Share

Bab 19

Author: Rina Novita
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sejak Mak Isah membantuku, waktuku untuk Raihan makin banyak. Setelah aku memasak dan menyiapkan pesanan, warung nasiku sekarang cukup dijaga oleh Mak Isah. Sementara aku bisa beristirahat dan bermain dengan Raihan di rumah. Sesekali aku membantu Mak Isah di warung jika pembeli ramai.

"Mak, aku ke supermarket dulu beli diapers Raihan. Mak mau titip apa?" tanyaku ketika pembeli sudah mulai sepi.

"Nggak usah, Salma. Makanan dari kamu kemarin masih banyak. Sudah Raihan nggak usah diajak. Kasihan sedang tidur. Rebahkan saja di kursi ini," sahut Mak Isah seraya menunjuk bangku panjang yang baru saja aku beli kemarin.

"Nanti Mak repot, nggak? Kalau ada pembeli bagaimana?"

"Sudah sepi, Salma. Makanannya juga sudah tinggal sedikit. Ini Mak sambil beres-beres."

Aku memandang Raihan yang tertidur di pangkuanku. Bobotnya memang sekarang sudah naik. Memang agak berat jika aku menggendongnya selagi dia tertidur.

"Baiklah, Mak. Aku titip Raihan, ya!" ucapku seraya merebahkan anakku pada bang
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Just Rara
nah pada ngangak deh tu kakak2 ipar nya si salma,dan sebentar lg si salma bakalan jd orang kaya
goodnovel comment avatar
Noor Azean Yusoff
cerita yg bagus
goodnovel comment avatar
Ni Wayan Candra Wati
ceritanya sangat bagus tolong di panjangin dong babnya ......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 20

    "Aku sudah membeli rumah ini. Dan akan aku berikan padamu. Sertifikat rumah ini akan di buat atas namamu." "Apaaa?" Sontak para kakak iparku berteriak serentak mendengar ucapan Tuan Yuda. Akupun terlonjak mendengar ucapan pria itu. Sementara hampir semua mata tertuju padaku. Bang Adam yang sepertinya juga mendengar tiba-tiba muncul dari dalam. Pria itu menatapku dengan rasa kecewa yang mendalam. Sungguh aku merasa tak enak hati dengan kakak ipar yang baik hati itu. "Salma, Kamu dan Tuan Yuda ini sudah ...?" Ibu mertua menatapku dan Tuan Yuda secara bergantian, dengan penuh tanda tanya. "Betul, Bu. Kami akan segera menikah!" sahut pria tampan di sebelahku ini dengan keyakinan tingkat tinggi. Matanya menatapku dengan tatapan ... mesra? Aku menarik napas panjang. Setelah menahannya beberapa saat ketika terkejut tadi. Sebaiknya aku tidak menjawab apa-apa dulu. Biarkan para iparku ini menganggap hal ini memang benar. Agar mereka tidak selalu merendahkan dan memfitnahku seenaknya.

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 21

    Aku kembali berjalan bersisian menuju mobil. Tak lupa sebelumnya kembali mencium tangan ibu mertua. Wanita setengah tua itu menatapku sedih. Namun tak ada satu katapun yang terucap darinya. Aku masih memandang para ipar dan ibu mertua yang mengikutiku keluar. Mereka terus menatapku hingga aku masuk ke dalam mobil mewah ini. Wajah mereka bagaikan seorang anak yang kalah telak setelah bermain game. Mobil melaju kembali ke arah supermarket mini yang tak begitu jauh jika memakai mobil. Di dalam mobil aku sama sekali tidak membahas apapun. "Jadi ke supermarket?" tanya Tuan Yuda setelah kami sudah kembali di dalam mobil. "Ya." "Ambillah ini. Beli semua keperluanmu dan Raihan." Tuan Yuda memberikan sebuah kartu debit beserta nomor pinnya padaku "Tidak perlu, Tuan. Aku hanya membeli diapers untuk Raihan," sahutku seraya mengembalikan kartu itu padanya. Pria itu langsung terdiam. Apa dia marah? Mungkinkah dia tersinggung karena aku tidak menerima kartu debitnya? Aku meliriknya se

