****'Ternyata kau ada disini. Kau bersembunyi dengan sangat baik Ivana' 'Nyonya... astaga Nyonya ada disini?' Marco berkata dalam hati. Ia terperangah melihat Ivana berada disini, sebagai manager perencanaan. Ivana meneguk salivanya kasar, sebisa mungkin ia mengendalikan perasaannya, mengontrol raut wajahnya setenang mungkin walaupun ini sulit. Karena suatu saat ia harus menghadapi pertemuan ini. Netra keduanya bertemu pandang cukup lama, Edgar membeku ditempatnya dan matanya tidak berkedip menata wanita cantik dengan rambut sebahu itu. Edgar tidak percaya, wanita yang selama ini dicarinya, muncul dengan sendirinya di hadapannya. Waktu seakan berhenti berputar, saat ia melihat Ivana. "Pak, ini manager perencanaan di perusahaan saya. Namanya Evelyn, biasa dipanggil Ivy. Dia adalah gadis cerdas dan sangat berjasa untuk perusahaan ini. Saya bukan membanggakannya karena dia cantik, tapi Ivy memang sangat berjasa dan selalu memenangkan tender apapun. Haha." kelakar Wilhelm. "Benarkah
Dihari pertama mereka bertemu, disiang yang dingin karena musim bersalju itu. Edgar dan Ivana memadu kasih setelah 5 tahun lamanya mereka tidak bertemu, apalagi melakukan aktivitas yang berpeluh keringat ini. Edgar menggempur Ivana dengan keras, melampiaskan 5 tahun berpuasa tanpa aktivitas seksual pria normal.Tak peduli Ivana merintih, memohon untuk berhenti, bahkan sampai menangis sekalipun. Edgar tidak menghentikan aktivitasnya diatas tubuh Ivana. Lelaki itu terus memompa kejantanannya didalam milik Ivana dengan gencar, bahkan ia tidak memakai pengaman sama sekali. Cairan cintanya, ia tumpahkan semua didalam rahim Ivana.Kegiatan panas mereka berakhir, ketika Ivana ketiduran karena lelah. Wanita cantik itu terkulai lemas diatas ranjang, sebab Edgar tidak melepaskannya, untuk bernapas pun Ivana kesulitan. Kekuatan Edgar semakin ganas diatas ranjang, walaupun usianya sudah lewat kepala empat. Malah Ivana merasa Edgar lebih perkasa dari sebelumnya. Lihat saja, wanita itu sampai terti
Celine benar-benar bingung harus menjelaskan dan menjawab apa kepada anak kembar itu. Ia tidak mungkin menjelaskan masalah rumah tangga kedua orang tua mereka, yang terpaksa hidup terpisah. Tapi ia juga tidak mau kalau sampai Arion dan Aileen berpikir Papa mereka tidak menyayangi mereka. "Nek, kenapa nenek diam saja? Jadi benar ya kalau papa tidak datang menemui kita, karena Papa tidak sayang pada kita?" tanya Aileen lagi dengan mata berkaca-kaca. "Sayang, bukannya seperti itu. Kalian berdua salah paham, papa kalian sayang pada kalian. Hanya saja, larena pekerjaannya yang sibuk, Dia tidak sempat untuk menemui kalian.""Bohong! Kalau papa sayang kami, sesibuk apapun papa... pasti dia akan berusaha menemui kami atau setidaknya menghubungi kami. Tapi-papa sama sekali tidak ada kabarnya. Papa bahkan tidak menanyakan keadaan aku dan Rion." Aileen terlihat suram, ia kecewa dengan papanya yang katanya masih hidup tapi tidak terlihat batang hidungnya, maupun menanyakan keadaan anak-anaknya.
