****Baru saja tiba bersama Aileen di rumahnya, Leon langsung menanyakan keberadaan Laura kepada Levin. Pria yang berprofesi sebagai seniman itu, jelas saja merasa bingung, apalagi saat melihat kakaknya tampak menunjukkan kemarahan. Tangan Leon masih mengenggam tangan Aileen dengan erat, demi mencegah wanita itu untuk kabur. Malam ini, dan saat ini juga Aileen harus tahu kebenarannya agar dia tidak berpikiran jelek terhadapnya."Kenapa kakak menanyakan Laura?""Panggilkan dia!" ujar Leon dengan tegas, bahkan matanya menunjukkan kilatan emosi."Apa Laura berbuat sesuatu yang membuat Kakak marah?" tanyanya lagi dengan bingung."Panggilkan saja dia Levin. Selagi aku masih menahan diri!" sentak Leon yang membuat Levin serta Aileen terkejut mendengarnya. Aileen bahkan masih menangis, mendadak perasaannya menjadi sensitif dan menimbulkan rasa takut. Pertama kalinya ia melihat Leon seperti ini."Ba-baik kak."Setelah menjawab ucapan kakaknya, Leon bergegas pergi menuju ke kamarnya yang berad
****Levin tersentak kaget mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Laura di depan semua orang. Ketika wanita hamil itu dihakimi oleh Leon, tentang apa tujuan Laura yang berusaha untuk menghancurkan hubungan Leon dan Aileen."Apa maksudmu? Kenapa jadi salahku?" tanya Levin tak paham, dia menatap Laura seakan bertanya-tanya.Sara dan Marco juga belum bicara apa-apa, mereka hanya melihat Laura dengan tatapan bertanya-tanya."Iya, ini semua memang karena dirimu. Kalau bukan karena kau yang terus memperhatikan Aileen, aku tidak akan pernah berbuat seperti ini!" ujar Laura dengan bulir air mata yang membasahi pipinya. Dia merasakan sesak di dadanya, karena ia memang melakukan semua ini sebagian besar adalah karena Levin. Sebagiannya lagi, adalah karena dia tidak ingin melihat Aileen bahagia.Deg!Jantung Levin seakan berhenti berdetak saat itu juga, setelah dia mendengarkan penjelasan dari Laura. Tentang alasan Laura melakukan ini."Lalu, apa dengan kau melakukan ini, Levin akan memperh
****Setelah Aileen dan Leon memberikan maaf juga kesempatan untuk Laura. Leon membawa Aileen ke dalam kamarnya yang ada dilantai atas. Tadinya Aileen tak mau menginap, tapi mana mungkin dia pulang ke rumah dalam keadaan mata sembab. Yang ada ibu dan ayahnya akan mengomel lagi dan menyalahkan Leon.Sara dan Marco juga memaksa Aileen untuk menginap, karena hari pun sudah mulai larut. Aileen tidak bisa membantah perkataan semua keluarga Abraham. Apalagi yang mereka katakan ini adalah sebagian dari bentuk perhatian."Kau belum makan kan nak? Kau mau makan apa? Mama akan buatkan untukmu," tanya Sara seraya mengenggam tangan Aileen dan wanita itu merasakan kehangatan dalam sentuhan Sara padanya. Bagaikan sentuhan seorang ibu."Tidak apa-apa Bi. Bibi bisa tanyakan dulu pada kak Laura," kata Aileen pada calon ibu mertuanya itu. Alasan Aileen meminta Sara bertanya lebih dulu pada Laura, adalah karena ia tak mau Laura tersinggung dan sakit hati lagi karena merasa iri padanya. Lebih baik menjag
****Pergulatan panas itu berlangsung dengan sangat panas dan menggebu didalam air kolam renang yang terasa dingin malam itu. Akan tetapi, bagi Ivana dan Edgar, suasananya terasa panas dengan menyatukan tubuh mereka dan saling menyalurkan kehangatan.Kegiatan saling menghangatkan itu berakhir ketika Ivana mengeluh lemas. Edgar pun tidak tega mendengar keluhan istrinya, dia menghentikan kegiatan itu. Kini mereka berada diatas ranjang dan sudah mengenakan piyama tidur, setelah