Dengan penuh antusiasme, Jesslyn dan Rinrin mencicipi Coq au Vin buatan Chef Ronald. Mereka mengiris ayam dalam pring secara bergantian, lalu memasukkan sendok ke dalam mulut mereka dan seketika itu juga, ekspresi mereka berubah menjadi penuh kekaguman."Mmmmm ... Ini luar biasa!" seru Jesslyn dengan mata yang berbinar. "Rasa ayam yang lembut dan empuk, disertai dengan saus anggur merah yang kaya dan sedikit manis. Sungguh kombinasi yang sempurna!"Rinrin mengangguk setuju sambil tersenyum lebar. "Benar sekali, Jesslyn! Rasanya begitu lezat dan menggugah selera. Chef Ronald benar-benar menguasai teknik memasaknya dengan baik. Aku bisa merasakan dedikasinya yang tinggi, dan juga pengalamannya yang begitu kaya, sehingga bisa menelurkan sebuah karya selezat ini."Puas dengan karya makanan buatan Chef Ronald, kini giliiran Jesslyn dan Rinrin untuk mencicipi Coq au Vin buatan Ian. Ketika potongan daging ayam yang lembut menyentuh lidah Jesslyn dan Rinrin, dunia seolah berubah menjadi sebu
Ian terkejut saat membuka mayanya. Ia menemukan dirinya berada di tempat yang asing dan gelap. Ia meraba-raba sekelilingnya, mencoba mencari tahu di mana dirinya berada. Lorong itu sangat gelap, hanya ada sedikit cahaya yang masuk melalui jendela yang retak. Suasana yang mencekam dan misterius membuat bulu kuduknya sedikit merinding. "Dimana ini?" gumam Ian penuh pertanyaan. "Bukankah aku tadi sedang tidur di rumah?"Tapi tidak ada jawaban yang datang. Hanya keheningan yang menyelimuti ruangan itu. Ian mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya, tetapi ingatannya terasa kabur dan samar. Ia merasa seperti ada sesuatu yang hilang dalam pikirannya.Ketika Ian mencoba untuk tenang dan menganalisis situasi, suara derap langkah kaki tiba-tiba terdengar dari lorong belakang. Suara itu semakin mendekat dan semakin keras. Hati Ian berdegup kencang, dan dia merasa adrenalin mengalir dalam tubuhnya.Hal ini membuat Ian merasa aneh. ‘Mengapa aku ketakutan? Aku yang biasanya, tidak akan takut
Ian terus berpikir sambil berlari, mencoba mencari jawaban dan solusi untuk mengakhiri mimpi ini. Ia merasa bahwa ada sesuatu yang harus ia temukan atau lakukan agar bisa terbangun dari mimpi ini yang terasa begitu nyata."Mungkinkah jika aku menyakiti diriku sendiri, maka aku bisa bangun?" pikir Ian. Dengan tekad yang kuat, Ian memukul dirinya sendiri dengan keras, berharap bisa terbangun dari mimpi ini. Namun, tidak ada perubahan yang terjadi. Ia masih berada di dalam gedung yang gelap dan mencekam. Bahkan, rasa sakit yang ia rasakan terasa begitu nyata, seolah-olah menegaskan bahwa ini bukan hanya mimpi biasa, melainkan kenyataan."Tunggu! Kalau ini memang mimpiku, seharusnya aku bisa sedikit memanipulasinya kan?" pikir Ian. Dengan pikiran tersebut, Ian menghentikan lajunya. Ia menutup matanya penuh konsentrasi, mencoba membayangkan sebuah pisau pemotong daging berbilah kristal hijau. Tak lama kemudian, pisau yang ada dalam bayangan Ian tersebut muncul di tangannya.Pada saat yang
