****
Harry hancur seorang diri, dalam kesepian malam dia ditemani oleh minum-minuman keras tanpa peduli bagaimana hari esok. Bahkan dia tidak peduli dengan barang-barang pecah di apartemennya, dia terlalu sibuk untuk meluapkan luka hatinya.Prang!Prang!Harry melempar botol minuman itu ke sembarang tempat, sampai pecah dan pecahannya berserakan di atas lantai."Kenapa Ivana? Kenapa kau tidak pernah melihatku? Kenapa?" Tangis Harry pecah tanpa suara, dadanya terasa sesak dan hancur. Kemudian dia pun tertidur diatas lantai yang dingin dalam keadaan kacau.****Malam berganti pagi, bulan bintang terbenam dan berganti dengan mentari. Cahaya mentari mulai memasuki celah-celah jendela kamar lantai dua tempat Ivana dan Edgar bercinta semalam. Ivana masih berada ditempat tidur, dengan keadaan yang sudah memakai piyama tidur dan tidak sekacau tadi malam. Rambut panjang sebahunya yang berwarna coklat terlihat menutupi wajahnya.****Alangkah kagetnya Celine saat dia melihat putranya tergeletak tak berdaya di atas lantai, dalam kondisi wajah pucat dan tangan yang memegang botol minuman pecah. Bahkan ditelapak tangannya ada darah yang mengering. Ini pertama kalinya Celine melihat Harry dalam keadaan begini, karena dia tahu kalau putranya itu selalu menjaga kesehatan. Terlepas dari pekerjaannya yang seorang dokter, memang Harry juga menerapkan hidup sehat. Tapi apa-apaan ini? Mengapa Harry seperti ini? Sepertinya putranya habis minum-minum semalam."Harry! Kau kenapa nak? Apa yang terjadi kepadamu nak?" tanya Celine panik, seraya menepuk-nepuk pipi putranya yang terasa dingin."Sudah berapa lama dia seperti ini? Astaga!""Harry bangun, nak!" Celine terlihat khawatir saat melihat Harry tak kunjung membuka matanya, ataupun bergerak."Ivana...Ivana..."Bibir Harry terbuka, Celine bisa mendengar jelas gumamam Harry yang menyuarakan nama Ivana dalam igauannya.
Aileen dan Ivana mendekati Amber, mereka tersenyum pada wanita tua itu. "Halo nenek, aku Aileen.""Halo nek, aku Arion!""Mereka sangat tampan dan cantik, mirip sekali denganmu dan Edgar. Sini nak, peluk nenek!" Amber terlihat sangat bahagia, melihat kedua cucunya itu, kemudian, dia pun merentangkan tangannya, dan minta dipeluk oleh si kembar.Kemdian semua orang yang ada diluar sana, masuk ke dalam rumah. Tentunya banyak sekali yang Ivana bicarakan pada ibu mertuanya itu, setelah sekian lama tidak bertemu.****Didalam pesawat, Marco dan keluarganya sedang merebahkan diri di tempat ekslusif alias VVIP di jet pribadi milik Edgar. Ada ranjang dan fasilitas lainnya untuk Marco sekeluarga. Enaknya menjadi orang kepercayaan Edgar, salah satunya adalah ini. Edgar tidak pernah pelit pada karyawannya yang bekerja keras dan tidak pilih kasih. Terutama pada Marco yang selama ini sudah mengabdi padanya."Hey Levin, kau sedang apa nak?" tan
Celine langsung menutup teleponnya begitu saja, tanpa mendengar suara Ivana yang sedang berbicara padanya. Dada Celine bergemuruh, rahangnya mengeras, dia merasa sesak karena Ivana sedang bersama pria lain. Sedangkan putranya terbaring dan hampir kehilangan nyawanya disini.Entahlah, Celine merasa tidak terima, merasa dikhianati. Bagaimana bisa Ivana bahagia diatas penderitaan Harry? Harry adalah pria yang sudah banyak membantunya. Lalu siapa pula pria yang saat ini bersama Ivana? Celine bertanya-tanya sendiri.Sementara itu, Ivana yang sedang berkumpul di rumah Amber, seketika langsung tertegun setelah berbicara dengan Celine. Dia merasakan ada yang asing dari nada bicara wanita yang disebutnya sebagai ibu itu."Sweetheart, ada apa?" tanya Edgar seraya melihat kegelisahan di wajah Ivana."Kak Harry masuk ke rumah sakit.""Apa? Apa yang terjadi padanya?" tanya Edgar yang bersimpati. Walaupun dia tidak terlalu menyukai Harry yang dianggapnya sebagai saingan cinta."Aku tidak tahu. Tapi