Diamnya Edgar membuat Ivana yakin bahwa dugaannya benar. Walau tak sampai melakukan penyatuan, Vanness dan Edgar sudah bercumbu. Dan bagi Ivana, itu artinya pengkhianatan."Kita tetap urus perceraian kita! Aku tidak mau bersama dengan pria pengkhianat, aku jijik!" ujar Ivana dengan ketus dan menyiratkan luka dari dalam hatinya.Edgar memeluk Ivana dari belakang dengan erat. "Kumohon jangan katakan itu! Aku tidak mau berpisah. Aku tidak mau jauh darimu dan anak-anak kita. Aku...akui aku memang sempat terlena, tapi aku langsung sadar dan tidak meneruskannya sampai akhir. Sweetheart maafkan aku, kumohon," pinta Edgar dengan memohon.Ivana berusaha untuk melepaskan dirinya dari pelukan Edgar. Namun lelaki itu tidak mau melepaskannya. Edgar merasa, jika ia membiarkan Ivana pergi sekarang, maka ia mungkin akan kehilangan Ivana selamanya."Lepaskan aku!" sentak Ivana sambil menahan air matanya, tapi suaranya terdengar serak dan terisak."Maafkan aku, kumohon... berikan aku kesempatan ya? Kumo
Edgar membuka matanya, meskipun kepalanya masih terasa penat. Tidurnya terganggu saat mendengar pembicaraan Ivana dan Marco. Edgar tak terima Marco menyalahkan Ivana atas apa yang terjadi kepada dirinya dan mengatakan bahwa wanita itu egois.Bagi Edgar, apa yang dilakukan Ivana masih bisa di pahaminya. Walaupun ia juga kesal dengan istrinya yang melarikan diri dan sengaja bersembunyi darinya selama bertahun-tahun. Edgar tau, seseorang yang diselimuti api amarah dan cemburu. Akan mudah terdistraksi oleh pikiran-pikiran negatif dan bisa melakukan apapun juga."Kau mau mati Marco? Atau- kau memang sudah bosan bekerja denganku?" Pandangan mata pria itu begitu tajam kepada Marco.Lelaki itu langsung menundukkan kepalanya dan meneguk salivanya kasar, ia harus siap menerima konsekuensi dari perkataannya. Meskipun tidak semua perkataannya salah, tapi ia sudah berani mengatakan Ivana sebagai wanita egois dan menyalahkan wanita itu karena sudah meninggalkan Edgar."Maafkan saya Pak. Saya sudah b
Langkah Ivana yang akan memasuki gedung itu, langsung terhenti begitu atensinya tertuju pada Harry yang sedang berada di depan gedung perusahaan itu. Sepertinya Harry baru saja keluar dari sana."Kak Harry?""Ivana?" Harry tersenyum menyambut Ivana, ia menghampiri wanita itu. Kini mereka sudah saling berhadapan."Kenapa kakak ada disini?" tanya Ivana heran."Apa kau tidak melihat pesanku? Aku sudah mengatakan kalau aku akan menjemputmu," jelas Haris kepada wanita cantik itu."Oh...maafkan aku kak. Ponselku dalam mode getar, jadi aku tidak tahu kalau ada pesan masuk ke dalam ponselku. Maaf," Ivana memohon maaf pada Harry, ia tidak berbohong. Ponselnya memang berada dalam mode getar dan ia tinggal melihat ponselnya.Harry tersenyum lembut seperti biasanya, ia selalu memaklumi Ivana. Meskipun kadang ia diabaikan oleh Ivana, pintu maaf dari pria itu selalu terbuka dan kesabarannya juga begitu luas. Harry adalah sosok pria dewasa yang bisa diandalkan, dari mulai perhatian dan kasih sayang.
