" Mbak sari ibu mau ngomong. Di tunggu di ruang tamu ", teriak Santo dari ruang tamu. " Iya sebentar setelah menyusui aku ke situ ", kata Sari dari kamarnya. Setengah jam kemudian Sari datang ke ruang tamu dengan menggendong anaknya. Sari duduk di depan Bu Rosi dan Santo. Santo dan Bu Rosi menatap bayi tak berdosa itu dengan tatapan kebencian. " Ibu mau ngomong apa? " tanya Sari. " Sar, buang anak itu ke Panti asuhan ", kata Bu Rosi. Sari terkejut mendengar perkataan Ibunya. " A.. apa bu? " " Buang anak itu ke Panti asuhan ", ulang Bu Rosi. " Iya mbak. Buang anak itu ke Panti asuhan. Aku dan ibu gak mau ada anak haram di rumah ini ", timpal Santo. " Bu ini kan anak ku,cucu ibu masa ibu tega menyuruhku membawa anak ini ke Panti asuhan. Anak ini tak berdosa dia tak tau apa apa ", kata Sari. " Aku tak pernah menganggap anak itu sebagai cucuku. Aku tak sudi punya cucu haram ", kata Bu Rosi tegas. " Tapi Bu.. "" Kamu tinggal pilih buang anak itu ke Panti asuhan atau jika kamu m
Setelah kepergian Sari warga yang tadi berkerumun di depan rumah Bu Rosi pada bubar termasuk Astri, dia begitu puas melihat Sari di usir warga. " Awas kamu Ros! " kata Bu Mayang sebelum meninggalkan rumah Bu Rosi. Santo masuk ke dalam rumah di ikuti Bu Rosi lalu mereka duduk di ruang tengah. " Bu, kenapa Bu Mayang tadi bilang kalo ibu pelakor? " tanya Santo. " Udahlah San gak usah di pikirin omongan Mayang tadi, gak penting ", kata Bu Rosi. Santo tak bicara lagi. Tapi dalam hatinya dia begitu penasaran dengan apa yang di bilang Bu Mayang tadi. ' Apa aku ke rumah Bu Mayang saja ya menanyakan apa yang sebenarnya terjadi antara Ibu dan Bu Mayang? ' tanya Santo dalam hati. ' Ya aku akan tanya langsung pada Bu Mayang. Nanti setelah magrib aku akan ke rumahnya ', kata Santo lagi dalam hati. " San ibu istirahat dulu ya, capek " . " iya Bu ".Bu Rosi beranjak dari ruang tengah menuju kamarnya. Tok.. tok.. tok.. " Siapa lagi sih yang datang? " gumam Santo. Tok.. Tok.. Tok.. " Perm
" Kamu dari mana San? " tanya Bu Rosi yang duduk di teras rumah. " Gak dari mana mana Bu. Cuma dari warung beli minuman dingin ", kata Santo sambil menunjukkan minuman bersoda dingin agar ibunya tak curiga dia dari rumah Bu Mayang. " Malam malam kok minum minuman dingin ", kata Bu Rosi. " Terus ibu ngapain malam malam duduk di sini? " Santo balik bertanya. " Ibu nungguin kamu ", kata Bu Rosi. " Ya udah yuk Bu kita masuk ", ajak Santo. Bu Rosi mengangguk lalu mengikuti Santo masuk ke dalam rumah. " San makan dulu udah ibu buatin nasi goreng ", kata Bu Rosi. " Iya Bu ", jawab Santo. Santo duduk di bangku ruang makan, terlihat sepiring nasi goreng kesukaannya. " Ibu udah makan? " tanya Santo. " Udah tadi sebelum kamu pulang. Nungguin kamu lama banget ya udah ibu makan duluan ", jawab Bu Rosi. " Ya udah Santo makan dulu Bu ".Bu Rosi mengangguk lalu masuk ke dalam kamarnya. Selesai makan Santo menuju kamar ibunya. Tok.. tok.. tok.. " Ibu udah tidur? " tanya Santo. " Belum m
