Setelah Ian mengirim Lisa dan Alicia pergi, ia langsung memposting di sosial medianya bahwa untuk sementara waktu, Ian tidak akan pergi ke kedainya, dan menyerahkan semuanya pada Kakek Sugiono.Ada lebih dari seribu komentar di Sosial Media yang mengungkapkan penyesalan mereka. Yang terpenting sekarang adalah membuat naskah yang cocok untuk Lisa. Selain itu, Ian juga sudah melihat sebuah trending topic di media sosial hari ini, di mana sebuah perusahaan kosmetik telah memutus kontrak kerjanya dengan Lisa, dan mengontrak artis lainnya.Meski dampaknya tidak besar, tapi Ian masih merasa ada yang tidak beres. Ian sebenarnya tidak ingin terlihat menonjol. Tapi keadaan Lisa sekarang membuat Ian tidak bisa tinggal diam. Ia tahu dirinya harus lebih menonjol agar bisa menolongnya.Menjadi artis seperti yang Xavier tawarkan bukanlah sebuah opsi yang Ian ingin ambil. Hal tersebut tidak akan banyak membantu Lisa. “Aku harus menulis naskah yang bagus untuknya!”“Tapi itu saja tidak cukup. Untuk
Meskipun orang-orang yang hadir pada jamuan makan tersebut, termasuk PT. Dinamika Teknologi Indonesia, semuanya berasal dari perusahaan yang memiliki nilai pasar lebih dari 500 miliar rupiah, dan bahkan ada yang mencapai lebih dari satu triliun rupiah, namun hampir mustahil bagi mereka untuk menghasilkan uang tunai sebesar 55 miliar dengan cepat. Bagi perusahaan besar, dana liquid itu sangat susah didapat. Kebanyakan dari mereka, memiliki nilai besar berdasarkan aset dan produk, yang jelas-jelas tidak liquid.Maka dari itu, ketika mereka tahu Ian dapat membeli 10 lantai di Galaxy Tower secara kontan tanpa cicilan, mereka menganggap kekuatan dan status Ian sudah jauh melebihi mereka. Faktanya, total nilai aset yang Ian miliki berjumlah hampir satu triliun rupiah. Ian masih sangat muda, tapi dia memiliki prestasi seperti itu.Di bawah kepemimpinan Jean, bos besar PT. Dinamika Teknologi Indonesia, yang juga mengadakan pesta jamuan makan malam ini, datang ke sisi Ian.“Malam Pak Ian, sena
“Wow, aku tidak menyangka kamu tahu cara menulis naskah, kamu sungguh luar biasa,” ucap Yulianto penuh kekaguman. “Tidak perlu khawatir, kamu bertanya pada orang yang tepat. Hal pertama dan terpenting dari sebuah naskah adalah hak cipta. Kamu harus mendaftarkan hak cipta atas naskahmu terlebih dahulu. Jika tidak, rumah produksi bisa saja mencuri idemu.”“Lalu yang kedua adalah channel. Tanpa adanya channel, rumah produksi tidak akan membaca naskah yang kamu kirimkan, kecuali kamu punya nama besar, atau karyamu sudah sangat terkenal. Kebetulan, aku mengenal beberapa rumah produksi, jadi aku bisa memperkenalkanmu pada mereka. Aku merekomendasikan tiga perusahaan, yaitu Golden Entertainment, Jaya Entertainment, dan IndoFlix Media,” jelas Yulianto seraya terus tersenyum.“Oke, terima kasih atas penjelasannya. Kalau begitu, aku akan sedikit merepotkanmu setelah mendaftarkan hak ciptanya,” senyum Ian.Dari tiga perusahaan yang direkomendasikan Yulianto, kebetulan Lisa bekerja di Golden Ente
