Hati Aileen yang sedang kesal karena tidak diprioritaskan lagi oleh Levin, membuat gadis itu jadi berpikir negatif terhadap kekasihnya. Setelah dia mencium parfum wanita dari kemeja Levin dan penampilan pria itu yang seperti bangun tidur."Kau punya wanita lain kan?" Kalimat tuduhan itu membuat Levin menegang, bahkan jantungnya berpacu cepat tanpa bisa dikendalikan. Didalam dirinya seakan diremas-remas, dia benar-benar takut Aileen akan mengetahui kebenarannya.Seketika Leon pun menoleh kebelakang, setelah mendengar teriakan emosi Aileen. Dia masih berada tak jauh dari sana, karena takut terjadi pertengkaran yang berlebih disana."Ai, a-apa maksudmu? Kau bicara apa?" ucap Levin berusaha tenang, jangan sampai rasa takut dan paniknya membuat Aileen semakin curiga padanya. Dia tidak mau hubungannya dan Aileen hancur, tapi dia juga tidak bisa mengabaikan Laura yang sedang hamil anaknya."Ai, aku paham kenapa kau bicara seperti ini. Kau sedang dikuasai emosi, tapi...aku benar-benar tidak p
Aileen pulang ke rumahnya dengan terburu-buru, dia bahkan tidak menyadari bahwa ada ibunya, kakak ipar dan kakaknya diruang tengah. Aileen melewatinya begitu saja, bahkan pintu pun dia buka dengan kasar dan emosi.Gadis itu langsung melangkah menuju ke kamarnya yang ada dilantai dua. Ivana, Arion dan Emily melihat itu dengan terheran-heran."Aileen? Kenapa dia?" tanya Arion dengan kening berkerut."Biar Mama yang temui dia," kata Ivana kepada anak dan menantunya itu.Ivana beranjak dari tempat duduknya dan melangkah pergi menuju ke kamar Aileen. Didalam kamar, Aileen langsung merebahkan tubuhnya dengan posisi tengkurap, dengan air mata yang belum bisa berhenti. Membayangkan kalau memang Levin benar-benar berselingkuh, hanya membayangkannya saja sudah membuat hatinya sesakit ini.Aroma parfum wanita itu membuatnya negatif thinking, hingga menjurus pada tuduhan perselingkuhan. Aileen juga tidak mau mendengarkan penjelasan dari Levin. Yang l
Richard yang merupakan sahabat Laura dan Levin itu terkejut bukan main, saat dirinya tanpa sengaja mendengar percakapan mereka berdua. Pria itu langsung menghampiri Levin dan Laura, ia masuk begitu saja ke dalam ruangan Laura."Richard?" Laura dan Levin terkejut melihat keberadaan Richard disana. Pria yang menerobos masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu.Richard menatap Levin dengan tajam, kemudian dia melayangkan bogem mentah pada Levin. Sampai pria itu terjengkang dengan posisi pantat yang menyentuh lantai terlebih dahulu.Bugh!"Richard! Apa yang kau lakukan? Kenapa kau memukul Levin?" teriak Laura yang kaget melihat perlakuan Richard pada Levin yang kasar."Dia pantas mendapatkan ini Laura! Dia bajing*n, br*ngsek! Aku tidak percaya, kalau pria yang luarnya lembut dan hangat ini, bisa berbuat hal nista!" cecar Richard dengan tatapan menyalang tajam pada Levin.Sedangkan Levin, dia kembali berdiri sambil menghapus darah disudut bibirnya karena ulah Richard barusan."Kau tidak bisa
"Saya tunggu kedatangan kakak-kakak," kata Aileen dengan senyuman ramah dan sepasang mata abu yang polos itu.Richard hanya merespon dingin Aileen, sedangkan Laura bersikap biasa saja dan mengatakan bahwa dia pasti akan datang. Padahal tidak seharusnya Richard bersikap dingin pada Aileen, gadis itu sama sekali tidak bersalah karena dia tidak tahu apa-apa. Tapi entah kenapa, dia jadi ikut marah pada Aileen.Dia ingin memberitahu Aileen kebenaran bahwa Levin menghamili Laura, akan tetapi Laura melarangnya. Laura mempunyai rencana besar, sehingga saat ini dia membiarkan Aileen tidak tahu apa-apa, seperti orang bodoh."Kak, aku pergi dulu ya. Aku kesini hanya untuk mengembalikan ponsel kakak," kata Aileen langsung pamit, karena dia harus segera kembali ke kantor Leon untuk membicarakan masalah bisnis."Aku akan mengantarmu," ucap pria itu dengan cepat."Tidak perlu, kakak kan baru sampai. Lagipula aku juga bersama dengan Pak Evan!""Kau diantar oleh kak Evan?""Iya, kak Leon yang memintak