Santo duduk termenung di teras rumahnya. Beberapa hari ini dia mendiamkan ibunya, dia begitu kecewa dengan kelakuan Bu Rosi di masa lalu nya. " San makan dulu ", kata Bu Rosi. " Ibu aja yang makan aku gak lapar ", kata Santo. Bu Tias menghampiri anak laki lakinya yang duduk di teras. " Kamu marah sama Ibu San? " tanya Bu Rosi. " Iya. Aku kecewa dengan Ibu ", jawab Santo. " Kecewa kenapa? " " Ibu sudah membunuh bapak ", kata Santo. " Ibu tidak membunuh bapakmu San ", kata Bu Rosi. " Ibu gak usah mengelak lagi. Santo udah tau semuanya ", kata Santo. " Siapa yang memberi tahu kamu San? jawab!! " " Bukan siapa siapa ", jawab Santo. Lalu Santo pergi meninggalkan Ibunya entah ke mana. " Ini pasti Mayang yang sudah memberi tau Santo ", gumam Bu Rosi. Dok... dok.. dok... " Mayang!! Buka pintunya Mayang!! " teriak Bu Rosi. " Mayang!! "Dok.. dok.. dok.. " Siapa sih gedor gedor pintu sama teriak teriak di rumah orang? " tanya Bu Mayang pada dirinya sendiri. Bu Mayang berjalan m
" Bi.. bibi ", panggil Renata. Bi Surti berlari lari kecil menuju kamar Renata. " Ada apa non? " tanya bi Surti. " Bi.. bisa tolong saya? " tanya Renata. " Apa non? "" Tolong bi kursi roda itu di dekatkan sini ", kata Renata sambil menunjuk kursi roda yang ada di belakang pintu kamarnya. Bi Surti segera mengambil kursi roda itu dan di dekatkan ke ranjang Renata. " Makasih bi ", kata Renata. " Sama sama non. non Renata bisa ke kursi roda sendirian? " tanya bi Surti. " Bisa bi "." Kalo gitu saya permisi non ", kata bi Surti. Renata mengangguk. Sepeninggalan bi Surti Renata memindahkan tubuhnya ke kursi roda lalu keluar dari kamar menuju meja makan. " Masak apa bi? " tanya Renata sambil membuka tudung saji. " Tuan kemaren minta hari ini di masakin ayam bakar madu sama sambal tomat. Ini ada capcay juga ", kata bi Surti. " Wah enak nih ", kata Renata. " Non mau makan? biar bibi ambilkan ", kata bi Surti. Dengan cekatan bi Surti mengambilkan nasi beserta lauk untuk Renata.
Bagas masuk ke kamarnya. " Baru pulang mas? " tanya Renata. " Iya. tadi mampir dulu ke rumah ibuku ", jawab Bagas sambil membuka kemejanya. " Mas aku boleh minta uang bulanan? " tanya Renata. " Aku gak punya uang ", jawab Bagas. " Loh kamu kan abis gajian kan? masa gak ada uang? " tanya Renata. " Maaf uangnya udah aku kasih ibu 2 juta, Wiwik 1,5 juta dan ini ada sisa cuma 5,5 juta buat ibu 2 minggu lagi 2 juta sisanya buat pegangan aku ", kata Bagas. " Ibumu tiap minta uang selalu di kasih berapapun yang dia minta sedangkan sama istri pelit banget "." Ya jelaslah dia ibuku yang sudah lahirin dan besarkan aku. Aku gak mau di anggap anak durhaka ", kata Bagas. " Tapi mas seenggaknya... "" Sudahlah aku capek aku mau tidur ", bentak Bagas lalu tidur di samping Renata. Renata hanya bisa menghela nafas. *********" Pagi non ", sapa bi Surti saat melihat Renata keluar kamar. " Pagi bi " , kata Renata sambil tersenyum. Bi Surti membantu Renata mendorong kursi roda nya menuju mej
POV RENATA. Aku menatap jam di dinding, pukul 11 malam tapi Bagas belum juga pulang ke rumah. Ku putar kursi rodaku ke luar dari kamar menuju ruang tamu menunggu Bagas pulang. Sampai di ruang tamu kudengar suara mobil pajero ku memasuki halaman rumah. Tak berapa lama muncul Bagas masuk ke dalam rumah. " Belum tidur Ren? " tanya Bagas. Aku hanya menggelengkan kepalaku. Bagas duduk di sofa sampingku. " Mas hari ini gak ke kantor? " tanyaku. Bagas menoleh padaku. " Kenapa? " Bagas balik bertanya. " Tadi Dani kesini nyariin kamu. katanya kamu gak berangkat ke kantor ", ucapku. " Aku hari ini emang gak ke kantor, capek "." Terus kamu kemana mas? " " Ke rumah ibu "." ooh ", hanya itu yang keluar dari mulutku. " Aku mau tidur dulu udah ngantuk ", kata Bagas. Dia beranjak dari ruang tamu. Aku mengikuti Bagas masuk ke kamar. Aku memindahkan tubuhku dari kursi roda ke ranjang. Lalu Aku berbaring di samping Bagas. " Mas.. " panggilku. " Hem"" Minggu depan antar Aku ke rumah sak