~Satu Jam Sebelumnya~Di sebuah rumah makan besar yang terlihat sepi, seorang wanita dengan kacamata tebal duduk di hadapan Chef Ronald, yang juga merupakan kepala dan manajer restoran tersebut. Wajah wanita itu terlihat cemas saat ia memberikan laporan."Maaf Chef Ronald, pendapatan kita bulan ini semakin menurun. Jika situasinya terus seperti ini, restoran kita akan menghadapi kebangkrutan dalam tiga bulan!" ucap wanita tersebut dengan nada khawatir.Chef Ronald merasakan kemarahan memuncak di dalam dirinya. Dengan penuh amarah, ia menggebrak meja dapur dengan keras. "Brengsek!" serunya. "Semua ini karena kedai Si Tampan! Mereka hanya menjual tampang pemiliknya saja. Aku yakin makanan di sana biasa-biasa saja."Rasa takut dan keputusasaan mulai menghampiri Chef Ronald. Ia merasa tidak boleh kalah dari kedai kecil seperti itu. Pikirannya dipenuhi dengan ancaman dari Bos besar yang bisa membunuhnya jika restoran ini sampai tutup. Ronald menggertakkan giginya dengan kuat, menunjukkan te
“Apa?! Kau meragukan kredibilitasku?” Ronald sedikit kesal. Ia bahkan ingin memerintahkan kelima preman yang dibawanya untuk menghajar Ian. Namun, ia menahan semua itu karena sedang berada di depan umum.“Itu benar.” Ian mengangkat bahunya. “Aku tidak mengenalmu, aku tidak tahu bagaimana sifat aslimu. Jadi, agar lebih adil, biarkan aku mengundang seorang livestreamer sebagai juri. Jadi, akan ada dua juri dalam pertandingan ini, bagaimana?”“Oke, siapa takut? Aku menerima syaratmu. Kita mulai pertandingan kita jam 12 siang nanti. Aku harap kamu tidak lari.” Setelah berkata seperti itu, Ronald pergi bersama kelima preman yang dibawanya.Perlahan, kegaduhan mulai menyeruak. “Wow, ini berita besar! Ian akan bertanding dengan Chef Ronald!”“Meski Chef Ronald kali ini agak keterlaluan, tapi aku menantikan pertandingan mereka!”“Aku yakin Ian pasti menang. Dia jauh lebih tampan dari Chef Ronald!”“Benar, aku yakin Ian lah pemenangnya. Ketampanan adalah keadilan!”Ian tersenyum pada para pela
Dengan penuh antusiasme, Jesslyn dan Rinrin mencicipi Coq au Vin buatan Chef Ronald. Mereka mengiris ayam dalam pring secara bergantian, lalu memasukkan sendok ke dalam mulut mereka dan seketika itu juga, ekspresi mereka berubah menjadi penuh kekaguman."Mmmmm ... Ini luar biasa!" seru Jesslyn dengan mata yang berbinar. "Rasa ayam yang lembut dan empuk, disertai dengan saus anggur merah yang kaya dan sedikit manis. Sungguh kombinasi yang sempurna!"Rinrin mengangguk setuju sambil tersenyum lebar. "Benar sekali, Jesslyn! Rasanya begitu lezat dan menggugah selera. Chef Ronald benar-benar menguasai teknik memasaknya dengan baik. Aku bisa merasakan dedikasinya yang tinggi, dan juga pengalamannya yang begitu kaya, sehingga bisa menelurkan sebuah karya selezat ini."Puas dengan karya makanan buatan Chef Ronald, kini giliiran Jesslyn dan Rinrin untuk mencicipi Coq au Vin buatan Ian. Ketika potongan daging ayam yang lembut menyentuh lidah Jesslyn dan Rinrin, dunia seolah berubah menjadi sebu
Ian terkejut saat membuka mayanya. Ia menemukan dirinya berada di tempat yang asing dan gelap. Ia meraba-raba sekelilingnya, mencoba mencari tahu di mana dirinya berada. Lorong itu sangat gelap, hanya ada sedikit cahaya yang masuk melalui jendela yang retak. Suasana yang mencekam dan misterius membuat bulu kuduknya sedikit merinding. "Dimana ini?" gumam Ian penuh pertanyaan. "Bukankah aku tadi sedang tidur di rumah?"Tapi tidak ada jawaban yang datang. Hanya keheningan yang menyelimuti ruangan itu. Ian mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya, tetapi ingatannya terasa kabur dan samar. Ia merasa seperti ada sesuatu yang hilang dalam pikirannya.Ketika Ian mencoba untuk tenang dan menganalisis situasi, suara derap langkah kaki tiba-tiba terdengar dari lorong belakang. Suara itu semakin mendekat dan semakin keras. Hati Ian berdegup kencang, dan dia merasa adrenalin mengalir dalam tubuhnya.Hal ini membuat Ian merasa aneh. ‘Mengapa aku ketakutan? Aku yang biasanya, tidak akan takut