membersihkan tubuh, bekas percintaan mereka."Hubby, ternyata kau masih sangat kuat seperti dulu.""Tentu saja sweetheart. Itulah gunanya olahraga, selain tubuh dan stamina yang kuat. Aku juga bisa memuaskan istri ku," ucap Edgar seraya mencolek dagu Ivana dan menatap iras cantik berwarna biru milik perempuan itu. Perempuan yang sudah menemaninya lebih dari 20 tahun."Kau ini bisa saja sih, haha."Ketika pasangan suami istri itu sedang tertawa diatas ranjang sambil berbicara, tiba-tiba saja wajah Edgar berubah menj
****Gadis yang memakai gaun berwarna putih itu kini sedang berjalan menuju ke tempat pernikahannya akan dilangsungkan. Edgar menggandeng tangan Aileen, dia baru saja bisa meredakan tangisnya. Rasanya tidak rela membiarkan putrinya menikah dengan Leon, padahal dia merasa banyak pria diluar saja yang jauh lebih baik dari Leon. Tapi ya, apa mau dikata? Jodoh Aileen adalah Leon."Pa, aku akan baik-baik saja. Kak Leon pasti akan membuatku bahagia," kata Aileen seraya menatap papanya yang masih menangis."Baiklah sayang. Kalau kau mau pulang, kau harus bilang papa ya? Papa akan menjemputmu," kata Edgar terisak."Astaga Papa. Kita masih bisa bertemu, walaupun nanti aku dan kak Leon tinggal di Amerika. Aku di sana hanya sampai menyela sekolah kedokteran ku," kata Aileen sambil tersenyum. Ya, dia dan Leon sudah sepakat untuk tinggal di Amerika, karena Aileen ingin fokus pada sekolah kedokterannya. Leon juga akan pergi menyerahkan perusahaan pusar Hello-tech yang ada di Paris, pada Levin atau
Setelah prosesi sakral pernikahan berlangsung lancar, kini giliran proses resepsinya. Usai berfoto bersama keluarga besar dengan gaun berwarna putih, sekarang Aileen mengganti bajunya menjadi baju princess Belle dalam film beauty and the beast. Gadis itu terlihat cantik dengan gaun berwarna kuning dan rambutnya yang dikepang satu ke depan mirip dengan Belle. Bak di negeri dongeng, itulah pernikahan Aileen dan Leon. Pembuktian Leon benar-benar nyata, dia benar-benar mewujudkan keinginan Aileen untuk menikah ala Disney dan bahkan dia membiayai semuanya. Tak peduli betapa mahalnya biaya pernikahan, asalkan Aileen bahagia."Kau benar-benar seperti princess, aunty! Bolehkah aku berfoto denganmu dulu?" tanya Selena kepada bibi kecilnya itu. Aileen tersenyum dan menganggukkan kepalanya, dia mengizinkan Selena untuk berfoto dengannya.Selena dan Aileen berfoto selfie, mereka tersenyum dalam foto itu. Tak hanya Selena yang minta foto, bahkan kakak iparnya Emily juga meminta foto bersama adik i
"Aahh...Kak Leon..."Suara desahan wanita itu tidak dapat dikendalikan lagi, ketika lidah Leon membuat miliknya dibawah sana merasa kegelian. Tubuhnya melengking, menggelinjang tak karuan, seakan-akan ada yang keluar dari sana.Sementara Leon semakin gencar memberikan servis terbaiknya pada Aileen, layaknya pria yang sudah berpengalaman. Padahal dia juga seorang amatiran, tapi rupanya dia tidak sepolos itu."Kau...apa kau pernah melakukan ini sebelumnya?""Apa maksudmu?" Leon menengadahkan kepalanya, melihat Aileen."Apa kau pernah melakukan hal ini pada wanita lain?" pertanyaan Aileen sontak saja membuat Leon terdiam. Dia memposisikan dirinya kembali tegak, menindih Aileen."Hanya kau satu-satunya. Kenapa kau bertanya begitu, hem?" tanya Leon seraya memegang dagu Aileen dan membuat netra mereka bertemu."Kau terlihat seperti tidak segan menyentuhku, terlihat seperti berpengalaman," ucap Aileen yang langsung mendapatkan kecupan manis dibibirnya dari lelaki yang penampilannya sudah kac