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 22

    POV YUDA Gila! Janda beranak satu itu sudah membuat aku gila. Setiap saat wajahnya terus ada di otakku. Sikap acuhnya membuatku semakin penasaran untuk mendekatinya. Awalnya aku hanya ingin menuruti keinginan Ayah. Karena aku sangat ingin membahagiakan orang yang paling aku sayangi. Sejak dulu Ayah tidak pernah minta apapun dariku. Sekalinya ada yang diminta, beliau memintaku menikahi janda beranak satu, yang kini justru selalu memenuhi isi kepalaku. Menikahi Janda? Aku menghela napas kasar. Susah payah aku menjaga keperjakaanku. Walau berganti-ganti pasangan, aku tetap menjaga kehormatan wanita yang aku kencani, dan kehormatan diriku juga tentunya. Angel, wanita yang sering mendekatiku, hingga tak jarang membuatku tak bisa menahan hasrat kelaki-lakianku. Namun aku bersyukur hubungan kami belum sejauh itu. Karena aku adalah laki-laki yang selalu memegang prinsip. Sejak dulu aku mati-matian menjaga keperjakaanku. Bahkan sampai teman-temanku mengira aku penyuka sejenis. Aku tidak

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 23

    Ayah pasti menanyakan tentang Salma. Sementara aku masih belum berhasil mengajaknya tinggal di sini. Aku mendekati Ayah yang sedang menikmati makan malam. "Yuda, kamu tidak makan?" "Nanti saja, Yah!" Aku meraih satu kursi dan duduk tepat di depan Ayah. "Memang, kalau orang sedang jatuh cinta itu tidak enak makan, tidak enak tidur, semua serba salah," ujar Ayah santai sambil terus menikmati makanannya. "Ayah ngomong apa, sih?" sahutku pura-pura tidak paham. "Memangnya Ayah tidak tau, belakangan ini kamu uring-uringan nggak jelas. Sikap kamu itu aneh." "Benarkah?" Ayah geleng-geleng melihatku. "Apa kamu berhasil mengajak Salma pindah ke sini?" Kali ini Aku yang menggeleng. "Entah apalagi yang harus aku lakukan, Yah. Kartu debitku ditolak. Bahkan rumah seharga sepuluh milyar yang aku siapkan untuknya juga ditolak," sahutku sedih. "Dasar bodoh! Kamu pikir Salma itu sama dengan wanita-wanita yang kamu pacari selama ini? Yuda, Salma itu berbeda. Dia istimewa. Hatinya tulus,

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 24

    "Salma ... please ...!' "T-tidak ...! Aku tidak bisa menerima rumah itu! Terima kasih untuk tumpangannya." Dengan penuh rasa kecewa, gegas aku keluar dari mobilnya. Melangkah cepat masuk ke halaman puskesmas. Mataku melihat sekeliling. Mencari keberadaan Raihan.Warung sudah dibereskan oleh Mak Isah. Kasihan, wanita itu pasti kerepotan. Semua ini gara-gara Tuan Yuda. Napasku masih memburu menahan kesal dan kecewa. Aku tak menyangka laki-laki itu hanya kasihan padaku karena tinggal di tempat yang dia anggap tidak layak. Ternyata hanya kasihan. Aku pikir ... Astaga! Apa yang sedang aku pikirkan. "Pak, Mak Isah dan anakku ke mana ya?"tanyaku pada salah satu security yang bertugas hari ini. "Sudah pulang, Mbak Salma." "Makasih, Pak." Sontak aku berbalik badan dan berjalan cepat sampai ke rumah. Raihan sedang asik bermain dengan mainannya. Sementara Mak Isah menemaninya sambil berbaring di sebelahnya. Aku mèmandang sekeliling rumah kontrakan ini. Ruang yang hanya berukuran lima k

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 25

    Ibu yang sepertinya tak sadarkan diri dilarikan ke ruang khusus di dalam UGD.Aku menyusul mereka ikut ke dalam. "Mak, titip warung sama Raihan dulu ya. Aku di dalam liat Ibu. Kalau Raihan bangun, antar ke aku aja!" ujarku. Kebetulan pembeli sudah tak seramai tadi. Mak Isah mengangguk sambil mempersiapkan pesanan makan siang untuk para langganan. Aku beranjak masuk ke UGD setelah memastikan posisi tidur Raihan aman. "Ibu kenapa, Kak?" Kak Norma hanya diam dengan wajah bingung saat aku tanya. Sementara Bang Adam sibuk menghubungi anak ibu yang lainnya. "Kak, Ibu kenapa?" aku kembali bertanya, karena semakin khawatir melihat ibu yang tak kunjung sadar. "Sudah diam! Ini semua gara-gara kamu!" Kak Norma membentakku. Namun jelas terlihat kepanikan di wajahnya. "Loh kok, gara-gara Aku?"tanyaku bingung. "Jangan sembarangan menuduh, Norma! Jelas-jelas tadi ibu pingsan ketika sedang bersamamu dan Lina. Cepat katakan! Kenapa ibu sampai pingsan?" Aku tersentak melihat Bang Adam marah

