Hari ini, tepatnya 1 minggu sudah Arin dan ibunya bekerja di rumah Kaisar. Arin merasa seperti tinggal di rumahnya sendiri karena majikan tidak pernah pulang, Kenzie baru mengabarkan akan pulang hari ini setelah dari Jakarta satu minggu lamanya."Bu, nanti Kak Kenzi pulang. Kita mau masak apa ya enaknya?" tanya Arin saat berbelanja di pasar Sangkal Putung."Biasanya Nak Kenzie itu sukanya makan apa?" tanya Narsih."Semua makanan dia suka kecuali udang." Akhirnya Narsih membeli beberapa sayuran dan juga daging sebagai pelengkap masakan. Setelah dirasa cukup, mereka akhirnya memutuskan untuk pulang karena hari sudah menjelang siang.Saat berada di parkiran tak sengaja Arin bertemu dengan Susi dan Reni. Keduanya tampak baru akan berbelanja. Arin mencoba pura-pura tidak melihat tetapi Reni memanggil Arin, membuat ia akhirnya terpaksa menjawab panggilan mantan mertuanya."Loh Kamu tinggal di sini, Rin? Kamu pasti sudah tahu kalau kami tinggal di sekitar sini. Kamu sengaja pasti menjual rum
Hari ini Arin benar-benar sangat sibuk, aktivitas di percetakan sudah mulai ia laksanakan. Kini pekerjaan rumah tangga, Narsih yang mengambil alih untuk membantu Arin dan meringankan semua pekerjaannya."Bu hari ini Arin mau ke percetakan, mungkin pulang agak sorean soalnya mau mengantar pesanan dari pihak Pertamina.""Sekarang pesanan sudah mulai berskala besar. Jadi mohon bantuannya ya, Bu." Dengan sopan Kaisar meminta bantuan Narsih untuk membantu pekerjaan rumahnya."Iya, Nak Kaisar. Ibu senang melakukannya daripada tinggal di sini tidak melakukan apapun malah justru Ibu ngantuk."Setelah berpamitan dengan Narsih Arin dan Kaisar berangkat bersama menuju percetakan. Hari ini Kenzi sudah mulai bekerja lagi di kafe, dia sudah berangkat tadi jam 8 pagi."Mas apa sebaiknya nanti pesanan yang baru, kita kerjakan di rumah saja nanti malam. Selebihnya kita kerjakan di percetakan, kalau semuanya hanya dikerjakan di percetakan pasti akan membuat kita kesulitan karena kita tidak mungkin lemb
"Bay, kamu bilang sama Susi suruh antar agama ke sekolah. Ibu hari ini merasa tidak enak badan kepala pusing, mungkin darah tinggi Ibu kumat." Reni memegangi kepalanya yang terasa berat. Ia seharian ini sudah sangat lelah membersihkan rumah dan juga menyiapkan keperluan anak menantu juga cucunya.Susi yang baru saja pulang dari salon langsung rebahan di samping suaminya. " Mas, tadi Susi dapat extra bonus karena sudah menjadi langganan di salon Santika di sebelah Perumahan itu, loh. Cium bau aroma rambutnya, pasti nanti malam Mas bakalan minta nambah." Reni yang berada di samping Bayu merasa kesal. Bukannya membantunya membersihkan rumah, justru menantunya ini malah memikirkan dirinya sendiri tanpa memikirkan dirinya dan juga Agam. Bahkan dia tanpa malu berbicara masalah ranjang di depannya."Coba kamu kurangi pergimu itu yang kurang bermanfaat. Itu Agam butuh perhatian kamu," sungut Reni."Mas?" rengek Susi."Bu, biarkanlah Susi melayani suaminya ini. Tugas Ibu, membantu meringankan
