“Apa Ian sama sekali tidak mengkhawatirkan aku?” Lisa mulai gelisah. Ia merasakan denyut jantungnya semakin cepat, cemas dan tidak sabar. Sebagai wanita, ia yakin bahwa dirinya harus tampil anggun dan tidak terlalu agresif. Oleh karena itu, dia memilih untuk memegang erat ponselnya, menahan diri untuk tidak mengirim pesan kepada Ian, menunggu dengan sabar agar Ian lebih dulu menghubunginya.Lisa sangat menyadari posisinya sebagai artis wanita nomor satu di Golden Entertainment dan menjadi pusat perhatian perusahaan untuk dibina. Ia tahu, jika gosip yang beredar luas di dunia maya semakin membesar, perusahaan pasti akan memberinya tekanan. Bahkan, Ian pun bisa saja mendapat tekanan juga dari Golden Entertainment. Bagaimanapun juga, Golden Entertainment adalah perusahaan manajemen artis yang cukup besar. Namun, malam ini, yang menghantui pikirannya bukanlah karirnya, melainkan Ian. "Apakah Ian membenciku?" pertanyaan itu berputar-putar di kepala Lisa, membuat matanya semakin meredup. L
“Lisa sayang, mengapa kamu dan Alicia makan di kedai milik Ian?” Naura, manajer Lisa, memegang tangan Lisa dan berkata dengan serius. “Sekarang, kebersamaan kalian sewaktu SMA telah diketahui banyak orang. Jika mereka tahu bahwa kamu sering makan di sana pada malam hari dan hanya berdua saja, aku tidak bisa membayangkan apa yang para penggemar fanatikmu akan lakukan …”Sebagai manajer Lisa, sudah menjadi tugas Naura untuk mencegah hal seperti ini terjadi. Akibat kejadian ini, Bos Golden Entertainment sempat memarahinya. Untungnya, masalah ini masih dapat diatasi. Jika sampai kabar mengenai seringnya Lisa mengunjungi kedai Ian di malam hari tersebar, Naura sudah pasti akan dipecat dari posisinya sebagai manajer.“Tenang saja nyaa~, ini bukan masalah yang besar …” Lisa tersenyum manis dan membuat gerakan imut seperti kucing.“Lisa, ini masalah yang besar!” tegas Naura.Lisa duduk sambil meregangkan badannya di sofa, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang anggun. Ia memandang Naura dan berta
Dalam ruang kerja yang sunyi, seorang pria tua berambut salju sedang tenggelam dalam dunia maya, menelusuri jejak digital Ian dan Lisa. Rambutnya tampak berkilauan, seolah-olah berpendar di bawah cahaya lampu ruangan. Foto-foto yang beredar di internet itu seolah menampar wajahnya, membawa luka lama kembali menganga.Lalu, tiba-tiba saja, sebuah ledakan emosi meledak dari dalam dirinya. Dengan gerakan yang kuat dan penuh amarah, pria tua itu membanting meja kerjanya. Suara gemuruh itu seolah menjadi simbol dari amarah dan kebencian yang membara dalam dirinya. Air mata mulai mengalir deras, membasahi pipi keriputnya, menciptakan sungai kecil yang penuh dengan kesedihan dan penyesalan."Christopher..." bisiknya lembut, suaranya penuh dengan kerinduan dan penyesalan.Dalam keheningan ruangan, suara bisikan itu terdengar begitu jelas, seolah menjadi jeritan hati yang tak mampu disampaikan dengan kata-kata. "Aku akan membalaskan dendammu, Chritopher … akan kubuat Ian merasakan apa yang tel
Perlahan, kesadaran Nolan mulai kembali. Dia terbangun dan segera menyadari bahwa dia terikat erat di kursi di ruang kerjanya. Matanya melebar, mencerminkan kebingungan dan ketidakpercayaan, saat ia mencoba merangkai potongan-potongan kenangan tentang apa yang baru saja terjadi. "Apa yang terjadi? Apakah semua yang aku lihat tadi hanyalah khayalan?" gumam Nolan dengan suara yang bergetar, mencerminkan rasa takut yang menggelayutinya. "Bagaimana, apakah kamu terhibur dengan drama tadi, Nolan?" Tiba-tiba, sosok bayangan muncul dari kegelapan, seperti hantu yang muncul dari alam lain. Dalam kegelapan yang mencekam, sosok itu terungkap sebagai Ian. Senyumnya yang misterius dan mengejek terpampang di wajahnya, seolah-olah ia adalah dalang dari semua kekacauan ini.Nolan merasa seakan-akan dirinya ditampar oleh kenyataan. Rasa takut yang sebelumnya melanda hatinya berubah menjadi amarah yang membara. "Ian! Kamu memang brengsek! Semua hantu tadi pasti adalah orang-orang yang kau bayar untuk
