Ally berhenti sejenak, air matanya mengalir saat dia mengatakan kepada Bella, "Kamu ingin melihat si kecil, ‘kan? Aku akan menemani kamu." Dengan hati-hati, ia membantu Bella duduk di kursi roda dan bersama-sama mereka menuju ke kamar bayi. Di sana, bayi yang baru lahir terbaring di dalam inkubator, tubuh kecilnya sedikit lebih besar daripada sebelumnya, kini berjuang dan terlihat lebih baik. Saat mereka mendekat, mata bayi itu bergerak-gerak membuka, seolah ingin melihat wajah Bella. Tangan dan kaki kecilnya bergerak lembut.Bella terisak, "Anakku ..." kesedihan membanjiri hatinya. Kemudian, dengan suara terbata-bata, dia bertanya kepada Ally, "Anakku yang lain, di mana dia?" Tangan Bella gemetar saat ia memegang Ally, "Seseorang menabrakku dengan sengaja dan membawa bayiku. Aku melihatnya, meski hanya dari belakang. Siapa dia? Kenapa dia tega sekali?"Ally terdiam, tak tahu harus menjawab apa atau bagaimana menghibur Bella yang penuh duka. Bella terlihat begitu rapuh. Dia terbangun
Sang kepala pelayan yang terkejut segera memberikan perintah untuk menyelamatkan Den Matthew. Dia sendiri tanpa ragu melompat ke kolam, dibantu oleh para pengawal, untuk menolong Matthew yang tergelepar di dalam air. Meskipun air kolam memiliki suhu yang tetap, tapi karena ini adalah pertengahan musim dingin, air tersebut masih terasa sangat dingin. Terlebih lagi, begitu keluar dari kolam, hembusan angin dingin seolah menusuk sampai ke tulang.Pada saat itu, Alex kembali dan terkejut menemukan putranya dalam kondisi tersebut. Dia langsung cemberut bertanya, "Ada apa ini?"Matthew hanya bisa menggigil sambil memberikan tatapan sinis dan angkuh pada Alex. Pengurus rumah tangga itu menjelaskan dengan tergesa-gesa bahwa Matthew nekat ingin keluar dan ketika dicegah, malah melompat ke kolam.Alex tidak banyak bicara. Dia mengambil Matthew dari pengurus dan membawanya ke kamar untuk mandi air hangat, kemudian mengganti pakaian anak itu dengan yang kering dan hangat. Sambil melihat anaknya
Alex tenggelam dalam kegembiraan yang luar biasa. Antusiasmenya memuncak, tak sabar untuk bertemu dengan Zoe dan membawanya kembali ke pelukannya. Saat ia asyik membalik halaman majalah, tatapannya terhenti pada serangkaian foto wanita yang berpose dalam berbagai outfit, menarik perhatiannya. Lalu, Alex terkejut menyadari pria yang berpose bersama wanita itu—itu Jerry! Tiba-tiba, semangat yang menggelora dalam diri Alex berubah menjadi dingin, matanya yang gelap berubah tajam dan menyeramkan, seolah suhu ruangan turun drastis, dan atmosfer menjadi menegangkan. Ada amarah yang membuncah dari dalam dirinya.Sebuah sumpah serapah terlepas dari bibirnya. Semua orang yang dia kira telah tiada dalam kebakaran empat tahun silam ternyata masih hidup. Alex mulai mencurigai bahwa kebakaran itu mungkin adalah perbuatan Jerry, sebuah skenario untuk membuat Alex percaya bahwa Bella, wanitanya, sudah meninggal. Selama empat tahun, Alex terpuruk dalam kesedihan mendalam, sempat berpikir untuk meng
Setelah kembali ke Frazo bersama Jerry, Ally menemukan fakta mengejutkan bahwa Bella, yang selama ini dia kira sebagai saudara kembarnya, ternyata bukanlah keluarganya. Jerry terbuka dan menjelaskan kepadanya bahwa Bella hanya berpura-pura menjadi saudara kembarnya untuk membantu Ally mendapatkan perawatan medis di Frazo. Ally tak bisa menyembunyikan kebingungannya, "Jadi, Bella bukan saudara kandungku?Tapi kenapa dia mirip sekali denganku? Aku bahkan benar-benar menyayanginya seperti adik sendiri!"Jerry dengan tegas menggeleng, "Nggak, Bella bukan saudara kembarmu. Dia punya keluarga sendiri. Kalian hanya secara kebetulan mirip."Meski demikian, itu semua tidak mengubah rasa sayang Ally terhadap Bella—dalam hati, dia tetap menganggap Bella adalah keluarganya.Informasi tentang hubungan masa lalu Bella dan Alex membuat Ally mempertimbangkan langkah yang tidak terduga, “Kalau begitu, aku malah harus bergabung dengan Lee Group.”Walaupun memiliki wajah yang tampak tenang dan lembut, Al
Abby meraih majalah yang dipegang Sabrina dengan mata terbelalak, "Itu Bella! Mustahil dia kakakku!"Tracy terlihat terkejut saat dia memperhatikan lebih dekat gadis yang tercetak di majalah di tangan Sabrina. "Bella!" ucapnya.Memanfaatkan momen tersebut, Abby berkata kepada orang tuanya, "Kalian mendengar itu, ‘kan?" Dia bergegas menyampaikan argumennya, "Perempuan di majalah ini bukan kakakku. Mustahil dia kakakku!"Namun, di lubuk hati Kayne dan Sabrina, mereka yakin bahwa gadis di majalah itu adalah Ally, putri mereka yang telah lama menghilang. "Abby, cukup berhenti bertingkah konyol!" Kayne berkata dengan tegas, mengingatkan Abby, "Itu adalah kakakmu, Papa dan Mama nggak mungkin salah."Abby menolak, "Tapi, dia bukan kakakku!" Abby berusaha keras untuk menyangkal bahwa sosok di majalah itu adalah Ally, berupaya menghalangi orang tuanya untuk bertemu dengan wanita bernama Zoe di majalah tersebut. "Pa, Ma, kalian nggak ingat? Bella itu mirip kakak, bahkan mirip dengan aku juga .
