Tarian pembuka diacara itu, sontak saja menjadi sorotan semua orang yang hadir dipesta. Bukan karena tariannya saja, tapi siapa yang menjadi leader wanita yang menari disana. Aileen, dia kembali menjadi pusat perhatian dengan menari bersama ke empat penari itu dan seorang pria yang merupakan dancer, menjadi rekan tari duelnya.Gerakan Aileen sangat luwes, meskipun dia tidak bisa disebut jago menari. Dan hanya belajar dari youtub* saja, namun Aileen mampu menghapal dan mengimbangi tarian mereka secara alamiah. Tariannya tak kalah jago dari penari profesional. Dia mampu menggantikan tempat Michelle dengan baik. Dibelakang panggung, Michelle senang melihat penampilan Aileen dan teman-temannya. Meskipun dia tidak ikut tampil benari bersama dengan mereka. Malah, dia bertambah kagum pada Aileen yang hebat."Kenapa dia ada disana? Dengan pakaian seperti itu?" desis Leon geram, saat melihat Aileen menari didepan sana dan memakai pakaian yang bisa dibilang minim juga mencet
"Kau panas sekali? Kau kenapa?" tangan Aileen memegang pipi Leon yang terasa panas. Leon malah tersenyum dan memegang tangan Aileen, pandangannya mulai berkabut."Dingin, tanganmu sejuk.""Aku akan mengantarmu ke rumah sakit, ayo!''Walaupun Aileen sedang kesal pada Leon, tapi dia tidak tega membiarkan seseorang yang sakit dan mengabaikannya. Dia pun hendak memapah Leon, benar saja...pria itu lemas dan napasnya terdengar memburu."Bawa aku ke ruanganku. Tidak perlu ke rumah sakit, aku hanya perlu beristirahat," ucap Leon dengan napas terengah."Apa kau yakin?""Iya. Bawa aku kesana."Gadis itu mendengus, lalu dia membawa Leon untuk memapahnya ke lantai atas gedung kantor itu. Saat merasakan Aileen bersentuhan dengannya, Leon merasa jantungnya berdegup sangat kencang dan bagian bawahnya menegang. Rasa panas itu semakin menjalar ke seluruh tubuhnya, dia seperti orang mabuk, tapi dia tidak mabuk.Ting!Lift pun terbuka, lalu Aileen dan Leon berjalan menuju ke ruangan Presdir. Disana tida
Ken benar-benar kesal, rencananya untuk membuat Aileen tidur bersamanya benar-benar tidak berhasil. Minuman yang sudah ia campurkan obat kuat dan obat perangsang, malam diminum oleh Leon yang tiba-tiba saja datang dan meminum minuman itu.Disela-sela kekesalannya, Ken meninggalkan pesta dan pergi mencari tempat merokok. Disana dia malah bertemu salah satu teman ranjangnya dan wanita itu menggoda Ken. Akhirnya mereka berakhir bercinta di gudang kantor tersebut sebanyak 2 ronde. Tanpa sadar juga, Ken sudah meninggalkan Aileen selama 1 jam lamanya. Bahkan Ken tidak tahu ada keributan yang terjadi di pesta, saat Leon mencium Aileen ditempat umum, didepan semua orang."Sayang, kau mau kemana? Biasanya kau selalu minta 5 ronde padaku. Kenapa hanya 2 ronde saja? Sepertinya kau buru-buru sekali, hem?" wanita berambut hitam panjang itu mengelus elus dada Ken yang polos dengan jari-jari lentiknya. Dia berikan senyuman menggoda pada pria itu, agar mereka bisa bermain lagi. Ka
Tangan Leon menyentuh bahu polos Aileen, tak hentinya dia mengucapkan kata maaf kepada gadis itu. Dia sendiri tak tahu, kenapa semalam dia bisa kehilangan kendali seperti kesetanan.Akan tetapi, untungnya dia langsung mengingat kejadian semalam begitu dia terbangun. Apalagi ada Aileen disampingnya yang sedang menangis dan memakai selimut."Jangan sentuh aku!"Aileen menepis tangan Leon, lalu dia beranjak duduk membelakangi Leon. Dia tidak mau melihat pria itu, rasanya ia sakit hati mendengar permintaan maafnya yang tidak bisa mengembalikkan keperawanannya. Dia merasa harga dirinya sudah hancur oleh Leon."Aku akan bertanggungjawab, aku akan menikahimu Ai."Menikah? Aileen langsung menoleh ke arah Leon dengan sinis begitu mendengar kata pernikahan. Sepertinya ada rasa takut dan trauma pada diri Aileen saat mendengar kata pernikahan."Menikah? Lalu kau akan meninggalkanku setelahnya? Kau pikir semudah itu menikah?" tanya Aileen den