Harry mendengar dengan jelas semua yang dikatakan oleh ibunya kepada Ivana. Bagi Harry, ucapan Celine sudah keterlaluan. Seolah-olah mereka menuntut balasan, karena selama ini sudah menolong Ivana, juga kedua anaknya. Padahal Harry ikhlas, dia tulus membantu Ivana meskipun memang ada rasa dihatinya ingin memiliki wanita itu. Berharap Ivana akan mencintainya, tapi semua itu hanya harapan kosong. Sebab, selama ini pria yang dicintai oleh Ivana adalah Edgar. Dan dia sudah kalah dari pria di masa lalu, pria dewasa yang selamanya akan berada dihati Ivana. Takkan tergantikan oleh siapapun juga."Ma, cukup!" ujar Harry dengan suara lemahnya."Harry, jangan suruh Mama berhenti. Ivana sudah keterlaluan. Selama ini, dia sama sekali tidak menghargai pengorbananmu untuknya dan Aileen juga Arion." Celine tidak bersedia, ketika putranya memintanya untuk berhenti bicara."Ibu...""Jangan panggil aku ibu! Teganya kau menyakiti hati putraku!" sentak Celine diiringi dengan tatapan tajamnya, yang menusu
Rahangnya mengeras, jantungnya seakan berhenti berdetak manakala Rick melihat Julia jatuh tidak sadarkan diri. Berkali-kali Rick menepuk-nepuk wajah wanita itu, tapi tak ada respon sama sekali dari Julia. Wanita itu masih setia memejamkan mata dengan wajah pucatnya."Hey...jangan membuatku semakin marah padamu! Bangunlah perempuan mandul!" Rick masih sempatnya menghina istrinya, disaat istrinya tidak sadarkan diri.Baiklah, sekarang giliran raut wajah Rick yang memucat. Dia panik dan segera mengangkat kepala Julia ke atas pangkuannya. "Julia!"Tidak ada respon dari wanita itu, hingga akhirnya Rick yang setengah sadar itu langsung menangkup tubuh Julia dengan kedua tangannya. Dia menggendong Julia yang sadarkan diri, kemudian lelaki itu membawa Julia pergi dari apartemen dan mereka menuju ke rumah sakit. Tak bisa dia pungkiri, bahwa Rick mengkhawatirkan keadaan Julia."Kau harus baik-baik saja, Julia. Kau tidak boleh kenapa-kenapa." Rick terus berg
Begitu wanita itu sadar, Julia yang sudah terlalu lelah untuk menghadapi sikap suaminya, akhirnya meminta untuk bercerai. Dia tidak tahan, terus terjebak dalam hubungan yang toxic dan menyiksa dirinya sendiri. Selama ini Julia selalu banyak mengalah, dia selalu berusaha untuk memahami Rick. Tapi sama sekali lelaki itu tidak pernah menghargainya dan selalu menghinanya di setiap kesempatan.Kejadian tadi malam menjadi puncak dari kesabarannya dan perasaan ingin bercerai sudah tidak bisa tertolong lagi."Apa yang kau katakan? Sepertinya kepalamu terbentur keras, aku akan memanggil dokter untuk memeriksa kondisimu sayang," ucap Rick seraya mengusap kening Julia dengan lembut. Dia sama sekali tidak menanggapi permintaan Julia, yang ingin bercerai darinya.Julia terbahak sinis mendengar kata sayang dan nada bicara Rick yang lembut, sontak saja dia pun tertawa. Tapi tawanya menyiratkan luka di hatinya."Haha.""Sayang, kau kenapa? Kepalamu sakit
Suara tangisan pilu dari Julia yang mengeluh kepada papa mertuanya untuk mengakhiri pernikahannya dengan Rick, membuat hati Edgar dan Ivana ikut sedih. Mereka mengkhawatirkan kondisi Rick dan Julia."Kita akan bicarakan nanti saat kita bertemu ya. Papa akan segera kembali ke Paris, bersama istri dan anak-anak Papa.""Apa? Papa akan kembali bersama Ivana dan anak-anak papa? Apa papa sudah menemukan mereka?" tanya Julia dengan suara yang senang. Wanita ini memang sudah banyak berubah sejak ibu dan papa tirinya bercerai."Iya, Papa sudah menemukan mereka.""Syukurlah, Papa dan Vincent pasti akan sangat senang mendengarnya. Mereka selalu mengatakan ingin selalu bertemu dengan Ivana," ucap Julia."Apa itu benar? Mereka ingin bertemu denganku dan senang kalau bertemu denganku?" tanya Ivana yang ikut bersuara juga.Suara Ivana mengagetkan Julia yang ada disebrang sana. Julia tersenyum mendengarnya, dia bahagia karena Ivana sudah ditemukan."Ivana.""Kita bicara nanti ya. Sekarang kau harus j
