Share

Part 15. Air Es Mana Air Es

last update Dernière mise à jour: 2022-11-30 18:03:03

Meski cuaca pagi ini begitu sendu, rasanga lebih nikmat menyelimuti tubuh dengan selimut tebal atau menyeruput teh hangat. Jangan seperti yang terjadi dengan Bram dan Laura. Berbeda tiga ratus enam puluh derajat dengan hawa di kediaman Bram. Pasangan suami-istri yang menikah secara siri ini masih belum berdamai perkara kemarin. Hawa panasnya masih terasa.

Bram yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung dicerca pertanyaan oleh Laura. Memang, sejak datang setengah jam yang lalu, Laura sudah menyuguhkan ragam pertanyaan, tapi Bram sepertinya membela tak ingin menjawab. Diacuhkan seperti itu membuat Laura semakin membenci Ratna. Pernikahan seumur jagung yang harusnya terbingkai indah. Namun, sebaliknya, senyum di bibir tipis yang selalu dipoles dengan lipstik nude itu tak bertahan lama.

Bram memilih bungkam karena dia merasa sangat tersinggung dengan rentetan pesan yang dikirim Laura semalam. Ada yang ngilu di ulu hati saat dia baca pesan menohok soal Ratna. Apakah dia menyesal berce
Dwi Nella Mustika

Readers ... sepertinya keluarga cemara ini butuh air es biar adem dikit 🤣

| J'aime
Chapitre verrouillé
Continuer à lire ce livre sur l'application
Commentaires (5)
goodnovel comment avatar
Aisattamimi
panas ..panas ..
goodnovel comment avatar
Dwi Nella Mustika
hhahaha ide bagus kak
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
bagus kasih es +kasih bensin dikit ama korek api di jamin seru
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Related chapter

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 16. Lelaki Lemah Rupanya

    "Kan kemarin kamu ikut ngatain Ratna simpanan om-om juga 'kan? Nggak mungkin nenek-nenek yang bikin itu toktok." Bram menaruh curiga pada Laura, apalagi kemarin Laura begitu semangat menyudutkan Ratna."Iya, aku emang ngatain, Mas. Tapi, juga itu masuk di logika 'kan. Aku juga nggak sembarangan nuduh, lho. Kamu lihat video itu kan dari kirimannya teman mama. Aku nggak kenal sama dia. Harusnya, kamu mikir, Mas!""Mati aku, kalau begini urusannya, bisa panjang. Aku harus melakukan sesuatu!" batin Laura.Tanpa mengulur waktu, Laura malah menarik tangan Bram masuk ke dalam kamar dan menghempaskan tubuh suaminya itu ke ranjang. Entah kekuatan dari mana yang datang."Apa-apaan kamu!" sentak Bram yang berusaha bangkit dari ranjang.Namun Bram kalah telat dari kesigapan Laura dan terpaksa pasrah karena Laura sudah duduk di atas dadanya."Sepertinya kamu butuh asupan gizi dari ku, Mas!" Laura membelai pipi Bram dengan lembut. "Masalah Mbak Ratna begitu menguras emosimu dua hari ini. Mari kita b

    Dernière mise à jour : 2022-12-01
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 17. Aish ... Kebanyakan Berpura-pura

    Bram semakin heran dengan ucapan Pak Sobri. Wajah Pak Sobri pun tampak agak tegang. Tak biasanya dia bersikap demikian. Malahan, Pak Sobri ini salah satu satpam paling ramah dan sudah bernaung di perusahaan itu kurang lebih selama dua puluh tahun.Bram sadar, dia sering memperlakukan Pak Sobri tidak sopan, tapi kali ini …"Pesan apa? Kenapa dia tidak langsung meneleponku? Kenapa harus nitip pesan begini? Sama satpam si pikun ini lagi. Apa dia sengaja mau bikin saya malu? Atau … karena dia …." Bram mencoba menerka-nerka sendiri dalam batinnya."Kurang tahu saya, Pak. Tadi cuma titip pesan, kalau bapak sampai disuruh ke ruangan."Melihat Bram masih bergeming, Pak Sobri memilih pamit, daripada ketiban masalah.Pak Sobri sedikit membungkukkan tubuhnya saat pamit, "Saya permisi dulu, Pak." Jempolnya turut mengarah ke arah luar."Hmm …," sahut Bram terkesiap seraya mengangguk, yang jelas tanpa ucapan terima kasih.Selepas Pak Sobri pergi, Bram merogoh ponsel keluaran terbaru dari saku celana

