Dahi Kaisar berkerut, pantas Arin tak betah tinggal dengan suami dan mertua seperti ini. Cara bicaranya sungguh sangat tidak sopan dan menyebalkan."Silahkan, maka saya akan tuntut balik karena kamu juga melakukan hal itu pada Arin. Tanpa bicara juga saya tahu mana orang baik dan mana orang jahat. Jika kalian ke sini untuk membuat keributan dengan saya, tak akan saya mengizinkan anda berkunjung kembali ke rumah saya. Saya menyerahkan keputusan sepenuhnya pada Arin, kalian tidak bisa memaksanya kembali jika dia tak mau. Silahkan keluar dari rumah saya jika sudah tak ada kepentingan," ucap Kaisar tegas.Kaisar masuk ke dalam untuk meminta Arin membawa Agam menemui ayahnya. "Mas sudah mengingatkan mereka, semua keputusan ada di tanganmu."" Terima kasih, Mas. Apa mereka sudah pergi?" Suara Bayu terdengar, Sepertinya ia memaksa masuk ke rumah dengan memanggil nama Agam untuk segera pulang.""Agam, pulang, Nak!" Agam yang sedang bermain dengan Kenzie dan Narsih di ruang depan televisi
Hari ini sidang akan digelar. Arin berharap ini adalah sidang terakhir yang akan menentukan statusnya berpisah dengan Bayu. Arin sudah merasa lelah mengurus semuanya yang terasa lama baginya.Arin melihat Bayu yang baru datang dan dia membawa dua orang saksi sebagai penguat persidangan kali ini. Tapi wajah Bayu berubah pias ketika mendapati Pak RT dan beberapa warga Sawangan yang hadir di persidangan.Hari ini Bayu datang tepat waktu dan mereka tidak harus menunggu waktu lama untuk memulai sidang perceraian Arin dan Bayu.Sidang dibuka dan pembacaan pra acara sidang dimulai. Arin harap-harap cemas begitu juga kan Bayu. Pengacara dari masing-masing pihak saling beradu argumen dan saksi saling menguatkan dugaan masing-masing.Di detik-detik terakhir, saksi dari Arin ikut membantu mempermudah jalannya persidangan sehingga akhirnya Jaksa menentukan jika gugatan Arin diterima untuk berpisah dengan Bayu.Pembagian harta gono gini juga menjadi agenda wajib hari ini. Beruntung perumahan yang
Bayu meninggalkan tempat persidangan dengan emosi yang menggelora. Niat hati ingin kembali justru ia malah mendapatkan banyak kekalahan di sana membuat dia sangat malu dan harga dirinya terhina.Bayu memilih pergi ke suatu tempat yang bisa membuat otak nya sedikit refresh. Sebuah tempat karaoke dengan suguhan para wanita cantik yang bisa menghiburnya akan sedikit membuang rasa benci terhadap kekalahan ini.Di sana dan di malam ini ia akan menghabiskan waktu bersama para wanita dan minuman beralkohol. Iya tak peduli lagi dengan Susi yang berada di rumah dan menunggunya pulang, bahkan Bayu sudah tidak mengingat Agam lagi karena di otaknya sekarang adalah kebencian terhadap keputusan sidang tadi.Jam 2 dini hari, Bayu baru pulang ke rumah. Susi yang sudah tidur terbangun kala tahu mobil Bayu pulang dan ia segera menyambut dengan wajah kesalnya."Persidangan apa yang kamu lakukan hingga sampai pagi kamu baru pulang , Mas?" sentak Susi membuat Bayu bertambah marah karena ia sedang terpenga