***Beberapa menit yang lalu sebelum Edgar mendatangi rumah Ivana. Pria itu bangun siang hari, keadaannya sudah lebih baik dari sebelumnya setelah banyak tidur. Entah karena ia sudah meminum obat, bertemu Ivana atau melakukan hubungan intim yang selama 5 tahun ini tidak ia lakukan. Edgar hanya melakukannya dengan Ivana dan ia menyimpan si tiger hanya untuk pemiliknya yang berhak. Kemarin siang memang siang yang membara ditengah musim salju dan udara dingin. Ketika Edgar bangun dari tidurnya, ia tersenyum dan hatinya terasa lebih baik karena ia sudah bertemu dengan Ivana. Seakan-akan semua mimpi buruk itu lenyap. Edgar sangat menikmati kegiatan panasnya bersama sang istri tadi siang. Sampai ia terus terbayang-bayang dengan adegan tersebut. Tubuh Ivana yang sekarang semakin berisi dan semakin menggoda. Usai membersihkan tubuh dan berganti pakaian, Edgar langsung menyuruh Marco untuk datang ke kamarnya. Pria itu menemui Edgar dengan cepat, karena kamar mereka bersebelahan. Marco terliha
Patah hati bukan main dirasakan oleh Edgar, ketika ia mendengar darah dagingnya memanggil pria lain dengan sebutan daddy. Bahkan sikap Aileen sangat manja pada pria bernama Harry ini, seperti seorang putri yang bermanja-manja pada ayahnyaEdgar ingin menanyakannya pada Ivana, tapi ia menahan semua itu lebih dulu karena tak mau ribut didepan anak-anak. Padahal hatinya sudah gemas ingin bicara pada Ivana. Suasana disana hening sesaat, dengan adegan Edgar yang menatap Ivana dan Harry yang memandangi Edgar.Harry akui, walaupun sudah berumur, ayah kandung Aileen dan Arion ini masih terlihat tampan dan gagah. Tak hanya soal visual, Edgar juga sangat kaya raya dan mungkin hartanya tak akan habis tujuh turunan. Harry insecure melihatnya, walaupun keluarganya juga kaya raya dan terpandang di benua Amerika."Nona muda, tuan muda...pak Edgar membawakan ini untuk tuan dan nona muda. Semoga kalian menyukainya," ucap Marco sambil tersenyum. Ia berusaha mengubah suasana tegang di sana dengan mengali
****Setelah melewati dua hari di Maldives, pagi itu Ivana mengajak Edgar untuk melihat matahari terbit dipantai. Dia sengaja' membangunkan suaminya pagi-pagi buta."Hubby, ayo bangun," bisik Ivana pada suaminya sambil mengecup pipi lelaki itu dengan lembut.Merasakan sentuhan dipipi dan wajahnya, lelaki itu pun membuka matanya perlahan. Dia melihat sang istri sedang tersenyum padanya, bibir wanita itu tampak merah, sepertinya Ivana memakai make up. Bahkan istrinya itu masih memakai pakaian tidur."Sayang? Kau memakai make up? Kau mau kemana sepagi ini, hem?" ucap Edgar seraya bertanya pada istrinya dengan terheran."Ayo, kita akan melihat matahari terbit! Sebelumnya kita melihat matahari terbenam, sekarang giliran kita melihat matahari terbitnya!" seru Ivana dengan senyuman semangat dibibirnya. Edgar balas tersenyum lembut, dia menyentuh pipi istrinya dengan lembut.Seketika senyumannya menghilang saat dia merasakan pipi istrinya terasa dingin."Sweetheart, tubuhmu dingin? Apa kau tid
Selagi para pria berada diluar, Aileen dan Laura berasa didalam ruangan itu untuk mengobrol. Banyak sekali hal yang ingin Laura katakan pada Aileen."Aileen, aku sangat sangat berterima kasih kepadamu. Jika bukan karena kau, Levin, mama Sara dan yang lainnya pasti tidak akan memberiku kesempatan kedua. Terimakasih, karena kau sudah sudi memaafkan semua kesalahanku."Laura mengenggam tangan Aileen, matanya berkaca-kaca penuh haru saat menatap wanita berhati mulia dihadapannya ini. Wanita yang sudi memaafkan semua kesalahannya dan memberikan kesempatan kedua. Dia merasa bersalah, karena selama ini sudah mencelakai Aileen dengan mengambil kebahagiaannya."Aku menyesal, kenapa aku merebut Levin dari-"SsttAileen langsung meletakkan jari telunjuknya pada bibir Laura, dia menggelengkan kepalanya dan meminta Laura untuk tidak melanjutkan perkataannya."Jangan bahas masa lalu kak. Jangan menyesali apa yang sudah terjadi. Mungkin ini adalah takdir Tuhan untuk kita. Takdir kakak bersama Levin
