Tanpa sengaja Ivana menyenggol sebuah lukisan, sehingga lukisan itu jatuh ke lantai. Seketika Edgar dan Amber menoleh ke asal suara itu, mereka akhirnya mengetahui keberadaan Ivana di sana.
"Sial! Kenapa aku begitu ceroboh?" gumam Ivana pelan, ia merutuki kecerobohannya yang sudah membuat suasana di ruangan itu menjadi hening.Amber yang melihat kehadiran Ivana, buru-buru menghapus air matanya dan kembali menunjukkan raut wajah ala nenek sihir didepan gadis itu. Sedangkan Edgar, ia menghampiri istrinya yang berada di dekat lukisan jatuh itu."Sweetheart, apa kau baik-baik saja? Kau terluka?" tanya Edgar penuh perhatian seperti biasanya.'Ivana tidak mungkin mendengar percakapanku dan Mami, kan?' batin Edgar bertanya-tanya.Ivana menggelengkan kepalanya kemudian ia pun tersenyum, "Aku baik-baik saja. Maafkan aku Pam-hubby, aku sudah membuat lukisannya jatuh!" gadis itu melihat ke arah lukisan bunga mawar yang ia jatuhkan ke lantai barusan.Niat Julia menikah dengan Rick agar ia memiliki kehidupan yang terjamin dan menjadi ratu untuk Rick. Akan tetapi, sekarang ia malah harus memasak di dapur, menyiapkan air madu juga untuk suaminya. Padahal Julia tidak pernah melakukan semua itu, karena dulu ia diratukan oleh ayah tirinya. Sedangkan Ivana, gadis itulah yang menjadi babi di rumahnya sendiri seperti Cinderella. Dan sekarang Ivana menikahi lelaki paling kaya raya di Eropa."Ah sial! Aku menikah bukan untuk ini!" Julia melempar spatula dengan kesal. "Bukan untuk jadi pembantu!" gerutunya marah.Nora dan Margaret melihat bagaimana kelakuan istri dari tuan muda di rumah itu. Tidak mencirikan sebagai wanita terhormat, dan jauh dari itu. Mereka menggeleng-gelengkan kepalanya, tak habis pikir. Mengapa tuan muda mereka bisa berselingkuh dengan Julia dan memilih menyia-nyiakan Ivana yang jelas lebih dari segalanya."Sepertinya tuan muda kita sudah buta memilih pasangan," bisik Nora pada Margaret, wanita yang usianya sudah lebih da
"Beraninya kau berteriak padaku, Julia? Terlebih lagi ini di meja makan! Apa kau tak tahu etika?" tanya Rick seraya bangkit dari tempat duduknya. Dari dulu ia paling tidak suka bila ada seseorang yang membentaknya. Bahkan dulu Ivana tidak pernah membentaknya, tapi Julia berani bersikap seperti ini."Lalu apa kau tau etika? Kenapa kau memperlakukan ku seperti pembantu? Aku kesini untuk menjadi istrimu, bukan pembantu! Aku juga sedang hamil, aku ingin kau memerhatikanku!" Julia mendengus marah, ia meluapkan semua emosinya pada Rick. Jika Ivana ada di sini, sudah dipastikan wanita itu akan tertawa melihat pertengkaran mereka berdua.Julia jadi teringat kata-kata Ivana saat di pesta pernikahan, kata-kata itu kembali terngiang-ngiang ditelinganya.~Percayalah padaku Julia, sesuatu yang kau ambil dengan cara tidak benar. Pasti akan menimbulkan suatu masalah, atau bahkan bisa menghancurkanmu. Ingatlah, karma itu ada. Kau merebut kekasihku, maka akan ada harga yang harus kau bayar untuk itu.