Melihat kilatan cahaya merah yang meluncur ke arahnya, Ian dengan cepat menghindar ke arah kanan. Detik berikutnya, cahaya merah yang menyilaukan merekah, menyelimuti seluruh lorong dengan kecerahan yang membutakan mata. Suara dentuman ledakan menggema dengan keras, membawa kehancuran bersama gelombang angin dan debu yang terhempas.Setelah cahaya merah itu mereda, tampaklah pemandangan kehancuran yang mengerikan di sekeliling. Lorong-lorong gelap yang sebelumnya ada kini hancur berantakan, membuka pandangan ke langit malam yang dipenuhi bintang-bintang di luar gedung. Angin sepoi-sepoi berhembus dari luar, lembut menyentuh lengan kiri Ian yang kini telah hilang. Darah terus menetes dari bahu kirinya, membasahi pakaian dan lantai dengan warna merah yang mencolok.Napas Ian terengah-engah, mencoba menarik udara sebanyak mungkin ke dalam paru-parunya yang terasa sakit. Ia menatap Rico dengan tatapan yang penuh dengan kebencian, seolah-olah ingin membakar sosok itu dengan pandangannya. D
Dalam sekejap, pupil mata Ian berubah menjadi tiga lingkaran yang terlihat seperti corong, dengan enam tomoe yang berputar di sekitar lingkaran bagaikan planet yang berotasi mengelilingi orbitnya. Salah satu dari enam tomoe itu memancarkan cahaya merah pekat. Tekanan seperti medan pembantaian, menyeruak, memenuhi ruang, menandakan kekuatan yang luar biasa atas kematian.Seketika itu, dunia dalam pandangan Ian berubah menjadi hitam putih. Garis merah seperti grafiti saling bersinggungan dan memenuhi dunia mimpi ini. Tidak hanya pada dunia, garis merah tersebut juga terlihat jelas pada permukaan gumpalan energi celurit raksasa yang mengarah kepadanya. Dengan presisi yang luar biasa, Ian menebas garis tersebut dengan gerakan yang tajam, menghancurkan serangan Rico.“Apa?!” Rico begitu terkejut melihat serangannya hancur begitu saja. Ia mencoba untuk memulihkan gumpalan energi tersebut, namun sia-sia, tidak ada yang terjadi.“Apa yang sudah kubunuh, tidak akan bisa kembali, Rico,” ucap Ia
“Sekarang, matilah dalam kesengsaraan …” bisik Ian dengan nada yang dingin dan tanpa rasa penyesalan. Di saat yang sama, Ian dengan cepat mematahkan leher Rico tanpa ampun. Suara tulang yang patah terdengar jelas di telinganya, membuat Rico tewas seketika, masih dalam keadaan tenggelam dalam ilusi siksa neraka.Setelah membunuhnya, Ian membawa mayat Rico ke dapur, meletakkannya di dekat kompor. Dengan gerakan yang cepat dan pasti, Ian memotong pipa gas, dan segera meninggalkan restoran. Begitu Ian melangkah keluar dari restoran, ia memanipulasi energi Qi-nya untuk memicu percikan api di dapur. Dalam sekejap, sebuah ledakan besar tercipta, mengubah restoran RoCo House menjadi serpihan-serpihan kecil. Ledakan itu seperti petir yang menyambar di tengah malam, menerangi sekeliling dengan cahaya yang menyilaukan. Suara ledakan itu bergema di sekitar, memecah keheningan malam. Debu dan asap mengepul ke udara, menciptakan awan hitam yang menutupi langit malam. Restoran yang sebelumnya berdi
Di sebuah ruang kerja kantor Golden Entertainment, Tonny, seorang sutradara sekaligus penulis naskah senior, sedang meninjau naskah-naskah baru yang dikirimkan ke Golden Entertainment, untuk proyek kuartal baru.Setelah hampir dua jam membaca naskah-naskah tersebut, Tonny menggelengkan kepalanya. Ia kecewa, tidak ada naskah yang begitu bagus kali ini.Tak lama kemudian, Seorang anggota staf mengirimkan naskah Ian langsung ke Tonny tanpa menunggu antrian. “Pak Tonny, ini ada sebuah naskah yang telah direkomendasikan oleh CEO Yulianto. Mungkin Pak Tonny bisa membaca dan mempertimbangkannya.” “Oke, berikan padaku. Aku sudah hampir setengah tahun ini belum menemukan naskah yang bagus.” Ketika Tonny menerima naskah tersebut dan membaca judulnya, ia menghela napas. “Hmm … ‘Hantu? Siapa Takut!’ ya, judul yang aneh. Menurutku ini bukan naskah yang bagus.”“Tapi Pak Tonny, naskah ini telah direkomendasikan oleh CEO Yulianto. Dia bilang naskah ini memiliki standar yang sangat tinggi,” lanjut s
