Jangan lupa sholat Isya dulu sebelum tidur, entar kebabalsan, Rin." Suara Narsih terdengar mengingatkan."Iya, Bu. Bentar lagi, lagi cek ini." Arin sedang mengerjakan pesanan yamg masuk sedari sore, pelanggannya ingin besok selesai dan malam ini ia harus merampungkannya.Arin melirik jam dan jarumnya menunjukan angka sebelas. Sudah cukup malam dan ia harus segera istirahat.'Akan aku rampungkan besok habis Subuh saja, tinggal dikit lagi pasti kelar. Sholat dulu'Arin langsung beranjak meninggalkan tempat semula menuju kamar mandi. Ia mengambil air wudlu sekalian cuci muka untuk tidur.Saat sedang wudlu, ia mendengar suara jendela terketuk. Tapi, ini tengah malah membuat bulu kuduk Arin meremang.Arin keluar kamar mandi. Menengok sesuatu dari suara yang tadi terdengar di jendela. Tak ada hal apapun dan ia kembali untuk Sholat Isya.Arin menggelar sajadahnya, lagi-lagi ia mendengar suara jendela yang diketuk. Arin abai, mungkin itu suara pohon atau sesuatu yang mengenai jendela kamarn
Lelaki itu melirik ke arah Arin dan matanya begitu merah sehingga membuat Arin takut. Parang terangkat dan lelaki itu siap memenggal kepala Bayu."Jangan!!" teriak Arin. Arin merasa pipinya perih, ia tersadar dan Narsih ternyata berhasil membangunkannya."Kamu kenapa, Rin?" tanya Narsih. Keringat keluar dari wajah Arin. Mimpinya begitu menyeramkan sehingga membuatnya tadi begitu ketakutan. Narsih mengambilkan air minum di dapur dan memberikannya pada Arin."Diminum dulu, mungkin kamu tadi habis mimpi buruk. Sampai keringat keluar semua begitu," ucap Narsih memberikan segelas air minum.Arin meminumnya sampai tandas. Dia masih ingat betul lelaki tadi. Mata merah dengan pedang yang siap membunuh dia dan Bayu."Berdoa sebelum tidur, jangan lupa baca surat Al-Falaq dan An-Naas. Supaya nggak ada yang ganggu saat kita tidur," ucap Narsih kembali.Arin masih takut dengan mimpinya. Ia takut memejamkan matanya, sehingga ia memilih membaca semua suratan yang ia hafal dalam hatinya.Mata Arin a
"Ibu Arin tak apa, hanya kelelahan saja. Suhu tubuh dan tensinya juga normal. Semua normal dan hanya butuh istirahat saja. Saya akan meresepkan vitamin untuk Ibu Arin," ucap Dokter Fajar.Narsih menatap heran dokter yang memeriksa Arin. Sudah jelas tergambar jika anaknya ini pucat dan terlihat sakit. Tapi kenapa, dia bisa dinyatakan sehat."Dokter yakin anak saya sehat?" tanya Narsih sekali lagi."Sehat, Bu. Hanya kelelahan dan kurang istirahat. Jika dua atau tiga hari dia masih lemah, bawa ke sini lagi. Ini resepnya dan silahkan tebus di apotik," ucap Dokter Fajar ramah."Baiklah, Dok. Terimakasih, mari!'Narsih dan Arin berjalan keluar tempat praktek dan menunggu karyawan gudang menjemput mereka."Bu, Arin pengen ketemu Mas Bayu. Semalam Arin mimpi buruk, apa ada hal yang terjadi ya? Kepala Arin sampai pusing akibat mimpi itu. Apa ada pertanda buruk tentangnya, Arin cemas." Narsih kembali heran dengan Arin. Tak biasanya dia membahas tentang Bayu dengannya."Bayu? Tumben kamu ingin
"Iya, Ibu. Ya sudah, Arin bawakan kopi ini buat Mas Bayu. Ibu istirahat aja di kamar atau nggak nonton tv, nggak usah nguping Arin. Arin pasti bisa jaga diri," ucap Arin tersenyum meyakinkan Narsih."Baiklah, inget. Jaga batasan!" "Inggih, Bu." Arin berjalan dengan pelan, membawa satu cangkir kopi yang masih mengeluarkan asapnya."Silahkan diminum, masih panas tapi," ucap Arin pada Bayu yang menatapnya hangat."Makasih, Rin. Mas sangat rindu kopi buatanmu."Arin diam saja tak menanggapi ucapan Bayu. Hatinya aneh, mendadak pusingnya hilang dan berganti dengan perasaan menghangat melihat senyuman Bayu."Rin, katanya kamu mimpiin Mas semalam. Mimpi apa?" tanya Bayu memancing percakapan."Oh, hanya mimpi buruk. Mas terlihat akan dibunuh seseorang dan meminta bantuan pada Arin tapi Arin juga nggak bisa bantu karena ada dua makhluk menyeramkan juga hendak membunuh Arin.""Masa? Kenapa pas sekali?""Maksud Mas?" tanya Arin bingung."Mas memang sedang bingung. Rasanya seperti hendak dikulit