Ian terus berpikir sambil berlari, mencoba mencari jawaban dan solusi untuk mengakhiri mimpi ini. Ia merasa bahwa ada sesuatu yang harus ia temukan atau lakukan agar bisa terbangun dari mimpi ini yang terasa begitu nyata."Mungkinkah jika aku menyakiti diriku sendiri, maka aku bisa bangun?" pikir Ian. Dengan tekad yang kuat, Ian memukul dirinya sendiri dengan keras, berharap bisa terbangun dari mimpi ini. Namun, tidak ada perubahan yang terjadi. Ia masih berada di dalam gedung yang gelap dan mencekam. Bahkan, rasa sakit yang ia rasakan terasa begitu nyata, seolah-olah menegaskan bahwa ini bukan hanya mimpi biasa, melainkan kenyataan."Tunggu! Kalau ini memang mimpiku, seharusnya aku bisa sedikit memanipulasinya kan?" pikir Ian. Dengan pikiran tersebut, Ian menghentikan lajunya. Ia menutup matanya penuh konsentrasi, mencoba membayangkan sebuah pisau pemotong daging berbilah kristal hijau. Tak lama kemudian, pisau yang ada dalam bayangan Ian tersebut muncul di tangannya.Pada saat yang
"Zeus, kali ini aku akan membunuhmu!” teriak Ian penuh keyakinan. Zeus menatap Ian dengan mata yang memancarkan cahaya keemasan. Di baliknya, ada kekuatan yang mengguncang alam semesta. Ian merasakan getaran itu, seolah langit dan bumi bergetar dalam irama yang tak terduga. “Jangan terlalu yakin dulu, Ian! Aku masih punya kartu As yang bahkan belum aku gunakan saat melawan Ryan!” ujar Zeus dengan tenang. Suaranya seperti guntur yang merayap di udara, menggema di telinga Ian. Hal ini tentu mengagetkan Ryan, yang semenjak tadi telah bertarung secara seimbang dengan Zeus. “Maksudmu, kamu tadi belum benar-benar serius?” Ryan menatap Zeus dengan pandangan campuran antara kagum dan ketidakpercayaan. Zeus hanya tersenyum, namun senyuman itu seakan menunjukkan konfirmasinya. “Mode Dewa: Petir Surgawi!” serunya. Cahaya keemasan di matanya semakin terang, dan angin berputar di sekitarnya. Ian merasa seolah berada di pusat badai. Petir tiba-tiba menyambar entah dari mana, dan mengenai tubuh
Balor menatap Ian dengan mata yang penuh tekad. "Aku akan mengembalikan Otoritas yang telah kucuri dari Hades." Sebuah cahaya keemasan muncul dari tengah dahi Balor, terbang dan merasuk ke kepala Ian.Ian merasakan sesuatu yang kembali padanya, kekuatannya mendekati sempurna. "Ini?" tanyanya, terkejut."Ya," jawab Balor dengan suara yang semakin lemah. "Dengan ini, Jalan Asura telah kembali pada penguasa samsara." Ia menoleh ke arah Verethragna. "Hei, cepat beri Ian senjatamu!"Verethragna tertawa. "Chill bro~" ucapnya. "Ian, aku memang tidak bisa mengembalikan Otoritas Jalan Deva, tapi aku bisa memberimu sebuah senjata terkuat yang dapat membunuh apapun."Verethragna memejamkan matanya, menciptakan senjata yang sesuai dengan bayangannya. Dari ruang kosong di depannya, cahaya emas menyeruak. Cahaya itu membentuk bilah dan gagang pedang.Pedang itu memiliki bilah panjang dan tajam, terbuat dari baja legendaris yang sudah tidak ada lagi di