****Bianca terkejut begitu dia membuka mata, dia melihat ada panggilan dari bosnya. Ini sangat tidak biasa, bahkan Leon tidak pernah menghubunginya pada jam segini."Halo pak Presdir!" jawab Bianca dengsn semangat sambil merapikan rambutnya yang seperti singa. Baru bangun tidur dipagi hari."Halo Bianca, maaf saya menghubungimu pada jam seperti ini. Bisakah sekarang kau pergi ke ruanganku dan membawakan pakaian wanita? Bawakan juga pakaian dalamnya.""Hah? Apa?""Kau tidak tuli kan?" ucap Leon sinis."Ma-maaf pak. Tapi pakaian wanita?" tanya Bianca terheran-heran dengan apa yang dikatakan Leon.Pria itu tidak mau berbasa-basi, dia meminta Bianca untuk membawakan pakaian dan pakaian dalam ke kantornya. Leon juga mengatakan bahwa ukurannya lebih kecil dari tubuh Bianca, karena dia tidak tahu benar ukuran Aileen. Yang jelas, tubuhnya sedikit lebih kecil dari Bianca."Apa pak Leon sudah punya pacar dan dia membawa pacarnya ke kantor? Astaga!" pekik Bianca yang masih tidak menyangka, Kare
"Ada apa? Kenapa kau berteriak?" tanya Leon begitu dia tiba di kamar rahasianya itu. Dia melihat Aileen sedang menangis didepan cermin rias."Hey, ada apa?" Leon kembali bertanya, dan dia berjalan mendekati Aileen. Pria itu duduk setengah berlutut didepannya. "Kenapa menangis lagi? Apapun itu aku minta maaf ya?" ucap Leon lembut."Kau sangat jahat. Bagaimana bisa kau meninggalkan jejak-jejak seperti ini? Sepertinya aku harus sembunyi dulu dari mama dan papa. Memang bisa aku tutupi dulu dengan make up, tapi bibir ini...mama bisa tahu."Gadis itu memegang bibirnya yang bengkak, melihat tanda-tanda kiss mark yang hampir memenuhi semua bagian anggota tubuhnya. Inilah yang membuatnya berteriak ketakutan tadi."Maafkan aku atas kejadian semalam. Aku juga tidak tahu kenapa aku seperti semalam. Tapi, hal itu terjadi setelah aku meminum minuman yang diberikan oleh pria kurus dan jangkung itu," ucap Leon, ia sangat meyakini bahwa apa yang terjadi padanya semalam berhubungan dengan minuman yang
Mendengar mertuanya terus membicarakan Aileen dan mengatakan Aileen yang akan menjadi menantunya. Membuat hati Laura panas, dia merasa seperti akan tersaingi dan ada rasa tidak terima di dalam hatinya, seandainya hal itu terjadi. Dia memang sudah tidak mau balas dendam lagi pada Aileen tentang kematian adiknya, tapi rasa iri ini berbeda. Dia tidak mau kasih sayang Sara, Marco dan hubungannya yang mulai membaik bersama Levin akan hancur karena Aileen."Tapi Ma, itu tidak mungkin terjadi. Bukankah pak Edgar dan bu Ivana sudah tidak mau berhubungan dengan keluarga ini lagi? Jadi, tidak mungkin kan bila Aileen menjadi menantu di rumah ini," celetuk Laura sambil memasang senyuman palsunya."Laura benar, Ma. Lagipula tidak ada kesempatan untuk kita menjadikan Aileen menantu. Pak Edgar dan bu Ivana sudah membenci kita," sahut Marco yang setuju dengan pemikiran Laura. Wanita itu pun tersenyum puas, setelah papa mertuanya setuju dengan ucapannnya. Bagi Marco, pemikiran Laura cukup logis. Meng
