Bab 77Saat Siti masuk ke dalam kamarnya, Putri ternyata belum tidur. Alhasil gadis kecil itu tampak menoleh ke arah ibunya sambil mengerutkan kening karena Siti membawa kantong kresek putih."Itu apa, Bu?" tanyanya sambil melirik ke arah barang bawaan ibunya. Siti menutup pintu perlahan. Dia tampak mengulas senyum tipis dan berjalan mendekat. "Putri buka sendiri saja," ujarnya.Tanpa banyak tanya, Putri langsung membuka kantong kresek itu dan alhasil matanya tampak membulat sempurna."Ini 'kan seragam sekolah, Bu!? Ibu beli kapan?""Bukan Ibu yang beli, Put. Tapi Pak Handi yang memberinya sebagai hadiah karena sebentar lagi kamu akan masuk sekolah," jelasnya."Beneran, Bu?"Siti kembali mengangguk pelan. Wanita itu sangat yakin kalau putrinya juga sama terkejutnya seperti dirinya. Diperlakukan dengan sangat baik oleh Handi, membuat keduanya merasa sangat senang dan juga bersyukur karena mendapat majikan yang begitu baik."Alhamdulillah," lirih Putri.Gadis kecil itu tampak sangat se
Bab 78Siti mengelus pelan pucuk kepala putrinya. Gadis kecil itu telah terlelap dalam tidurnya. Namun jelas kantung matanya tampak sembab karena Putri sempat menangis.Siti mengatupkan bibir rapat-rapat. Putri bahkan kini berpikir bahwa sang ayah tak menyayanginya. Padahal Siti selalu berusaha untuk tidak mendoktrin putrinya supaya membenci Adi. Siti justru berharap hubungan ayah dan anak itu membaik. Sebab bagaimanapun juga, Putri masih butuh sosok seorang ayah."Maafin Ibu, Put ..."Jangan tanya seberapa dalam luka yang ada di dalam hati siti. Jawabannya tentu saja tak bisa dihitung lagi.Jika Adi tak lagi memiliki tempat di hati Putri, Siti memutuskan untuk menyudahi segala hubungan dengan suaminya. Siti pikir tak ada salahnya untuk menunggu. Tapi waktu nyatanya hanya terbuang sia-sia dan Adi tak pernah kembali.Suami yang dulu sangat dirindukan, kini justru berganti menjadi sosok yang paling dibenci oleh Siti. Dia tahu dengan sangat jelas kalau kebencian akan membuat hati serta
Bab 79Handi menghela napas berat. Ditatapnya lekat manik mata milik Siti. "Apa kamu tahu soal perselingkuhan Adi dan Yayuk?"Lagi, Handi kembali melontarkan pertanyaan yang cukup mengejutkan. Namun, Siti hanya bisa mengulas senyum tipis. Senyuman yang tampak sinis dan juga dipenuhi dengan rasa sakit.Perlahan, Siti mulai mendongakkan kepalanya dan menatap Handi. Pria yang berdiri di hadapannya itu benar-benar aneh."Mengapa Bapak menanyakan hal ini?" tanyanya balik dengan pandangan menyelidik seolah ingin mengetahui sesuatu.Handi terhenyak. Untuk pertama kalinya dia kesulitan untuk menjawab pertanyaan dari seseorang. Entah mengapa lidahnya terasa kelu seolah ada sesuatu yang menahannya untuk bicara.Siti yang melihat tingkah majikannya, kini hanya bisa terdiam. Apa Handi penasaran? Batinnya.Siti menghela napas perlahan. Dia tak ingin merasa sakit hati ataupun mengingat kembali soal hubungan gelap Adi dan Yayuk. Terlalu menyakitkan hati."Maaf atas kelancangan sikap saya barusan, Pa