Ketika pil itu meluncur melewati kerongkongan Ian, tiba-tiba tubuhnya diselimuti oleh api hijau. Namun, anehnya, api itu tidaklah panas; sebaliknya, ia merasa hangat dan nyaman. Luka-luka di tubuhnya sembuh dengan cepat, bahkan lebih dari yang efek kemampuan Healing Factor miliknya."Inikah kekuatan yang aku dapatkan dari pil NTZ?" gumam Ian, memandangi kedua tangannya dengan keterkejutan.Namun, suara tajam membuyarkan lamunan Ian. "Tentu saja tidak, bodoh!" ujar sosok yang muncul dari atas langit. "Itu adalah kekuatan dari Api Lotus Hijau milikku."Sosok itu turun perlahan, sayap-sayapnya yang berjumlah dua belas terbentang dengan megah. Setiap sayapnya memiliki warna yang berbeda, mereka semua terbuat dari berbagai macam Api Surgawi."Ian Herlambang," kata sosok itu dengan nada dingin, "aku tak menyangka kamu telah mencapai ranah Celestial. Namun, aku melihat bahwa ini bukanlah pencapaianmu sendiri. Ranah kultivasimu masih belum stabil. Beristi
Gelombang kejut dari benturan kekuatan yang dahsyat itu merambat dengan cepat, mengguncang bumi dan langit. Bumi bergetar, seakan-akan planet ini menahan nafas terakhirnya. Di kota-kota besar Indonesia, gedung-gedung menjulang seperti pohon-pohon raksasa yang terguncang oleh badai. Kaca-kaca jendela pecah, mengirimkan serpihan tajam ke jalanan yang berubah menjadi medan perang. Teriakan panik memenuhi udara, menciptakan simfoni ketakutan yang menggema di antara reruntuhan.Di wilayah pesisir, air laut mengundur sejenak, mengejar takdirnya yang tak terhindarkan. Lalu, ombak raksasa muncul, menggulung daratan dengan amarah yang tak terkendali. Tsunami itu menghancurkan segala yang ada di jalurnya: kapal-kapal terangkat dan terhempas ke darat, rumah-rumah luluh lantak, dan manusia berlarian tanpa arah, berusaha menyelamatkan diri dari amukan alam yang tak terbendung. Mata mereka dipenuhi ketakutan, melihat bencana bak kiamat ini.Jakarta, kota yang pernah ramai dan be
Angin malam berhembus kencang, membawa desau yang menegangkan. Ian, dengan napas yang tersengal, mengumpulkan sisa kekuatannya. "Aku belum selesai, Zeus!" serunya, matanya menyala dengan tekad yang tak tergoyahkan. “Aku tak akan pernah membiarkanmu menyentuh Lisa!”Zeus hanya tertawa, suaranya bergema seperti guntur yang menggelegar. "Kau pikir kau bisa mengalahkanku hanya dengan kekuatan sebesar itu?" ejeknya sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Dari ujung jari-jarinya, tombak petir mulai terbentuk, cahayanya menyilaukan dan memancarkan energi yang mengerikan. “Baiklah, aku beri kamu kesempatan untuk menghiburku lagi. Dan kali ini, aku tidak akan diam saja, jadi …”“Jangan kecewakan aku,” bisik Zeus dengan suara yang tegas dan berat. Setiap kata yang terucap menekankan ancaman yang tersirat.Ian mengencangkan genggaman tangannya, cahaya di matanya semakin berkobar. "Demi Lisa, dan demi seluruh orang yang takdirnya telah kau permainkan, aku tidak aka
Bulan purnama yang terang benderang seakan menjadi saksi atas pertemuan dua kekuatan besar di langit Jakarta yang malam itu terasa berbeda. Aura tegang menyelimuti kota, dan angin malam berhembus seolah-olah ingin menceritakan kisah epik yang akan terjadi.Di bawah sinar bulan yang memantulkan cahaya putih, Ian berdiri dengan rambutnya yang mengalir bagai sungai perak. Matanya yang biru kehijauan bersinar tajam, menembus kegelapan malam, penuh dengan tekad yang tak tergoyahkan.Di hadapannya, Zeus berdiri megah, senyumnya lebar dan penuh dengan kegembiraan pertempuran. Sorot matanya yang berkilau menandakan ia siap untuk pertarungan yang telah lama dinantikan.Baik Ian ataupun Zeus, mereka berdua adalah Overgod, eksistensi yang telah melampaui batas-batas manusia biasa, dan malam itu, mereka akan menunjukkan kekuatan mereka yang bisa mengguncang alam semesta.Dalam kesunyian malam yang hanya ditemani gemerlap bintang, Ian berbisik mengucapkan nama