****Setelah berbicara dengan Tina dan papanya ditelpon, Aileen langsung tegang dan panik. Dia berjalan mondar-mandir di dalam kamar rahasia Leon."Astaga! Bagaimana ini? Mama dan Papa sepertinya tau kalau aku berada disini. Tina pasti sudah mengatakannya...ish..."Aileen mengusak usak rambut panjangnya ke depan. Dia tidak tenang dan takut terjadi sesuatu yang buruk saat kedua orang tuanya datang."Ini sarapannya, Ai. Makanlah dulu."Leon tiba sambil membawakan sarapan sandwich dan segelas susu murni rasa coklat yang berada dalam kemasan. Susu kesukaan Aileen, dari kecil sampai sekarang dia sangat menyukainya."Aku harus segera pergi."Aileen mengambil tas selempangnya yang ada diatas kursi lalu memakaikan dengan terburu-buru. "Kenapa kau panik begini? Tenang saja, masalah Bianca dia-""Bukan masalah Bianca! Ini masalahnya papa...mama."Kening pria itu berkerut dan tidak paham dengan apa yang dibicarakan oleh Aileen. "Tenanglah,bicara perlahan.""Aku tidak bisa tenang. Aku harus pergi
****Setelah melewati dua hari di Maldives, pagi itu Ivana mengajak Edgar untuk melihat matahari terbit dipantai. Dia sengaja' membangunkan suaminya pagi-pagi buta."Hubby, ayo bangun," bisik Ivana pada suaminya sambil mengecup pipi lelaki itu dengan lembut.Merasakan sentuhan dipipi dan wajahnya, lelaki itu pun membuka matanya perlahan. Dia melihat sang istri sedang tersenyum padanya, bibir wanita itu tampak merah, sepertinya Ivana memakai make up. Bahkan istrinya itu masih memakai pakaian tidur."Sayang? Kau memakai make up? Kau mau kemana sepagi ini, hem?" ucap Edgar seraya bertanya pada istrinya dengan terheran."Ayo, kita akan melihat matahari terbit! Sebelumnya kita melihat matahari terbenam, sekarang giliran kita melihat matahari terbitnya!" seru Ivana dengan senyuman semangat dibibirnya. Edgar balas tersenyum lembut, dia menyentuh pipi istrinya dengan lembut.Seketika senyumannya menghilang saat dia merasakan pipi istrinya terasa dingin."Sweetheart, tubuhmu dingin? Apa kau tid
Selagi para pria berada diluar, Aileen dan Laura berasa didalam ruangan itu untuk mengobrol. Banyak sekali hal yang ingin Laura katakan pada Aileen."Aileen, aku sangat sangat berterima kasih kepadamu. Jika bukan karena kau, Levin, mama Sara dan yang lainnya pasti tidak akan memberiku kesempatan kedua. Terimakasih, karena kau sudah sudi memaafkan semua kesalahanku."Laura mengenggam tangan Aileen, matanya berkaca-kaca penuh haru saat menatap wanita berhati mulia dihadapannya ini. Wanita yang sudi memaafkan semua kesalahannya dan memberikan kesempatan kedua. Dia merasa bersalah, karena selama ini sudah mencelakai Aileen dengan mengambil kebahagiaannya."Aku menyesal, kenapa aku merebut Levin dari-"SsttAileen langsung meletakkan jari telunjuknya pada bibir Laura, dia menggelengkan kepalanya dan meminta Laura untuk tidak melanjutkan perkataannya."Jangan bahas masa lalu kak. Jangan menyesali apa yang sudah terjadi. Mungkin ini adalah takdir Tuhan untuk kita. Takdir kakak bersama Levin
Sekarang semua keluarga Denvier sudah berkumpul di rumah sakit, termasuk Aldrich yang berada di Amerika. Dia terbang secepat mungkin ke Paris, setelah mendengar berita tentang ibunya yang koma.Aileen dan Aldrich sangat sedih begitu mengetahui ibu mereka sakit parah dan sekarang wanita yang melahirkan mereka itu sedang bertaruh nyawa di dalam ruangan tempatnya berada."Kenapa papa tidak memberitahuku dan Aldrich kalau mama sakit? Kenapa Pa?" jerit Aileen dengan berurai air mata, dia terlihat terguncang mendengar ibunya sakit. Edgar sendiri terlihat diam, pria paruh baya itu masih tampak syok. Sejak 2 hari yang lalu istrinya terbaring koma."Ai, jangan salahkan papa. Mama yang meminta papa dan kami untuk merahasiakan ini darimu dan Aldrich. Mama tidak mau kau dan Aldrich kepikiran," ucap Arion jelaskan kepada adiknya untuk tidak menyalahkan Papanya lagi. Karena, yang paling terguncang dengan keadaan ibu mereka adalah ayah mereka.Lihat saja, Edgar
