Mempertahankan, memberitahu bahwa mereka berharga tak pernah semudah itu. Entah kenapa meyakinkan tak pernah menjadi mudah, keinginan setiap orang yang hidup adalah ingin dimengerti.
* * *
Shin dan Seva berada di rumah Aiza, ini karena Shin pikir tempat terakhir Aruna singgah. Lelaki bermata sipit itu akan mencari keberadaan Aruna, dengan menemukan energinya keberadaanya. Namun berbeda dengan Aiza, sepertinya ia tahu siapa yang harus dia tanyakan terlebih dahulu.
Malam ini akan muncul bulan purnama, ketika itu kekuatan mereka katanya akan semakin terrasa kuat. Gerbang dimensi akan mudah terbuka, dan para mahluk itu akan bersuka cita. Energi bumi yang tertarik lebih kuat menuju gravitasi bulan, langit pula akan menurunkan hujan memberi mereka waktu beristirahat sejenak.
Pukul tiga sore ketika Shin dan Seva datang, telah berlalu selama satu jam. Perdebatan antara mereka siapa yang memulai, semakin menambah kacau kea
Ada lagilagu berjudul Rock-a-bye Baby merujuk pada peristiwa sebelum Glorious Revolution. Bayi itu semestinya adalah anak dari Raja James II of England, tetapi secara luas dipercaya sebagai anak orang lain, yang diselundupkan ke kamar bayi untuk memastikan ahli waris Katolik Roma. Sajak itu dicampur dengan makna tambahan: “angin” yang mungkin merupakan kekuatan Protestan yang bertiup dari Belanda; ditakdirkan “buaian” bangsawan House of Stuart. Versi rekaman paling awal dari lirik tersebut mengandung ancaman pada catatan kaki: “Ini merupakan peringatan bagi mereka yang Angkuh dan Ambisius, sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya akan jatuh juga”. https://www.bbc.com/indonesia/vert_cul/2015/08/150827_vert_cul_liriklaguanak
Segala bentuk dalam dunia ini, memiliki waktu dan ceritanya sendiri. Tak boleh mengejek, tak boleh mencela. Semua punya masa dan porsinya. Kau mengusik, semua terusik. Berhati-hatilah! * * * Apa yang Nayanika lakukan memiliki konsekuensinya, Aiza juga faham hal itu. Namun kali ini mau tidak mau, mereka harus memaksa kembali tiga bocah itu mengakuinya. Naya meminta maaf jika elmo, Berend, dan Lara merasa terganggu dengan nyanyian itu. Namun semua karena sebuah sebab, ketiga bocah itu tidak ada ketika Aiza dan Naya mencoba memanggil mereka dengan cara yang baik. Jika kalian bisa melihat kemarahan mereka, ketiga anak itu menunjukkan wajah buruk mereka. Bagaimana mereka mati dan apa yang terjadi, padahal Seva pernah memuji mereka karena mereka manis. Memang tidak dipungkiri, ketika mereka tidak terusik wajah yang mereka tampilkan adalah bentuk yang baik dan ramah. Namun mereka sama saja seperti manusia ketika
Mengapa semua orang ingin memiliki rumah yang nyaman? Percaya atau tidak, rumah akan merekam semua kenangan sang penghuninya. Jika kau bertemu dengan beberapa orang yang pernah tinggal di sana, atau orang memiliki mata keenam. Mereka akan membantu menceritakannya pada mu, orang baru. * * * Mungkin bukan saatnya Seva mengagumi rumah ini, tapi dia seolah sangat dekat dengan semua sudut di rumah ini. Tanpa sadar tingkah Seva menarik perhatian Shin, mengenai bagaimana gadis itu bisa menjadi saudara untuk Niskala. Dia bahkan tidak pernah membahas Seva ketika dengan Niskala, dia bahkan kadang mengabaikan gadis itu ketika Kala datang untuk menemaninya mengobrol. Terutama ketika Niskala harus tinggal bersama keluarga besar, Shin tau jarak antara Niskala dan Seva terasa jauh. Seva berada di luar rumah utama, tepatnya di rumah ibu dan ayah Niskala. Kalaupun ingin bertemu keduanya kadang harus membuat rencana, tentu saja yang melibatkannya sebagai
Kita tidak bisa memaksa segala sesuatu yang telah menjadi takdir. Kita hanya bisa mengira-ngira, bagaimana jalan ceritanya akan dimulai dan berakhir seperti apa.Selagi kita melangkah, hanya ada satu hal yang bisa kita lakukan.Menikmatinya.* * *Entahoverthinking atau malam ini, memang membuat mereka berada di situasi yang canggum. Semua orang berada di rumah ini, Seva tidur di kamar Naya, Aruna dan Shin di kamar tamu. Sengaja Aiza membiarkan mereka berdua, mungkin saja mereka ingin berbicara lebih banyak berdua sesama saudara. Sementara Surya bisa memilih akan tidur di kamarnya atau ruang tamu. Namun melihat reaksi Surya sudah pasti ia memilih di sofa ruang tamu, terlalu takut dan canggum untuk terlalu dekat dengan Aiza.Tetapi rupanya malam itu, tak ada yang lekas tertidur. Padahal malam hampir menunjukkan pukul dua dini hari, seolah semua merasakan hal yang sama. Banyak hal yang mereka pikirkan, Aiza
Sejauh apapun, bagaimana pun caranya. Kalau semesta ingin mempersatukan kalian, tidak ada yang akan bisa memisahkan. Namun, kali ini bukan semesta yang harus dipertanyakan. Tetapi bagaimana engkau akan menyatukan perbedaan itu dan menerimanya menjadi pelengkapmu.* * *Sehari sebelum pernikahan mereka, Eiliyah justru datang menemui Naya. Dia datang ke rumah seorang diri, beberapa orang tua bilang kalau wanita yang akan menikah tidak boleh banyak keluar rumah. Tetapi kali ini wajah Eiliyah justru terlihat tidak baik-baik saja, kami mengundangnya masuk sementara mereka berdua mengobrol. Aku tidak mau mengganggu mereka, jadi memilih membawa laptopku di meja makan. Kali ini apa lagi yang si kuncir itu lakukan? Tiba-tiba ponselku berdering, panjang umur si kuncir. Dia meneleponku ketika baru saja terlintas dipikiran, takut mengganggu aku menerimanya di halaman belakang."Ass--!""Za! Eiliyah kerumah lu gak?!"