Tonny senang dengan keputusan Lisa. Ini akan menjadi serial drama pertama Lisa setelah satu tahun belakang ini dia tidak bermain film maupun drama televisi. Bahkan perusahaan hampir menyerah mengenai Lisa jika dia tidak mengambil peran dalam film atau drama manapun.Tonny: Oke Lisa, saya yakin kamu pasti akan menjadi lebih populer setelah berperan sebagai pemeran utama wanita dalam serial drama ini!Lisa: Menurut Bapak, bagaimana pendapat Pak Tonny terhadap naskah ini?Membaca pertanyaan Lisa, Tonny tersenyum. Ia kemudian membalasnya penuh pujian.Tonny: “Tak perlu dikatakan lagi, saya belum pernah melihat naskah sebagus ini selama bertahun-tahun. Orang yang menulis naskah ini pastinya adalah penulis skenario tingkat master!”Lisa: Menurutku juga begitu.Lisa: Pak Tonny, naskah ini sangat bagus, tapi saya ingin melihat siapa pemeran utama prianya sebelum membuat keputusan akhir. Apakah itu tidak apa-apa?Tonny: Hahahaha, tidak masalah …Tonny: Siapapun pemeran utama pria yang kamu ing
"Zeus, kali ini aku akan membunuhmu!” teriak Ian penuh keyakinan. Zeus menatap Ian dengan mata yang memancarkan cahaya keemasan. Di baliknya, ada kekuatan yang mengguncang alam semesta. Ian merasakan getaran itu, seolah langit dan bumi bergetar dalam irama yang tak terduga. “Jangan terlalu yakin dulu, Ian! Aku masih punya kartu As yang bahkan belum aku gunakan saat melawan Ryan!” ujar Zeus dengan tenang. Suaranya seperti guntur yang merayap di udara, menggema di telinga Ian. Hal ini tentu mengagetkan Ryan, yang semenjak tadi telah bertarung secara seimbang dengan Zeus. “Maksudmu, kamu tadi belum benar-benar serius?” Ryan menatap Zeus dengan pandangan campuran antara kagum dan ketidakpercayaan. Zeus hanya tersenyum, namun senyuman itu seakan menunjukkan konfirmasinya. “Mode Dewa: Petir Surgawi!” serunya. Cahaya keemasan di matanya semakin terang, dan angin berputar di sekitarnya. Ian merasa seolah berada di pusat badai. Petir tiba-tiba menyambar entah dari mana, dan mengenai tubuh
Balor menatap Ian dengan mata yang penuh tekad. "Aku akan mengembalikan Otoritas yang telah kucuri dari Hades." Sebuah cahaya keemasan muncul dari tengah dahi Balor, terbang dan merasuk ke kepala Ian.Ian merasakan sesuatu yang kembali padanya, kekuatannya mendekati sempurna. "Ini?" tanyanya, terkejut."Ya," jawab Balor dengan suara yang semakin lemah. "Dengan ini, Jalan Asura telah kembali pada penguasa samsara." Ia menoleh ke arah Verethragna. "Hei, cepat beri Ian senjatamu!"Verethragna tertawa. "Chill bro~" ucapnya. "Ian, aku memang tidak bisa mengembalikan Otoritas Jalan Deva, tapi aku bisa memberimu sebuah senjata terkuat yang dapat membunuh apapun."Verethragna memejamkan matanya, menciptakan senjata yang sesuai dengan bayangannya. Dari ruang kosong di depannya, cahaya emas menyeruak. Cahaya itu membentuk bilah dan gagang pedang.Pedang itu memiliki bilah panjang dan tajam, terbuat dari baja legendaris yang sudah tidak ada lagi di