Setelah istrinya disuntikan obat-obatan, tak lama kemudian Ivana langsung tidak sadarkan diri. Denyut jantungnya melemah, ternyata tubuh Ivana tidak merespon dengan baik kemoterapi kedua ini. Dia langsung berikan penolakan dan saat itu juga Ivana berada dalam keadaan kritis. Dia tidak sadarkan diri dan dokter mengatakan kalau dia sedang koma.Edgar menangis meraung-raung, tak percaya dengan fakta ini. Dia bahkan menyesali keputusannya membujuk Ivana kemoterapi kedua."Istriku masih bisa sadar kan, dok? Katakan padaku, sialan!" teriak Edgar kepada dokter Wayne, dengan berurai air mata."Saya tidak yakin, Pak." Wayne menatap Ivana yang tak sadarkan diri diatas ranjang tersebut dengan alat-alat medis yang terpasang ditubuhnya, untuk menopang kehidupannya.Edgar dapat menangkap kepasrahan pada perkataan Wayne, dan dia tidak menerima itu. Edgar langsung menarik jas dokter milik Wayne dengan kasar."Jangan bicara seperti itu. Katakan yang jelas! Kau ini adalah dokter spesialis kanker terbai
Disaat Aileen sedang dalam perjalanan menuju ke London bersama suaminya, Ivana sedang berjuang melawan efek kemoterapi yang luar biasa menyerang anggota tubuhnya. Dia kesakitan, berkeringat, mual, muntah, mudah lelah, rambut rontok, imunitas tubuh menurun drastis.Terkadang Ivana ingin menyerah, tapi dia tidak tega melihat suami, anak sulung dan menantu perempuannya yang berusaha agar dia sembuh. Hari ini Ivana akan melakukan kemoterapi yang kedua, Edgar, Emily dan Arion berharap agar keadaan Ivana segera membaik."Sweetheart, tenanglah...aku ada disini."Ivana tersenyum lembut pada suaminya, dia membalas genggaman tangan suaminya dengan lembut. Wanita yang rambutnya sudah dipotong pendek itu, menatap sang suami dengan sendu."Aku akan baik-baik saja, aku akan kuat demi dirimu dan anak-anak. Tapi jika aku-""Kau akan baik-baik saja. Jangan katakan apapun, sweetheart!" sela Edgar sambil mengecup pipi Ivana dengan penuh kasih sayang. Matanya penuh cahaya pengharapan, dia berharap istrin
Edgar tak henti merutuki dirinya dalam hati, dia sangat menyesal sudah berpikiran yang bukan-bukan terhadap istrinya. Tanpa ia ketahui selama 1 bulan ini, Ivana menyimpan kesedihan dan penderitaannya seorang diri.Dia paham, kenapa Ivana sampai menyembunyikan hal sebesar ini dari semua orang? Itu semua karena sifatnya, yang tidak ingin semua orang menjadi khawatir kepadanya."Pa, aku akan menghubungi Aileen dan Aldrich.""Jangan, A."Suara Ivana terdengar lirih, namun membuat kedua pria itu terkejut mendengarnya. Mereka melihat ke arah wanita yang terbaring diatas ranjang itu. Dia perlahan mulai membuka matanya."Sweetheart, kau sudah siuman?" Edgar mendekati wajah sang istri dengan berlinang air mata. Ivana tahu, pasti Edgar dan Arion seperti ini karena mereka sudah tahu tentangnya.Bibir Ivana mengulum senyuman yang memperlihatkan ketegaran. Hebatnya wanita itu bahkan tidak menangis didepan suami dan putra sulungnya. Dia tidak mau terlihat lemah di depan orang-orang yang dia cintai.