" Sayang.. aku pengen tas ini ", kata Raya pada Bagas. " Ambil aja sayang. Apa yang kamu mau ambil aja ", ucap Bagas. " Beneran sayang? " " Iya"." Makasih sayang ", kata Raya sambil mencium pipi Bagas. Raya mengambil semua yang di inginkan. Lalu mereka ke kasir untuk membayar. " Totalnya 50 juta pak. Mau cash atau pake kartu kredit? " tanya petugas kasir. " pake kartu kredit mbak ", kata Bagas. Bagas mengeluarkan kartu kreditnya lalu di serahkan pada petugas kasir. " Baik pak ".Petugas kasir itu menggesek kartu kredit Bagas tapi tidak bisa. " Maaf Pak kartu kreditnya tidak bisa di gunakan "." Masa sih mbak? coba sekali lagi ", kata Bagas. Petugas kasir itu menggesek kartu kredit Bagas dan masih sama, tidak bisa di gunakan. " Tidak bisa di gunakan. Ada kartu yang lain pak?"Bagas mengeluarkan debit card nya lalu di berikan pada kasir. Petugas kasir menggesek debit card Bagas dan tidak bisa di gunakan. " Ini juga tidak bisa di gunakan pak "." Masa gak bisa semua? jangan
Santo duduk termenung di teras rumahnya. Beberapa hari ini dia mendiamkan ibunya, dia begitu kecewa dengan kelakuan Bu Rosi di masa lalu nya. " San makan dulu ", kata Bu Rosi. " Ibu aja yang makan aku gak lapar ", kata Santo. Bu Tias menghampiri anak laki lakinya yang duduk di teras. " Kamu marah sama Ibu San? " tanya Bu Rosi. " Iya. Aku kecewa dengan Ibu ", jawab Santo. " Kecewa kenapa? " " Ibu sudah membunuh bapak ", kata Santo. " Ibu tidak membunuh bapakmu San ", kata Bu Rosi. " Ibu gak usah mengelak lagi. Santo udah tau semuanya ", kata Santo. " Siapa yang memberi tahu kamu San? jawab!! " " Bukan siapa siapa ", jawab Santo. Lalu Santo pergi meninggalkan Ibunya entah ke mana. " Ini pasti Mayang yang sudah memberi tau Santo ", gumam Bu Rosi. Dok... dok.. dok... " Mayang!! Buka pintunya Mayang!! " teriak Bu Rosi. " Mayang!! "Dok.. dok.. dok.. " Siapa sih gedor gedor pintu sama teriak teriak di rumah orang? " tanya Bu Mayang pada dirinya sendiri. Bu Mayang berjalan m
" Kamu dari mana San? " tanya Bu Rosi yang duduk di teras rumah. " Gak dari mana mana Bu. Cuma dari warung beli minuman dingin ", kata Santo sambil menunjukkan minuman bersoda dingin agar ibunya tak curiga dia dari rumah Bu Mayang. " Malam malam kok minum minuman dingin ", kata Bu Rosi. " Terus ibu ngapain malam malam duduk di sini? " Santo balik bertanya. " Ibu nungguin kamu ", kata Bu Rosi. " Ya udah yuk Bu kita masuk ", ajak Santo. Bu Rosi mengangguk lalu mengikuti Santo masuk ke dalam rumah. " San makan dulu udah ibu buatin nasi goreng ", kata Bu Rosi. " Iya Bu ", jawab Santo. Santo duduk di bangku ruang makan, terlihat sepiring nasi goreng kesukaannya. " Ibu udah makan? " tanya Santo. " Udah tadi sebelum kamu pulang. Nungguin kamu lama banget ya udah ibu makan duluan ", jawab Bu Rosi. " Ya udah Santo makan dulu Bu ".Bu Rosi mengangguk lalu masuk ke dalam kamarnya. Selesai makan Santo menuju kamar ibunya. Tok.. tok.. tok.. " Ibu udah tidur? " tanya Santo. " Belum m