Setelah menghapus air matanya dipipi, air mata Aileen tidak mau berhenti juga. Hatinya ternyata tidak cukup kuat, menerima sikap Levin akhir-akhir ini. Dia sering dibuat menangis olehnya, padahal saat dicuekin Leon saja tidak sampai seperti ini.Aileen sampai flu, karena menangis dimobil. Dia juga malu pada Evan yang harus melihatnya seperti ini."Maafkan saya pak Evan. Anda harus melihat pemandangan seperti ini," kata Aileen memohon maaf pada lelaki itu."Tidak apa nona. Kan saya juga yang menyuruh nona untuk meluapkan semua perasaan nona," jawab Evan sama sekali tidak keberatan."Saya malu pada pak Evan," ucapnya lirih. "Pak Evan, saya boleh minta tolong tidak?" tanya Aileen lagi."Ya nona? Katakan saja," sahut Evan."Bisakah pak Evan menurunkan saya didepan?""Kenapa nona? Kita kan belum sampai di kantor pak Leon?" tanya Evan dengan kening berkerut yang menyiratkan rasa heran."Saya tidak jadi ke kantor Kak Leon. Apa bisa tolong bapak sampaikan padanya kalau saya tidak enak badan d
Tidak butuh waktu lama bagi informan profesional yang dicari oleh Evan, hanya dalam waktu 3 jam. Detektif itu bisa menemukan informasi tentang Levin dengan cepat, dan dia menemukan kejanggalan pada Levin sekitar satu bulan lalu.Detektif itu menyerahkan buktinya pada Leon, termasuk tentang Laura dan Levin ketika mereka berada didalam kamar yang sama. Di hari dimana Aileen diteror oleh fans fanatiknya sampai mengalami serangan panik."Jika melihat dari tanggal ini, tanggalnya tepat saat aku membawa Aileen ke rumah sakit. Dan dari foto-foto ini, jelas bahwa Levin dan temannya berada didalam kamar yang sama semalaman. Hari itu Levin mengadakan pameran di Limoges."Leon tampak sedang merancang apa yang terjadi, menyambungkannya seperti puzzle. Dia tidak menyangka Levin akan berbohong tentang malam itu kepada Aileen, padahal saat itu Levin bersama dengan Laura."Levin...apa kau dan gadis itu benar-benar..."Pemuda itu masih tampak tak percaya, dia menggelengkan kepalanya melihat bukti-bukt
Leon terus menuntut jawaban dari Levin, tidak peduli adiknya dia membisu dan terluka karena pukulannya itu. Karena dia menginginkan sebuah jawaban dari Levin, konfirmasi atas bukti-bukti yang dia terima."LEVINSON ABRAHAM!" bentak Leon tepat didepan wajah adiknya itu."Kau... sejak kapan kau ada main dengan wanita itu dibelakang Aileen? Jawab aku," kata Leon tegas dan penuh penekanan. Wajahnya memerah, karena kemarahan dan kecewa pada Levin. Dia tidak menyangka bahwa adiknya akan berselingkuh dari Aileen."Ini bukan urusan kakak, jadi lebih baik kakak jangan ikut campur. Karena semua itu tidak seperti yang kakak pikirkan, aku tidak pernah berselingkuh!"Levin mengelak, dia merasa bahwa dirinya tidak mencurangi tunangannya, Aileen. Karena baginya, apa yang terjadi diantara dirinya dan Laura bukan perselingkuhan melainkan kesalahan.Leon terbahak sinis, perlahan tangannya melepaskan kemeja Levin yang tadi dia pegang erat itu. Dia mengusak rambutnya ke belakang, lalu terdengar tawa sinis