    Dernière mise à jour : 2022-12-02
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 18. Satu Kali Tiga Jam

    Bram tersentak melihat potongan rekaman CCTV yang diunggah ke aplikasi toktok. Sekilas dia menatap Arjuna lalu kembali menatap layar tablet canggih itu."Anda jelas tahu video ini. Dan … coba Anda simak bagaimana captionnya? Apa Anda masih ingin menyangkal?" cerca Arjuna dengan sorot mata tajam."A-anu … kenapa bisa rekaman CCTV di rumah saya sampai ter-upload ke aplikasi ini, Pak?" sentak Bram penuh kebingungan.Dia menyadari rekaman yang diunggah itu benar miliknya. Ingat betul bagaimana dia memperlakukan Ratna kala itu hingga menyuruh perempuan yang menerima dia apa adanya itu bersujud."Anda tidak perlu banyak ritme sandiwara. Saya paling tidak suka. Dan, terlepas dari isi rekaman yang juga bukan urusan saya. Yang ingin saya pertanyakan, kenapa ada caption bertuliskan seperti itu?" Suara Arjuna semakin lantang dari sebelumnya. Dia pun menyentak tablet yang sempat dipegang Bram, lelaki memakai baju outfit abu-abu pekat ini terkesiap dibuatnya."Kenapa Anda diam?""Anda sengaja mere

    Dernière mise à jour : 2022-12-03
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 19. Tidak Segampang Itu!

    Selepas kepergian Arjuna, wajah memelas Bram berubah menjadi sorot kebencian. Ia kembali membatin. "Jangan harap Kau merasa menang karena telah mengancamku, Arjuna." "Selagi saya masih hidup, jangan harap kemenangan bisa Kau genggam," gumamnya lagi. Kedua tangan Bram tampak mengepal kuat, hingga uratnya tampak mencolok.Bram menatap ke sekeliling. Beberapa karyawan yang satu lantai dengannya berusaha bersikap biasa-biasa saja, meski mereka tahu apa yang terjadi.Ketika ingin membuka pintu ruangan dia menatap Shintia dengan tajam, ada luapan emosi dari sorot matanya. Shintia mau tidak mau harus menyapa atasannya ini dikarenakan meja kerjanya persis dekat pintu masuk ruang kerja Bram. "Siang, Pak.""Temui saya di dalam!" titah Bram.Tak lama Bram masuk ruangan, Shintia pun menyusul kemudian, tak lupa juga dia membawa beberapa berkas yang harus ditandatangani oleh atasannya itu."Kamu bisa nggak becus sedikit kerjanya, kenapa nggak kasih tahu saya? Apa kamu sengaja bikin malu saya depan

    Dernière mise à jour : 2022-12-05
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 20. Baru juga Seumur Jagung

    Setelah melepas Bapak Santoso di pelataran lobby, Bram langsung merogoh ponselnya di dalam saku celana, hendak menelpon seseorang. Mood dia yang membaik karena deal-nya kontrak kerjasama, membuat otak Bram yang tadinya panas, mereda beberapa saat. Hingga dia kepikiran untuk menghubungi salah satu teman sekolahnya dulu."Jadi bagaimana, Bro? Bisa diselidiki?" tanya Bram ke inti pembicaraan setelah berbasa-basi awalnya."Bisa lah, Bro. Aman lah soal itu.""Siap, aku terima beres ya, Bro. Masalah uang jangan diragukan, nanti setelah beres uangnya ditransfer langsung. Untuk DP aku kirim 30% dulu ya."Sip … sip …."Pesan berisikan rincian nomor rekening pun dikirim Bobi tak lama sambungan telepon berakhir. Tanpa menunda, Bram langsung mengirim uang sebanyak tiga ratus ribu rupiah pada Bobi."Bram, kok cuma segini? Dikit amat DP-nya," protes Bobi tak terima. Bobi langsung menelepon Bram tak lama mendapat transferan uang. Dia sangat kecewa, karena nominal yang dikirim Bram terbilang kecil."

