BAB 21SEKAR DICULIKAgus tersenyum."Sebaiknya Pak Aldi mengurus kantor saja, Bapak biar menjadi tanggung jawab saya dan anak buah saya," sahut Agus. Aldi tersenyum kecut."Terserah Bapak saja!" sahut Aldi."Sha, pulang yuk! Kamu kan gak boleh kecapekan!" ujar Aldi kepada Nasha."Iya, Mas. Pak Agus, kami pulang dulu!" pamit Nasha."Iya, Mbak. Silahkan!" sahut Agus.Perlahan, Nasha dan Aldi melangkah meninggalkan ruangan Hisyam."Kita mau kemana lagi?" tanya Aldi."Katanya mau pulang," sahut Nasha."Ya … mungkin kamu mau ke suatu tempat gitu, mumpung aku belum berangkat kerja.""Memangnya gak papa kamu datang terlambat?" "Gak papa, dong. Aku kan, bosnya. Bolos pun juga gak masalah.""Kalau Papa dengar, bisa diamuk kamu.""Itu kalau Papa kamu bisa bangun lagi," gumam Aldi lirih."Apa, Mas? Gak dengar," tanya Nasha."Yang penting kan, papamu gak dengar. He …," sahut Aldi. "Ayo, mau kemana kita?" tanya Aldi."Aku pengen bubur ayam di simpang lima itu," sahut nasha malu-malu."Ayo!" ja
BAB 22SEKAR DICULIK 2“Em ... oh, sudah, Bun! Sudah!” sahut Vano gugup.“Ow ya sudah. Bunda khawatir sejak kamu telepon tadi. Ponselnya Bunda hubungi gak bisa.”“Iya, Bun! Lowbath, katanya. Nanti aku sampaikan kalau Bunda menelepon,” ujar Vano menenangkan.“Ya sudah! Terima kasih, van!””Sama-sama, Bun!” *******“Halo, Sayang!” ujar Aldi kepada Nasha melalui sambungan selular.“Halo, Mas! Ada apa?” sahut Nasha.“Bagaimana keadaan kamu? Sudah baikan?” tanya Aldi.Sudah, kok, Mas! Oya, Mas! Nanti pulang kantor tolong belikan aku martabak yang di jalan Thamrin, ya!”pinta Nasha.“Aduh, Sayang! Maaf, aku gak bisa. Ini aku telepon soalnya mau ngabarin kalau hari ini aku harus berangkat ke luar kota,” ujar Aldi sedih.“Kok mendadak, sih, Mas?” tanya Nasha.“Iya, Sayang! Aku pesan kan lewat kurir online saja, ya!” tawar Aldi.“Gak usah, Mas! Nanti aku pesan sendiri saja! Oya, Mas berapa lama disana?” tanya Nasha.“Perkiraan dua sampai tiga hari, Sayang! Kalau semuanya beres, aku pasti seger
BAB 23PENYELAMATAN SEKAR"Mas, jangan begini! Aku mohon,lepaskan aku!" teriak Sekar Aldi melepaskan ciumannya dan terus berusaha memberontak. Namun, Aldi tak menggubris. Dia terus melancarkan aksinya tanpa bekas kasihan. Pakaian Sekar pun sudah terkoyak. “Mas Aldi, aku mohon! Jangan begini!” ujar Sekar sambil tergugu. Dia benar-benar merasa ketakutan.Tiba-tiba, terdengar suara seseorang berusaha mendobrak pintu ruangan tersebut. Aldi yang sudah diselimuti nafsu, tak menggubrisnya dan terus melancarkan aksinya. Tiba-tiba, seseorang meraih kerah kemeja Aldi dan melepaskan bogem mentah ke wajahnya. Aldi yang tak siap pun jatuh tersungkur. Tanpa ampun, pria tersebut terus melancarkan aksinya hingga Aldi babak belur dan tak dapat melawan.Sekar masih shock dan menangis tergugu di sudut ruangan. Pria tersebut yang mulai tersadar akan keberadaan Sekar, segera menoleh. Dia merasa prihatin melihat keadaan Sekar. Pria tersebut yang ternyata Vano, segera meraih selimut di atas dipan dan menye