Bab 80Waktu bergulir dengan cepat. Hari ini merupakan pertama kalinya Putri berangkat ke sekolah. Siti juga sudah bersiap sejak pagi karena dia berniat untuk menghantarkan putrinya."Putri, nanti di sekolah nggak boleh nakal, ya.""Iya, Bu. Putri nggak bakalan nakal, kok."Siti tampak menarik sudut bibirnya hingga membentuk senyum tipis. "Iya, Putri juga sebaiknya berbaur dengan teman yang lain. Bukan dengan Selly saja."Gadis kecil itu diam sejenak setelah mendengar penuturan ibunya. Perlahan dia mulai mendongakkan kepalanya dan menatap melihat sosok Siti."Emangnya ada yang mau temenan sama Putri?"Degh!Tangan Siti yang tak masih memakaikan dasi kini tampak berhenti seketika setelah mendengar pertanyaan yang cukup mengejutkan terlontar dari mulut putrinya."Kenapa Putri ngomong kayak gitu?"Bukannya menjawab, Putri hanya diam. Siti menghela napas pelan. Dia kembali mengelus ujung kepala putrinya dengan lebih."Put, nggak apa-apa kenalan sama banyak temen. Ibu malah suka, kok. Biar
Bab 81Suasana sekolah cukup ramai. Apalagi ada banyak siswa baru. Putri tampak sangat senang karena melihat banyak anak-anak sepantarannya.Mata gadis kecil itu tampak memicing saat melihat seseorang yang dikenalnya."Selly!"Gadis kecil yang berdiri tak jauh dari Putri, kini tampak menoleh. Dialah Selly, putri sulungnya Sri. "Putri! Sini, Put!"Putri menoleh ke arah Siti. Seperti biasanya gadis kecil itu ingin menanyakannya lebih dulu pada sang ibu. Siti mengangguk pelan, tanda menyetujuinya.Sinar mata Putri kini tampak senang dan gadis kecil itu lantas berlari mendekati Selly.Putri juga ikut mendekat karena dia ingin mengawasi putrinya lebih dulu sebelum kembali pulang. Tampak Sri yang tengah mengobrol dengan ibu-ibu lainnya mulai menyadari kedatangan Siti dan wanita itu langsung mendekat."Eh, Mbak Siti! Udah lama kita nggak ketemu, lho. Apa kabar?""Alhamdulillah, baik. Gimana kabar Mbak dan Selly?""Pastinya baik, Mbak. Selly semenjak ketemu anakmu, nggak berhenti cerita dia.
Bab 82Sumi terlihat mengerutkan kening saat melihat pintu rumah terbuka dan Siti masuk sambil menundukkan kepalanya. Padahal Siti pagi tadi menjelaskan bahwa dia akan pergi untuk mengantar Putri. Namun entah mengapa wanita itu pulang jauh lebih siang."Mbak, dari mana aja? Kok pulangnya agak siangan?"Siti mendongakkan kepalanya sambil berjalan mendekat. "Tadi mampir sebentar buat beli sesuatu," kilahnya. Pandangan Siti kini beralih mencari sosok seseorang yang tak memperlihatkan batang hidungnya. "Bi Yati belum pulang, Sum?"Sumi menggelengkan kepalanya perlahan. "Belum, Mbak. Belanjaan hari ini 'kan cukup banyak soalnya buat minggu depan sekalian," jelasnya.Siti mengangguk pelan. Entah mengapa dia merasa sedikit bersalah karena berbohong pada Sumi. Namun Siti tentunya tak ingin mengatakan bahwa dirinya baru saja pergi ke kantor pengadilan agama. Jika dia mengatakannya pada Sumi, wanita itu pasti akan melontarkan banyak pertanyaan dan Siti enggan menjawab pertanyaan yang melibatka
Bab 83Sejak kemarin malam, Siti merasakan firasat aneh karena tak ada satupun pergerakan dilakukan oleh Adi maupun Bu Retno. "Ini aneh," gumamnya lirih hampir tak terdengar. Bahkan saat merapikan seragam putrinya, Siti tak fokus sama sekali.Padahal wanita itu sempat berpikir kalau ibu mertuanya pasti akan melakukan sesuatu jika surat pengadilan telah sampai ke rumahnya.Kemungkinan besar surat pengadilan telah sampai kemarin. Jika dugaan yang memang benar, Bu Retno pastinya sudah membaca isi suratnya."Ibu kenapa kok ngelamun?"Pertanyaan Putri barusan telah membuyarkan lamunan Siti. Wanita itu tampak menoleh sambil menggelengkan kepala perlahan."Nggak ada apa-apa, Put.""Ibu bohong," sela Putri. Walau umurnya memang baru 7 tahun, tapi gadis kecil itu cukup peka mengenai perasaan ibunya.Kening Siti tampak berkerut hingga kedua alisnya saling menyatu. "Nggak, Put. Ibu nggak bohong," kilahnya lagi."Kalau Ibu nggak bohong, kenapa bengong? Ibu sakit?"Ekspresi Putri tampak begitu kh