Ivana masih termenung memandangi chat dari ayahnya. Sehingga ia tidak menyadari bahwa semua karyawan lain sudah pergi dari sana. Sementara itu Edgar juga baru turun ke lantai bawah bersama Marco, asistennya. Mereka keluar dari lift dengan posisi Edgar yang berada didepan dan Marco dibelakang."Kau sudah menyuruh orang untuk mengantar ibuku kan?" tanya Edgar pada Marco."Sudah Pak. Bahkan saya pastikan nyonya besar sudah sampai di hotel! Orang-orang saya yang mengatakannya," papar Marco menjelaskan."Hem."Begitu sampai didekat ruang tim desain, Edgar mengambil ponselnya yang berada di saku jasnya. Lalu ia menghubungi nomor Ivana, istrinya. Tujuannya, yakni untuk menanyakan apakah Ivana sudah pulang atau belum. Beberapa kali Edgar menghubunginya, tapi tidak ada jawaban juga. Bahkan ia mengirimkan pesan, tapi hanya centang 1 saja."Kenapa tidak diangkat-angkat? Apa dia sudah pulang?" pikirnya."Pak, maaf...tapi kapan kita akan pulang?" tanya Marco yang sedari tadi menunggu Presdirnya it
Samuel tetap menahan Ivana, meskipun gadis itu sudah menolak untuk berbicara padanya. Ivana merasa Samuel sangat tidak tahu malu. Lelaki ini ingin berbicara padanya, setelah tempo hari ia mengatakan memutuskan hubungan ayah dan anak diantara mereka."Lepaskan aku tuan Harison!" begitu asing cara Ivana memanggil ayah kandungnya. Seakan ia sudah tidak mempunyai harapan terhadap Samuel. Lebih tepatnya, mungkin ia mencoba untuk memupus harapan sekecil apapun pada Samuel."Ivana, kita bicara dulu sebentar!" kata Samuel memaksa dengan wajah memelasnya."Kita bicara disini, tapi lepaskan tanganku!" ujar Ivana ketus, ia menepis tangan Samuel dan lelaki itu juga menarik tangannya. Samuel dapat melihat kemarahan, kekecewaan dan luka di mata Ivana kepadanya.Setiap kali melihat Ivana, ia selalu merasa bersalah dan takut menyakitinya. Maka dari itu, Samuel menjauhi Ivana secara perlahan-lahan dan tanpa sadar mengabaikannya. Entah apa alasan yang mendasarinya seperti itu."Baiklah, kita bicara seb
Tanpa mempedulikan panggilan dari Samuel, Ivana terus berjalan ke jalan raya untuk menemukan taksi yang akan membawanya pulang ke rumahnya. Walaupun tanpa suara, bulir-bulir air hangat mengalir deras dari kedua bola matanya yang berwarna biru lautan itu. Air mata itu mengalir tanpa bisa dicegah.Akhirnya setelah beberapa saat berjalan, Ivana menemukan taksi dan ia memberhentikan taksi tersebut, lalu masuk ke dalamnya.Perasaannya sungguh tidak karuan, setelah ia mengatakan apa yang disimpannya selama ini didalam hati kepada papanya. Tentang ia yang mengetahui perselingkuhan Samuel dan ibu tirinya, Grace."Hentikan Ivana! Jangan menangis lagi, hentikan. Pria seperti itu tidak pantas untuk ditangisi!" kata Ivana pada dirinya sendiri, sembari mengusap basah di wajahnya. Berharap air mata ini bisa segera berhenti.Sedangkan Samuel, masih berdiri mematung. Padahal niatnya ingin menyusul Ivana, akan tetapi ia mempunyai rasa takut untuk mendekatinya. Apa yang akan ia katakan pada Ivana? Lela
Setelah bertemu dengan supir taksi itu ditempat mangkalnya, Edgar langsung menanyakan kemana supir taksi itu mengantar Ivana."Bapak mengantar istri saya kemana?""Saya menurunkannya didekat jembatan sana pak! Saya pikir nona itu berjalan ke arah sungai," ucap supir taksi itu memberikan keterangan."Terimakasih. Ini ada sedikit untuk bapak," kata Edgar sambil menyerahkan beberapa uang lembar euro pada supir taksi itu dari dalam dompetnya."Tidak tuan! Saya tulus memberitahu tuan, tanpa mengharap imbalan. Terimakasih saja sudah cukup tuan. Saya hanya berharap tuan bisa segera berbaikan dengan istri tuan, tadi nona itu banyak menangis." Supir taksi itu menolak uang pemberian Edgar dan ia hanya berharap kalau hubungan Edgar dan Ivana membaik.Edgar terdiam, raut wajahnya terlihat khawatir mendengar istrinya banyak menangis. Hatinya juga merasa marah, karena ini pasti gara-gara Samuel."Terimakasih. Bapak tenang saja, karena saya akan membuatnya kembali tersenyum!""Iya Tuan."Setelah itu