    Dernière mise à jour : 2022-12-06
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 21. Penuh Drama

    "Mas … nggak, Mas. Aku nggak mau kita pisah, Mas." Laura bangkit dari sofa lalu langsung memeluk kaki Bram dengan erat.Bram berusaha menyentak kakinya, tapi …, "Lepasin, Laura. Cukup kamu buat aku malu. Caramu murahan, nggak mikir ke depannya gimana. Jadi … lebih baik kita berpisah!" tegas Bram sekali lagi.Tampaknya dia tak bisa memberi toleransi pada Laura yang hampir saja menghancurkan karir yang susah payah diraih Bram selama ini."Mas … aku tahu, aku salah. Maaf, Mas. Maaf …."Laura melepaskan kedua tangannya, kemudian bersimpuh di hadapan Bram. Ada bulir bening menyertai. Luruh tanpa jeda di pipinya yang mulus itu. Wati hanya terperangah sembari melirik pada anak semata wayangnya itu."Aku ngelakuin itu karena aku cemburu, Mas. Aku cemburu kamu berubah sejak resmi bercerai dari Mbak Ratna."Tangis Laura semakin menjadi-jadi."Kenapa kamu diam? Benar 'kan dugaanku.""Coba kamu jadi aku, Mas! Coba kamu merasakan apa yang aku rasakan! Pasti kamu tahu sakitnya seperti apa!""Kamu it

    Dernière mise à jour : 2022-12-07
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 22. Pelayan Gila!

    "Bapak Arjuna," sentak Ratna. Ada sekejap getaran yang terasa di dadanya."Ada apa dia nelpon pagi begini?" gumam Ratna disertai tatapan kosong.Tak ingin membiarkan terlalu lama, Ratna pun segera mengangkatnya. "Halo, Pak," sapa Ratna setelah telepon tersambung.Seberang sana, Arjuna tampak salah tingkah, ada juga perasaan tak enak ikut campur terlalu jauh. Namun, satu hari dia mencoba mendiamkan kegalauan sanubari, tak bisa dia tahan. Dan, pagi ini dia putuskan untuk menghubungi Ratna."Hai, Bu Ratna. Gimana keadaannya? Baik-baik saja 'kan?" tanya Arjuna basa-basi. Berusaha menciptakan suasana hangat biar kekakuan melebur perlahan.Ratna diam sesaat, sedikit mengerutkan keningnya, merasa heran dengan apa yang ditanyakan Arjuna. "Saya baik, Pak. Lebih baik malah. Kenapa, ya?" Ratna bertanya balik, ada rasa penasaran juga dengan sikap Arjuna padanya.Apalagi, kedatangan Arjuna sebagai saksi dalam persidangan. Selain itu, ada beberapa kali Ratna menangkap pernyataan yang keluar dari mul

    Dernière mise à jour : 2022-12-08
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 23. Rupanya ... Dia ...

    Terdengar derap langkah yang semakin lama semakin dekat, dan semakin tahu siapa pemilik langkah tersebut."Aku yang punya masalah sama kamu, Mbak!" Pandangan Ratna seketika beralih pada perempuan mungil. Dia tampak tersenyum kecut menatap Ratna.Perempuan ini memberi amplop coklat pada pelayan berambut keriting tadi. Lalu, dia menggerakkan kepalanya, mengisyaratkan agar si pelayan beranjak dari sana."Kamu?!" Ratna benar-benar murka, setelah melihat perempuan laknat itu berdiri di hadapannya.Pelayan tadi pun mengikuti perintah Laura."Kenapa, Mbak? Sakit?" ejek Laura dengan senyum penuh dendam. "Itu belum seberapa!" tambahnya lagi.Perebut suami orang memang sering lupa jika dirinya menyakiti perempuan lain. Namun, akan selalu ingat jika kebahagiaannya terancam diambil oleh perempuan yang pernah dia sakiti. Kini, Laura menggigil dalam kerisauannya.***Bukan tanpa alasan perempuan bertubuh mungil ini datang menemui Ratna. Hal ini dikarenakan, semalam saat terjaga dari mimpi buruknya.

