tentang perusahan yang telah dia lupakan saat ini."Pada kesempatan kali ini, kami selaku pemilik perusahaan, mengundang anda semua untuk berkumpul di sini dan membahas keributan yang saat ini sedang terjadi di depan perusahan, oleh keluarga korban," kata Wuzini sambil menatap Haris tajam.Dia benar-benar tidak menyangka kalau keluarga korban sekaligus pelaku berani membuat keributan. Padahal Haris sebagai ayah korban sudah melihat sendiri barang bukti korupsi yang telah dilakukan oleh anaknya.Haris hanya menunduk dan merasa bersalah mendapati tatapan ta

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 141. Bijaksana 

    "Tadinya kami ingin menyelesaikan semua ini dengan cara baik-baik. Tapi karena pihak mereka ingin membuat masalah ini menjadi publik, maka tidak ada jalan lain, pihak perusahaan akan menempuh jalur hukum untuk membuktikan siapa yang bersalah dalam kasus ini, sekaligus membersihkan nama baik perusahaan yang telah tercemar karena kerakusan karyawannya sendiri!" jawab Wuzini tegas."Lalu Pak Haris, apa yang akan anda lakukan dengan keputusan perusahaan ini?" tanya wartawan itu lagi sambil menoleh ke arah Haris."Kami dari pihak keluarga korban, tetap akan memperjuangkan hak-hak kami dan tidak menerima tuduhan yang telah dikatakan oleh pihak perusahan! Jangan karena kami ini orang kecil, maka mereka bisa menindas kami seenaknya!" kata Haris tidak kalah tegas."Sebenarnya tidak ada perbedaan dalam hal kebenaran, entah itu orang miskin ataupun orang kaya. Kita lihat saja hasil akhirnya, kebenaran pasti akan mencari jalannya sendiri," sela Wei bijak.Kata-kata bijak Wei membuat Joy berkali-k

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 142. Jauh Lebih Hangat

    "Kalau sikapmu seperti ini terus, maka perusahaan ini lama-lama akan bangkrut!" kata Wuzini sambil menggelengkan kepala melihat tindakan anaknya."Aku hanya menempatkan hati dan perasaanku pada posisi mereka," kata Wei apa adanya."Kamu tidak bisa seperti ini terus! Ini perusahan, bukan badan amal!" kata Wuzini cemberut.Sia-sia dia mendidik Wei dari kecil, kalau pada akhirnya hanya karena hilang ingatan, anaknya jadi lemah seperti sekarang.Wei hanya menatap papanya bingung. Di mana letak kesalahannya? Dia hanya ingin karyawannya merasa nyaman bekerja di perusahaan ini. Apakah itu salah?"Dengar, tidak perlu terlalu membawa perasaanmu ketika sedang menjalankan sebuah perusahan," kata Wuzini lagi melihat Wei hanya terdiam."Aku hanya ingin membuat karyawanku merasa betah bekerja disini.""Ck! Mereka betah atau tidak itu bukan urusan kita, ada banyak orang yang menantikan tempat mereka di perusahan ini!" kata Wuzini blak-blakan.Dia sangat tahu jelas kalau saat ini ada banyak pelamar d

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 143. Dipaksa Pulang  

    "Aku akan memikirkannya lagi, Pa," kata Ara pada akhirnya."Baiklah, jaga dirimu baik-baik. Jangan khawatirkan Juwita, Papa pasti akan menyuruhnya kembali ke sini agar dia tidak terus mengganggumu dan Wei," kata Paul menghibur."Terima kasih,Pa, salam buat Mama," kata Ara sebelum mengucapkan salam perpisahan dengan papa angkatnya tersebut. Juwita yang baru saja mandi, mengerutkan kening melihat panggilan telepon dari Paul."Aneh sekali, mau apa Paman paul meneleponku?" tanya Juwita was-was.Apakah Ara sudah memberitahukan apa yang selama ini dia lakukan di Indonesia?"Halo, Paman," sapanya manis."Cepat tinggalkan Indonesia sekarang juga!" kata Paul tanpa basa-basi."Apa maksud paman?" tanya Juwita ketakutan."Alasanmu untuk memperbaiki hubungan dengan Ara hanyalah kebohongan!""Mengapa paman berkata seperti itu? Aku tulus benar-benar ingin memperbaiki hubunganku dengan Ara," kata Juwita pura-pura sedih.Ini benar-benar gawat! Kalau pamannya sampai bersikeras menyuruhnya pulang ke Pr

