Bening juga buru-buru mematikan panggilan itu. Ia ganti menatap Kalingga yang sejak tadi mengamatinya. “Katanya nggak jadi,” ucap Bening. Kalingga mengangguk. Ia tidak curiga lagi. “Ya sudah, lebih baik kita berdua pulang,” ajak Kalingga. Bening menggeleng. “Maaf, Kapten. Mending Kapten duluan
Bening berusaha menenangkan dirinya. Ia tidak boleh terlalu larut dalam kesedihannya sendiri. Jika ia terus bersedih, lama-lama ia tidak akan bisa melawan Kalingga. Ia tidak mau direndahkan terus. Namun, yang sebenarnya menjadi kekhawatiran Bening saat ini adalah perkataan Kalingga tadi. Kalau Kalin
Saat dibuka, Bening ternyata baru selesai salat isya dan masih memakai mukenah. Kalingga memperhatikan wajah Bening, dan sepertinya ia sudah tidak kelihatan marah seperti tadi. “Maaf, tadi masih salat,” ucap Bening. Ia pun membuka pintu lebih lebar dan mempersilakan Kalingga masuk ke kamar. Kalin
Kala itu tubuh Bening dan Kailngga seperti berubah menjadi batu. Keduanya sama-sama terdiam, dengan posisi bibir yang masih saling menempel. Kejadian itu terjadi begitu cepat hingga keduanya sama-sama kaget, tidak tahu harus melakukan apa. Selain itu, jantung Bening maupun Kalingga seolah berlomba-l
Bening juga kaget. Bagaimana bisa lelaki ini mengenali Bening sebagai selebgram? Tapi, memang benar sih kalau sebenarnya Bening itu selebgram. Tapi, pengikutnya juga belum banyak-banyak amat. Ia mengusap tengkuknya canggung dan menyunggingkan sebuah cengiran kuda. “Kayaknya kamu salah orang deh.” “
Sepulang dari melihat-lihat kampus, rupanya Kalingga belum datang. Bening pikir, Kalingga mungkin masih ada urusan jadi ia tidak terlalu memikirkannya. Hari ini, Bening cukup bahagia karena bisa melihat-lihat kampus yang akan menjadi tempatnya belajar. Impian yang harus ia kubur dalam-dalam selama l
Bening mengernyit. “Ke rumah sakit? Memangnya siapa yang sakit?” “Mama.” Bening membelalak kaget. “Mama?! Sakit apa? kok enggak kasih tau aku sih?” “Mama sudah sakit cukup lama, Bening. Penyakitnya juga sesekali sering menunjukkan gejala kambuh. Sakitnya Mama sudah parah,” jelas Kalingga. Kaling
“Bening itu baru saja menikah, Tan.” Ibunya Wildan membelalak kaget. “Menikah?” jelas saja ia kaget, karena belum lama ini ibunya Bening datang ke rumah mengemis-ngemis restu kepadanya. “Iya, baru beberapa hari yang lalu. Bening nikah sama komandannya Mas Wildan, Kapten Kalingga. Kayaknya sih Beni
“Kamu... hamil?” Dahayu mengangguk pelan. Tanpa sadar tangannya berdiam di perutnya sendiri. “Iya, aku hamil. Karena itu, aku mutusin kasih kamu kesempatan. Aku nggak ingin anak ini terlahir tanpa seorang ayah,” ujarnya lirih. Langit menelan ludah, masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
Akhirnya, Dahayu berbicara dengan Langit di ruang tunggu rumah sakit. Tidak banyak orang yang berlalu lalang di sekitar sana sehingga mereka bisa berbicara dengan lebih leluasa. Akan tetapi, kehadiran Sagara di antara pasangan suami-istri itu membuat suasana menjadi tegang. Sagara terus memperhatika
Setelah mengetahui dirinya hamil, Dahayu tidak bisa berhenti menangis. Tangannya gemetaran memegangi testpack yang memperlihatkan dua garis biru. Dahayu bingung apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Haruskan Dahayu menyimpan semua ini sendirian ataukah memberiahukannya pada Langit? “Assalamualaik
Begitu tahu ibunya tak sadarkan diri, Langit langsung melarikan ibunya ke rumah sakit. Langit meminta tolong Bi Ikah untuk memegangi ibunya di bangku penumpang belakang. Kepalanya sedang berkecamuk, tetapi Langit harus bisa fokus pada jalanan di depannya demi menghindari kecelakaan. Mobil mewah Lan
Pandangan Sagara langsung tertuju kepada Langit. Kedua alisnya bertaut marah. Sagara bisa melihat Dahayu gemetaran di belakang Langit, tapi saat ini Sagara ingin membuat perhitungan kepada adik iparnya itu. Berani-beraninya Langit membentak Dahayu seperti itu. Selain itu, ada yang mengganggu pendeng
Langit masuk dengan tampang lesu. Wajahnya pucat dan dia tampak lebih kurus. Selain itu, sepertinya Langit tidak tidur selama beberapa hari hingga kantung matanya menebal. Langit langsung duduk di depan Dahayu tanpa dipersilakan. Dia bersilang tangan dan menatap Dahayu dengan tajam. “Akhirnya, kita
“Nak Langit? Kenapa nggak dijawab? Dahayu kemana? Apa dia pergi dari rumah nggak bilang-bilang?” tanya Bening sekali lagi, mulai khawatir karena Langit tak kunjung menjawab. Langit mengusap wajahnya dengan kasar. Ia tidak boleh mengatakan yang sebenarnya kepada mertanya. Cukup hanya orang-orang rum
“Serius banget.” Langit mencebik remeh. “Nggak usah mengalihkan pembicaraan deh, Yu. Kalau emang habis ketemun sama bajingan itu, ngaku ajalah.” “Atau sebaiknya sekarang giliran kamu yang mengaku, Langit?” balas Dahayu dengan ekspresi serius. Langit mengerutkan keningnya. Ia memperhatikan tangan D
“Harus kuapain foto ini?” Arjuna benar-benar bingung sekarang. Ia tidak berhenti memandangi foto yang ia tangkap di ponselnya beberapa hari lalu. Arjuna yakin sekali jika pria yang ia lihat di restoran bersama seorang wanita adalah Langit, suami Dahayu. Namun, bagaimana bisa Langit bertemu dengan s