Jam lima sore, suara salam dari luar rumah terdengar. Rombongan keluarga Pakde Supri datang. Terlihat Sekar dan juga Faisal juga turut ikut."Loh, Bang Fai ikut juga." Narsih menyambut Kedatangan para keluarga kakak iparnya." Iya Bulik, pas kebetulan lagi nengokin Papi sama Mami di Lomanis. Bulik apa kabar?" tanya Fai."Alhamdulillah, ayo masuk dulu. Kita ngobrol di dalam," ajak Narsih."Kalian mau minum apa? Kopi atau teh?" tanya Arin."Jus ada?" tanya Fai."Kebiasaan kamu, Fai, kalau bertamu suka minta yang aneh-aneh. Itu yang ditawarin teh sama kopi, kamu kok malah mintanya jus," protes Ratmi, istri Pakde Supri."Ya kali aja ada, Mam," ucap Faizal cengengesan."Udah selamatan nempati rumah, Nar?" tanya Ratmi."Sudah, Mbak. Pas baru bikin, ini rumah langsung ditempati para karyawan bosnya Arin. Sebelah sana, dijadikan gudang katanya," jawab Narsih."Gudang apa?" tanya Supri sambil menyesap serutunya. Arin kembali dari belakang membawa minuman dan beberapa cemilan."Monggo, Pakde,
"Mas, besok ke Bandungnya gimana? Aku sudah ajak Pakde buat ikut sambil ngejelasin perihal rumah Agam yang dijual." Arin mengirim pesan pada Kaisar dan berharap pemilik nomor akan segera membalasnya.Beberapa menit kemudian balasan Kaisar masuk."Coba nanti Mas diskusikan dengan Kenzi. Percetakan sedang ramai, Rin. Mas nggak bisa ninggalin lama.""Apa Arin kesana bareng sama Pakde dan Ibu saja?""Emang nggak apa, Mas nggak ikut?""Nggak apa, lagian lebih aman kayaknya kalau hanya sama Pakde dan Ibu. Jadi kita bisa menghindari fitnahan Umi nanti. Mas fokus kerja saja, doakan Arin bisa melewati ini semua.""Aamiin."Selepas mengabari Kaisar, Arin segera mengabari Pakde agar membawa mobilnya menuju Bandung nanti. Arin juga meminta Bang Faizal untuk ikut agar bergantian menyetir mobil jika Pakde Supri lelah."Rin, kamu nggak jadi ajak Agam?" tanya Narsih. "Nggak tahu, Bu. Arin bingung.""Coba kamu WA ke nomor Bayu. Siapa tahu dia ngizinin kamu pergi sama Agam.""Tapi kalau dia nggak izin
"Agam?!"Arin langsung berlari mendekati Agam yang tergeletak di lantai. Satpam dan juga yang lainnya ikut membantu membawa Agam ke kasur dan segera melaporkan kepada pihak yang berwajib.Tangis Arin pecah memeluk Agam yang menutup matanya."Dia masih hidup, kita bawa ke rumah sakit saja," ucap Faizal yang memeriksa nadi Agam.Faisal menggendong Agam masuk ke dalam mobil dan mereka semua ikut ke rumah sakit."Pak tolong cari Susi sekarang juga. Dia harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukan pada anak saya," ucap Arin pada petugas keamanan kompleks."Baik bu semua akan kami urus. Semoga anak Ibu baik-baik saja," ucap salah satu satpam kompleks.Setelah menyerahkan permasalahan Susi kepada petugas keamanan Arin langsung bergegas pergi memberikan pertolongan kepada Agam.Arin berharap tidak ada sesuatu hal yang serius yang akan terjadi kepada anak tirinya ini. Arin beberapa kali mencoba memanggil nomor Bayu tetapi tidak juga tersambung, membuat Pakde Supri geram melihatnya."Bapak m
Umi dan Abah Agam telah sampai di rumah sakit. Mereka langsung bertanya kepada petugas Rumah Sakit ruangan tempat Agam dirawat. Saat ruangan Agam ditemukan, Umi langsung membuka pintu dan melihat Agam yang sedang disuapi oleh Arin."Assalamualaikum," salam Umi."Wa'alaikumsalam," jawab Arin dan Narsih. Umi berhambur ke pelukan Agam menciumi cucu kesayangannya." Alhamdulillah, kamu sudah mendingan Agam? Oma dan Opa khawatir," ucap, Umi sambil terus mencium dan mengusap kepala Agam."Oma kok tahu Agam di rumah sakit? Agam kangen banget sama oma," ucap Agam tersenyum."Sama Opa tidak, Gam?" kelakar Abah lalu ikut mencium Agam."Agam Kangen semuanya, kangen Bude, kangen pakde, kangen ama bulik juga. Tapi, Agam sudah tidak pernah ke Bandung. Ayah selalu sibuk dan mengatakan akan ke rumah opa dan Oma kalau nanti Pekerjaan ayah selesai." Wajah kecewa Agam membuat banyak pertanyaan dari kepala kedua orang tua almarhum ibunya Agam ini."Alhamdulillah, Umi dan Abah sudah sampai, perjalanan lan