Laura tercengang, dan dia belum sepenuhnya mencerna perkataan Richard tentang rahasia di Limoges yang menyangkut Levin. Akan tetapi, hati kecil Laura bertanya-tanya, mungkinkah Richard mengetahui bahwa ia yang sudah menjebak Levin malam itu saat mereka berada di Limoges?Tidak! Laura berusaha untuk mengenyahkan pikiran itu. Tapi, rasanya sulit untuk berpikir positif, melihat bagaimana tindakan Richard dan tatapan mata pria itu terhadapnya. Lantas, Laura pun mengikuti kemana Richard membawanya. Mereka berada di pinggir gedung mewah tersebut dan tidak ada orang di sana yang berlalu lalang."Laura, aku benar-benar tidak menyangka. Kau tega melakukan hal itu kepada Levin dan Aileen. Aku paham, bahwa masalah itu sudah berlalu... tapi menurutku kebenaran harus diungkapkan. Walaupun itu sudah berlalu!" kata Richard dengan nada yang emosi."Apa maksudmu? Aku melakukan apa?"Richard merogoh ponselnya yang ada didalam saku jasnya. Dia pun menunjukkan sebuah
****Setelah melewati dua hari di Maldives, pagi itu Ivana mengajak Edgar untuk melihat matahari terbit dipantai. Dia sengaja' membangunkan suaminya pagi-pagi buta."Hubby, ayo bangun," bisik Ivana pada suaminya sambil mengecup pipi lelaki itu dengan lembut.Merasakan sentuhan dipipi dan wajahnya, lelaki itu pun membuka matanya perlahan. Dia melihat sang istri sedang tersenyum padanya, bibir wanita itu tampak merah, sepertinya Ivana memakai make up. Bahkan istrinya itu masih memakai pakaian tidur."Sayang? Kau memakai make up? Kau mau kemana sepagi ini, hem?" ucap Edgar seraya bertanya pada istrinya dengan terheran."Ayo, kita akan melihat matahari terbit! Sebelumnya kita melihat matahari terbenam, sekarang giliran kita melihat matahari terbitnya!" seru Ivana dengan senyuman semangat dibibirnya. Edgar balas tersenyum lembut, dia menyentuh pipi istrinya dengan lembut.Seketika senyumannya menghilang saat dia merasakan pipi istrinya terasa dingin."Sweetheart, tubuhmu dingin? Apa kau tid
Selagi para pria berada diluar, Aileen dan Laura berasa didalam ruangan itu untuk mengobrol. Banyak sekali hal yang ingin Laura katakan pada Aileen."Aileen, aku sangat sangat berterima kasih kepadamu. Jika bukan karena kau, Levin, mama Sara dan yang lainnya pasti tidak akan memberiku kesempatan kedua. Terimakasih, karena kau sudah sudi memaafkan semua kesalahanku."Laura mengenggam tangan Aileen, matanya berkaca-kaca penuh haru saat menatap wanita berhati mulia dihadapannya ini. Wanita yang sudi memaafkan semua kesalahannya dan memberikan kesempatan kedua. Dia merasa bersalah, karena selama ini sudah mencelakai Aileen dengan mengambil kebahagiaannya."Aku menyesal, kenapa aku merebut Levin dari-"SsttAileen langsung meletakkan jari telunjuknya pada bibir Laura, dia menggelengkan kepalanya dan meminta Laura untuk tidak melanjutkan perkataannya."Jangan bahas masa lalu kak. Jangan menyesali apa yang sudah terjadi. Mungkin ini adalah takdir Tuhan untuk kita. Takdir kakak bersama Levin