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 26

    Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara seseorang yang tidak asing ditelingaku. "Hei, Bung! Singkirkan tanganmu!" Astaga! Tuan Yuda? "Apa maksud Tuan? Jangan mentang-mentang anda orang kaya dan seorang bos, seenaknya saja membentak-bentak saya. Salma ini adik ipar saya. Wajar kalau saya dekat dengannya." Sepertinya Bang Adam juga sudah terpancing emosi. "Halah! Jangan modus kamu!. Memangnya saya nggak lihat kamu mau coba peluk-peluk calon istri saya dari belakang?" Tuan Yuda melotot pada Bang Adam. Padahal Kakak iparku ini sama sekali tidak menyentuhku. Aku khawatir jika ada keributan ditempat ini. Mungkin sebaiknya aku pergi dari sini. "Maaf, Bang. Aku keluar dulu. Tolong kabari aku jika ada perkembangan kondisi Ibu," ujarku seraya menghapus air mata. Bang Adam hanya diam menatapku. Seakan tidak rela jika aku meninggalkannya. Dengan langkah panjang aku berjalan keluar tanpa menoleh pada pria kaya itu. "Salma ...! Salma ...! Tunggu !" Aku terus berjalan ke arah luar. Walau seb

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 27

    Tuan Yuda duduk pada sebuah sofa panjang yang terlihat sangat empuk, berada pada sisi kiri ruangan. "Duduklah Salma!" ujarnya seraya menepuk sisi sofa yang kosong di sebelahnya Aku melihat sekeliling, mungkin ada kursi lain yang bisa aku duduki, sehingga tak harus berdampingan satu kursi dengannya.Namun ternyata di ruangan ini hanya ada dua kursi. Sofa yang Dia duduki dan satu kursi yang berada pada meja kerja Tuan Yuda. Itupun berada di ujung kanan ruangan ini. Melihatku ragu, Laki-laki itu berdiri dan kembali mempersilakan aku duduk. "Duduklah! Aku di sini," ujarnya seraya berdiri, bersandar pada sebuah lemari besi. Perlahan aku duduk. "Ada apa,Tuan?" "Begini ...,, Ayahku sudah tua. Dia sangat menginginkan aku menikah secepatnya. Ini untuk yang ketiga kalinya Aku memohon padamu, menikahlah denganku. Setidaknya, demi Raihan dan Ayahku." Astaghfirullahaladzim ... to the point sekali pria ini. "Aku ingin membahagiakan Ayahku juga Raihan. Tentunya kamu juga demikian, bukan?

Latest chapter

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 220

    "Mas, sepertinya lagi banyak tamu." Langkah Seruni terhenti ketika hendak masuk ke dalam rumah bersama Elkan. "Mereka semua kakak-kakakku. Ayo kita masuk!" Seruni merasa ciut ketika melihat penampilan kakak-kakak Elkan dan keponakannya yang glamour dan elegan. Sangat jauh berbeda dengan dirinya yang sangat sederhana. "Kenapa? Takut? Atau malu?" bisik Elkan saat Seruni menolak untuk masuk ke dalam. Seruni menggeleng dengan wajah pucat. Ia takut tidak diterima oleh keluarga besar suaminya. "Ayo Sayang ...!" Seruni menunduk menatap pakaiannya. Untunglah di mall tadi dia sudah berganti pakaian dengan yang baru. Kemeja dan kulot berbahan silk import yang sempat membuat Seruni ternganga melihat harganya. Setelah menarik napas panjang, Seruni menggandeng tangan Elkan untuk masuk ke dalam. "Selamat malam semua ...!" sapa Elkan pada keluarga besarnya yang sedang berbincang di ruang tamu. "Malam ..., nah ini dia yang ditunggu-tunggu2 sudah datang." Semua menoleh ke arah pintu. Seruni m

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 219

    "Kami akan mengundang kalian di acara resepsi kami minggu depan." Elkan menyerahkan sebuah undangan berwarna perak. "Resepsi?" Salma masih memandang heran dengan keduanya. "Syukurlah. Akhirnya kamu menikah juga. Aku pikir kamu akan seperti Rein." Yuda tertawa lega. Elkan tersenyum namun sesekali masih mencuri-curi memandang Salma dengan lekat. Hal ini pun tidak luput dari penglihatan Seruni dan Yuda. Mereka berbincang hangat. Seruni sesekali ikut tertawa, menjawab secukupnya jika ada yang bertanya. Kesan pertama Seruni pada Salma adalah seorang wanita yang lembut dan ramah. Sungguh Seruni sangat kagum pada sahabat suaminya itu. Seruni pun merasa ada sesuatu antara suaminya dengan Salma. Namun entahlah, dia belum bisa menerka-nerka. Seruni melihat tatapan yang berbeda dari suaminya saat memandang Salma. Raihan dan Maina pun sangat akrab dengan Elkan. Seruni juga melihat suaminya itu sudah sangat familiar dengan lingkungan di rumah itu. Termasuk para pelayannya. Namun Seruni melih