Siapa yang tidak mau dicintai secara ugal-ugalan dan diratukan oleh suaminya sendiri? Ya, itulah yang dirasakan oleh Aileen saat ini. Apa-apa Leon, ini itu Leon, segala keinginannya yang kadang aneh-aneh juga terpenuhi oleh suaminya.Punya suami tampan, kaya, baik, walaupun agak dingin, tapi perhatian adalah berkah terindah dari Tuhan yang Aileen dapatkan. Plus, suaminya memang cinta pertama Aileen dari zaman kanak-kanak."Ayo ganti bajumu. Aku akan mengantarmu ke kampus," kata Leon kepada sang istri sambil membawakan piring cucian ke wastafel untuk dia cuci.Aileen langsung menggelengkan kepalanya. "Eh? Tidak perlu. Aku bisa pergi sendiri. Kata Pak Evan, kau ada rapat penting dan kau haru bersiap. Kalau kau mengantarku, kau akan terlambat!""Tidak ada pergi sendiri Baby. Aku akan mengantarmu dulu sampai ke kampus, lalu pergi ke kantor," sahut Leon sambil menggerakkan tangannya untuk mencuci piring. Dia meletakkan piring cuciannya pada tempatnya j
Perubahan Ivana akhir-akhir ini membuat Edgar curiga dan meminta seseorang untuk menyelidiki Ivana. Istrinya itu tak lagi bersikap mesra padanya, apalagi setiap kali Edgar mengajak Ivana berhubungan intim. Wanita itu selalu menolaknya dengan berbagai alasan. Kini semua kecurigaan Edgar terkuak saat orang suruhannya menyerahkan beberapa foto yang menunjukkan kebersamaan Ivana bersama seorang pria bernama Wayne yang merupakan seorang dokter disebuah rumah sakit."Kenapa kau tega melakukan ini padaku, Ivana? Apa karena aku sudah tua? Jadi aku tidak bisa memuaskanmu lagi?" cecar Edgar murka, setelah dia melempar foto-foto itu ke wajah istrinya.Ivana melihat foto-foto yang menunjukkan kedekatannya dan Wayne di sana, foto-foto tersebut menunjukkan banyak layar rumah sakit. Hatinya berdebar, dia takut kalau suaminya akan tahu apa yang dia lakukan di rumah sakit itu."Aku tidak pernah selingkuh darimu, Hubby.""Persetan dengan semua yang kau katakan! Buktinya sudah ada didepan mata. Kau seri
****Sakit hati Laura diabaikan oleh suaminya seperti itu. Disaat dia sudah menyadari semua kesalahannya dan dia tidak mau berpisah dari Levin, meskipun nanti bayi mereka sudah lahir ke dunia.Dia berusaha untuk kembali meraih kepercayaan Levin kembali, tapi nyatanya tidak mudah. Levin malah semakin menjauh darinya. Lelaki itu hanya perhatian kepadanya saat bersama keluarganya saja. Bicara pun seperlunya."Aku harus meminta maaf pada Aileen dan mengakui semua kesalahanku. Aku belum sempat bertemu dengannya dan meminta maaf. Aku akan mengakui segalanya pada Aileen," gumam Laura sambil mengusap basah disudut matanya."Laura, kau sedang apa di sini nak? Apa kau tidak ikut dengan Levin?" Sara menghampiri menantunya yang sedang berada di dapur seorang diri."Ah.. tidak Ma. Aku lelah, jadi aku di rumah saja."Suara Laura yang terdengar serak itu menimbulkan kecurigaan Sara. Dia merasa Laura sedang menangis, karena Laura bahkan tak berani melihatnya, menunjukkan wajahnya."Laura, kau kenapa