"Cup, keren banget lu. Rencana kita berhasil," ujar Bayu yang baru datang ke rumah Ucup dengan membawa satu kresek mangga permintaan istri mudanya."Rencana apa? Gue nggak ngelakuin apa-apa, lu sepagi ini ngapain datang kerumah? Mau pinjem uang lagi?" tanya Ucup dengan wajah sedikit sewot " Yaelah, gue mau ucapin terima kasih sama lu. Nih, gue bawain mangga pesanan bini lu," ucap Bayu memberikan kresek berisi mangga itu pada Ucup."Nyogok ini ceritanya?""Enggak juga, tapi kalau lu nggak mau ya udah gue bawa pulang lagi.""Eh eh eh, kalau ikhlas ngasih, nggak usah dibawa pulang lagi, pamali tahu." Ucup langsung menyambar kresek itu dari tangan Bayu dan beranjak dari tempatnya."Dasar Ucup markucup! Eh bini muda lu mana, Cup?" tanya Bayu sambil duduk di ruang tamu."Lagi bersiap di kasur.""Ngapain sepagi ini di kasur?" tanya Bayu heran."Bini muda gue emang spesial khusus di ranjang bukan di dapur. Kalau malam dia bekerja di luar. Jadi kalau pagi dia tinggal ngerjain gua, hahaha."Uc
"Assalamualaikum," salam Bayu lembut."Wa'alaikumsalam, kamu lagi, Bay! Mau ngapain lagi?" tanya Bu Narsih dengan ketus. Iya terlihat tidak menyukai kedatangan Bayu."Hehehe, iya, Bu. Bayu hanya ingin menengok Arin. Bagaimana kabarnya? Apakah dia sudah sehat?" tanya Bayu berbasa-basi sambil mencium tangan Narsih takzim. Tetap saja Narsih tidak menyukai Bayu bagaimanapun perubahan sikapnya sekarang. "Mas? Kenapa datang ke sini?" Tiba-tiba Arin datang dari dalam dan tersenyum melihat kedatangan Bayu."Masuk, Rin. Kamu masih sakit," perintah Narsih."Maaf Bu, Bayu ada keperluan dengan Arin sebentar saja. Tolong, Bu." Bayu mengiba di depan Narsih agar dia diizinkan berbicara penting pada Arin mengenai rumah Agam."Biar Arin bicara sebentar dengan Bayu. Ibu jangan khawatir, semua akan baik-baik saja," ucap Arin meyakinkan."Baiklah, jangan lama-lama. Bicara saja di ruang tamu, jangan pergi dari rumah. Sekalian tanyakan padanya mengenai kematian Ayah, jika dia berbohong, jangan kasih ampu
"Apa maksudmu?!" gertak Kaisar tak terima diusir Bayu. "Kamu tak lihat dia sakit?" Suara Bayu kini lebih tinggi dari suara Kaisar. Narsih yang ada di belakang sampai keluar untuk melihatnya."Loh, ada Nak Kaisar. Kenapa suaramu melengking, Bay? Ini rumahnya dan kamu tak berhak mengaturnya," ucap Narsih geram. Arin yang mendengar perselisihan semuanya bertambah pusing dan bayangannya kabur.Brug!Arin pingsan. Membuat semua yang ada di sana kaget tetapi tidak untuk Bayu. Jika di rumah ini tak ada siapapun, pasti ia akan mengambil kesempatan ini untuk bertindak yang iya iya. Otaknya dipenuhi dengan hasrat ingin memiliki Arin, melihat kesuksesannya kini membuat Bayu iri dan ingin memilikinya kembali."Jangan sentuh anakku!" sentak Narsih saat Bayu hendak menolong Arin membawanya ke kamar."Tapi, Bu. Bagaimanapun Bayu pernah berbagi peluh dengan Arin, kenapa Ibu melarangnya?" ucap Bayu tak terima."Kamu lupa, kalau kamu sudah mantan?" Kali ini Kenzi yang naik pitam melihat gaya sok perha
"Ada urusan sebentar. Bentar kok nggak lama," ucap Kaisar lalu setelah pamit ia meninggalkan Kenzi di rumah Arin. Ia hendak menemui seseorang yang biasa ia mintai bantuan untuk hal semacam ini.Mobil melesat menuju Payau, tempat Ustad Khairul tinggal dan menetap. Ustad Khairul adalah kyai muda yang pernah membantu Kaisar saat membuka bisnisnya dan membuka tempat baru agar diberi kemudahan dan Ridho Allah. Kaisar akan mengadakan pengajian jika hendak menempati rumah baru. Ia mengira jika hal yang terjadi pada Arin karena rumah itu mungkin belum di slameti kalau bahasa umumnya."Assalamualaikum," salam Kaisar.Ustad Khairul yang sedang mengajar anak-anak desanya di rumah, seketika menengok dan menghentikan aktivitasnya."Waalaikumsalam. Kaisar? Wah, tumben ke sini? Ayo masuk." Sambut Ustaz Khairul dan mereka berjabat tangan. Pengajaran anak-anak dilanjutkan oleh santri dewasa yang tadi sedang membantunya."Inggih, Taz." Mereka berdua duduk di ruang tamu. Ustad Khairul memiliki sebuah t