Keinginan Levin untuk mempercepat pernikahan, membuat kedua orang tuanya terheran-heran. Mereka tentunya bertanya-tanya apa yang membuat Levin berpikir demikian."Apa Mama akan segera punya cucu?" tanya Sara dengan polosnya yang membuat suami serta anaknya terkejut bukan main. Wanita ini berpikir kalau anaknya ingin segera menikahi Aileen, karena gadis itu sedang hamil."A-apa maksud mama? Aku dan Aileen belum melakukan itu!" seru Levin menyanggah.'Sebenarnya mama akan punya cucu, tapi bukan dari Aileen' kata Levin dalam hatinya. Mengingat ini, Levin ingin menghapus semuanya. Tapi sayangnya, tak bisa."Astaga sayang, bagaimana bisa kau berpikir begitu? Putra kita itu sangat menghargai wanita, dia pasti akan menjaga Aileen. Begitu pun dengan Aileen, dia adalah anak yang baik dan tidak akan berbuat seperti itu sampai mereka menikah!" kata Marco dengan tegas dan penuh keyakinan.Namun, mendengar apa yang dikatakan oleh ayahnya, membuat hati Levin tersentil. Sebab, ia tidak merasa mengha
****Setelah melewati dua hari di Maldives, pagi itu Ivana mengajak Edgar untuk melihat matahari terbit dipantai. Dia sengaja' membangunkan suaminya pagi-pagi buta."Hubby, ayo bangun," bisik Ivana pada suaminya sambil mengecup pipi lelaki itu dengan lembut.Merasakan sentuhan dipipi dan wajahnya, lelaki itu pun membuka matanya perlahan. Dia melihat sang istri sedang tersenyum padanya, bibir wanita itu tampak merah, sepertinya Ivana memakai make up. Bahkan istrinya itu masih memakai pakaian tidur."Sayang? Kau memakai make up? Kau mau kemana sepagi ini, hem?" ucap Edgar seraya bertanya pada istrinya dengan terheran."Ayo, kita akan melihat matahari terbit! Sebelumnya kita melihat matahari terbenam, sekarang giliran kita melihat matahari terbitnya!" seru Ivana dengan senyuman semangat dibibirnya. Edgar balas tersenyum lembut, dia menyentuh pipi istrinya dengan lembut.Seketika senyumannya menghilang saat dia merasakan pipi istrinya terasa dingin."Sweetheart, tubuhmu dingin? Apa kau tid
Selagi para pria berada diluar, Aileen dan Laura berasa didalam ruangan itu untuk mengobrol. Banyak sekali hal yang ingin Laura katakan pada Aileen."Aileen, aku sangat sangat berterima kasih kepadamu. Jika bukan karena kau, Levin, mama Sara dan yang lainnya pasti tidak akan memberiku kesempatan kedua. Terimakasih, karena kau sudah sudi memaafkan semua kesalahanku."Laura mengenggam tangan Aileen, matanya berkaca-kaca penuh haru saat menatap wanita berhati mulia dihadapannya ini. Wanita yang sudi memaafkan semua kesalahannya dan memberikan kesempatan kedua. Dia merasa bersalah, karena selama ini sudah mencelakai Aileen dengan mengambil kebahagiaannya."Aku menyesal, kenapa aku merebut Levin dari-"SsttAileen langsung meletakkan jari telunjuknya pada bibir Laura, dia menggelengkan kepalanya dan meminta Laura untuk tidak melanjutkan perkataannya."Jangan bahas masa lalu kak. Jangan menyesali apa yang sudah terjadi. Mungkin ini adalah takdir Tuhan untuk kita. Takdir kakak bersama Levin