    Dernière mise à jour : 2022-12-09

Latest chapter

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 199. Potrait Kebahagiaan

    Di pusara yang berhiaskan rumput jepang Lidya menangis sejadi-jadinya. Hari ini tepat satu bukan kepergian Santoso dan hari pertama Lidya diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Kondisi yang sangat parah membuat dirinya sering drop."Pi, aku menyesal. Sangat menyesal. Andai waktu itu aku mendengar kata Kak Sonia, pasti semua ini nggak akan kayak gini.""Pi, kenapa harus pergi dengan cara gini? Kenapa papi perginya nggak bawa aku sekalian aja?"Air mata Lidya mengalir deras tanpa jeda. Mata dan hidungnya merah. Suaranya pun terdengar parau. Dari jarak satu meter Sonia hanya diam membisu seraya menatap sendu adik bungsunya yang meratapi kepergian lelaki tercintanya."Sudah, Lid. Papi sudah tenang di sana. Nggak sakit lagi." Sonia akhirnya menghampiri tubuh ringkih adiknya yang memeluk pusara Santoso.Lidya yang tak sesehat dulu jelas membuat Sonia khawatir. Apalagi bagian kepalanya yang bocor akibat jatuh dari tangga sebulan yang lalu itu."Lepasin aku, Kak. Aku mau disini nemenin papi."

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 198. Mengutuk Diri

    Rumah kediaman Santoso yang biasanya lengang, kini ramai didatangi oleh para pelayat. Pagi hari, jenazah Santoso dibawa pulang, karena atas keinginan Shanti otopsi diberhentikan, mengingat Shanti tak ingin jenazah suaminya itu melewati lima waktu sholat. Shanti tak ingin jenazah suaminya itu masih merasakan siksa dunia.Sanak saudara, klien, dan rekan kerja Santoso dulu turut hadir memberi doa sebelum Santoso dikebumikan. Dalam keramaian para pelayat yang datang, belum tampak batang hidung Ratna dan Devina. Mereka baru pagi ini terbang ke Jogja setelah semalam diberitahu oleh Arjuna.Pukul sebelas siang, Ratna dan Devina sampai juga di rumah duka. Shanti memeluk tubuh Ratna dengan erat."Maaf jika aku membawa sial, Mi. Kalau aku tidak ada mungkin papi masih ada," sesal Ratna seraya berbisik pada Shanti."Ini takdir Yang Maha Kuasa. Kamu bukan pembawa sial. Melalui kamu, Allah menyadarkan mami dari maruknya harta dan tahta."Tapi, Mi ….""Sudah, Ratna. Kamu tidak perlu terus-terusan me

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 197. Duka Beruntun

    Santoso mengalihkan pandangannya ke arah Lidya yang tertunduk takut."Benar apa yang dikatakan mami kamu, Lidya?" tanya Santoso dengan lantang.Hening tanpa jawaban. Tak dijawab langsung membuat emosi Santoso membuncah."Lidya, jawab papi!" teriak Santoso. Emosi yang tak terkontrol membuat Santoso drop seketika. Tangan kanannya memegang dada."Aaauuu …," pekiknya bersamaan dengan jatuhnya tubuh berbobot cukup besar itu ke lantai. Arjuna yang tidak begitu memperhatikan Santoso kalah cepat menyambut tubuh papinya itu."Mas!" pekik Shanti."Papi …," teriak Lidya histeris.Arjuna memapah tubuh Santoso dan merebahkannya di sofa.Napas Santoso tersengal-sengal menahan sesak."Ngapain kamu bengong, Lidya. Cepat telepon dokter!" desak Shanti yang panik."Sini aku telpon, mana nomor hape dokternya," ucap Arjuna."Aku nggak hapal, Mas." Lidya berlari menuju lantai dua untuk mengambil ponselnya yang ada di kamar.Namun, saat dirinya berhasil mengambil ponsel dan menuruni anak tangga kurang hati-