Sekarang semua keluarga Denvier sudah berkumpul di rumah sakit, termasuk Aldrich yang berada di Amerika. Dia terbang secepat mungkin ke Paris, setelah mendengar berita tentang ibunya yang koma.Aileen dan Aldrich sangat sedih begitu mengetahui ibu mereka sakit parah dan sekarang wanita yang melahirkan mereka itu sedang bertaruh nyawa di dalam ruangan tempatnya berada."Kenapa papa tidak memberitahuku dan Aldrich kalau mama sakit? Kenapa Pa?" jerit Aileen dengan berurai air mata, dia terlihat terguncang mendengar ibunya sakit. Edgar sendiri terlihat diam, pria paruh baya itu masih tampak syok. Sejak 2 hari yang lalu istrinya terbaring koma."Ai, jangan salahkan papa. Mama yang meminta papa dan kami untuk merahasiakan ini darimu dan Aldrich. Mama tidak mau kau dan Aldrich kepikiran," ucap Arion jelaskan kepada adiknya untuk tidak menyalahkan Papanya lagi. Karena, yang paling terguncang dengan keadaan ibu mereka adalah ayah mereka.Lihat saja, Edgar
Setelah istrinya disuntikan obat-obatan, tak lama kemudian Ivana langsung tidak sadarkan diri. Denyut jantungnya melemah, ternyata tubuh Ivana tidak merespon dengan baik kemoterapi kedua ini. Dia langsung berikan penolakan dan saat itu juga Ivana berada dalam keadaan kritis. Dia tidak sadarkan diri dan dokter mengatakan kalau dia sedang koma.Edgar menangis meraung-raung, tak percaya dengan fakta ini. Dia bahkan menyesali keputusannya membujuk Ivana kemoterapi kedua."Istriku masih bisa sadar kan, dok? Katakan padaku, sialan!" teriak Edgar kepada dokter Wayne, dengan berurai air mata."Saya tidak yakin, Pak." Wayne menatap Ivana yang tak sadarkan diri diatas ranjang tersebut dengan alat-alat medis yang terpasang ditubuhnya, untuk menopang kehidupannya.Edgar dapat menangkap kepasrahan pada perkataan Wayne, dan dia tidak menerima itu. Edgar langsung menarik jas dokter milik Wayne dengan kasar."Jangan bicara seperti itu. Katakan yang jelas! Kau ini adalah dokter spesialis kanker terbai
Disaat Aileen sedang dalam perjalanan menuju ke London bersama suaminya, Ivana sedang berjuang melawan efek kemoterapi yang luar biasa menyerang anggota tubuhnya. Dia kesakitan, berkeringat, mual, muntah, mudah lelah, rambut rontok, imunitas tubuh menurun drastis.Terkadang Ivana ingin menyerah, tapi dia tidak tega melihat suami, anak sulung dan menantu perempuannya yang berusaha agar dia sembuh. Hari ini Ivana akan melakukan kemoterapi yang kedua, Edgar, Emily dan Arion berharap agar keadaan Ivana segera membaik."Sweetheart, tenanglah...aku ada disini."Ivana tersenyum lembut pada suaminya, dia membalas genggaman tangan suaminya dengan lembut. Wanita yang rambutnya sudah dipotong pendek itu, menatap sang suami dengan sendu."Aku akan baik-baik saja, aku akan kuat demi dirimu dan anak-anak. Tapi jika aku-""Kau akan baik-baik saja. Jangan katakan apapun, sweetheart!" sela Edgar sambil mengecup pipi Ivana dengan penuh kasih sayang. Matanya penuh cahaya pengharapan, dia berharap istrin
Edgar tak henti merutuki dirinya dalam hati, dia sangat menyesal sudah berpikiran yang bukan-bukan terhadap istrinya. Tanpa ia ketahui selama 1 bulan ini, Ivana menyimpan kesedihan dan penderitaannya seorang diri.Dia paham, kenapa Ivana sampai menyembunyikan hal sebesar ini dari semua orang? Itu semua karena sifatnya, yang tidak ingin semua orang menjadi khawatir kepadanya."Pa, aku akan menghubungi Aileen dan Aldrich.""Jangan, A."Suara Ivana terdengar lirih, namun membuat kedua pria itu terkejut mendengarnya. Mereka melihat ke arah wanita yang terbaring diatas ranjang itu. Dia perlahan mulai membuka matanya."Sweetheart, kau sudah siuman?" Edgar mendekati wajah sang istri dengan berlinang air mata. Ivana tahu, pasti Edgar dan Arion seperti ini karena mereka sudah tahu tentangnya.Bibir Ivana mengulum senyuman yang memperlihatkan ketegaran. Hebatnya wanita itu bahkan tidak menangis didepan suami dan putra sulungnya. Dia tidak mau terlihat lemah di depan orang-orang yang dia cintai.