“Aku hanya punya satu perintah padamu Nolan … kelola baik-baik Gray Technology Corporation,” ucap Ian, matanya menatap Nolan dengan tatapan tajam yang tak bisa ditolak. Suasana ruangan berubah menjadi tegang, seolah udara di sekitar mereka menjadi lebih berat. "Mulai sekarang, aku adalah CEO baru perusahaan ini, dan kamu adalah wakilnya. Apakah kamu mengerti?"Nolan menggertakkan giginya, enggan melakukan hal tersebut. Tetapi, ketika pikiran untuk memberontak muncul, sebuah rasa sakit mendadak menyerang dadanya. Nolan merasakan seolah ada belenggu yang mencekik jantungnya, memaksa ia untuk tunduk. Akhirnya, dengan suara serak dan penuh keenggaann, ia menjawab, “Saya paham, Tuan Ian …”Begitu kata-kata tersebut keluar, seakan ada rantai pengekang yang telah dilepaskan, rasa sakit di dadanya mereda. Nolan merasa seolah pelajaran pahit ini telah mengekang pikiran-pikirannya yang liar, ia tidak berani lagi untuk memberontak. Kini, Nolan hanya bisa pasrah, menjadi pelayan setia yang selalu
“Apa taruhannya?” Lisa memandang Ian, penasaran dengan apa yang direncakannya.“Jika kamu kalah, kamu harus menciumku. Kalau aku yang kalah, aku akan memasakkanmu ikan bakar setiap hari gratis! Bagaiman, berani bertaruh denganku?” tantang Ian sambil tersenyum.“Dasar Ian bodoh! Siapa yang ingin menciummu?!” Lisa berkata dengan wajah merah, “Tapi aku tidak akan mundur! Aku terima taruhannya!” “Sudah aku duga, dengan iming-iming ikan bakar, kamu pasti tidak akan menolak taruhan ini.” Senyuman di wajah Ian melebar, membuat Lisa curiga akan kepercayaan diri Ian.Tak lama kemudian, suara beberapa derap langkah kaki terdengar mengisi kesunyian malam. Mereka berjalan bersama menuju kedai Ian sambil terus merekam menggunakan ponsel. Sepertinya mereka sedang melakukan Livestreaming dan ingin menunjukkan kedai milik Ian pada para penontonnya.“Ssst! Ada beberapa yang menuju ke sini,” bisik Ian.Lisa menatap Ian sedikit tegang. “Apa yang harus kita lakukan?”Jika mereka terekam dalam Livestream
Semakin jauh mereka pergi, Lisa semakin bingung. Ini benar-benar berbeda dari apa yang ia bayangkan. Rumah manapun yang mereka lewati memiliki ukuran yang sangat besar dan mewah. Lingkungan, keamanan, dan suasana di sini adalah yang terbaik di matanya. Bahkan Lisa sendiri ragu bisa membeli rumah di sini dengan pendapatannya sekarang.Lisa kembali memikirkan kembali perkataan Ian sebelumnya. ‘Mungkinkah Ian benar-benar tinggal di rumah mewah dalam perumahan ini?’‘Sial, bukankah jika aku kalah taruhan, aku harus menciumnya?’ Mata Lisa terbelalak begitu ia mengingat taruhannya dengan Ian. ‘Tidak! Aku tidak akan membiarkan Ian mengambil keuntungan dariku!’“Ini adalah Kluster Danau Angsa. Di sini, ruang terbuka hijau ada di mana-mana, dan keamana juga aangat baik. Harga properti di Kluster ini lebih mahal dari Kluster lainnya. Aku cukup beruntung bisa memiliki rumah kecil di Kluster ini yang bisa aku tinggali.” Ian memberi Lisa penjelasan mengenai Kluster yang mereka masuki. “itulah alas
Ian memejamkan mata, hatinya dipenuhi antisipasi. ‘Apakah Lisa benar-benar akan menciumku?’Sementara Lisa, ia sangat gugup. Lisa belum pernah melakukan kontak intim dengan pria manapun, baik dalam film maupun kehidupan pribadinya. Bisa dibilang, Ini mungkin ciuman pertamanya.Lisa mengangkat matanya yang indah dan mengerahkan keberaniannya. Jantungnya semakin berdebar kencang saat dia mencondongkan tubuh ke depan dan perlahan mendekati Ian.Ketika wajah Lisa semakin dekat, Ian mendadak membuka matanya menatap mata indah Lisa. Hal ini membuat wajah Lisa memerah. Sebelum Lisa sempat bereaksi lebih lanjut, Ian dengan lembut mencium keningnya. Aroma manis tercium di hidungnya, dan sensasi hangat menjalar ke hatinya.“Aku akan membuatkan makan malam untukmu. Apa yang ingin kamu makan?” Ian memandang wanita cantik di depannya dan bertanya dengan lembut.“Apa saja boleh …” Lisa menganggukan kepalanya dengan ekspresi kosong penuh ketertegunan.“Oke, tunggu sebentar,” senyum Ian seraya beranj