Pertanyaan Ivana bisa terbilang konyol dan mustahil, sebab Edgar tak mungkin berselingkuh dari istrinya. Wanita yang selama ini ia inginkan."Ivana, aku tak mungkin melakukan itu!""Jangan macam-macam Paman. Kalau kau berselingkuh kau harus membayar mahal untuk denda penalti kontrak kita! Karena kau melanggar kontrak dengan berselingkuh," ucap Ivana mengancam.'Ah sial! Aku pikir dia berkata seperti ini karena cemburu. Rupanya aku salah. Atau, apakah aku harus mengatakan cintaku lebih cepat? Agar ia mengetahui perasaanku?' kata Edgar dalam hatinya. Tadinya ia berpikir kalau Ivana bertanya karena cemburu dan Edgar mulai berpikir untuk mengatakan cintanya lebih cepat.****1 bulan kemudian....Ivana menjalani hari-harinya satu rumah dengan dua wanita yang membencinya, yaitu Amber dan Julia. Mereka berdua bersekutu untuk membuat keributan di rumah. Ivana sudah mulai terbiasa dengan kelakuan Amber dan Julia yang kekanak-kanakan.Meskipun selalu diganggu, akan tetapi Ivana menikmatinya. Ia
Jauh dari Ivana, bukan berarti Edgar tidak bisa memperhatikan Ivana. Ia selalu memperhatikannya, walaupun melalui orang lain. Edgar meminta seseorang untuk mengawasi Ivana secara diam-diam di kampus, alias mata-mata yang ia bayar. Pada dasarnya, Edgar adalah orang yang posesif. Hanya saja Edgar tidak mau menunjukkan perhatiannya yang berlebihan pada Ivana, ia takut kalau Ivana malah akan melarikan diri, setelah tau sisi Edgar yang seperti ini. Bahwa ia tidak akan pernah melepaskan apa yang ada didalam genggamannya.Tidak dalam hal bisnis, apalagi dalam hal asmara yang baru saja ia rasakan kembali setelah bertahun-tahun menduda."Bukankah seharusnya sekarang dia ada di kampusnya? Pasti dia sedang bimbingan kan? Apa aku tanya Kimmy saja?" Edgar berbicara sendiri, bingung sendiri dan jarinya tak tahan ingin mengetik pesan pada istrinya Padahal pesan sebelumnya, belum dibalas oleh Ivana, dibaca pun belum.Saat ini Edgar masih berada di kamar hotel tempatnya menginap selama perjalanan bisn
****Setelah melewati dua hari di Maldives, pagi itu Ivana mengajak Edgar untuk melihat matahari terbit dipantai. Dia sengaja' membangunkan suaminya pagi-pagi buta."Hubby, ayo bangun," bisik Ivana pada suaminya sambil mengecup pipi lelaki itu dengan lembut.Merasakan sentuhan dipipi dan wajahnya, lelaki itu pun membuka matanya perlahan. Dia melihat sang istri sedang tersenyum padanya, bibir wanita itu tampak merah, sepertinya Ivana memakai make up. Bahkan istrinya itu masih memakai pakaian tidur."Sayang? Kau memakai make up? Kau mau kemana sepagi ini, hem?" ucap Edgar seraya bertanya pada istrinya dengan terheran."Ayo, kita akan melihat matahari terbit! Sebelumnya kita melihat matahari terbenam, sekarang giliran kita melihat matahari terbitnya!" seru Ivana dengan senyuman semangat dibibirnya. Edgar balas tersenyum lembut, dia menyentuh pipi istrinya dengan lembut.Seketika senyumannya menghilang saat dia merasakan pipi istrinya terasa dingin."Sweetheart, tubuhmu dingin? Apa kau tid
Selagi para pria berada diluar, Aileen dan Laura berasa didalam ruangan itu untuk mengobrol. Banyak sekali hal yang ingin Laura katakan pada Aileen."Aileen, aku sangat sangat berterima kasih kepadamu. Jika bukan karena kau, Levin, mama Sara dan yang lainnya pasti tidak akan memberiku kesempatan kedua. Terimakasih, karena kau sudah sudi memaafkan semua kesalahanku."Laura mengenggam tangan Aileen, matanya berkaca-kaca penuh haru saat menatap wanita berhati mulia dihadapannya ini. Wanita yang sudi memaafkan semua kesalahannya dan memberikan kesempatan kedua. Dia merasa bersalah, karena selama ini sudah mencelakai Aileen dengan mengambil kebahagiaannya."Aku menyesal, kenapa aku merebut Levin dari-"SsttAileen langsung meletakkan jari telunjuknya pada bibir Laura, dia menggelengkan kepalanya dan meminta Laura untuk tidak melanjutkan perkataannya."Jangan bahas masa lalu kak. Jangan menyesali apa yang sudah terjadi. Mungkin ini adalah takdir Tuhan untuk kita. Takdir kakak bersama Levin