Sekarang semua keluarga Denvier sudah berkumpul di rumah sakit, termasuk Aldrich yang berada di Amerika. Dia terbang secepat mungkin ke Paris, setelah mendengar berita tentang ibunya yang koma.Aileen dan Aldrich sangat sedih begitu mengetahui ibu mereka sakit parah dan sekarang wanita yang melahirkan mereka itu sedang bertaruh nyawa di dalam ruangan tempatnya berada."Kenapa papa tidak memberitahuku dan Aldrich kalau mama sakit? Kenapa Pa?" jerit Aileen dengan berurai air mata, dia terlihat terguncang mendengar ibunya sakit. Edgar sendiri terlihat diam, pria paruh baya itu masih tampak syok. Sejak 2 hari yang lalu istrinya terbaring koma."Ai, jangan salahkan papa. Mama yang meminta papa dan kami untuk merahasiakan ini darimu dan Aldrich. Mama tidak mau kau dan Aldrich kepikiran," ucap Arion jelaskan kepada adiknya untuk tidak menyalahkan Papanya lagi. Karena, yang paling terguncang dengan keadaan ibu mereka adalah ayah mereka.Lihat saja, Edgar
Setelah istrinya disuntikan obat-obatan, tak lama kemudian Ivana langsung tidak sadarkan diri. Denyut jantungnya melemah, ternyata tubuh Ivana tidak merespon dengan baik kemoterapi kedua ini. Dia langsung berikan penolakan dan saat itu juga Ivana berada dalam keadaan kritis. Dia tidak sadarkan diri dan dokter mengatakan kalau dia sedang koma.Edgar menangis meraung-raung, tak percaya dengan fakta ini. Dia bahkan menyesali keputusannya membujuk Ivana kemoterapi kedua."Istriku masih bisa sadar kan, dok? Katakan padaku, sialan!" teriak Edgar kepada dokter Wayne, dengan berurai air mata."Saya tidak yakin, Pak." Wayne menatap Ivana yang tak sadarkan diri diatas ranjang tersebut dengan alat-alat medis yang terpasang ditubuhnya, untuk menopang kehidupannya.Edgar dapat menangkap kepasrahan pada perkataan Wayne, dan dia tidak menerima itu. Edgar langsung menarik jas dokter milik Wayne dengan kasar."Jangan bicara seperti itu. Katakan yang jelas! Kau ini adalah dokter spesialis kanker terbai
Disaat Aileen sedang dalam perjalanan menuju ke London bersama suaminya, Ivana sedang berjuang melawan efek kemoterapi yang luar biasa menyerang anggota tubuhnya. Dia kesakitan, berkeringat, mual, muntah, mudah lelah, rambut rontok, imunitas tubuh menurun drastis.Terkadang Ivana ingin menyerah, tapi dia tidak tega melihat suami, anak sulung dan menantu perempuannya yang berusaha agar dia sembuh. Hari ini Ivana akan melakukan kemoterapi yang kedua, Edgar, Emily dan Arion berharap agar keadaan Ivana segera membaik."Sweetheart, tenanglah...aku ada disini."Ivana tersenyum lembut pada suaminya, dia membalas genggaman tangan suaminya dengan lembut. Wanita yang rambutnya sudah dipotong pendek itu, menatap sang suami dengan sendu."Aku akan baik-baik saja, aku akan kuat demi dirimu dan anak-anak. Tapi jika aku-""Kau akan baik-baik saja. Jangan katakan apapun, sweetheart!" sela Edgar sambil mengecup pipi Ivana dengan penuh kasih sayang. Matanya penuh cahaya pengharapan, dia berharap istrin
Edgar tak henti merutuki dirinya dalam hati, dia sangat menyesal sudah berpikiran yang bukan-bukan terhadap istrinya. Tanpa ia ketahui selama 1 bulan ini, Ivana menyimpan kesedihan dan penderitaannya seorang diri.Dia paham, kenapa Ivana sampai menyembunyikan hal sebesar ini dari semua orang? Itu semua karena sifatnya, yang tidak ingin semua orang menjadi khawatir kepadanya."Pa, aku akan menghubungi Aileen dan Aldrich.""Jangan, A."Suara Ivana terdengar lirih, namun membuat kedua pria itu terkejut mendengarnya. Mereka melihat ke arah wanita yang terbaring diatas ranjang itu. Dia perlahan mulai membuka matanya."Sweetheart, kau sudah siuman?" Edgar mendekati wajah sang istri dengan berlinang air mata. Ivana tahu, pasti Edgar dan Arion seperti ini karena mereka sudah tahu tentangnya.Bibir Ivana mengulum senyuman yang memperlihatkan ketegaran. Hebatnya wanita itu bahkan tidak menangis didepan suami dan putra sulungnya. Dia tidak mau terlihat lemah di depan orang-orang yang dia cintai.