Setelah kepergian Sari warga yang tadi berkerumun di depan rumah Bu Rosi pada bubar termasuk Astri, dia begitu puas melihat Sari di usir warga. " Awas kamu Ros! " kata Bu Mayang sebelum meninggalkan rumah Bu Rosi. Santo masuk ke dalam rumah di ikuti Bu Rosi lalu mereka duduk di ruang tengah. " Bu, kenapa Bu Mayang tadi bilang kalo ibu pelakor? " tanya Santo. " Udahlah San gak usah di pikirin omongan Mayang tadi, gak penting ", kata Bu Rosi. Santo tak bicara lagi. Tapi dalam hatinya dia begitu penasaran dengan apa yang di bilang Bu Mayang tadi. ' Apa aku ke rumah Bu Mayang saja ya menanyakan apa yang sebenarnya terjadi antara Ibu dan Bu Mayang? ' tanya Santo dalam hati. ' Ya aku akan tanya langsung pada Bu Mayang. Nanti setelah magrib aku akan ke rumahnya ', kata Santo lagi dalam hati. " San ibu istirahat dulu ya, capek " . " iya Bu ".Bu Rosi beranjak dari ruang tengah menuju kamarnya. Tok.. tok.. tok.. " Siapa lagi sih yang datang? " gumam Santo. Tok.. Tok.. Tok.. " Perm
" Mbak sari ibu mau ngomong. Di tunggu di ruang tamu ", teriak Santo dari ruang tamu. " Iya sebentar setelah menyusui aku ke situ ", kata Sari dari kamarnya. Setengah jam kemudian Sari datang ke ruang tamu dengan menggendong anaknya. Sari duduk di depan Bu Rosi dan Santo. Santo dan Bu Rosi menatap bayi tak berdosa itu dengan tatapan kebencian. " Ibu mau ngomong apa? " tanya Sari. " Sar, buang anak itu ke Panti asuhan ", kata Bu Rosi. Sari terkejut mendengar perkataan Ibunya. " A.. apa bu? " " Buang anak itu ke Panti asuhan ", ulang Bu Rosi. " Iya mbak. Buang anak itu ke Panti asuhan. Aku dan ibu gak mau ada anak haram di rumah ini ", timpal Santo. " Bu ini kan anak ku,cucu ibu masa ibu tega menyuruhku membawa anak ini ke Panti asuhan. Anak ini tak berdosa dia tak tau apa apa ", kata Sari. " Aku tak pernah menganggap anak itu sebagai cucuku. Aku tak sudi punya cucu haram ", kata Bu Rosi tegas. " Tapi Bu.. "" Kamu tinggal pilih buang anak itu ke Panti asuhan atau jika kamu m
Satu tahun kemudian.. " Bu akhirnya kita bebas juga ", kata Santo. " Iya San. Ibu sudah tak sabar ingin segera sampai rumah ", kata Bu Rosi. " Ya udah Bu yuk kita pulang ", ajak Santo. Setelah 15 menit perjalanan menggunakan angkutan umum Santo dan Bu Rosi tiba di kampung tempat tinggalnya. " Tuh lihat Santo dan Ibunya udah bebas dari penjara ", kata Seorang tetangga Bu Rosi bernama Sita. " Iya kira kita kapok gak ya setelah setahun mendekam di penjara gara gara mau bakar pabrik kue nya Intan ? Atau masih akan tetap Dzolim sama Intan? " tanya tetangga yang lain. " Gak tau ".Bu Rosi menghampiri para tetangganya yang sedang membicarakannya. " Kalian ngomong apa? " tanya Bu Rosi. " Eh enggak Bu kita gak ngomong apa apa ", jawab Sita. " Aku masih bisa denger belum budeg! Sini kalo mau ngomong di depan ku jangan beraninya bisik bisik gitu ", teriak Bu Rosi. " Bu Rosi gak kapok mendekam di penjara? " tanya Siti. " Ngapain kapok? Aku gak salah. Yang salah itu Intan ", kata Bu Ro
Tok.. tok.. tok.. " Assalamu'alaikum mbak Intan ", panggil Dira sambil mengetuk pintu rumah Intan. Tok.. tok.. tok.. " Mbak Intan.. Assalamu'alaikum "." Wa'alaikumsalam ", sahut Intan dari dalam. Intan membuka pintu rumah. " Loh Dira? Dari mana kamu tau rumahku? " tanya Intan. " Dari mas Santo mbak. Mbak Intan boleh kita bicara? " tanya Dira. " Boleh, yuk masuk"." Di sini saja mbak"." Silahkan duduk Dir ", kata Intan. Dira duduk di kursi teras di ikuti Intan. " Mbak maksud kedatangan ku kemari aku ingin minta tolong sama mbak Intan untuk mencabut tuntutan mbak Intan pada mas Santo dan Bu Rosi ", kata Dira. " Maaf Dir aku gak bisa. Perbuatan mereka sudah di luar batas bisa membahayakan orang lain ", kata Intan. " Iya aku tau mbak. Tapi bentar lagi aku dan mas Santo menikah mbak. Aku gak mau pernikahanku batal karena mas Santo di penjara ", kata Dira. Intan menghela nafasnya dalam dalam. Dia begitu bingung, di satu sisi dia gak mau kejadian kemarin timbul lagi kalau Santo