****"Lima? Kau pikir aku kucing apa? Melahirkan anak sebanyak itu!" Ivana menyilangkan kedua tangannya didada, mencebikkan bibirnya. Begitu dia mendengar keinginan suaminya yang ingin memiliki 5 anak."Siapa yang bilang kau kucing, Sweetheart? Tidak ada yang bilang begitu. Atau apa kau pikir, aku akan memintamu melahirkan lima anak kembar sekaligus? Tentu saja tidak, dicicil dulu saja Sweetheart, satu tahun satu anak."Plak!Ivana langsung memukul tangan suaminya, Edgar pun meringis kesakitan karena pukulan Ivana tidak main-main sakitnya."Sweetheart, sakit!""Mudah saja kau bilang ingin punya banyak anak hem? Apa kau tidak tahu betapa sulitnya hamil dan melahirkan? Dulu saat melihat Arion dan Aileen, aku hampir saja-"Ivana tidak meneruskan kata-katanya, karena dia tidak mau Edgar tahu apa yang dialaminya ketika melahirkan si kembar dan nanti ujung-ujungnya, Edgar malah akan merasa bersalah."Hampir saja apa S
****Setelah melewati dua hari di Maldives, pagi itu Ivana mengajak Edgar untuk melihat matahari terbit dipantai. Dia sengaja' membangunkan suaminya pagi-pagi buta."Hubby, ayo bangun," bisik Ivana pada suaminya sambil mengecup pipi lelaki itu dengan lembut.Merasakan sentuhan dipipi dan wajahnya, lelaki itu pun membuka matanya perlahan. Dia melihat sang istri sedang tersenyum padanya, bibir wanita itu tampak merah, sepertinya Ivana memakai make up. Bahkan istrinya itu masih memakai pakaian tidur."Sayang? Kau memakai make up? Kau mau kemana sepagi ini, hem?" ucap Edgar seraya bertanya pada istrinya dengan terheran."Ayo, kita akan melihat matahari terbit! Sebelumnya kita melihat matahari terbenam, sekarang giliran kita melihat matahari terbitnya!" seru Ivana dengan senyuman semangat dibibirnya. Edgar balas tersenyum lembut, dia menyentuh pipi istrinya dengan lembut.Seketika senyumannya menghilang saat dia merasakan pipi istrinya terasa dingin."Sweetheart, tubuhmu dingin? Apa kau tid
Selagi para pria berada diluar, Aileen dan Laura berasa didalam ruangan itu untuk mengobrol. Banyak sekali hal yang ingin Laura katakan pada Aileen."Aileen, aku sangat sangat berterima kasih kepadamu. Jika bukan karena kau, Levin, mama Sara dan yang lainnya pasti tidak akan memberiku kesempatan kedua. Terimakasih, karena kau sudah sudi memaafkan semua kesalahanku."Laura mengenggam tangan Aileen, matanya berkaca-kaca penuh haru saat menatap wanita berhati mulia dihadapannya ini. Wanita yang sudi memaafkan semua kesalahannya dan memberikan kesempatan kedua. Dia merasa bersalah, karena selama ini sudah mencelakai Aileen dengan mengambil kebahagiaannya."Aku menyesal, kenapa aku merebut Levin dari-"SsttAileen langsung meletakkan jari telunjuknya pada bibir Laura, dia menggelengkan kepalanya dan meminta Laura untuk tidak melanjutkan perkataannya."Jangan bahas masa lalu kak. Jangan menyesali apa yang sudah terjadi. Mungkin ini adalah takdir Tuhan untuk kita. Takdir kakak bersama Levin