Siapa yang tidak mau dicintai secara ugal-ugalan dan diratukan oleh suaminya sendiri? Ya, itulah yang dirasakan oleh Aileen saat ini. Apa-apa Leon, ini itu Leon, segala keinginannya yang kadang aneh-aneh juga terpenuhi oleh suaminya.Punya suami tampan, kaya, baik, walaupun agak dingin, tapi perhatian adalah berkah terindah dari Tuhan yang Aileen dapatkan. Plus, suaminya memang cinta pertama Aileen dari zaman kanak-kanak."Ayo ganti bajumu. Aku akan mengantarmu ke kampus," kata Leon kepada sang istri sambil membawakan piring cucian ke wastafel untuk dia cuci.Aileen langsung menggelengkan kepalanya. "Eh? Tidak perlu. Aku bisa pergi sendiri. Kata Pak Evan, kau ada rapat penting dan kau haru bersiap. Kalau kau mengantarku, kau akan terlambat!""Tidak ada pergi sendiri Baby. Aku akan mengantarmu dulu sampai ke kampus, lalu pergi ke kantor," sahut Leon sambil menggerakkan tangannya untuk mencuci piring. Dia meletakkan piring cuciannya pada tempatnya j
Perubahan Ivana akhir-akhir ini membuat Edgar curiga dan meminta seseorang untuk menyelidiki Ivana. Istrinya itu tak lagi bersikap mesra padanya, apalagi setiap kali Edgar mengajak Ivana berhubungan intim. Wanita itu selalu menolaknya dengan berbagai alasan. Kini semua kecurigaan Edgar terkuak saat orang suruhannya menyerahkan beberapa foto yang menunjukkan kebersamaan Ivana bersama seorang pria bernama Wayne yang merupakan seorang dokter disebuah rumah sakit."Kenapa kau tega melakukan ini padaku, Ivana? Apa karena aku sudah tua? Jadi aku tidak bisa memuaskanmu lagi?" cecar Edgar murka, setelah dia melempar foto-foto itu ke wajah istrinya.Ivana melihat foto-foto yang menunjukkan kedekatannya dan Wayne di sana, foto-foto tersebut menunjukkan banyak layar rumah sakit. Hatinya berdebar, dia takut kalau suaminya akan tahu apa yang dia lakukan di rumah sakit itu."Aku tidak pernah selingkuh darimu, Hubby.""Persetan dengan semua yang kau katakan! Buktinya sudah ada didepan mata. Kau seri
****Sakit hati Laura diabaikan oleh suaminya seperti itu. Disaat dia sudah menyadari semua kesalahannya dan dia tidak mau berpisah dari Levin, meskipun nanti bayi mereka sudah lahir ke dunia.Dia berusaha untuk kembali meraih kepercayaan Levin kembali, tapi nyatanya tidak mudah. Levin malah semakin menjauh darinya. Lelaki itu hanya perhatian kepadanya saat bersama keluarganya saja. Bicara pun seperlunya."Aku harus meminta maaf pada Aileen dan mengakui semua kesalahanku. Aku belum sempat bertemu dengannya dan meminta maaf. Aku akan mengakui segalanya pada Aileen," gumam Laura sambil mengusap basah disudut matanya."Laura, kau sedang apa di sini nak? Apa kau tidak ikut dengan Levin?" Sara menghampiri menantunya yang sedang berada di dapur seorang diri."Ah.. tidak Ma. Aku lelah, jadi aku di rumah saja."Suara Laura yang terdengar serak itu menimbulkan kecurigaan Sara. Dia merasa Laura sedang menangis, karena Laura bahkan tak berani melihatnya, menunjukkan wajahnya."Laura, kau kenapa