"Kamu sudah siap untuk hari ini, Rin?" tanya Kaisar saat hendak ikut mengantar Arin ke pengadilan." Insyaallah, Arin siap. Mas hanya mengantar saja 'kan?" tanya Arin memastikan kembali."Maunya sih ikut ke dalam tapi sepertinya sangat kurang etis jika saya mengikuti kamu sana, pasti suami kamu akan berpikiran macam-macam terhadapku. Nanti Mas tunggu di cafe Kenzie saja, setelah kamu selesai baru akan jemput kamu.""Baiklah kalau begitu, Arin juga tak ingin Mas dijadikan kambing hitam oleh Mas Bayu."Arin dan Narsih berangkat ke pengadilan bersama diantar oleh Kaisar. Sudah ada Pakde Supri dan juga pengacara yang menunggu disana. Hari ini Arin sudah sangat siap karena sidang kali ini adalah penentuan. Setelah sidang kedua yang kemarin itu, Bayu menolak meditasi dengan Arin dan juga akhirnya jaksa menunda di sidang ketiga ini.Mobil telah sampai di pelataran pengadilan. Arin mengambil nafas dalam dan Narsih menggandeng tangan anaknya untuk masuk ke dalam."Semangat, Rin. Semoga hari i
Arin menyampaikan hasil sidang kepada Kaisar. Kaisar yang mendengarnya sangat geram dan meminta seseorang untuk membantunya. Ini pasti dilakukan oleh orang terdekat Arin, tidak mungkin Bayu bisa memfoto kegiatan Arin di Sawangan Jika dia tidak di sana."Besok kita ke Sawangan, Rin. Kita minta bantuan Pak RT untuk mengklarifikasikan hal ini. Itu tidak mungkin terjadi tanpa bantuan orang lain, bukan begitu, Ken?" tanya Kaisar pada Kenzi yang juga ikut menyimak pembicaraan mereka berlima." Iya betul, waktu itu spontan Kenzi hanya merasa senang karena Arin telah membantu Kenzi mengerjakan tugas desain dari Abang saat di Purwokerto," ucap Kenzi seketika membuat Kaisar melotot kepadanya." Jadi, selama ini tugas yang aku berikan saat tidak ada di rumah, Arin yang mengerjakan?" tanya Kaisar." Hehehe maaf, Kak, hanya 'kan kakak tahu sendiri otak adiknya ini tidak secerdas wanita di depan Kakak itu. Iya mau bagaimana lagi, Arin menawarkan diri untuk membantu Kenzi. Ya di terima saja, lagian
Semuanya telah dipersiapkan, Arin Kaisar, Kenzi, Narsih dan pengacaranya ikut bertandang ke rumah Pak RT dengan menggandeng dua petugas polisi yang merupakan rekan dari pengacara yang dibayar oleh Kaisar.Dengan menaiki dua mobil yang berbeda mereka akhirnya sampai di Desa Sawangan. Baik Arin maupun Kaisar sudah menyiapkan segala pertanyaan dan semua akan dikatakan kepada Pak RT."Bismillah aja, Rin. Jangan gugup semoga semuanya bisa baik-baik saja." Beberapa orang yang berada di sana melihat heran karena ada dua mobil sekaligus yang masuk ke halaman Pak RT. Saat mereka menengok ternyata yang turun dari mobil adalah Arin dan Narsih serta beberapa lelaki. Yang membuat mereka kaget, ada dua orang polisi yang juga ikut ke rumah Pak RT.Tentu hal ini menjadi sesuatu yang heboh dan menjadikan bahan tontonan para tetangga yang melihat kedatangan Arin dengan mobil dan dikawal polisi."Bu RT...Bu RT, Cepat Ibu pulang sekarang! Ada dua orang polisi dan beberapa tamu yang dibawa oleh Arin dan B
Setelah mendatangi rumah Pak RT dan mendapatkan hasil yang memuaskan, Kaisar dan Arin pulang ke rumah Arin yang ada di Sawangan terlebih dahulu sebelum ke Rinjani."Enggak apa-apa 'kan, Mas kita mampir dulu ke rumah Arin. Kasihan rumah lama tidak dibersihkan, kalau Mas Kaisar dan Kak Kenzie mau pulang dahulu silakan. Kita bisa kembali ke Rinjani Menaiki bis," ucap Arin."Kita sengaja mengosongkan jadwal hari ini untuk menemanimu, Ayolah kita kesana biar Mas nanti bantu sekalian beberes." Karena sekarang musim penghujan maka jalan menuju rumah Arin sangat becek. Terlebih, jalan ini sudah jarang dilewati sehingga banyak rumput yang tumbuh dan duri yang menyangkut."Sayang sekali rumah ini tidak dihuni, Rin," ucap Narsih seraya memandang rumah kenangan dengan suaminya.Arin menghembuskan nafasnya berat, keputusan untuk menjual rumah ini sepertinya harus di pertimbangkan dengan keluarga besar mereka, mengingat jika rumah ini sudah tidak dihuni maka akan rusak dan juga menyeramkan.Narsih