"Kusut amat itu muka, kenapa?" tanya Ucup pada Bayu yang baru saja datang ke rumahnya. Bayu sengaja pergi tadi pagi meninggalkan Agam dengan Susi berdua di rumah. "Biasa bini muda berulah, pusing kepala gue pikirin si Susi. Mana dia kalau minta apa-apa ngancem bakal jual rumah itu," keluh Bayu pada Ucup."Gimana ceritanya bisa begitu? Bukannya bini lo itu si Arin kenapa sekarang jadi Susi?" tanya Ucup bingung."Gue sama Arin sudah pisah sekitar seminggu yang lalu dan yang jadi bini gue sekarang si Susi. Tapi ya itu dia beda sekali dengan Arin, dia lebih merepotkan dari yang aku pikirkan.""Kok?"Bayu tampak menghembuskan nafasnya berat, memikirkan beberapa hari ini Susi terlihat sangat menyebalkan dengan tingkahnya yang suka memerintah seenaknya. "Maka dari ini gue pusing. Lo tahu nggak caranya biar Arin bisa jatuh cinta sama gue lagi?" tanya Bayu pada sahabat lamanya ini. Ucup menggeser tubuh Bayu yang duduk di jok motornya."Mau tanya saran gue gimana?" ucap Ucup menyeringai. Ucup
Tentu saja sikap Arin yang mencegah Kaisar untuk mencari tahu mengenai kejadian jatuhnya Arin di kamar mandi sekolah itu membuat Kaisar semakin penasaran. Sekolah yang memiliki biaya cukup mahal untuk bisa mengenyam pendidikan di sana itu sangat mustahil jika memiliki kloset yang licin. Tanpa sepengetahuan Arin, Kaisar pun mendatangi sekolah Shaka. Sengaja hari ini Arin tidak diperbolehkan untuk berangkat ke sekolah dan istirahat di rumah ditemani oleh Shaka. Ibunya—Narsih—juga diminta Kaisar untuk menemani Arin di rumah karena Arin menolak untuk dibawa ke rumah sakit.Kaisar langsung datang menemui kepala sekolah. Dia datang untuk menanyakan perihal kualitas sekolah yang dijadikan tempat menuntut ilmu anaknya itu. Kaisar merasa heran karena Shaka tiba-tiba terlihat tidak nyaman bersekolah di sana."Selamat pagi, Pak.""Pagi Pak Kaisar. Silahkan duduk!" titah Pujiono–kepala sekolah itu."Ada perlu apa ini? Tumben datang ke sekolah seorang diri.""Hari ini saya ingin meminta izin untuk
“Mas.”Malam ini Arin ingin sekali bercerita mengenai alasan ia mengajak Shaka pulang lebih awal. Kaisar yang masih sibuk dengan pekerjaannya pun menghentikan sementara.“Kenapa, Rin?”“Kayaknya keputusan Mas untuk pindahin Shaka itu betul deh.”“Kenapa emangnya? APa tadi ada masalah lagi yang terjadi di sekolah.”Arin mengembuskan napasnya kasar. Bukan perihal yang mudah untuk bercerita hal mengenai mantan suaminya itu pada suaminya kini yang notabene super protektif pada keluarganya.“Aku pikir, semua yang kita bicarakan saat itu adalah suatu hal yang harus kita lakukan sekarang.”“Kenapa?”“Tadi aku ketemu Mas Bayu. Dia …”“Dia kenapa?”Arin bingung mau mengatakan hal ini atau tidak, namun ia juga tak mau direndahkan sampai dibuat kasar dengan cara yang tidak patut oleh lelaki yang sudah menjadi mantan. Jika dulu saja ia bisa marah saat Bayu memukulnya, seharusnya ia sekarang lebih marah dari pada itu. Namun, ia kembali berpikir mengenai bisnis sang suami yang sedang dianggap sedan