BAB 24MENJENGUK HISYAM"Tante! Untuk apa Tante malam-malam datang kesini?" tanya Vano.Wanita tersebut tersenyum sinis."Tentu saja untuk memergoki kelakuanmu. Selarut ini pria dan wanita berduaan, menurutmu apa yang akan terjadi?" ejek wanita tersebut."Tante jangan fitnah, kami tidak berbuat apa-apa," sahut Vano."Tentu saja, karena sudah ketahuan. Bagaimana kalau Tante tidak kesini? Pasti wanita itu sudah menggodamu!" ejek wanita tersebut."Jangan sembarangan, Tante! Sekar bukan wanita seperti itu!" bentak Vano."Lalu dia wanita seperti apa? Bukankah dia itu bekas orang?" lanjut wanita tersebut."Cukup,Tante! Pergi dari sini!" usir Vano."Berani kamu mengusir Tante? Apa kamu mau Tante panggilkan warga agar menggerebek kalian?" ancam wanita tersebut."Apa yang sebenarnya Tante inginkan?" tanya Vano."Tante hanya mau memastikan kalian tidak akan berbuat yang aneh-aneh. Tante tidak mau dia mengacaukan rencana pernikahan kamu dengan pura-pura hamil," ujar wanita tersebut."Aku sudah b
BAB 25PERTEMUAN TAK TERDUGA Pak Agus segera mengurus administrasi rumah sakit. Dia juga mengutus anak buahnya untuk mengkondisikan sehingga saat jenazah tiba, semuanya sudah siap.“Bu Irma ikut kami pulang?” tanya Pak Agus. “Iya, Pak! Aku akan ikut menghadiri acara pemakaman ayah Sekar!” sahut Irma.“Baiklah! Bari, aku akan iku ambulans. Kamu antar Bu Irma dan Nona Sekar ke rumah!” ujar Agus kepada anak buahnya.“Siap, Bos!” sahut Bari.“Mari, Bu Irma!” lanjutnya sopan.******************Pagi ini, Nasha dikejutkan oleh sebuah panggilan dari Aldi.“Halo!” sahut Nasha.“Sha, tolongin aku!” ujar Aldi.“Mas, kamu kenapa?” tanya Nasha panik.“Sayang, sekarang aku di kantor polisi. Tolong, kamu segera kesini. ! Bawa pengacara keluarga kita sekalian!”“Memangnya apa yang terjadi?”“Aku gak bisa cerita sekarang. Sebaiknya kamu segera kesini! Aku gak mau dipenjara!” ujar Aldi.“Ya udah, Mas! Aku hubungi Pak Pramono dulu!”Klik. Nasha segera mematikan sambungan ponselnya, lalu menghubungi p
BAB 26KEDATANGAN AIRIN “Ma, ditanya kok malah bengong! Mas Aldi tanya tuh!” ujar Nasha.Winda menghembuskan nafas kasar.“Kamu tahu siapa wanita itu?” ujar Winda balik bertanya. Nasha pun otomatis menggeleng.“Dia mantan istri Papa kamu!” ujar Winda.“Apa? Jadi, Sekar itu anak kandung Papa?” tanya Nasha tak percaya.Winda mengangguk lemah. “Ini gak bisa dibiarin, Ma! Kenapa mereka harus muncul di saat seperti ini sih!” ujar Nasha panik.“Benar, Sha! Kita harus segera bertindak! Mama tidak mau kita jadi gembel!” sahut Winda.“Sebentar! Ini sebenarnya ada apa? Sekar anak kandung Papa. Trus, hubungannya sama menjadi gembel apa?” tanya Aldi tak mengerti.“Gini, Mas! Dia itu kan anak kandung Papa. Sementara aku hanya anak tiri. Kami takut, dia akan menuntut haknya dan meminta warisan Papa!” Nasha memberi penjelasan.“Benar yang dikatakan Nasha. Dia itu kan wanita matre. Dia pasti akan mengungkit warisan dari Papa,” sahut Winda.“Lalu, apa yang akan kita lakukan?” tanya Aldi.“Kita harus
BAB 27SURAT PANGGILAN“Maaf, Pak, sudah mengganggu,” ujar Sekar, lalu hendak meninggalkan ruangan Vano.“Gangguin orang pacaran saja!” gerutu Airin.“Sekar, tunggu!” ujar Vano sambil berusaha menyingkirkan Airin.“Ada apa?” tanya Vano gugup.“Itu, Pak! Ada tamu! Katanya, beliau utusan dari PT Angkasa Raya,” ujar Sekar.“Baik, suruh tunggu sebentar!” sahut Vano.“Pergilah! Aku banyak pekerjaan!” ujar Vano kepada Airin.“Baiklah, Sayang! Aku balik dulu! Bye!” ujar Airin. Usai mencium pipi Vano, Airin segera melangkah meninggalkan ruangan Vano. Saat tiba di depan meja Sekar, Airin berhenti sejenak.“Kalau aku ada di ruangan Vano, jangan masuk sembarangan! Gangguin orang pacaran saja! Ngerti, kamu?” ujar Airin galak kepada Sekar.“Iya, Nona. Saya mengerti, maaf!” sahut Sekar. "Satu lagi, jangan coba-coba kamu dekati Vano! Dia milikku!" ujar Airin lagi.Usai memberi peringatan kepada Sekar, Airin segera melangkah meninggalkan kantor Vano. Sebagai awalan, ini sudah cukup, pikir Airin. Un