=========Kanjeng Mami====Setelah membeli obat untuk Arin, Kaisar bergegas pulang. Ia khawatir Arin akan bertambah parah dan sesuatu yang buruk terjadi. Trauma kehilangan orang yang dicintai membuat Kaisar tidak bisa berlama-lama melihat wanita sakit.Sesampainya di rumah, Kaisar langsung memberikan obat itu pada Narsih agar di minum Arin supaya lekas sembuh."Sudah, Bu?" tanya Kaisar saat melihat Narsih keluar dari kamar Arin."Sudah, Nak. Terimakasih loh malam-malam mau membelikan obat buat Arin, Nak Kaisar baik sekali." "Sama-sama, itu sudah menjadi tangung jawab saya melindungi semua yang tinggal di rumah ini. Besok Arin tak usah bekerja, bilang sama Arin agar istirahat dan juga makan makanan bergizi.""Nggih, Nak Kaisar. Sekali lagi, terimakasih." Kaisar mengangguk lalu pergi ke kamarnya untuk istirahat. Besok ia akan ke percetakan lebih awal karena Arin tak masuk. Ia juga harus mengecek gudang karena kebanyakan pekerja di sana adalah karyawan baru.Ponsel Kaisar berdering, pan
Tentu saja sikap Arin yang mencegah Kaisar untuk mencari tahu mengenai kejadian jatuhnya Arin di kamar mandi sekolah itu membuat Kaisar semakin penasaran. Sekolah yang memiliki biaya cukup mahal untuk bisa mengenyam pendidikan di sana itu sangat mustahil jika memiliki kloset yang licin. Tanpa sepengetahuan Arin, Kaisar pun mendatangi sekolah Shaka. Sengaja hari ini Arin tidak diperbolehkan untuk berangkat ke sekolah dan istirahat di rumah ditemani oleh Shaka. Ibunya—Narsih—juga diminta Kaisar untuk menemani Arin di rumah karena Arin menolak untuk dibawa ke rumah sakit.Kaisar langsung datang menemui kepala sekolah. Dia datang untuk menanyakan perihal kualitas sekolah yang dijadikan tempat menuntut ilmu anaknya itu. Kaisar merasa heran karena Shaka tiba-tiba terlihat tidak nyaman bersekolah di sana."Selamat pagi, Pak.""Pagi Pak Kaisar. Silahkan duduk!" titah Pujiono–kepala sekolah itu."Ada perlu apa ini? Tumben datang ke sekolah seorang diri.""Hari ini saya ingin meminta izin untuk
“Mas.”Malam ini Arin ingin sekali bercerita mengenai alasan ia mengajak Shaka pulang lebih awal. Kaisar yang masih sibuk dengan pekerjaannya pun menghentikan sementara.“Kenapa, Rin?”“Kayaknya keputusan Mas untuk pindahin Shaka itu betul deh.”“Kenapa emangnya? APa tadi ada masalah lagi yang terjadi di sekolah.”Arin mengembuskan napasnya kasar. Bukan perihal yang mudah untuk bercerita hal mengenai mantan suaminya itu pada suaminya kini yang notabene super protektif pada keluarganya.“Aku pikir, semua yang kita bicarakan saat itu adalah suatu hal yang harus kita lakukan sekarang.”“Kenapa?”“Tadi aku ketemu Mas Bayu. Dia …”“Dia kenapa?”Arin bingung mau mengatakan hal ini atau tidak, namun ia juga tak mau direndahkan sampai dibuat kasar dengan cara yang tidak patut oleh lelaki yang sudah menjadi mantan. Jika dulu saja ia bisa marah saat Bayu memukulnya, seharusnya ia sekarang lebih marah dari pada itu. Namun, ia kembali berpikir mengenai bisnis sang suami yang sedang dianggap sedan