Sekarang semua keluarga Denvier sudah berkumpul di rumah sakit, termasuk Aldrich yang berada di Amerika. Dia terbang secepat mungkin ke Paris, setelah mendengar berita tentang ibunya yang koma.Aileen dan Aldrich sangat sedih begitu mengetahui ibu mereka sakit parah dan sekarang wanita yang melahirkan mereka itu sedang bertaruh nyawa di dalam ruangan tempatnya berada."Kenapa papa tidak memberitahuku dan Aldrich kalau mama sakit? Kenapa Pa?" jerit Aileen dengan berurai air mata, dia terlihat terguncang mendengar ibunya sakit. Edgar sendiri terlihat diam, pria paruh baya itu masih tampak syok. Sejak 2 hari yang lalu istrinya terbaring koma."Ai, jangan salahkan papa. Mama yang meminta papa dan kami untuk merahasiakan ini darimu dan Aldrich. Mama tidak mau kau dan Aldrich kepikiran," ucap Arion jelaskan kepada adiknya untuk tidak menyalahkan Papanya lagi. Karena, yang paling terguncang dengan keadaan ibu mereka adalah ayah mereka.Lihat saja, Edgar
Setelah istrinya disuntikan obat-obatan, tak lama kemudian Ivana langsung tidak sadarkan diri. Denyut jantungnya melemah, ternyata tubuh Ivana tidak merespon dengan baik kemoterapi kedua ini. Dia langsung berikan penolakan dan saat itu juga Ivana berada dalam keadaan kritis. Dia tidak sadarkan diri dan dokter mengatakan kalau dia sedang koma.Edgar menangis meraung-raung, tak percaya dengan fakta ini. Dia bahkan menyesali keputusannya membujuk Ivana kemoterapi kedua."Istriku masih bisa sadar kan, dok? Katakan padaku, sialan!" teriak Edgar kepada dokter Wayne, dengan berurai air mata."Saya tidak yakin, Pak." Wayne menatap Ivana yang tak sadarkan diri diatas ranjang tersebut dengan alat-alat medis yang terpasang ditubuhnya, untuk menopang kehidupannya.Edgar dapat menangkap kepasrahan pada perkataan Wayne, dan dia tidak menerima itu. Edgar langsung menarik jas dokter milik Wayne dengan kasar."Jangan bicara seperti itu. Katakan yang jelas! Kau ini adalah dokter spesialis kanker terbai
Disaat Aileen sedang dalam perjalanan menuju ke London bersama suaminya, Ivana sedang berjuang melawan efek kemoterapi yang luar biasa menyerang anggota tubuhnya. Dia kesakitan, berkeringat, mual, muntah, mudah lelah, rambut rontok, imunitas tubuh menurun drastis.Terkadang Ivana ingin menyerah, tapi dia tidak tega melihat suami, anak sulung dan menantu perempuannya yang berusaha agar dia sembuh. Hari ini Ivana akan melakukan kemoterapi yang kedua, Edgar, Emily dan Arion berharap agar keadaan Ivana segera membaik."Sweetheart, tenanglah...aku ada disini."Ivana tersenyum lembut pada suaminya, dia membalas genggaman tangan suaminya dengan lembut. Wanita yang rambutnya sudah dipotong pendek itu, menatap sang suami dengan sendu."Aku akan baik-baik saja, aku akan kuat demi dirimu dan anak-anak. Tapi jika aku-""Kau akan baik-baik saja. Jangan katakan apapun, sweetheart!" sela Edgar sambil mengecup pipi Ivana dengan penuh kasih sayang. Matanya penuh cahaya pengharapan, dia berharap istrin
Edgar tak henti merutuki dirinya dalam hati, dia sangat menyesal sudah berpikiran yang bukan-bukan terhadap istrinya. Tanpa ia ketahui selama 1 bulan ini, Ivana menyimpan kesedihan dan penderitaannya seorang diri.Dia paham, kenapa Ivana sampai menyembunyikan hal sebesar ini dari semua orang? Itu semua karena sifatnya, yang tidak ingin semua orang menjadi khawatir kepadanya."Pa, aku akan menghubungi Aileen dan Aldrich.""Jangan, A."Suara Ivana terdengar lirih, namun membuat kedua pria itu terkejut mendengarnya. Mereka melihat ke arah wanita yang terbaring diatas ranjang itu. Dia perlahan mulai membuka matanya."Sweetheart, kau sudah siuman?" Edgar mendekati wajah sang istri dengan berlinang air mata. Ivana tahu, pasti Edgar dan Arion seperti ini karena mereka sudah tahu tentangnya.Bibir Ivana mengulum senyuman yang memperlihatkan ketegaran. Hebatnya wanita itu bahkan tidak menangis didepan suami dan putra sulungnya. Dia tidak mau terlihat lemah di depan orang-orang yang dia cintai.