Aku tidak paham bagaimana cara kerja dunia ini, tapi aku selalu diyakinkan.Seperti apapun keramaian, ada ruang untuk mereka berbaur bersama manusia.* * *Naya terlihat cantik dengan kebaya merah, lengkap dengan kerudungnya. Ia menjadi pengiring pengantin wanita untuk Eiliyah, ketika akad selesai dan berlanjut ke resepsi. Naya menyaksikan segalanya, keramaian yang dipenuhi dengan wajah-wajah bahagia. Namun, baik Aiza atau yang lainnya. Entah apa kakek mengetahuinya atau tidak, Naya bisa melihat dunia itu lebih dari mereka.Kepekaan seperti apa yang harus ia jelaskan, beberapa wajah manusia itu selalu terlihat berbeda di matanya. Mungkin tidak semuanya, namun hanya orang-orang tertentu. Ketika itu terjadi ia akan mengalami pusing dan kelelahan. Itu sebabnya Naya kadang membawa juga kacamata monokrom, agar ia tidak bisa berinteraksi langsung dengan apa yang terlihat oleh matanya.Seperti saat ini dia memilih
Kami di antara dua dunia, tapi kami manusia biasa. Bukan orang hebat, bukan cenayang, bukan pula sekelas malaikat atau iblis sekalipun.Mata kami yang dianugerahi kelebihan, sedangkan kami hanyalah cangkang yang harus menerima kemungkinan yang diperlihatkan.* * *Banyak orang yang sebenarnya enggan berdekatan dengan kami, tapi tak sedikit juga yang ingin mengetahui bagaimana dunia yang tak dapat mereka lihat itu. Ada pro dan kontra, yang menyetujui apa yang kami sampaikan ada pula yang mengatakan kami hanya membual. Namun itu bukan masalah kami sejatinya, karena kami sendiri memiliki masalah masing-masing.Terkadang ujian yang datang bukan hanya dari praduga tak bersalah, yang dilontarkan manusia saja. Tetapi juga tak jarang kami diuji oleh mereka, yang tak sengaja terlihat oleh mata kami. Mereka pikir kami memanggil mereka, terkadang mereka mengatakan kami mengundang mereka, atau bisa jadi perilaku kami yang disangka mereka u
Praduga manusia kadang menjebak dirinya sendiri, pada paradigma tak mendasar. Namun, itulah yang disukai manusia. Menduga-duga.Tapi siapa sangka, jika dugaannya itu memang bisa saja benar.* * *Firasat Naya sejak awal melihat Seva, mungkin hanya segelintir prasangkanya. Namun gadis itu tak bisa juga menjauhkan penglihatannya dari Seva, wanita yang lebih tua dua tahun darinya. Naya juga tidak bisa mengatakan ini pada Kak Aiza, entah kenapa kakaknya itu malah salah tingkah setiap kali melihat Seva. Apa dia tidak bisa melihat ada yang aneh dari wanita itu?Seperti saat ini, Seva sedang bertamu ke rumah kami. Tentu dengan anak lelaki murid Kak Wira dan Kak Aiza, Aruna. Aku sempat menanyakan ada urusan apa Aruna sampai datang ke rumah kami, bahkan bersama Seva. Awalnya aku merasa akan baik-baik saja dengan wanita itu, tapi entah kenapa rasa mual dan kesal selalu menyerang hati ketika berada di dekatnya. Aku harus bertanya pada Mas
Manusia adalah makhluk yang rapuh, itu sebabnya selalu mengharapkan pegangan. Namun saya kebanyakan dari manusia, bukan berpegang pada yang Maha Pasti.* * *Satu minggu setelah menginapnya Aruna kerumah Aiza, kali ini anak itu menginap lagi. Kali ini bukan karena Shin di luar kota, namun masalah besar terjadi di rumah utama katanya. Dia melarikan diri kesini, karena Shin tidak ingin Aruna telibat dalam urusan kematian Niskala, atau kematian paman mereka. Shin bilang ada sesuatu yang membuat rumah utama menjadi tak nyaman, padahal masalah ini sudah tak diungkit begitu lama.Naya menyerahkan segelas air putih, anak lelaki itu masih mengenakan seragam sekolah dengan hoodie berwarna biru langit ketika datang ke rumah Aiza. Naya baru pulang ketika melihat Aruna duduk di teras depan, berjongkok seperti nampak kebingungan. Aiza bahkan tidak menjawab panggilan teleponnya, Aruna juga tidak melihatnya di sekolah hari itu. Padahal tadi pagi Aiz