Zeus terbang di atas langit Jakarta yang kelabu, pakaian putih yang biasa ia kenakan kini terkoyak-koyak, menandakan ledakan dahsyat yang baru saja terjadi. Di bawahnya, kawah raksasa seluas 10 kilometer membentang, asap dan debu masih mengepul dari tanah yang hangus. Sekitar 20 Celestial tergeletak dengan luka-luka mendalam, termasuk Fortuna yang terbaring lemah, sementara yang lainnya lenyap ditelan ledakan.Bagaimanapun juga, Hades adalah kultivator dengan ranah Celestial Puncak. Meski dia telah memberikan otoritasnya pada Ian, tapi dia masih memiliki energi melimpah yang cukup untuk membunuh semua kultivator di bawah ranah Celestial Puncak. Tindakan Hades ini telah mengguncang fondasi organisasi Kadukeus, namun Zeus hanya tertawa ringan di atas sana. Zeus tampak tidak mempedulikan ada atau tidaknya Kadukeus. Karena baginya, selama hal itu menyenangkan, maka ia tidak akan memperdulikan hal lain. Dan apa yang dilakukan Hades, cukup menghiburnya."Adikku
“Huh?” Ian menoleh ke samping, telinganya menangkap suara ledakan yang menggema dari kejauhan. Langit malam yang sebelumnya gelap kini terang benderang oleh letupan cahaya yang mirip dengan matahari terbenam, namun tiba-tiba saja, sebuah cahaya keemasan yang menyilaukan melintas bagai bintang jatuh dan menghantam tubuhnya dengan kekuatan yang luar biasa, menghempaskan tubuh Ian ke tembok. Dalam sekejap, tembok tersebut langsung retak dan hancur berkeping-keping, debu dan puing berserakan di udara.Cahaya itu kemudian meresap masuk ke dalam tubuh Ian, menyebabkan rasa sakit yang tak tertahankan. Cahaya keemasan itu seolah menjadi cairan panas yang mengalir di setiap pembuluh darahnya, membuat Ian meronta kesakitan seperti binatang buas yang terluka parah.Di tengah rasa sakit yang memuncak, suara sistem terdengar kacau di telinganya.[Ding!][Mendeteksi adanya energi asing yang mencoba menyingkirkan sistem]Ian mengerang kesakitan, tubuhny
Zeus melayang di atas reruntuhan yang masih mengepulkan asap, tatapannya dingin dan tak tergoyahkan menembus ke bawah ke arah para anggota Zodiak yang terkapar tak berdaya."Sampai di sinilah perjuangan kalian berakhir," suaranya tenang namun mengandung otoritas yang tak bisa ditolak. "Sekarang, aku akan mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi milik kami."Zeus mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Petir berkumpul di telapaknya, berputar dengan liar dan bersinar terang hingga menyilaukan mata. Dengan satu gerakan tegas dan pasti, ia melepaskan bola petir itu ke arah Libra dan rekan-rekannya yang sudah tidak berdaya.Mereka hanya bisa menatap dengan pasrah pada serangan maut yang mendekat. Cahaya biru yang menyilaukan memancar dengan intensitas yang memenuhi pandangan, menelan tubuh Libra, Virgo, Sagitarius, dan Aquarius dalam kilauan yang membutakan.Dentuman keras menggema, membelah kesunyian malam yang kacau. Ledakan itu begitu dahsyat hingg