Siapa yang tidak mau dicintai secara ugal-ugalan dan diratukan oleh suaminya sendiri? Ya, itulah yang dirasakan oleh Aileen saat ini. Apa-apa Leon, ini itu Leon, segala keinginannya yang kadang aneh-aneh juga terpenuhi oleh suaminya.Punya suami tampan, kaya, baik, walaupun agak dingin, tapi perhatian adalah berkah terindah dari Tuhan yang Aileen dapatkan. Plus, suaminya memang cinta pertama Aileen dari zaman kanak-kanak."Ayo ganti bajumu. Aku akan mengantarmu ke kampus," kata Leon kepada sang istri sambil membawakan piring cucian ke wastafel untuk dia cuci.Aileen langsung menggelengkan kepalanya. "Eh? Tidak perlu. Aku bisa pergi sendiri. Kata Pak Evan, kau ada rapat penting dan kau haru bersiap. Kalau kau mengantarku, kau akan terlambat!""Tidak ada pergi sendiri Baby. Aku akan mengantarmu dulu sampai ke kampus, lalu pergi ke kantor," sahut Leon sambil menggerakkan tangannya untuk mencuci piring. Dia meletakkan piring cuciannya pada tempatnya j
Perubahan Ivana akhir-akhir ini membuat Edgar curiga dan meminta seseorang untuk menyelidiki Ivana. Istrinya itu tak lagi bersikap mesra padanya, apalagi setiap kali Edgar mengajak Ivana berhubungan intim. Wanita itu selalu menolaknya dengan berbagai alasan. Kini semua kecurigaan Edgar terkuak saat orang suruhannya menyerahkan beberapa foto yang menunjukkan kebersamaan Ivana bersama seorang pria bernama Wayne yang merupakan seorang dokter disebuah rumah sakit."Kenapa kau tega melakukan ini padaku, Ivana? Apa karena aku sudah tua? Jadi aku tidak bisa memuaskanmu lagi?" cecar Edgar murka, setelah dia melempar foto-foto itu ke wajah istrinya.Ivana melihat foto-foto yang menunjukkan kedekatannya dan Wayne di sana, foto-foto tersebut menunjukkan banyak layar rumah sakit. Hatinya berdebar, dia takut kalau suaminya akan tahu apa yang dia lakukan di rumah sakit itu."Aku tidak pernah selingkuh darimu, Hubby.""Persetan dengan semua yang kau katakan! Buktinya sudah ada didepan mata. Kau seri
****Sakit hati Laura diabaikan oleh suaminya seperti itu. Disaat dia sudah menyadari semua kesalahannya dan dia tidak mau berpisah dari Levin, meskipun nanti bayi mereka sudah lahir ke dunia.Dia berusaha untuk kembali meraih kepercayaan Levin kembali, tapi nyatanya tidak mudah. Levin malah semakin menjauh darinya. Lelaki itu hanya perhatian kepadanya saat bersama keluarganya saja. Bicara pun seperlunya."Aku harus meminta maaf pada Aileen dan mengakui semua kesalahanku. Aku belum sempat bertemu dengannya dan meminta maaf. Aku akan mengakui segalanya pada Aileen," gumam Laura sambil mengusap basah disudut matanya."Laura, kau sedang apa di sini nak? Apa kau tidak ikut dengan Levin?" Sara menghampiri menantunya yang sedang berada di dapur seorang diri."Ah.. tidak Ma. Aku lelah, jadi aku di rumah saja."Suara Laura yang terdengar serak itu menimbulkan kecurigaan Sara. Dia merasa Laura sedang menangis, karena Laura bahkan tak berani melihatnya, menunjukkan wajahnya."Laura, kau kenapa