Arin tak menyangka bakal bertemu Bayu di sekolah Shaka. Ia sangat menyesali kenapa harus menyekolahkan anaknya di tempat yang sama. Arin pun semakin yakin memindahkan Shaka setelah ini dan memilih sekolah di tempat lain yang berbeda dengan Bayu.Jam istirahat dimulai. Para murid keluar dan berhambur bermain di taman bermain yang ada di sekolah itu. Shaka mendekat ke arah Arin dengan wajah yang ditekuk.“Kenapa, Sayang? Kenapa nggak main sama teman teman?”“Nggak mau ah, Ma. Satria nakal lagi. Tadi buku Shaka dicoret coret dan disobek. Ma, Shaka mau pulang aja. Nggak mau sekolah,” rengek Shaka.Arin yang melihat anaknya menangis pun memilih untuk memangkunya dan memeluknya hangat. Memberi pengertian agar Shaka tidak sedih lagi setelah dikerjai Satria.“Ada anak Mami! Ada anak mami! Hahaha.”Suara Satria yang meledek Shaka membuat Arin geram. Namun, Arin bukan memarahi Satria melainkan mendatangi Bayu yang sibuk bermain gadget sendiri tanpa memperhatikan anaknya.Brak!Arin menggebrak m
“Gatsu.”“Nggak usah. Nanti langsung ke rumah aja, istirahat. Kasihan SHaka diajak kerja juga.”“Nggak kerja lah, cuma temani doang.”“Baiklah. Terserah kamu saja. MAs pergi dulu.”Arin kembali turun setelah bersalaman dengan Kaisar lalu melambaikan tangan melepas kepergian suaminya bekerja. Faktor keuangan yang sedang menurun, membuat Arin harus banyak banyak berdoa dan berusaha. Makanya dia akan menyusul nanti jika sekolah Shaka sudah selesai. Hitung hitung membantu suaminya bekerja. Tentunya dia niatkan beribadah. Biar tidak menimbulkan pertengkaran dan perdebatan jika hasilnya tidak memuaskan.Suara klakson mengagetkan Arin yang sedang berjalan masuk ke dalam ruang tunggu wali murid. Sebenarnya tidak disarankan masuk dan menunggu anaknya, tetapi Arin masih ingin memastikan baik baik saja. Tin!Lagi lagi Arin dibuat kesal karena mobil itu justru membuntutinya jalan ke halaman sekolah, hingga Arin bertambah kesal saat ada Bayu yang di dalamnya“Hai, Rin.” Bayu menyapa dengan senyum
“Kenapa dengan Satria? Siapa dia?” tanya Narsih."Teman Shaka, Bu. Dia biasa jahilin Shaka. Nggak hanya saka, yang lain juga. Emang dasar anaknya gitu. Mau marahin juga percuma. Gak bakalan mudeng. Orangtuanya aja gak tahu etitut," adu Arin."Sudah sudah. Kita bicarakan nanti saja. Udah siang ini Shakanya," sela Kaisar yang tidak ingin membahas tentang keburukan orang lain di depan anaknya.Kaisar benar benar mengantar Shaka. Dia meminta Arin untuk menunggu Shaka masuk dan meminta Arin untuk kembali ke mobil."Ada apa sih, Mas?" tanya Arin heran melihat gelagat suaminya yang aneh."Nggak. Shaka udah masuk?""Udah. Barusan udah masuk. Hari ini Satria nggak datang. Aman."Arin mengembuskan napasnya perlahan lalu tersenyum di depan Kaisar."Mas mau tanya apa?""Memang Mas mau tanya?""Hiz! Serius. Mau nanya kali ini sama Arin nggak?""Mau sih. Tapi, kamu harus jawab jujur.""Apa?" tanya Arin serius mendengarkan."Mas mau tanya. Wajah kamu pake formalin ya? Kok awet cantiknya?" kelakar Ka
“Kenapa kamu bangunkan Mas kesiangan, Rin? Hari ini Mas akan ke gudang buat cek data yang semalam belum Mas selesaikan,” tanya Kaisar panik saat dibangunkan Arin kesiangan.“Tenang aja. File udah aku cek dan memang ada keanehan di Mellynya. Bukan salah toko atau gudang. Jadi Mas hanya perlu tanyai Melly, kenapa dia sampai berlaku demikian. Kita butuh penjelasan dia mengenai hal ini. Dia harus bertanggung jawab dan Mas harus bisa bertindak bijak. OKe?”Arin memang sudah menyelesaikannya semalam. Dia hanya membereskan beberapa dan itu cukup sangat membantu membuat Kaisar lelap tidur dan puas istirahat sampai pagi.“Ya ampun, begini ini yang kadang bikin Mas nggak mau tidur dulu kalau kerjaan sudah beres. Kamu pasti yang selesaikan. Ya sudah, aku mau mandi dulu. Kamu pasti udah siapkan sarapan, ya?” “Belum. Aku mau sarapan di rumah Ibu bareng kamu.”“Tumben?” tanya Kiasar heran.“Lagi pengin aja. Yuk ah, buruan! Mas mandi, aku mandiin Shaka.”Keduanya gegas beranjak sebelum melakukan ak