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 144. Berubah Pikiran

    Dia mengizinkan Juwita ke Indonesia karena cucu perempuannya ini bilang ingin berbaikan dengan Ara dan membatu memuluskan jalan kakaknya berbisnis serta mendapatkan klien di Indonesia.Mengapa sekarang dia malah mengundang kecemburuan Ara?Walau dia tidak menyukai wanita yang menjadi istri Paul sekaligus ibu kandung Ara, tapi kasih sayang Stefani kepada Ara hanya bisa dikalahkan oleh kasih sayangnya kepada Thomas, cucu laki-lakinya.Mana mungkin Stefani suka melihat cucu perempuannya yang lain memiliki niat jahat kepada Ara dan ingin menghancurkan pernikahannya dengan suaminya.Memang awalnya Stefani ingin menjodohkan Wei dengan Juwita, tapi itu sebelum dia tahu kalau Ara dan Wei sudah menikah. Sekarang setelah dirinya tahu mereka sudah menikah, mana mungkin dia membiarkan Wei menceraikan Ara, ini sama saja dengan menampar wajah bangsawannya! Tidak boleh ada perceraian di dalam keluarga bangsawannya, apapun yang menjadi alasannya! Hal ni juga yang menjadi sebab dia tidak terlalu memak

Latest chapter

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 189. Melahirkan

    Reza dan Eva diam tidak berkutik. Memang benar awalnya mereka mengira Wei tidak bisa masak dan khawatir Ara akan keracunan makanan. Mana mereka tahu kalau Wei ternyata pandai memasak makanan selezat itu.Beberapa waktu telah terlewati, berat badan Ara mulai meningkat setelah mendapatkan perawatan dari Wei. Eva dan Reza kini benar-benar bisa menarik napas lega.Wajah Ara pun lebih bersinar penuh kebahagiaan ketika usia kandungannya semakin bertambah. Dia dan Wei sudah bisa merasakan pukulan dan tendangan sang bayi di dalam kandungannya melalui permukaan perut ketika sedang diusap atau di pegang.Hubungannya dengan Paul dan Hanna pun tetap berjalan seperti biasa walaupun Hanna akhirnya mengetahui kalau dirinya bukanlah Lanara yang asli."Bagaimana kabarmu dan anak di dalam kandunganmu?" tanya Hanna penuh perhatian ketika dia menelepon Ara."Aku baik Ma, anak di dalam kandunganku juga baik," jawab Ara sambil tersenyum bahagia mendapat perhatian dari semua orang yang di kasihnya."Mama

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 188. Tidak Ada Lebih

    Wei benar-benar tidak menyangka kalau Ara akan berkata seperti itu. Tadinya dia berpikir hanya dirinya saja yang akan merasa kehilangan dan bersedih atas perpisahan ini, ternyata istrinya juga mengalami hal yang sama."Percaya tidak? kali ini Papamu tidak akan mengusir aku," kata Wei sambil tersenyum menatap ara penuh kasih."Benarkah?" tanya Ara tidak percaya."Yakin!""Apakah Papa membatalkan syarat itu?""Sepertinya begitu, semua ini karena calon anak kita," kata Wei sambil mengusap punggung bawah Ara pelan."Apakah kamu benar-benar akan dibiarkan tinggal disini bersamaku?" tanya Ara was-was.Dia benar-benar tidak yakin kalau papanya akan berubah pikiran. Setahu Ara papanya adalah orang yang konsisten dan tidak akan pernah berubah pikiran jika sudah memutuskan tentang suatu hal. Bisakah kali ini papanya membuat pengecualian karena calon cucunya yang belum lahir?"Aku akan menemanimu tinggal di sini dan memasak. Bukankah kamu ingin masakan yang aku masak?" tanya Wei sambil mencubit