" Kalian ada perlu apa kemari? " tanya Intan. Santo dan Bu Rosi tersadar, lupa akan maksud kedatangan mereka kemari ingin melabrak Intan. " Aku mau tanya maksud kamu ngasih tau Dira kalo aku punya istri apa ya? " tanya Santo. " Ooh Dira udah tanya kamu? Ya kan aku bilang yang sebenarnya mas. Lagian Dira juga gak masalah kan? Toh kamu juga sudah mentalak aku ", jawab Intan. " Iya tapi aku di bilang pembohong ", kata Santo. " Emang kamu pembohong kan? Dari awal kamu kenal Dira kamu udah bohong sama dia katanya kamu masih single, gak taunya punya istri ", kata Intan sambil menyunggingkan senyum. " Jaga mulutmu Intan!! " bentak Bu Rosi. " Kenapa saya yang harus jaga mulut? Seharusnya Santo yang jaga mulut gak merayu cewek, pake bilang masih single. Tapi ibu malah bangga punya anak selingkuh ", cemooh Intan. " Oiya satu lagi, aku pernah ngejar ngejar cinta kamu ya mas? Perasaan kamu deh yang ngejar ngejar aku dulu ", kata Intan sinis. " Heh anak set*n jaga mulut kamu! " maki Bu Ro
" Assalamu'alaikum Tan ", ucap Shasa. Intan yang sedang nenyiram bunga di teras langsung menoleh. " Waalaikumsalam Sha, ayo masuk ", kata Intan. " Udah di teras aja Tan ", kata Shasa lalu duduk di kursi teras. Intan menghentikan kegiatannya lalu duduk di samping Shasa. " Tumben sha main sini. Gak kerja? " tanya Intan. " Libur Tan. oiya gimana jualan kue kamu? " tanya Shasa. Shasa belum tahu kalo Intan sekarang udah sukses, udah punya pabrik kue dan pegawai. " Alhamdulilah Sha, berkat kamu aku jadi bisa punya pemasukan. Bahkan sekarang aku udah punya pabrik kue ", kata Intan. " Oya? "" Iya ", kata Intan. " Alhamdulillah aku seneng dengernya Tan ", kata Shasa senang. " Aku ambilin minum dulu ya Sha ", kata Intan lalu Intan masuk ke dalam. Tak lama kemudian Intan keluar dengan membawa segelas es sirup dan sepiring brownies lalu di letakkan di atas meja. " Di minum Sha sekalian di cicipin brownies buatanku ", kata Intan. " Makasih Tan ", kata Shasa. Di ambilnya sepotong bro
" Gimana kerjaan hari ini? " tanya Intan pada pegawainya. " Alhamdulilah lancar mbak Intan ", jawab Maya. " Pesanan kue dari toko toko di seluruh kota ini juga semakin meningkat mbak ", imbuh Ida. " Alhamdulillah ", kata Intan. Sekarang pegawai Intan mencapai 15 orang. Dan Intan berencana akan membeli sebuah gudang untuk pabrik kue nya. Rumah kontrakan ini sudah terlalu kecil untuk usaha kue Intan yang maju pesat. " Oiya may, ini tolong bagikan ke temen temen ya ",kata Intan serasa menunjuk bingkisan yang di letakkan sopir taksi online tadi di pintu. " iya mbak ", kata Maya sambil menghampiri Intan. " Ida tolong di bantuin ya ", kata Intan. " Siap mbak Intan", sahut Ida lalu membantu Maya membagikan bingkisan yang di bawa Intan untuk para pegawainya. Para pegawai Intan terlihat begitu girang menerima bingkisan dari Intan. Ting.. ponsel Intan berbunyi, ada pesan WA masuk. Shasa mengirim sebuah foto, dan Intan membuka foto yang di kirim Shasa. Terlihat Santo sedang makan di