Ketika pil itu meluncur melewati kerongkongan Ian, tiba-tiba tubuhnya diselimuti oleh api hijau. Namun, anehnya, api itu tidaklah panas; sebaliknya, ia merasa hangat dan nyaman. Luka-luka di tubuhnya sembuh dengan cepat, bahkan lebih dari yang efek kemampuan Healing Factor miliknya."Inikah kekuatan yang aku dapatkan dari pil NTZ?" gumam Ian, memandangi kedua tangannya dengan keterkejutan.Namun, suara tajam membuyarkan lamunan Ian. "Tentu saja tidak, bodoh!" ujar sosok yang muncul dari atas langit. "Itu adalah kekuatan dari Api Lotus Hijau milikku."Sosok itu turun perlahan, sayap-sayapnya yang berjumlah dua belas terbentang dengan megah. Setiap sayapnya memiliki warna yang berbeda, mereka semua terbuat dari berbagai macam Api Surgawi."Ian Herlambang," kata sosok itu dengan nada dingin, "aku tak menyangka kamu telah mencapai ranah Celestial. Namun, aku melihat bahwa ini bukanlah pencapaianmu sendiri. Ranah kultivasimu masih belum stabil. Beristi
Gelombang kejut dari benturan kekuatan yang dahsyat itu merambat dengan cepat, mengguncang bumi dan langit. Bumi bergetar, seakan-akan planet ini menahan nafas terakhirnya. Di kota-kota besar Indonesia, gedung-gedung menjulang seperti pohon-pohon raksasa yang terguncang oleh badai. Kaca-kaca jendela pecah, mengirimkan serpihan tajam ke jalanan yang berubah menjadi medan perang. Teriakan panik memenuhi udara, menciptakan simfoni ketakutan yang menggema di antara reruntuhan.Di wilayah pesisir, air laut mengundur sejenak, mengejar takdirnya yang tak terhindarkan. Lalu, ombak raksasa muncul, menggulung daratan dengan amarah yang tak terkendali. Tsunami itu menghancurkan segala yang ada di jalurnya: kapal-kapal terangkat dan terhempas ke darat, rumah-rumah luluh lantak, dan manusia berlarian tanpa arah, berusaha menyelamatkan diri dari amukan alam yang tak terbendung. Mata mereka dipenuhi ketakutan, melihat bencana bak kiamat ini.Jakarta, kota yang pernah ramai dan be
Angin malam berhembus kencang, membawa desau yang menegangkan. Ian, dengan napas yang tersengal, mengumpulkan sisa kekuatannya. "Aku belum selesai, Zeus!" serunya, matanya menyala dengan tekad yang tak tergoyahkan. “Aku tak akan pernah membiarkanmu menyentuh Lisa!”Zeus hanya tertawa, suaranya bergema seperti guntur yang menggelegar. "Kau pikir kau bisa mengalahkanku hanya dengan kekuatan sebesar itu?" ejeknya sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Dari ujung jari-jarinya, tombak petir mulai terbentuk, cahayanya menyilaukan dan memancarkan energi yang mengerikan. “Baiklah, aku beri kamu kesempatan untuk menghiburku lagi. Dan kali ini, aku tidak akan diam saja, jadi …”“Jangan kecewakan aku,” bisik Zeus dengan suara yang tegas dan berat. Setiap kata yang terucap menekankan ancaman yang tersirat.Ian mengencangkan genggaman tangannya, cahaya di matanya semakin berkobar. "Demi Lisa, dan demi seluruh orang yang takdirnya telah kau permainkan, aku tidak aka
Bulan purnama yang terang benderang seakan menjadi saksi atas pertemuan dua kekuatan besar di langit Jakarta yang malam itu terasa berbeda. Aura tegang menyelimuti kota, dan angin malam berhembus seolah-olah ingin menceritakan kisah epik yang akan terjadi.Di bawah sinar bulan yang memantulkan cahaya putih, Ian berdiri dengan rambutnya yang mengalir bagai sungai perak. Matanya yang biru kehijauan bersinar tajam, menembus kegelapan malam, penuh dengan tekad yang tak tergoyahkan.Di hadapannya, Zeus berdiri megah, senyumnya lebar dan penuh dengan kegembiraan pertempuran. Sorot matanya yang berkilau menandakan ia siap untuk pertarungan yang telah lama dinantikan.Baik Ian ataupun Zeus, mereka berdua adalah Overgod, eksistensi yang telah melampaui batas-batas manusia biasa, dan malam itu, mereka akan menunjukkan kekuatan mereka yang bisa mengguncang alam semesta.Dalam kesunyian malam yang hanya ditemani gemerlap bintang, Ian berbisik mengucapkan nama