Sekarang semua keluarga Denvier sudah berkumpul di rumah sakit, termasuk Aldrich yang berada di Amerika. Dia terbang secepat mungkin ke Paris, setelah mendengar berita tentang ibunya yang koma.Aileen dan Aldrich sangat sedih begitu mengetahui ibu mereka sakit parah dan sekarang wanita yang melahirkan mereka itu sedang bertaruh nyawa di dalam ruangan tempatnya berada."Kenapa papa tidak memberitahuku dan Aldrich kalau mama sakit? Kenapa Pa?" jerit Aileen dengan berurai air mata, dia terlihat terguncang mendengar ibunya sakit. Edgar sendiri terlihat diam, pria paruh baya itu masih tampak syok. Sejak 2 hari yang lalu istrinya terbaring koma."Ai, jangan salahkan papa. Mama yang meminta papa dan kami untuk merahasiakan ini darimu dan Aldrich. Mama tidak mau kau dan Aldrich kepikiran," ucap Arion jelaskan kepada adiknya untuk tidak menyalahkan Papanya lagi. Karena, yang paling terguncang dengan keadaan ibu mereka adalah ayah mereka.Lihat saja, Edgar
Setelah istrinya disuntikan obat-obatan, tak lama kemudian Ivana langsung tidak sadarkan diri. Denyut jantungnya melemah, ternyata tubuh Ivana tidak merespon dengan baik kemoterapi kedua ini. Dia langsung berikan penolakan dan saat itu juga Ivana berada dalam keadaan kritis. Dia tidak sadarkan diri dan dokter mengatakan kalau dia sedang koma.Edgar menangis meraung-raung, tak percaya dengan fakta ini. Dia bahkan menyesali keputusannya membujuk Ivana kemoterapi kedua."Istriku masih bisa sadar kan, dok? Katakan padaku, sialan!" teriak Edgar kepada dokter Wayne, dengan berurai air mata."Saya tidak yakin, Pak." Wayne menatap Ivana yang tak sadarkan diri diatas ranjang tersebut dengan alat-alat medis yang terpasang ditubuhnya, untuk menopang kehidupannya.Edgar dapat menangkap kepasrahan pada perkataan Wayne, dan dia tidak menerima itu. Edgar langsung menarik jas dokter milik Wayne dengan kasar."Jangan bicara seperti itu. Katakan yang jelas! Kau ini adalah dokter spesialis kanker terbai
Disaat Aileen sedang dalam perjalanan menuju ke London bersama suaminya, Ivana sedang berjuang melawan efek kemoterapi yang luar biasa menyerang anggota tubuhnya. Dia kesakitan, berkeringat, mual, muntah, mudah lelah, rambut rontok, imunitas tubuh menurun drastis.Terkadang Ivana ingin menyerah, tapi dia tidak tega melihat suami, anak sulung dan menantu perempuannya yang berusaha agar dia sembuh. Hari ini Ivana akan melakukan kemoterapi yang kedua, Edgar, Emily dan Arion berharap agar keadaan Ivana segera membaik."Sweetheart, tenanglah...aku ada disini."Ivana tersenyum lembut pada suaminya, dia membalas genggaman tangan suaminya dengan lembut. Wanita yang rambutnya sudah dipotong pendek itu, menatap sang suami dengan sendu."Aku akan baik-baik saja, aku akan kuat demi dirimu dan anak-anak. Tapi jika aku-""Kau akan baik-baik saja. Jangan katakan apapun, sweetheart!" sela Edgar sambil mengecup pipi Ivana dengan penuh kasih sayang. Matanya penuh cahaya pengharapan, dia berharap istrin
Edgar tak henti merutuki dirinya dalam hati, dia sangat menyesal sudah berpikiran yang bukan-bukan terhadap istrinya. Tanpa ia ketahui selama 1 bulan ini, Ivana menyimpan kesedihan dan penderitaannya seorang diri.Dia paham, kenapa Ivana sampai menyembunyikan hal sebesar ini dari semua orang? Itu semua karena sifatnya, yang tidak ingin semua orang menjadi khawatir kepadanya."Pa, aku akan menghubungi Aileen dan Aldrich.""Jangan, A."Suara Ivana terdengar lirih, namun membuat kedua pria itu terkejut mendengarnya. Mereka melihat ke arah wanita yang terbaring diatas ranjang itu. Dia perlahan mulai membuka matanya."Sweetheart, kau sudah siuman?" Edgar mendekati wajah sang istri dengan berlinang air mata. Ivana tahu, pasti Edgar dan Arion seperti ini karena mereka sudah tahu tentangnya.Bibir Ivana mengulum senyuman yang memperlihatkan ketegaran. Hebatnya wanita itu bahkan tidak menangis didepan suami dan putra sulungnya. Dia tidak mau terlihat lemah di depan orang-orang yang dia cintai.