BAB 28PERCOBAAN PENCULIKAN"Besok pagi di kantor pengacara. Beliau sengaja mengadakan pembacaan di tempat yang netral, itu pesan ayah kamu."Sekar kembali termenung. Setelah kejadian penculikan kemarin, dia berniat mengakhiri semuanya. Sekar mulai takut. Jika terjadi sesuatu dengannya, lalu bagaimana dengan Bundanya? Beliau pasti merasa sangat sedih. Apalagi, mereka sudah tidak punya siapa-siapa lagi. "Sekar!" panggil Bundanya lembut.Sekar menoleh, lalu mengulas sebuah senyuman."Bunda tahu kamu sedang bimbang, tapi, untuk yang ini, kita memang harus datang! Tidak bisa diwakilkan!" ujar Irma lembut.Sekar menghembuskan napas kasar."Iya, Bun. Sekar paham. Sekar akan minta izin sama Vano untuk datang terlambat ke kantor," sahut Sekar."Terima kasih, sayang!" ujar Irma sambil tersenyum.***********Pagi ini, Sekar dan Bundanya sudah selesai bersiap untuk berangkat ke kantor pengacara. "Bunda sudah siap?" tanya Sekar."Sudah. Ayo, kita berangkat sekarang!" sahut Irma.Rumah Sekar dan
“Terima kasih karena kamu sudah menyelamatkan aku hari ini,” ujar Vano dengan mimik wajah serius. Sekar menatap menatap wajah sahabatnya tersebut dengan mimik wajah yang semakin kebingungan. “Apaan sih? Aku gak ngerti deh!” ujar Sekar lagi. Vano terkekeh geli menatap wajah wanita di hadapannya yang menurutnya terlihat lucu dan menggemaskan.“Lho, Van, dari tadi?” tanya Irma yang tiba-tiba muncul.“Bunda!” seru Vano, lalu bangkit dari posisinya dan mencium punggung tangan wanita paruh baya tersebut.“Barusan, Bun. Aku kangen sama masakan bunda, makanya main kesini,” sahut Vano seraya terkekeh.“Ayo langsung ke ruang makan. kebetulan bunda hari ini masak kesukaan kamu,” sahut Irma. “Asyik ... kayaknya bunda sudah ada feeling aku mau main nih!” ujar Vano. Dengan santai, dia menggandeng lengan wanita paruh baya tesebut menuju ruang makan meninggalkan Sekar yang masih bengong di tempatnya. Selang tak berapa lama kemudian, Sekar pun sudah menyusul mereka.***“Van!” panggil Sekar. Saat ini
BAB 39TERJEBAKVano melepaskan jasnya dan melonggarkan dasinya untuk mengurai rasa panas yang menguasai tubuhnya. Sayangnya, usaha yang dia lakukan sia-sia, tubuhnya semakin tak dapat dikendalikan. Dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba Airin masuk ke dalam ruangan dengan membawa secangkir minuman. Pakaian yang melekat erat ditubuhnya, ditambah lagi dua kancing yang terbuka di bagian atas membuat Vano menatapnya tanpa berkedip. Vano meneguk ludahnya kasar.“Kamu kenapa, van? Sakit?” tanya Airin. Vano tak menjawab. Pandangannya masih terfokus pada gundukan kenyal yang terlihat menantang di hadapannya. Airin tersenyum tipis penuh kemenangan, lalu dengan santainya duduk di pangkuan pria tersebut.“Wow ... aku bahkan bisa merasakannya. Mau aku bantu melepaskannya?” ujar Airin dengan gaya manjanya seraya mengusap dada Vano dengan lembut. Tubuh Vano semakin memanas. Spontan, dia meraih tengkuk wanita tersebut, lalu menyambar bibirnya dengan lumatan yang panas. Airin semakin diatas angin. Ta