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 218

    "Elkan .. , akhirnya kamu datang," ucap Salma. Sungguh ia tak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini. Elkan spontan berdiri, lalu menatap wanita yang hampir menjadi istrinya itu dengan lekat. Semua kenangan itu langsung terlintas begitu saja di benaknya. Banyak waktu yang telah mereka lalui bersama. Kenangan itu masih sangat segar di ingatannya. Salma pun demikian. Ia mampu melewati masa-masa sulitnya bersama Elkan. Pria yang mau menemaninya di saat dirinya tak punya siapa-siapa. Pria yang selalu menyemangatinya di saat dirnya lemah. Entah apa yang terjadi jika tak ada Elkan di dekatnya waktu itu. Elkan bahkan mau berkorban demi kebahagiaannya dan Yuda. Seruni merasakan ada sesuatu diantara suaminya dan wanita yang dipanggil Salma itu. Wanita berhijab yang sangat cantik dan anggun. Seruni sempat kagum pada kecantikan wajah Salma yang begitu menenangkan.. "Om Elkan, ayo kita masuk!" Yumaina menarik lengan kekar Elkan untuk masuk ke ruang tamu. "Astaghfirullah ... Sampai l

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 217

    "Maaf, ya ...! Maaf ...! Saya permisi dulu. Istri saya sudah menunggu!" "Apaa? Istri?" "Mas Elkan becanda ya? "Memangnya Mas Elkan sudah punya istri?" Para wanita penggemar Elkan itu bukannya menjauh, malah semakin penasaran ketika Elkan mengatakan ditunggu istrinya. "Oke ... oke, Aku akan perkenalkan istriku pada kalian." Elkan berkata seraya tersenyum menatap istrinya yang sedang cemberut sejak tadi. Mata Seruni melebar mendengar ucapan Elkan. Wanita itu lantas memberi kode dengan tangannya agar suaminya itu tidak melakukannya. Dia belum siap jika Elkan memperkenalkan dirinya sebagai istrinya di depan umum. "Yang mana istrinya Mas Elkan?" "Ayo dong Mas kenalin sama kita-kita!" Para wanita itu penasaran sambil memandang sekeliling. Elkan tak menyia-nyiakan kesempatan itu, perlahan melangkah menuju meja Seruni. Para Wanita itu terus memperhatikan Elkan yang ternyata menghampiri seorang gadis remaja yang sangat cantik walau tanpa riasan wajah. Gadis dengan rambut panjangnya

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 216

    "Mas, kita ke mall ini?" Seruni memandang takjub mall besar dan megah di hadapannya. "Iya. kita parkir mobil dulu." Mobil Elkan baru saja memasuki Mall besar di daerah cassablanca. Karena akhir pekan, mall itu tampak sangat ramai pengunjung. Bahkan untuk masuk mencari parkir saja harus sabar mengantri. "Mau nonton dulu, atau belanja?" "Nonton bioskop, Mas? Wah, pasti bioskopnya bagus banget di sini." Elkan terkekeh melihat kepolosan Seruni. Gadis yang unik, namun sangat menyenangkan.. "Aku belanja apa lagi sih, Mas?" "Kata Mama, pakaian kamu itu standar remaja banget modelnya. Nanti orang-orang pikir aku ini bukan suamimu. Tapi Bapakmu." Mereka terbahak-bahak. "Tapi aku enggak ngerti model, Mas." "Gampang. Nanti minta bantuin manager tokonya." Setelah memarkir mobil, Elkan membawa Seruni masuk ke dalam mall. Nampak banyak muda mudi yang berpasangan menghabiskan waktu berakhir pekan. Seruni bergelayut manja pada lengan Elkan. Sesekali berdecak kagum melihat kemegahan mall ya