Sekarang semua keluarga Denvier sudah berkumpul di rumah sakit, termasuk Aldrich yang berada di Amerika. Dia terbang secepat mungkin ke Paris, setelah mendengar berita tentang ibunya yang koma.Aileen dan Aldrich sangat sedih begitu mengetahui ibu mereka sakit parah dan sekarang wanita yang melahirkan mereka itu sedang bertaruh nyawa di dalam ruangan tempatnya berada."Kenapa papa tidak memberitahuku dan Aldrich kalau mama sakit? Kenapa Pa?" jerit Aileen dengan berurai air mata, dia terlihat terguncang mendengar ibunya sakit. Edgar sendiri terlihat diam, pria paruh baya itu masih tampak syok. Sejak 2 hari yang lalu istrinya terbaring koma."Ai, jangan salahkan papa. Mama yang meminta papa dan kami untuk merahasiakan ini darimu dan Aldrich. Mama tidak mau kau dan Aldrich kepikiran," ucap Arion jelaskan kepada adiknya untuk tidak menyalahkan Papanya lagi. Karena, yang paling terguncang dengan keadaan ibu mereka adalah ayah mereka.Lihat saja, Edgar
Setelah istrinya disuntikan obat-obatan, tak lama kemudian Ivana langsung tidak sadarkan diri. Denyut jantungnya melemah, ternyata tubuh Ivana tidak merespon dengan baik kemoterapi kedua ini. Dia langsung berikan penolakan dan saat itu juga Ivana berada dalam keadaan kritis. Dia tidak sadarkan diri dan dokter mengatakan kalau dia sedang koma.Edgar menangis meraung-raung, tak percaya dengan fakta ini. Dia bahkan menyesali keputusannya membujuk Ivana kemoterapi kedua."Istriku masih bisa sadar kan, dok? Katakan padaku, sialan!" teriak Edgar kepada dokter Wayne, dengan berurai air mata."Saya tidak yakin, Pak." Wayne menatap Ivana yang tak sadarkan diri diatas ranjang tersebut dengan alat-alat medis yang terpasang ditubuhnya, untuk menopang kehidupannya.Edgar dapat menangkap kepasrahan pada perkataan Wayne, dan dia tidak menerima itu. Edgar langsung menarik jas dokter milik Wayne dengan kasar."Jangan bicara seperti itu. Katakan yang jelas! Kau ini adalah dokter spesialis kanker terbai
Disaat Aileen sedang dalam perjalanan menuju ke London bersama suaminya, Ivana sedang berjuang melawan efek kemoterapi yang luar biasa menyerang anggota tubuhnya. Dia kesakitan, berkeringat, mual, muntah, mudah lelah, rambut rontok, imunitas tubuh menurun drastis.Terkadang Ivana ingin menyerah, tapi dia tidak tega melihat suami, anak sulung dan menantu perempuannya yang berusaha agar dia sembuh. Hari ini Ivana akan melakukan kemoterapi yang kedua, Edgar, Emily dan Arion berharap agar keadaan Ivana segera membaik."Sweetheart, tenanglah...aku ada disini."Ivana tersenyum lembut pada suaminya, dia membalas genggaman tangan suaminya dengan lembut. Wanita yang rambutnya sudah dipotong pendek itu, menatap sang suami dengan sendu."Aku akan baik-baik saja, aku akan kuat demi dirimu dan anak-anak. Tapi jika aku-""Kau akan baik-baik saja. Jangan katakan apapun, sweetheart!" sela Edgar sambil mengecup pipi Ivana dengan penuh kasih sayang. Matanya penuh cahaya pengharapan, dia berharap istrin
Edgar tak henti merutuki dirinya dalam hati, dia sangat menyesal sudah berpikiran yang bukan-bukan terhadap istrinya. Tanpa ia ketahui selama 1 bulan ini, Ivana menyimpan kesedihan dan penderitaannya seorang diri.Dia paham, kenapa Ivana sampai menyembunyikan hal sebesar ini dari semua orang? Itu semua karena sifatnya, yang tidak ingin semua orang menjadi khawatir kepadanya."Pa, aku akan menghubungi Aileen dan Aldrich.""Jangan, A."Suara Ivana terdengar lirih, namun membuat kedua pria itu terkejut mendengarnya. Mereka melihat ke arah wanita yang terbaring diatas ranjang itu. Dia perlahan mulai membuka matanya."Sweetheart, kau sudah siuman?" Edgar mendekati wajah sang istri dengan berlinang air mata. Ivana tahu, pasti Edgar dan Arion seperti ini karena mereka sudah tahu tentangnya.Bibir Ivana mengulum senyuman yang memperlihatkan ketegaran. Hebatnya wanita itu bahkan tidak menangis didepan suami dan putra sulungnya. Dia tidak mau terlihat lemah di depan orang-orang yang dia cintai.