Siapa yang tidak mau dicintai secara ugal-ugalan dan diratukan oleh suaminya sendiri? Ya, itulah yang dirasakan oleh Aileen saat ini. Apa-apa Leon, ini itu Leon, segala keinginannya yang kadang aneh-aneh juga terpenuhi oleh suaminya.Punya suami tampan, kaya, baik, walaupun agak dingin, tapi perhatian adalah berkah terindah dari Tuhan yang Aileen dapatkan. Plus, suaminya memang cinta pertama Aileen dari zaman kanak-kanak."Ayo ganti bajumu. Aku akan mengantarmu ke kampus," kata Leon kepada sang istri sambil membawakan piring cucian ke wastafel untuk dia cuci.Aileen langsung menggelengkan kepalanya. "Eh? Tidak perlu. Aku bisa pergi sendiri. Kata Pak Evan, kau ada rapat penting dan kau haru bersiap. Kalau kau mengantarku, kau akan terlambat!""Tidak ada pergi sendiri Baby. Aku akan mengantarmu dulu sampai ke kampus, lalu pergi ke kantor," sahut Leon sambil menggerakkan tangannya untuk mencuci piring. Dia meletakkan piring cuciannya pada tempatnya j
Perubahan Ivana akhir-akhir ini membuat Edgar curiga dan meminta seseorang untuk menyelidiki Ivana. Istrinya itu tak lagi bersikap mesra padanya, apalagi setiap kali Edgar mengajak Ivana berhubungan intim. Wanita itu selalu menolaknya dengan berbagai alasan. Kini semua kecurigaan Edgar terkuak saat orang suruhannya menyerahkan beberapa foto yang menunjukkan kebersamaan Ivana bersama seorang pria bernama Wayne yang merupakan seorang dokter disebuah rumah sakit."Kenapa kau tega melakukan ini padaku, Ivana? Apa karena aku sudah tua? Jadi aku tidak bisa memuaskanmu lagi?" cecar Edgar murka, setelah dia melempar foto-foto itu ke wajah istrinya.Ivana melihat foto-foto yang menunjukkan kedekatannya dan Wayne di sana, foto-foto tersebut menunjukkan banyak layar rumah sakit. Hatinya berdebar, dia takut kalau suaminya akan tahu apa yang dia lakukan di rumah sakit itu."Aku tidak pernah selingkuh darimu, Hubby.""Persetan dengan semua yang kau katakan! Buktinya sudah ada didepan mata. Kau seri
****Sakit hati Laura diabaikan oleh suaminya seperti itu. Disaat dia sudah menyadari semua kesalahannya dan dia tidak mau berpisah dari Levin, meskipun nanti bayi mereka sudah lahir ke dunia.Dia berusaha untuk kembali meraih kepercayaan Levin kembali, tapi nyatanya tidak mudah. Levin malah semakin menjauh darinya. Lelaki itu hanya perhatian kepadanya saat bersama keluarganya saja. Bicara pun seperlunya."Aku harus meminta maaf pada Aileen dan mengakui semua kesalahanku. Aku belum sempat bertemu dengannya dan meminta maaf. Aku akan mengakui segalanya pada Aileen," gumam Laura sambil mengusap basah disudut matanya."Laura, kau sedang apa di sini nak? Apa kau tidak ikut dengan Levin?" Sara menghampiri menantunya yang sedang berada di dapur seorang diri."Ah.. tidak Ma. Aku lelah, jadi aku di rumah saja."Suara Laura yang terdengar serak itu menimbulkan kecurigaan Sara. Dia merasa Laura sedang menangis, karena Laura bahkan tak berani melihatnya, menunjukkan wajahnya."Laura, kau kenapa