BAB 38KEJUJURAN VANO“Berdasarkan bukti-bukti dan kesaksian para saksi, maka saudara Aldi Wiratama dinyatakan bersalah dengan hukuman tujuh tahun penjara.” Ketuk palu hakim, mengakhiri jalannya sidang hari ini. Aldi menghembuskan nafas lega. Meskipun dia harus mendekam dalam penjara, setidaknya hukumannya jauh lebih ringan dari tuntutan yang seharusnya yaitu dua belas tahun penjara. Nasha pun tak kuasa menahan air matanya. Kini, dia harus berjuang seorang diri membesarkan anaknya nantinya.Usai sidang selesai, Nasha menghampiri sang suami sebelum kembali di bawa lapas."Mas!" ujar Nasha lirih."Jaga anak kita baik-baik. Maaf aku tidak menemani kamu membesarkan anak kita nantinya!" ujar Aldi."Mas!" Spontan, Nasha mendekap tubuh sang suami dengan erat. Dia menangis tergugu dalam pelukan sang suami.“Aku akan membebaskan kamu, Sha. Aku tidak akan mengikatmu dalam ikatan pernikahan yang tidak sehat ini. Nasha Syakilla binti Suwito, aku ja---“ Belum selesai Aldi menyelesaikan kalimatnya
BAB 37PERMINTAAN ALDI “Saudara Aldi, anda yang ingin bertemu dengan Anda!” ujar seorang petugas sipir, lalu membuka pintu penjara. Dengan penuh semangat, Aldi bangkit dari posisinya, lalu melangkahkan kakinya. Dia mendengus dengan kesal saat tahu siapa yang datang menjenguknya.“Sayang ... bagaimana keadaan kamu?” tanya Nasha seraya memeluk tubuh sang suami. “Sha ... apaan sih?” protes Aldi seraya mendorong tubuh sang istri perlahan agar menjauh.“Mas ... kamu kenapa sih?” tanya Nasha bingung.“Gak enak dilihat petugas,” sahut Aldi cuek, lalu melangkahkan kakinya dan duduk di kursi yang telah disediakan. Nasha pun mengernyitkan dahinya heran. Namun, tak urung, dia mengikuti langkah sang suami dan duduk di hadapannya. “Kamu kenapa, Mas?” tanya Nasha.“Apanya yang kenapa?” tanya Aldi.“Sejak kemarin, kamu berubah jadi cuek,” sahut Nasha.“Biasa saja.”“Gak, aku yakin pasti ada sesuatu. Katakan, ada apa sebenarnya?” desak Nasha.“Sudah ku bilang tidak ada. Untuk apa kamu kesini?” tan
BAB 36SIDANG PERDANA‘Aku tidak rela wanita itu menguasai perusahaan. Enak saja, aku yang mendampingi Mas Hisyam hingga seperti sekarang, malah dia yang dapat warisan. Rugi dong perjuanganku selama ini!’ ujarnya dalam hati.“Maaf, Bu, untuk keperluan administrasi, saya tetap meminta pembayaran di depan!” ujar Pak Adnan.“Tentu saja, Pak! Berapa saya harus membayarnya?” tanya winda dengan gaya elegannya. Pak Adnan menyerahkan sebuah kertas yang berisi rincian dana yang harus dibayarkan. Wind amenelan ludah kasar melihat angka tersebut. Sebenarnya itu memang harga yang pantas untuk pengacara sekelas Adnan Wijaya. Masalahnya, saat ini dia sedang pailit. Uang segitu tentu saja sangat berharga untuknya.“Em ... saya akan membayarnya separuh. Untuk sisanya ... bagaimana kalau saya bayar dengan cara lain!” ujar Winda.“Maksudnya?” tanya Pak Adnan bingung. Dengan penuh percaya diri, Winda melangkah mendekati pria paruh baya tersebut seraya melepaskan beberapa kancingnya sehingga menampakkan p
BAB 35KEDATANGAN AIRINKring .... Tiba-tiba, ponsel Vano berbunyi.“Halo, Pa! Ada apa?” tanya Vano.“_____.”“Sudah, Pa. Dia ada disini sekarang,” sahut Vano smabil melirik kesal pada Airin.“____.”“Gak bisa gitu dong, Pa! Dia itu tidak kompeten!” “____.”“Tapi, Pa ....”“____.”“Iya, iya!” sahut Vano sambil bersungut-sungut. Airin mendengarkan pembicaraan mereka sambil senyum-senyum. Meski tidak tahu pasti, namun dia bisa menebak arah pembicaraan mereka.Klik. Vano memutusukan panggilan teleponnya. Dia menghela nafas panjang beberapa kali untuk menenangkan diri.“Bagaimana, Pak Vano?” ujar Airin sambil tersenyum manis. Vano merasa semakin muak.“Baiklah, kamu diterima, tapi ____.”“Yey ... terima kasih, Van!” ujar Airin gembira sambil bertepuk tangan.“Aku belum selesai bicara!” bentak Vano. Airin segera menghentikan aksinya sebelum Vano benar-benar marah padanya. “Oke, lanjutkan!” ujar Airin.“Kamu diterima, tapi, jika dalam masa percobaan selama satu bulan kinerja kamu mengece