Bab 84Mang Tatang menepikan mobilnya tepat di sekitar sekolah. Putri lantas turun dan berpamitan sebelum menutup pintu mobil."Makasih Om dan Mang Tatang. Putri masuk ke sekolah dulu," ujarnya.Handi mengangguk pelan. Begitu juga dengan Tatang."Iya, Put. Belajar yang rajin, lho."Putri mengangguk cepat. "Iya, Mang. Dadah!" Tangan gadis kecil itu melambai setelah menutup pintu dan datang langsung mengemudikan mobilnya menjauh dari area sekolah.Pandangan Handi kini beralih menatap ke arah sopirnya. Semenjak Mang Tatang sempat menggoda Siti, Handi seringkali bersikap sangat dingin padanya."Fokus jalankan mobilnya, Mang!""I-iya, Pak."Terkadang Tatang merasa heran dengan sikap Handi. Tapi pria itu juga tak bisa protes sedikitpun. Walau Handi memang terkesan dingin, tapi dia tetaplah pria yang baik.Putri menatap kepergian mobil yang baru saja ditumpanginya. Gadis kecil itu berbalik dan hendak masuk ke dalam sekolahnya. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti saat seseorang menariknya de
EndingAdi berlari sejauh mungkin ketika pria itu menyadari ada sebuah mobil yang sejak tadi mengikutinya dari belakang."Sial! Masa aku gagal lagi?!"Putri terlihat sangat ketakutan dan gadis kecil itu juga kelelahan karena sejak tadi ditarik dengan paksa oleh Adi. Mereka berdua terus berlari tanpa memperhatikan apapun.Handi menginjak pedal gasnya dan mengemudikan mobilnya jauh lebih cepat dari biasanya ketika melihat sosok Adi. Kemarahan yang ada di dalam hatinya itu semakin memuncak ketika melihat pria itu menarik anaknya."Aku nggak akan pernah melepaskanmu Adi!" Dengan cepat, dia langsung mengerem mobilnya ketika berada tepat di hadapan Adi dan berhasil menghadangnya.Adi terjatuh karena terkejut. Begitu juga dengan Putri. Handi tanpa basa-basi langsung keluar dari mobilnya, dia berjalan mendekat dengan perasaan yang begitu marah."Kamu sudah sangat keterlaluan dan melewati batas dari kesabaranku, Adi. Kamu sudah berani mengusik keluargaku!"Adi tercengang dan merasakan nyalinya
Bab 326Setelah Eva berhasil diamankan oleh polisi, Siti berlalu pergi untuk menemui mantan ibu mertuanya. Wanita itu telah mendapatkan kabar dan juga bukti begitu banyak dari sang suami bahwa sebenarnya orang-orang terdekatnya terlibat soal anaknya yang menghilang.Siti tak ingin diam saja. Selama suaminya kini berjuang untuk menemukan anaknya, dia akan menangkap orang-orang yang terlibat dari masalah ini.Sumi dan Bi Yati yang ikut menemani juga merasa kaget karena Siti terlihat begitu berubah seolah menjadi wanita lain."Mbak," panggil Sumi dengan perasaan yang sedikit takut.Siti tampak menoleh sekilas dan wanita itu tersenyum tipis seolah memberikan kode bahwa dia baik-baik saja."Ti, Bibi harap masalah ini segera selesai dan Putri bisa ditemukan dalam keadaan yang baik-baik saja."Siti menganggukkan kepalanya perlahan. "Aku juga berharap begitu, Bi. Aku tidak akan diam saja jika ada satu luka di kulit Putri."Hanya butuh waktu sekitar 10 menit saja hingga wanita itu sampai tepat