Siapa yang tidak mau dicintai secara ugal-ugalan dan diratukan oleh suaminya sendiri? Ya, itulah yang dirasakan oleh Aileen saat ini. Apa-apa Leon, ini itu Leon, segala keinginannya yang kadang aneh-aneh juga terpenuhi oleh suaminya.Punya suami tampan, kaya, baik, walaupun agak dingin, tapi perhatian adalah berkah terindah dari Tuhan yang Aileen dapatkan. Plus, suaminya memang cinta pertama Aileen dari zaman kanak-kanak."Ayo ganti bajumu. Aku akan mengantarmu ke kampus," kata Leon kepada sang istri sambil membawakan piring cucian ke wastafel untuk dia cuci.Aileen langsung menggelengkan kepalanya. "Eh? Tidak perlu. Aku bisa pergi sendiri. Kata Pak Evan, kau ada rapat penting dan kau haru bersiap. Kalau kau mengantarku, kau akan terlambat!""Tidak ada pergi sendiri Baby. Aku akan mengantarmu dulu sampai ke kampus, lalu pergi ke kantor," sahut Leon sambil menggerakkan tangannya untuk mencuci piring. Dia meletakkan piring cuciannya pada tempatnya j
Perubahan Ivana akhir-akhir ini membuat Edgar curiga dan meminta seseorang untuk menyelidiki Ivana. Istrinya itu tak lagi bersikap mesra padanya, apalagi setiap kali Edgar mengajak Ivana berhubungan intim. Wanita itu selalu menolaknya dengan berbagai alasan. Kini semua kecurigaan Edgar terkuak saat orang suruhannya menyerahkan beberapa foto yang menunjukkan kebersamaan Ivana bersama seorang pria bernama Wayne yang merupakan seorang dokter disebuah rumah sakit."Kenapa kau tega melakukan ini padaku, Ivana? Apa karena aku sudah tua? Jadi aku tidak bisa memuaskanmu lagi?" cecar Edgar murka, setelah dia melempar foto-foto itu ke wajah istrinya.Ivana melihat foto-foto yang menunjukkan kedekatannya dan Wayne di sana, foto-foto tersebut menunjukkan banyak layar rumah sakit. Hatinya berdebar, dia takut kalau suaminya akan tahu apa yang dia lakukan di rumah sakit itu."Aku tidak pernah selingkuh darimu, Hubby.""Persetan dengan semua yang kau katakan! Buktinya sudah ada didepan mata. Kau seri
****Sakit hati Laura diabaikan oleh suaminya seperti itu. Disaat dia sudah menyadari semua kesalahannya dan dia tidak mau berpisah dari Levin, meskipun nanti bayi mereka sudah lahir ke dunia.Dia berusaha untuk kembali meraih kepercayaan Levin kembali, tapi nyatanya tidak mudah. Levin malah semakin menjauh darinya. Lelaki itu hanya perhatian kepadanya saat bersama keluarganya saja. Bicara pun seperlunya."Aku harus meminta maaf pada Aileen dan mengakui semua kesalahanku. Aku belum sempat bertemu dengannya dan meminta maaf. Aku akan mengakui segalanya pada Aileen," gumam Laura sambil mengusap basah disudut matanya."Laura, kau sedang apa di sini nak? Apa kau tidak ikut dengan Levin?" Sara menghampiri menantunya yang sedang berada di dapur seorang diri."Ah.. tidak Ma. Aku lelah, jadi aku di rumah saja."Suara Laura yang terdengar serak itu menimbulkan kecurigaan Sara. Dia merasa Laura sedang menangis, karena Laura bahkan tak berani melihatnya, menunjukkan wajahnya."Laura, kau kenapa