Siapa yang tidak mau dicintai secara ugal-ugalan dan diratukan oleh suaminya sendiri? Ya, itulah yang dirasakan oleh Aileen saat ini. Apa-apa Leon, ini itu Leon, segala keinginannya yang kadang aneh-aneh juga terpenuhi oleh suaminya.Punya suami tampan, kaya, baik, walaupun agak dingin, tapi perhatian adalah berkah terindah dari Tuhan yang Aileen dapatkan. Plus, suaminya memang cinta pertama Aileen dari zaman kanak-kanak."Ayo ganti bajumu. Aku akan mengantarmu ke kampus," kata Leon kepada sang istri sambil membawakan piring cucian ke wastafel untuk dia cuci.Aileen langsung menggelengkan kepalanya. "Eh? Tidak perlu. Aku bisa pergi sendiri. Kata Pak Evan, kau ada rapat penting dan kau haru bersiap. Kalau kau mengantarku, kau akan terlambat!""Tidak ada pergi sendiri Baby. Aku akan mengantarmu dulu sampai ke kampus, lalu pergi ke kantor," sahut Leon sambil menggerakkan tangannya untuk mencuci piring. Dia meletakkan piring cuciannya pada tempatnya j
Perubahan Ivana akhir-akhir ini membuat Edgar curiga dan meminta seseorang untuk menyelidiki Ivana. Istrinya itu tak lagi bersikap mesra padanya, apalagi setiap kali Edgar mengajak Ivana berhubungan intim. Wanita itu selalu menolaknya dengan berbagai alasan. Kini semua kecurigaan Edgar terkuak saat orang suruhannya menyerahkan beberapa foto yang menunjukkan kebersamaan Ivana bersama seorang pria bernama Wayne yang merupakan seorang dokter disebuah rumah sakit."Kenapa kau tega melakukan ini padaku, Ivana? Apa karena aku sudah tua? Jadi aku tidak bisa memuaskanmu lagi?" cecar Edgar murka, setelah dia melempar foto-foto itu ke wajah istrinya.Ivana melihat foto-foto yang menunjukkan kedekatannya dan Wayne di sana, foto-foto tersebut menunjukkan banyak layar rumah sakit. Hatinya berdebar, dia takut kalau suaminya akan tahu apa yang dia lakukan di rumah sakit itu."Aku tidak pernah selingkuh darimu, Hubby.""Persetan dengan semua yang kau katakan! Buktinya sudah ada didepan mata. Kau seri
****Sakit hati Laura diabaikan oleh suaminya seperti itu. Disaat dia sudah menyadari semua kesalahannya dan dia tidak mau berpisah dari Levin, meskipun nanti bayi mereka sudah lahir ke dunia.Dia berusaha untuk kembali meraih kepercayaan Levin kembali, tapi nyatanya tidak mudah. Levin malah semakin menjauh darinya. Lelaki itu hanya perhatian kepadanya saat bersama keluarganya saja. Bicara pun seperlunya."Aku harus meminta maaf pada Aileen dan mengakui semua kesalahanku. Aku belum sempat bertemu dengannya dan meminta maaf. Aku akan mengakui segalanya pada Aileen," gumam Laura sambil mengusap basah disudut matanya."Laura, kau sedang apa di sini nak? Apa kau tidak ikut dengan Levin?" Sara menghampiri menantunya yang sedang berada di dapur seorang diri."Ah.. tidak Ma. Aku lelah, jadi aku di rumah saja."Suara Laura yang terdengar serak itu menimbulkan kecurigaan Sara. Dia merasa Laura sedang menangis, karena Laura bahkan tak berani melihatnya, menunjukkan wajahnya."Laura, kau kenapa