“Mas,” panggil Arin.Kaisar yang sedang memeriksa laporan keuangan tempatnya bekerja, menengok sekilas. Wajahnya nampak serius, membuat Arin untung untuk mengatakan perihal kejadian di sekolah tadi.“Kenapa, Rin?” tanya Kaisar saat ia sudah kembali melihat berkas berkasnya dan merasa Arin tidak berkata apapun setelah itu.“Arin bantu ya pekerjaannya?” Arin pun memikirkan untuk membantu saja, daripada mengeluhkan ini itu.“Shaka udah tidur?”“Udah. Boleh ya?”“Ini itu bentar lagi selesai. Ada sedikit perbedaan antara income di aplikasi sama yang Mely tulis.”“Kok bisa?” tanya Arin kaget.Akhir akhir ini memang usahanya agak bermasalah. Selain bisnis yang kian menjamur, juga adanya pesaing yang memakai cara kotor, akhirnya perusahaan pun banyak yang terancam. Meski dalam hal bisnis ini adalah hal yang biasa, tetap saja Arin merasa sedih dan ingin kembali ikut membantu suaminya.“Itulah. Kalau percetakan yang di Gatsu itu nggak lagi beromset banyak, kemungkinan pengurangan karyawan pun h
“Ma,” panggil Shaka saat kini sudah mulai jam istirahat sekolah.“Udah istirahat, Sayang?”“Udah. Mom nungguin Shaka?” tanya Shaka heran karena melihat Arin yang ada di sekolah. Biasanya Arin akan meninggalkan Shaka di kelas dan Arin akan menyusul Kaisar bekerja. Namun, kali ini ia memang ingin menunggui anaknya itu untuk menjamin keselamatannya.“Iya. Sengaja Mom tunggu, biar nggak ada yang bisa gangguin kamu.”“Hai Shaka, main yuk!” ajak bocah kecil bernama Gendis.“Ma, Shaka main sama Gendis di perosotan sana ya?” tunjuk Shaka pada mainan yang ramai dipenuhi oleh anak anak yang asyik bermain.“Iya. Hati-hati ya, Nak.”Arin melihat dari kejauhan, apa yang sedang dilakukan Shaka. Dia nampak senang anaknya itu punya banyak kawan di sekolah ini. Meski kebanyakan yang berteman dengan Shaka adalah anak-anak perempuan, ia tak masalah. Justru ia merasa lega karena berteman dengan anak perempuan membuatnya merasa aman karena terhindar dari perkelahian antar teman nantinya.Satria mendekati
Ternyata Prameswari hanya mengantar Satria saja. Anak bawaan Bayu itu tidak ditunggui oleh ibunya dan itu adalah hal yang cukup mengagetkan karena setalah Prameswari keluar ruangan, Arin diminta untuk masuk ke dalam ruangan kepala sekolah."Sebenarnya ada hal apa saja yang dipanggil ke ruangan ini?" Tanya Arin heran sekaligus bingung."Maaf jika saya memanggil Ibu secara mendadak dan tiba tiba. Tetapi pas kebetulan ibu berada di sini untuk mengantar, jadi saya berpikir untuk meminta ibu langsung menemui saya di sini.""Tidak masalah. Apa yang sudah terjadi, Pak?""Justru itu hal yang ingin saya tanyakan kepada Ibu Arin. Sebenarnya ada masalah apa ibu dengan orang tua Satria?""Orang tua Satria? Siapa yang sedang Bapak maksud itu?""Bu Prameswari. Beliau tadi melaporkan bahwa, katanya Ibu sudah membuat beliau kesal dengan kata-kata yang tidak patut dan tidak sopan. Jadi, Saya ingin mengetahui masalah apa yang sedang terjadi antara Bu Arin dan Prameswari? Apakah ini karena pertengkar