Arin tak menyangka bakal bertemu Bayu di sekolah Shaka. Ia sangat menyesali kenapa harus menyekolahkan anaknya di tempat yang sama. Arin pun semakin yakin memindahkan Shaka setelah ini dan memilih sekolah di tempat lain yang berbeda dengan Bayu.Jam istirahat dimulai. Para murid keluar dan berhambur bermain di taman bermain yang ada di sekolah itu. Shaka mendekat ke arah Arin dengan wajah yang ditekuk.“Kenapa, Sayang? Kenapa nggak main sama teman teman?”“Nggak mau ah, Ma. Satria nakal lagi. Tadi buku Shaka dicoret coret dan disobek. Ma, Shaka mau pulang aja. Nggak mau sekolah,” rengek Shaka.Arin yang melihat anaknya menangis pun memilih untuk memangkunya dan memeluknya hangat. Memberi pengertian agar Shaka tidak sedih lagi setelah dikerjai Satria.“Ada anak Mami! Ada anak mami! Hahaha.”Suara Satria yang meledek Shaka membuat Arin geram. Namun, Arin bukan memarahi Satria melainkan mendatangi Bayu yang sibuk bermain gadget sendiri tanpa memperhatikan anaknya.Brak!Arin menggebrak m
“Gatsu.”“Nggak usah. Nanti langsung ke rumah aja, istirahat. Kasihan SHaka diajak kerja juga.”“Nggak kerja lah, cuma temani doang.”“Baiklah. Terserah kamu saja. MAs pergi dulu.”Arin kembali turun setelah bersalaman dengan Kaisar lalu melambaikan tangan melepas kepergian suaminya bekerja. Faktor keuangan yang sedang menurun, membuat Arin harus banyak banyak berdoa dan berusaha. Makanya dia akan menyusul nanti jika sekolah Shaka sudah selesai. Hitung hitung membantu suaminya bekerja. Tentunya dia niatkan beribadah. Biar tidak menimbulkan pertengkaran dan perdebatan jika hasilnya tidak memuaskan.Suara klakson mengagetkan Arin yang sedang berjalan masuk ke dalam ruang tunggu wali murid. Sebenarnya tidak disarankan masuk dan menunggu anaknya, tetapi Arin masih ingin memastikan baik baik saja. Tin!Lagi lagi Arin dibuat kesal karena mobil itu justru membuntutinya jalan ke halaman sekolah, hingga Arin bertambah kesal saat ada Bayu yang di dalamnya“Hai, Rin.” Bayu menyapa dengan senyum
“Kenapa dengan Satria? Siapa dia?” tanya Narsih."Teman Shaka, Bu. Dia biasa jahilin Shaka. Nggak hanya saka, yang lain juga. Emang dasar anaknya gitu. Mau marahin juga percuma. Gak bakalan mudeng. Orangtuanya aja gak tahu etitut," adu Arin."Sudah sudah. Kita bicarakan nanti saja. Udah siang ini Shakanya," sela Kaisar yang tidak ingin membahas tentang keburukan orang lain di depan anaknya.Kaisar benar benar mengantar Shaka. Dia meminta Arin untuk menunggu Shaka masuk dan meminta Arin untuk kembali ke mobil."Ada apa sih, Mas?" tanya Arin heran melihat gelagat suaminya yang aneh."Nggak. Shaka udah masuk?""Udah. Barusan udah masuk. Hari ini Satria nggak datang. Aman."Arin mengembuskan napasnya perlahan lalu tersenyum di depan Kaisar."Mas mau tanya apa?""Memang Mas mau tanya?""Hiz! Serius. Mau nanya kali ini sama Arin nggak?""Mau sih. Tapi, kamu harus jawab jujur.""Apa?" tanya Arin serius mendengarkan."Mas mau tanya. Wajah kamu pake formalin ya? Kok awet cantiknya?" kelakar Ka
“Kenapa kamu bangunkan Mas kesiangan, Rin? Hari ini Mas akan ke gudang buat cek data yang semalam belum Mas selesaikan,” tanya Kaisar panik saat dibangunkan Arin kesiangan.“Tenang aja. File udah aku cek dan memang ada keanehan di Mellynya. Bukan salah toko atau gudang. Jadi Mas hanya perlu tanyai Melly, kenapa dia sampai berlaku demikian. Kita butuh penjelasan dia mengenai hal ini. Dia harus bertanggung jawab dan Mas harus bisa bertindak bijak. OKe?”Arin memang sudah menyelesaikannya semalam. Dia hanya membereskan beberapa dan itu cukup sangat membantu membuat Kaisar lelap tidur dan puas istirahat sampai pagi.“Ya ampun, begini ini yang kadang bikin Mas nggak mau tidur dulu kalau kerjaan sudah beres. Kamu pasti yang selesaikan. Ya sudah, aku mau mandi dulu. Kamu pasti udah siapkan sarapan, ya?” “Belum. Aku mau sarapan di rumah Ibu bareng kamu.”“Tumben?” tanya Kiasar heran.“Lagi pengin aja. Yuk ah, buruan! Mas mandi, aku mandiin Shaka.”Keduanya gegas beranjak sebelum melakukan ak