Zeus terbang di atas langit Jakarta yang kelabu, pakaian putih yang biasa ia kenakan kini terkoyak-koyak, menandakan ledakan dahsyat yang baru saja terjadi. Di bawahnya, kawah raksasa seluas 10 kilometer membentang, asap dan debu masih mengepul dari tanah yang hangus. Sekitar 20 Celestial tergeletak dengan luka-luka mendalam, termasuk Fortuna yang terbaring lemah, sementara yang lainnya lenyap ditelan ledakan.Bagaimanapun juga, Hades adalah kultivator dengan ranah Celestial Puncak. Meski dia telah memberikan otoritasnya pada Ian, tapi dia masih memiliki energi melimpah yang cukup untuk membunuh semua kultivator di bawah ranah Celestial Puncak. Tindakan Hades ini telah mengguncang fondasi organisasi Kadukeus, namun Zeus hanya tertawa ringan di atas sana. Zeus tampak tidak mempedulikan ada atau tidaknya Kadukeus. Karena baginya, selama hal itu menyenangkan, maka ia tidak akan memperdulikan hal lain. Dan apa yang dilakukan Hades, cukup menghiburnya."Adikku
“Huh?” Ian menoleh ke samping, telinganya menangkap suara ledakan yang menggema dari kejauhan. Langit malam yang sebelumnya gelap kini terang benderang oleh letupan cahaya yang mirip dengan matahari terbenam, namun tiba-tiba saja, sebuah cahaya keemasan yang menyilaukan melintas bagai bintang jatuh dan menghantam tubuhnya dengan kekuatan yang luar biasa, menghempaskan tubuh Ian ke tembok. Dalam sekejap, tembok tersebut langsung retak dan hancur berkeping-keping, debu dan puing berserakan di udara.Cahaya itu kemudian meresap masuk ke dalam tubuh Ian, menyebabkan rasa sakit yang tak tertahankan. Cahaya keemasan itu seolah menjadi cairan panas yang mengalir di setiap pembuluh darahnya, membuat Ian meronta kesakitan seperti binatang buas yang terluka parah.Di tengah rasa sakit yang memuncak, suara sistem terdengar kacau di telinganya.[Ding!][Mendeteksi adanya energi asing yang mencoba menyingkirkan sistem]Ian mengerang kesakitan, tubuhny
Zeus melayang di atas reruntuhan yang masih mengepulkan asap, tatapannya dingin dan tak tergoyahkan menembus ke bawah ke arah para anggota Zodiak yang terkapar tak berdaya."Sampai di sinilah perjuangan kalian berakhir," suaranya tenang namun mengandung otoritas yang tak bisa ditolak. "Sekarang, aku akan mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi milik kami."Zeus mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Petir berkumpul di telapaknya, berputar dengan liar dan bersinar terang hingga menyilaukan mata. Dengan satu gerakan tegas dan pasti, ia melepaskan bola petir itu ke arah Libra dan rekan-rekannya yang sudah tidak berdaya.Mereka hanya bisa menatap dengan pasrah pada serangan maut yang mendekat. Cahaya biru yang menyilaukan memancar dengan intensitas yang memenuhi pandangan, menelan tubuh Libra, Virgo, Sagitarius, dan Aquarius dalam kilauan yang membutakan.Dentuman keras menggema, membelah kesunyian malam yang kacau. Ledakan itu begitu dahsyat hingg