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 187. Takut

    Kekhawatiran Eva pun menjadi kenyataan. Ara benar-benar tidak bernafsu untuk makan apapun, dia hanya memakan manisan buah tanpa dibarengi dengan nasi dan lauk-pauk. Ini mengakibatkan tubuh ara yang sudah ramping menjadi semakin kurus."Pa, apakah tidak sebaiknya kita biarkan saja Wei datang ke sini dan memasak untuk adikku?" tanya Arga sambil mengerutkan kening ketika melihat Ara dari kejauhan.Tubuh adiknya itu dari hari kehari menjadi semakin kurus. Ini benar-benar membuat Arga menjadi prihatin dan khawatir."Iya Pa, Sudahlah demi kebaikan anak dan cucu kita, sebaiknya kita mengalah saja. Batalkan syarat satu tahun tidak bertemu itu. Mama khawatir terjadi apa-apa sama Ara," kata Eva dengan mata berkaca-kaca menatap wajah suaminya.Reza menatap istri dan anak laki-lakinya dengan tatapan tidak berdaya. Dia juga sebenarnya sudah ada pikiran ke arah sana. Reza bisa melihat perkembangan kondisi Ara yang dari hari ke hari semakin lemah karena tidak mau makan. "Baiklah. Arga, kamu jemput

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 186. Ingin Masakan Wei

    "Aku ikut!" kata Arga tiba-tiba."Tidak!" sahut Eva dan Reza bersamaan."Mengapa tidak?" tanya Arga bingung."Kamu tidak lihat? Ara muntah-muntah hebat setelah melihatmu, apakah kamu ingin adikmu itu muntah terus gara-gara melihatmu?" tanya Eva sambil melotot ke arah Arga."Kamu harus menghindar dari adikmu selama tiga bulan kehamilan awal agar dia tidak terlalu tersiksa karena terus mengeluarkan makanan yang ada di perutnya."" ... " Arga tidak dapat berkata-kata mendengar apa yang orang tuanya katakan.Dia mentap kedua orang tuanya dengan tatapan menyalahkan. Bukankah semua ini karena ulah kedua orang tuanya yang ingin memisahkan adiknya dari Wei? Mengapa sekarang dia yang harus menanggung akibatnya?Dibenci tidak hanya oleh Ara tapi juga oleh calon keponakannya yang belum lahir.Di kantor, Wei tampak menatap ke luar jendela sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.Ini baru sebulan, tapi rasanya seperti se abad. Wei tidak henti berdoa agar istrinya benar-benar hamil. Ha

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 185. Tersenyum Menggemaskan

    Wuzini terdiam, setahun memang bukan waktu yang lama untuk sebuah restu, tapi masalahnya apakah keduanya tidak akan terpikat pada orang lain selama waktu yang ditentukan itu?"Mereka meminta aku dan Ara berpisah selama setahun. JIka selama setahun itu perasaan kami tidak berubah, barulah mereka akan kembali merestui hubungan kami.""Apakah kamu yakin kalau kamu dan istrimu akan bisa menjaga kesetiaan masing-masing selama satu tahun itu?" tanya Wuzini tidak yakin."Yakin."Wuzini hanya menghela napas panjang melihat tekad anak laki-lakinya untuk mendapatkan restu dari keluarga istrinya kembali. Dia hanya menepuk bahu Wei sebelum mengajak anaknya itu masuk ke dalam kantor untuk membahas masalah pekerjaan.Ara dan Arga masuk ke dalam rumah tanpa banyak bicara. Ara masih marah karena kakaknya mengajukan syarat yang begitu sulit untuknya dan Wei. Satu tahun bukanlah waktu yang sebentar, bagaimana kalau suaminya itu malah jatuh cinta pada wanita lain dan benar-benar menceraikannya?Arga me

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 184. Syarat Mendapat Restu

    Arga menyerbu masuk ke dalam kantor Wei tanpa basa basi. Dia langsung menuju Wei dan ingin menghajarnya namun, di halangi oleh Ara."Minggir!" kata Arga sambil mendelik marah ke arah adiknya."Tidak, kakak tidak boleh memukulnya!" Kata Ara keras kepala menatap kakaknya yang sedang marah."Kamu tidak tahu malu berlindung pada perempuan!" kata Arga sambil menunjuk Wei yang ada di belakang Ara." ... " Wei tidak tahu harus berkata apa untuk menjawab kata-kata Arga. Bukannya dia tidak mau berhadapan dengan kakak iparnya, tapi Ara sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk maju. Wei takut jika dia memaksa maju maka Ara akan marah kepadanya.Baginya lebih baik membiarkan Arga marah dari pada Ara yang marah kepadanya."Dia suamiku, tidak ada salahnya aku melindunginya!" kata Ara seperti induk ayam yang menjaga anak-anaknya."Tapi aku kakakmu!""Tapi kamu mau menyakiti suamiku!""Itu karena kamu!""Tidak, itu bukan karena aku, tapi karena keegoisanmu sendiri ... kamu tahu betul bagaimana