“Mas,” panggil Arin.Kaisar yang sedang memeriksa laporan keuangan tempatnya bekerja, menengok sekilas. Wajahnya nampak serius, membuat Arin untung untuk mengatakan perihal kejadian di sekolah tadi.“Kenapa, Rin?” tanya Kaisar saat ia sudah kembali melihat berkas berkasnya dan merasa Arin tidak berkata apapun setelah itu.“Arin bantu ya pekerjaannya?” Arin pun memikirkan untuk membantu saja, daripada mengeluhkan ini itu.“Shaka udah tidur?”“Udah. Boleh ya?”“Ini itu bentar lagi selesai. Ada sedikit perbedaan antara income di aplikasi sama yang Mely tulis.”“Kok bisa?” tanya Arin kaget.Akhir akhir ini memang usahanya agak bermasalah. Selain bisnis yang kian menjamur, juga adanya pesaing yang memakai cara kotor, akhirnya perusahaan pun banyak yang terancam. Meski dalam hal bisnis ini adalah hal yang biasa, tetap saja Arin merasa sedih dan ingin kembali ikut membantu suaminya.“Itulah. Kalau percetakan yang di Gatsu itu nggak lagi beromset banyak, kemungkinan pengurangan karyawan pun h
“Ma,” panggil Shaka saat kini sudah mulai jam istirahat sekolah.“Udah istirahat, Sayang?”“Udah. Mom nungguin Shaka?” tanya Shaka heran karena melihat Arin yang ada di sekolah. Biasanya Arin akan meninggalkan Shaka di kelas dan Arin akan menyusul Kaisar bekerja. Namun, kali ini ia memang ingin menunggui anaknya itu untuk menjamin keselamatannya.“Iya. Sengaja Mom tunggu, biar nggak ada yang bisa gangguin kamu.”“Hai Shaka, main yuk!” ajak bocah kecil bernama Gendis.“Ma, Shaka main sama Gendis di perosotan sana ya?” tunjuk Shaka pada mainan yang ramai dipenuhi oleh anak anak yang asyik bermain.“Iya. Hati-hati ya, Nak.”Arin melihat dari kejauhan, apa yang sedang dilakukan Shaka. Dia nampak senang anaknya itu punya banyak kawan di sekolah ini. Meski kebanyakan yang berteman dengan Shaka adalah anak-anak perempuan, ia tak masalah. Justru ia merasa lega karena berteman dengan anak perempuan membuatnya merasa aman karena terhindar dari perkelahian antar teman nantinya.Satria mendekati
Ternyata Prameswari hanya mengantar Satria saja. Anak bawaan Bayu itu tidak ditunggui oleh ibunya dan itu adalah hal yang cukup mengagetkan karena setalah Prameswari keluar ruangan, Arin diminta untuk masuk ke dalam ruangan kepala sekolah."Sebenarnya ada hal apa saja yang dipanggil ke ruangan ini?" Tanya Arin heran sekaligus bingung."Maaf jika saya memanggil Ibu secara mendadak dan tiba tiba. Tetapi pas kebetulan ibu berada di sini untuk mengantar, jadi saya berpikir untuk meminta ibu langsung menemui saya di sini.""Tidak masalah. Apa yang sudah terjadi, Pak?""Justru itu hal yang ingin saya tanyakan kepada Ibu Arin. Sebenarnya ada masalah apa ibu dengan orang tua Satria?""Orang tua Satria? Siapa yang sedang Bapak maksud itu?""Bu Prameswari. Beliau tadi melaporkan bahwa, katanya Ibu sudah membuat beliau kesal dengan kata-kata yang tidak patut dan tidak sopan. Jadi, Saya ingin mengetahui masalah apa yang sedang terjadi antara Bu Arin dan Prameswari? Apakah ini karena pertengkar