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 196. Cuti Menjadi Dua Hari

    "Mami dan Mas Arjuna pasti nggak tahu 'kan kalau papi sakit parah.""Jantung 'kan?""Bukan," bantah Lidya."Lalu apa, Lid. Kamu daritadi setengah-setengah aja ngomongnya. Bikin makin panik," sungut Shanti yang sudah mulai kesal."Papi, sakit kanker paru-paru kata dokter, Mi."Shanti dan Arjuna saling menoleh heran."Kamu jangan asal ngomong ya? Mana mungkin papi kena kanker," protes Shanti. Menurut Shanti, suaminya itu tampak seperti biasanya. Tak ada tanda jika suaminya memginap penyakit yang berbahaya itu."Sudah, sekarang kamu balik ke Jogja, biar aku temui papi besok. Dan, cukup bersikap lancang sama Ratna. Dia itu hanya korban dan kamu tidak punya hak mencampuri semua ini."Lidya bangkit dari duduknya, lalu berdiri berhadapan dengan Arjuna."Tanpa Mas suruh pun aku akan pulang. Tak sudi tinggal disini dengan orang seperti mas dan mami. Egois!"Lidya menyentak dengan kasar saat membuka pintu dan menghempaskannya dengan keras saat menutupnya kembali."Biarkan saja, Ar. Lidya meman

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 195 Keduanya Terperangah!

    Lidya tersentak kaget ketika melihat sosok yang sempat dia cari sebelumnya tiba-tiba datang tanpa kode."Ngapain kamu kesini? Nggak ada sopan santunnya sama sekali!" serang Arjuna yang terlihat begitu marah pada adik bungsunya itu.Mendengar suara Arjuna berada di luar rumah, Ratna pun bergegas ke sumber suara."Mas, kamu kok bisa tahu Lidya disini?" tanya Ratna penasaran."Nggak usah sok nanya, dasar perempuan bermuka dua," geram Lidya melihat Ratna tiba-tiba nimbrung. Dipikiran Lidya, Ratna lah yang menghubungi Arjuna. Dan, sekarang malah seorang bertanya."Jaga mulut kamu, Lid. Sembarangan aja kalau bicara!" sergah Arjuna. "Aku minta maaf atas sikap Lidya sama kamu, Rat. Nanti malam aku ke sini lagi.""Kamu ikut aku sekarang!" Arjuna menarik kasar tangan Lidya untuk masuk ke dalam mobil.Selama ini Arjuna tidak pernah berkata kasar ataupun bersikap kasar pada saudara perempuannya itu. Namun, tingkah Lidya yang kelewatan batas, tak ada toleransi lagi.Ratna melepas kepergian Arjuna

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 194. Pemisah dan Pembunuh

    Lidya sedang berdiri di sebuah rumah yang baru saja dikunjungi Arjuna dan Shanti."Permisi!" seru Lidya di depan pagar.Mendengar suara tersebut, Ratna pun bergegas ke pintu utama. Dirinya sempat mengernyitkan dahi saat berhenti di ambang pintu utama."Itu siapa? Kok asing wajahnya," gumam Ratna."Permisi, Mbak," sapa Lidya lagi seraya mengulas senyum palsu.Ratna pun melanjutkan langkah menuju pagar."Ya, Mbak. Ada yang bisa dibantu?" tanya Ratna, sama tidak membukakan gembok pagar rumahnya untuk jaga-jaga.Wajah Lidya yang tadinya menampakkan kehangatan palsu, sekarang berubah drastis tepat saat Ratna berdiri di depannya yang hanya terbatas dengan pagar."Saya Lidya, adiknya Mas Arjuna. Saya ingin mengobrol dengan Anda!" ucapnya dengan lantang. Sorot matanya pun ikut menatap Ratna dengan tajam."Oh, boleh. Silakan masuk!" titah Ratna yang setelahnya membuka gembok.Lidya mengikut langkah Ratna saat masuk ke dalam rumah. Tak ada rasa takut apalagi kesal karena melihat wajah Lidya yan