Hari itu, Bella merasa terhimpit dengan pertanyaan yang tidak bisa dia jawab. Bagaimana dia bisa menjelaskan kepada Benny tentang kejadian-kejadian yang telah dilaluinya? Bagaimana cara mengatakan padanya bahwa ia tidak pernah pulang, dan alasannya mereka tidak pernah bisa dihubungi selama bertahun-tahun.Namun, sebelum Bella bisa berkata apa-apa, Benny dengan cepat menyela, "Ah, sudah lah. Nggak perlu diungkit lagi. Pasti ada alasan kuat kenapa kakak nggak bisa pulang. Yang penting sekarang kakak masih hidup dan sehat, itu sudah lebih dari cukup!"Benny kemudian membawa Bella ke rumah baru yang Tracy beli di suatu kawasan elit. Bella hanya bisa mengerutkan kening saat melihat betapa mewah dan lengkapnya rumah tersebut. "Mama sekarang di mana?" tanyanya penasaran. "Kok bisa Mama mendadak kaya dan memiliki rumah semewah ini? Dia ...?"Bella menduga bahwa Tracy mungkin telah bertemu dengan seorang pria kaya raya, yang membuatnya bisa hidup dalam kemewahan. Tapi kenyataannya lain. "Mama
Bella bertanya, "Bukannya Mama yang kasih tahu Abby tentang rencanaku untuk pergi, bantu dia untuk membunuhku?""Gimana mungkin dia kasih Mama begitu banyak uang kalau bukan karena itu?"Tracy diam. Dia sama sekali tidak bisa menjelaskan mengapa Abby memberinya begitu banyak uang. Dia juga tidak ingin menjelaskan!Karena, dibandingkan dengan membuka kebenaran terbesar yang Tracy sembunyikan, lebih baik Bella mengira bahwa semua yang dia lakukan hanyalah demi uang."Terserah apa yang kamu pikir!"Tracy tak peduli, tapi dengan tegas berkata, "Apa yang nggak pernah aku lakukan, ya itu memang nggak pernah aku lakukan!"Hati Bella membeku. Dia merasa seperti berada di dalam gua es dan tubuhnya terendam dalam air es. Begitu dingin hingga tubuhnya menggigil, hatinya seolah-olah juga membeku."Mama menjualku sekali, mencoba membunuhku sekali.""Aku ini anak yang Mama lahirkan, yang Mama besarkan dari kecil, ‘kan?""Tapi sejak aku masih sangat kecil, Mama nggak pernah kayak ibu dari teman-teman
Tracy dengan panik mendekati Abby, "Non, nggak apa-apa? Luka, nggak?""Tenang saja, aku nggak apa-apa," jawab Abby.Dengan tatapan yang intens, Abby berkata kepada Tracy, "Bantu aku! Wanita itu harus kita habisi!"Tracy terdiam, suaranya pelan, "Jangan, lah. Ini rumahku. Kalau dia mati di sini dan ketahuan polisi, kita berabe ....""Takut apa, sih?" potong Abby dengan mata yang bersinar tajam, "Dia nggak boleh hidup melewati hari ini!"Dengan mata yang terbakar kemarahan, Abby bangkit dan sekali lagi meraih pisau buahnya, berlari ke arah Bella.Pada saat itu juga, Benny menyadari ada kegaduhan dari luar. Ia bergegas membuka pintu dan terkejut melihat Abby bersenjatakan pisau hendak menyerang Bella."Berhenti! Jangan sakiti Kakak!" Benny berteriak sambil melindungi Bella.Tracy berteriak panik, "Non, berhenti! Jangan sampai Benny terluka!"Abby menatap Benny, "Minggir!"Namun, Benny tetap teguh di tempatnya.Dia bersikeras tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti kakaknya.Dalam ketega