BAB 34KEMBALI MASUK PENJARA“Bapak Aldi telah melakukan kesalahan. Jadi, pihak penggugat mengajukan permohonan pembatalan pembebasan bersyarat atas nama Bapak Aldi.” Petugas kepolisian tersebut memberikan penjelasan.“Memangnya apa yang dilakukan suami saya?” tanya Nasha emosi.“Sha, kendalikan emosimu. Sebaiknya, kamu panggil Aldi kesini.”“Tapi, Ma, kalau Mas Aldi kesini, nanti mereka akan menangkapnya,” sahut Nasha keberatan.“kalau kamu tidak menyuruh Aldi kesini, yang ada dia akan menjadi buronan. Hukumannya bisa semakin berat,” sahut Winda.Dengan langkah berat, Nasha memanggil Aldi yang sedang berbaring di kamarnya.“Mas, bangun! Ada yang nyari kamu di depan!” ujar Nasha.“Siapa, Sha?” sahutnya dengan suara serak, khas orang baru bangun tidur.“Polisi.”“Apa? Mau apa mereka kesini?”“Mereka bilang mau menangkap kamu. Katanya, kamu melakukan kesalahan sehingga pihak Sekar meminta pembatalan penangguhan penahanan. Memangnya, apa yang sudah kamu lakukan sama Sekar?” tanya Nasha t
BAB 33KEMARAHAN ALDI"Secara hukum, saya pemilik sah perusahaan ini dan saya sudah mengambil alih kepemimpinan perusahaan ini. Kamu tidak punya hak apapun," sahut Sekar."Jadi itu alasan kamu memblokir semua kartuku? Itu ulah kamu, bukan?" "Tentu saja. Itu kartu milik perusahaan. Aku tidak mungkin membiarkan kamu memegangnya," sahut Sekar santai."Tapi tetap saja, kamu tidak tahu apa-apa mengenai perusahaan ini," ujar Aldi."Apa Anda lupa berapa lama saya menjadi sekretaris Anda?" sahut Sekar.Aldi tak dapat menjawab. Dia mulai gusar.“Apa kamu akan menguasai perusahaan ini sendiri? Jangan lupa, disini ada hak Nasha dan mamanya.”“Tidak ada berkas yang membuktikan bahwa mereka memiliki hak atas perusahaan ini.”“Mereka sedang memperjuangkan haknya. Tunggu saja!” ujar Aldi.“Tentu. Aku juga ingin tahu sejauh mana usaha mereka,” sahut Sekar santai.“Terserah kamu, tapi …." Aldi menggantung ucapannya."Apa?" tanya Sekar."Kembalikan semua yang sudah kuberikan sama kamu!" Sekar terkeke
BAB 32KEDATANGAN ALDI“Pasti berhubungan dengan wanita itu, kan?”“Sudahlah, Pa. Jangan mengait-ngaitkan Sekar. lagian, ini gak papa, kok. Hanya bengkak sedikit, sebentar juga sembuh.”"Dasar bucin! Sekarang Papa mau tanya. Kenapa dia hari ini gak masuk?”“Dia ada pertemuan dengan pengacara ayahnya, Pa.”“Baru juga bekerja, sudah beberapa kali izin. Kamu tidak bisa seperti itu, Van. Bagaimana tanggapan karyawan lain? Mereka pasti berfikir kamu pilih kasih," ujar Papa Vano."Biarin sajalah, Pa, mereka mau bilang apa. Aku yang lebih tahu mengenai Sekar. Jika tidak ada hal yang benar-benar penting, dia tidak mungkin izin.""Ini yang Papa tidak suka dari kamu. Lembek kalau sudah masalah wanita itu," ujar Sang Papa tak suka.“Pa, jangan begitu dong! Ini aku sudah memenuhi permintaan Papa untuk membantu mengurus perusahaan.”“Papa tahu. Tapi kalau sekretaris kamu sering izin begini, pekerjaannya akan terbengkalai. Yang repot kamu juga!”“Papa gak usah khawatir, aku bisa mengatasi kok!” “T