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 193. Pergi Sebentar

    Gerbang didorong oleh Pak Kobir saat bunyi klakson memberi kode.Pak Kobir tidak langsung memberitahu Arjuna, dirinya beranggapan tak sopan jika sang Tuan belum duduk di dalam rumah. Arjuna dan Pak Sobri melakukan seperti kemarin saat mobil sudah berhenti di depan rumah, hal akan menjadi rutinitas sampai waktu tak ditentukan."Mami langsung istirahat saja ya. Aku ada urusan sebentar," pamit Arjuna setelah membopong tubuh Shanti ke peraduan."Mau kemana, Ar? Bukannya cuti," tanya Shanti heran."Ada perlu sebentar, Mi.""Iya, sebentarnya kemana? Nggak tenang mami nih, Ar. Kata kamu ada polisi yang ngejagain. Tapi kok mami nggak lihat dari kemarin kalau ada yang jaga berpakaian lengkap seperti biasanya.""Yang jaga kita nggak pake seragam, Mi. Sengaja biar nggak ketahuan sama orang-orangnya Mulyadi.""Tapi nggak ada juga yang berdiri di dekat rumah kita.""Mereka berdiri di suatu tempat dengan standby CCTV. Begitu juga tadi di rumah Ratna. Kalau terang-terangan dijaga, mana ada yang bera

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 192. Sekalian Tidak Usah Menikah!

    Benar saja, esok hari Lidya langsung terbang ke Jakarta, tentu saja berbohong pada Santoso. Alih-alih beralasan ada interview di luar kota. Meskipun Sonia sudah melarang tapi tetap saja Lidya berangkat dengan berbohong pada Santoso."Aku pergi interview dulu ya, Pi. Doakan berhasil," pamit Lidya seraya mencium punggung tangan Santoso."Pasti. Semoga kamu bisa lebih sukses dari Arjuna.""Tentu, Pi. Aku akan bikin papi bangga, nggak kayak Mas Arjuna."Sebelum pamit, Lidya memberi selembar kertas pada asisten rumah tangganya. Disana tertulis apa saja yang akan dilakukan asisten rumah tangganya serta jam minum obat. Tak lupa, Lidya meminta asisten mengabari dirinya jika ada kondisi darurat. Atau jika tidak ada respon, asisten rumah tangga diminta untuk menghubungi Sonia."Pak, ada Mas Arjuna?" tanya Lidya pada security yang bertugas. Lidya sampai di Jakarta pukul dua belas siang."Bapaknya baru saja pergi, Mbak Lid.""Sama mami juga?" Lidya ingin memastikan."Iya, sama nyonya juga.""Kira

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 191. Disambut Saat Pulang

    Ponsel yang standby di tangannya, tak butuh lama bagi Arjuna membaca pesan yang dikirim oleh kakak kandungnya itu, meskipun dia hanya membaca lewat sekilas pemberitahuan di layar ponselnya."Mereka pikir aku akan gentar dengan ancaman ini. Cukup selama ini aku yang menjadi tameng menyelamatkan hidup keluarga. Namun, nggak berlaku lagi sekarang."Tanpa membuka pesan yang dikirim Sonia, Arjuna malah menghapus pesan yang Sonia serta memblokir nomor ponsel kakaknya itu dari whatsapp. Arjuna lebih memilih fokus pada kondisi Shanti daripada meladeni saudara kandungnya itu. Sebegitu kecewakah Arjuna sampai-sampai tak memberi celah?"Gimana, Kak? Sudah dibaca? Udah tiga jam lho ini." Lidya masih saja penasaran. Mereka tengah menikmati cemilan malam di balkon lantai dua."Belum. Sibuk atau bisa jadi sengaja nggak direspon.""Nggak direspon, berarti dia baca dong?""Tanda birunya nggak ada.""Apa Mas Arjuna menonaktifkan pertanda pesan yang masuk itu sudah dibaca?""Ya … nggak tau lah soal itu.

DMCA.com Protection Status