Bab 325Handi dan Selina telah masuk ke rumah dan mendapati keadaan yang begitu berantakan. Mereka lantas berkeliling untuk mencari bukti lebih banyak.Handi menemukan seragam sekolah anaknya dan pria itu bisa yakin bahwa wanita yang sempat memberikan informasi itu tak berbohong sama sekali.Selina menghela napas perlahan. "Maaf, Pak. Sepertinya karena tindakan saya yang terlalu ceroboh, Adi jadi kabur begitu saja dan membawa semua bukti-buktinya."Handi terdiam. Tiba-tiba saja dia mendengar suara ponsel yang berdering.Dua orang yang tengah ada di dalam ruang tamu itu tampak menoleh dengan terkejut. Mereka kini berusaha untuk menemukan ponsel yang berdering karena sadar itu bukan milik dari mereka masing-masing.Selina menyingkirkan salah satu bantal dan menemukan ponsel. Dia sadar kalau ini adalah milik Adi."Pak, saya menemukannya! Ini ponsel milik Adi dan sepertinya karena terburu-buru dia jadi meninggalkannya."Handi dengan cepat langsung merebutnya. "Ini ... darimana dia bisa me
Bab 324Handi telah sampai di tempat yang baru saja dikatakan oleh sosok wanita misterius. Dia juga telah menghubungi pihak kepolisian untuk ikut datang.Pria itu bergegas turun sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar. Padahal sosok wanita itu mengajaknya bertemu di tempat ini, tapi dia tak melihat sosoknya sama sekali."Apa jangan-jangan wanita itu hanya berbohong dan mencoba untuk mengecohku?"Dia merasa takut kalau informasi yang sempat didengarnya itu hanyalah palsu dan membuatnya jadi terkecoh hingga tak jadi pergi ke kantor polisi.Handi mengusap wajahnya dengan kasar. Dia merasa kesal dan berniat untuk kembali masuk ke dalam mobilnya. Tapi sayup-sayup telinganya mendengar suara rintihan seorang perempuan. Dia lantas mengedarkan pandangannya ke sekeliling lagi dan memicingkan matanya ketika melihat sosok wanita yang ada di kejauhan tergeletak di jalanan."Itu ... Hah? Jangan-jangan itu dia!"Tanpa basa-basi sedikit pun dia langsung berlari mendekat. Dilihatnya sosok wanita ya
Bab 323Selina dengan cepat langsung pergi keluar meski rencana awalnya tak berhasil. Tapi wanita itu akan tetap berusaha untuk menyelamatkan Putri.Wanita itu bergegas pergi ke salah satu tempat yang cukup sepi agar bisa menelepon dengan nyaman.Wanita itu meraih salah satu ponsel rahasia miliknya dan langsung mencoba untuk menelepon seseorang. Cukup lama hingga panggilannya itu akhirnya diangkat."Halo, siapa ini?""Pak, saya yakin anda tahu. Beberapa kali saya mencoba untuk mengirimkan bukti-bukti mengenai kejahatan Adi dan Yayuk.""Kamu ...""Ya, benar. Tapi ada hal lain yang jauh lebih penting. Putri, anak anda diculik."Mata pria yang ada di ujung telepon sana tampak terbelalak kaget. Dia yang tengah mengemudikan mobilnya itu sontak langsung mengerem secara mendadak."Bagaimana kau tahu soal anakku yang diculik?" Tak bisa dipungkiri saat ini dia merasa sangat curiga.Selina menghela napas berat. "Ini tak penting sama sekali. Tapi saya tahu di mana keberadaan Putri dan jika Bapa