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 183. Algojo  

    "Kita baru berpisah tadi malam," kata Ara tidak tahu apakah harus menangis atau tertawa mendengar kata-kata Wei."Tapi buatku itu seperti sudah lama sekali," kata Wei mengerucutkan bibirnya sedih.Kebiasaan itu benar-benar buruk. Dia telah terbiasa tidur dengan istrinya, hingga ketika Ara pergi, Wei benar-benar tidak bisa tidur sampai pagi. Anehnya sampai detik ini juga matanya benar-benar cerah dan sama sekali tidak mengantuk. "Matamu ada lingkaran hitamnya, apakah tadi malam kamu tidak tidur nyenyak?" tanya Ara sambil melihat ke arah mata Wei."Aku tidak bisa tidur tanpamu," jawab Wei lebih seperti keluhan."Bagaimana kalau kamu istirahat sekarang?""Apakah kamu akan menemani aku?""Ya.""Oke," kata Wei sambil membopong tubuh istrinya masuk ke dalam kamar tempatnya biasa tidur jika bekerja lembur di kantor.Setelah membaringkan Ara, Wei juga naik ke atas kasur dan membaringkan dirinya di sebelah Ara."Mengapa kamu masih belum tidur?" tanya Ara setelah beberapa waktu berlalu Wei mas

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 182. Sangat Merindukan 

    Pagi yang cerah. Namun, suasana di perusahaan milik Wei malah terlihat suram. Semua karyawan dan staf di perusahaan itu tampak tertekan karena suasana hati sang bos sepertinya sedang tidak baik-baik saja.Tidak boleh ada kesalahan sedikitpun. Bahkan salah tanda koma dalam berkas yang akan di tanda tangani oleh Wei pun bisa membuatnya ngamuk. Joy hanya meringis ketika para staf mengeluh dan menanyakan ada apa sebenarnya dengan bos mereka. Tidak biasanya Wei bersikap seperti saat ini. Mereka benar-benar merasa tersiksa dan tertekan menghadapi sikap Wei yang tidak seperti biasanya itu."Mungkinkah Bos kita itu salah makan?" tanya salah satu staf kepada Joy."Jangan menduga yang aneh-aneh! Kerjakan saja tugas kalian dengan baik agar tidak dimarahi lagi," kata Joy sambil berlalu dari hadapan semua staf yang menemuinya.Joy sendiri tidak berani menanyakan langsung kepada Wei, apa yang menjadi masalah sebenarnya hingga dia menunjukkan sikap seperti itu."Mungkin nyonya Ara tahu apa yang s

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 181. Perpisahan 

    "Ehm ... tidakkah sebaiknya kita tanyakan saja kepada Ara, apakah dia ingin pulang mengikuti kalian atau tetap di sini?" Wuzini yang sejak awal bersikap pasif mulai mengeluarkan suaranya.Semua tatapan mata langsung tertuju kepada Ara. "Kamu harus ikut kami pulang. Papa menunggumu di rumah, dia sedang tidak sehat," kata Arga dengan nada tidak ingin di tolak."Kamu memaksanya," geram Wei."Kamu benar, aku memaksanya!""Kamu ... kamu ...."Wei merasa seperti tercekik dan tidak bisa berkata-kata ketika mendengar pengakuan Arga yang blak-blakan."Papa sakit apa, Kak?" tanya Ara mulai merasa cemas."Kamu akan tahu jika kamu pulang," jawab Arga datar.Dia tidak ingin memberitahukan kepada Ara kalau papanya hanya terserang flu biasa. Jika Ara tahu tentu saja adiknya ini tidak akan mau pulang ke rumah mereka saat ini juga. Adapun mengapa papanya tidak mau ikut adalah karena papanya sudah terlalu kesal dengan Wei dan keluarganya.Sejak berita kematian putrinya, Reza memang selalu menghindar

DMCA.com Protection Status