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 215

    "Loh, Seruni kamu ngapain di sini?" Bu Astrid menegur Seruni yang berada di dapur. "Selamat pagi, Ma. Aku lagi masak sarapan untuk Mas," sahut Seruni tenang. Ia tak menyadari kalau Bu Astrid sudah melotot pada beberapa pelayan di sana. "M-maaf nyonya. Kami tadi sudah melarang. Tapi Non Seruni tetap mau di sini," sahut salah seorang pelayan. "Nggak apa-apa, Ma. Runi sejak kemarin nggak ngapa-ngapain. Bingung, cuma makan dan tidur aja," jelas Seruni sambil mengupas udang di wastafel. Nyonya Astrid hanya menggeleng-geleng kepala, lalu berjalan meninggalkan dapur, kemudian menghampiri putranya yang sedang minum kopi di teras samping. "Elkan, istrimu itu sebaiknya kuliah saja. Sepertinya dia jenuh di rumah." "Apa? Kuliah? Bagaimana nanti jika ada pria seumurannya yang tertarik dengannya?" pikir Elkan dalam hati. Pasti akan banyak pria yang akan tertarik dengan istrinya yang cantik itu. "Elkan, kok malah ngelamun? Kamu setuju, kan?" "Ya nanti aku bicarakan dulu dengan Seruni, Ma."

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 214

    "M-massshh ...!" Lagi-lagi Seruni mengigau menyebut kata 'mas'. Suara Seruni hampir mirip seperti desahan di telinga Elkan. Hingga membuat miliknya memberontak di bawah sana. Elkan tak mungkin melakukannya disaat istrinya tertidur. Dia tak bisa membayangkan gadis itu akan terkejut bahkan mungkin berteriak di saat terjaga nanti. Elkan geleng-geleng kepala. Saat ini dia hanya bisa menikmati pelukan Seruni yang cukup erat. Hembusan napas gadis itu menyapu hangat wajahnya. Kini mereka saling berhadapan dan sangat dekat. Elkan mulai bergerak gelisah. Rasa lapar yang tadi menyerangnya kini berubah menjadi rasa yang berbeda. Perlahan didekatkan wajahnya pada Seruni hingga mereka nyaris tak berjarak. Elkan memberanikan diri mengecup singkat bibir ranum milik istrinya. Cukup singkat, namun berkali-kali. Setelah menarik napas panjang, Elkan mencoba untuk mengecupnya lebih lama. Mungkin sedikit melumatnya dengan lembut tidak akan membuat istrinya itu terjaga. Bagai kecanduan, Elkan tak ma

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 213

    "Ini kamar Mas?" Seruni memandang takjub kamar yang begitu besar, bahkan lebih besar dari rumah mereka di desa. Kamar yang menyatu dengan ruang kerja Elkan itu dilengkapi dengan berbagai elektronik dan perabot mewah. "Iya. Ini rumah orang tua Mas. Semua fasilitas di rumah ini milik Mama dan Papa. Kalau rumah Mas tidak sebesar ini." Elkan duduk di tepi ranjang. Memandang Seruni yang masih terkagum-kagum dengan kamar mewah mirip hotel kelas bintang lima itu. Elkan tersenyum melihat wajah Seruni yang sedang terpesona. "Aku berasa mimpi bisa tidur di kamar ini, Mas." . Elkan langsung teringat sesuatu setelah mendengar ucapan Seruni. Tidur di kamar ini berdua dengan Seruni tentu sangat indah. Ini pasti akan menjadi malam pertamanya yang luar biasa. Pikiran liar pria tampan itu langsung travelling ke mana-mana. Mungkin setelah ini ia akan mengajak Seruni membeli beberapa pakaian, termasuk beberapa pakaian tidur yang sexy dan transparan. Elkan meneguk salivanya saat membayangkan Seruni

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 212

    Elkan menggandeng Seruni yang nampak sangat gugup. Ia melihat Seruni tidak percaya diri dengan penampilannya yang sangat sederhana. "Selamat datang Tuan muda!" seorang wanita paruh baya membuka pintu dan mempersilakan Elkan dan Seruni masuk. "Mama Papa di mana, Mbok?" "Ada di ruang keluarga, Tuan." Mbok Asih, salah satu asisten rumah tangga mereka memandang Seruni dengan penuh tanda tanya. Selama bertahun-tahun bekerja di rumah orang tua Elkan, baru kali ini anak majikannya itu membawa wanita ke rumah. "Ini Seruni, Mbok. Istriku." Seruni mengangguk seraya tersenyum pada Mbok Asih." "Oalaaah, nikahannya jadi, toh waktu itu? Mbok kirain nggak jadi gara-gara nyonya dan tuan nggak bisa hadir. ya sudah sana cepat dikenali istrinya!" "Iya, Mbok. Seruni memandang Elkan penuh tanda tanya. ia tak mengerti apa yang dibicarakan Mbok Asih. Elkan pun blm sempat membicarakannya. "Yuk kita ke atas. Mama dan Papaku di sana." Seruni memandang setiap foto yang ia jumpai. Ada beberapa fot

DMCA.com Protection Status