Bab 322Handi bergegas meraih jaketnya setelah pria itu mendapatkan panggilan penting dari pihak kepolisian.Siti yang tengah duduk itu sontak langsung menatap suaminya dengan tatapan heran."Mas, kamu mau pergi ke mana?"Pria itu tampak menoleh dan diam sejenak. "Mas akan pergi ke kantor polisi karena tadi baru saja mendapatkan panggilan dan katanya ada sedikit titik terang mengenai keberadaan Putri."Mata Siti seketika terbelalak lebar setelah mendengar penjelasan suaminya. "Apa benar, Mas? Kalau begitu aku juga ikut denganmu."Pria itu dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya. "Kamu di rumah aja, Ti. Biar Mas yang akan menyelesaikan semua masalah ini."Pri itu tahu dengan jelas kalau kondisi tubuh istrinya sedang tak baik-baik saja sebab wanita itu terus saja memikirkan berbagai kemungkinan buruk mengenai Putri. Dia tak ingin membuat suasana jadi jauh lebih buruk.Siti merasa sedikit kecewa karena takut ijinkan untuk ikut pergi ke kantor polisi. Namun wanita itu juga tak bisa
Bab 321Siti menoleh ke arah suaminya dengan cepat. "Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang, Mas?""Tenang dulu." Pria itu lantas mengulurkan segelas air putih pada istrinya. Siti dengan cepat langsung meminumnya, namun dia tetap saja merasa khawatir."Mas, kita nggak mungkin diam saja seperti ini. Apa yang diinginkan oleh penculik? Uang? Berapa banyak? A-aku punya uang jadi--""Stop, Siti!" Wanita itu langsung diam. Dia yang tadinya tengah merasa sangat kebingungan itu kini perlahan mulai menangis. Dia benar-benar hampir gila karena masalah ini.Handi dengan cepat langsung memeluk agar bisa menenangkannya."Ti, tenang ... kita akan cari solusinya sama-sama."Baik Sumi, Bi Yati, Tatang dan Dadang bisa merasakan kesedihan yang begitu mendalam di sepasang suami istri ini.Padahal mereka belum lama menikah namun telah dipertemukan oleh banyak masalah yang berat dan juga rumit.Setelah merasa istrinya sedikit tenang, pria itu langsung melepaskan pelukannya. Dia kembali beralih menatap
Bab 320Siti melipat mungkin ada juga sajadahnya setelah wanita itu selesai menunaikan salat. Matanya terlihat begitu sembab karena sampai sore ini pun masih belum ada kabar mengenai keberadaan anaknya.Namun dia tak ingin larut dalam kesedihan dan wanita itu akhirnya memutuskan untuk turun ke lantai bawah. Dia tak mungkin membuat orang-orang di rumah ini merasa khawatir terus menerus padanya.Perlahan wanita itu mulai menapaki tangga setelah keluar dari kamarnya. Tapi entah mengapa dia merasakan atmosfer yang cukup berbeda seolah-olah semua orang yang ada di rumah ini tengah merasa tegang.Siti mengerikan pening ketika melihat sosok suaminya kini berada tepat di ruang tamu. Sumi dan Bi Yati juga ada di sana. Bahkan Tatang dan Dadang juga secara kebetulan berada tepat di dalam rumah."Ada apa ini?"Suara Siti telah berhasilkan mengejutkan semua orang dan mereka kini terlihat sangat kikuk.Siti semakin merasa heran, dia mendekat sambil mengerutkan keningnya."Kok malah pada diem aja? A
Bab 319Selina membuka pintu kamarnya dan benar saja, pria yang tak lebih dari benalu itu kini masih tertidur lelap seolah dia tak pernah melakukan kesalahan apapun.Selina menghela napas berat. Apa dia tak sadar kalau belum memberi makan anaknya sendiri?Dia masih tak menyangka karena ada sosok ayah yang begitu tega seperti Adi.Namun marah-marah seperti ini juga tak ada gunanya sama sekali karena pria itu tak mungkin mau mendengarkannya. Dibandingkan harus meluangkan waktu untuk marah-marah, dia memutuskan untuk segera pergi ke lemari bajunya dan mencari pakaian yang pas dikenakan Putri.Cukup lama dia berkutat untuk mencari pakaian, namun tiba-tiba saja ada seseorang yang memeluknya dari belakang dan berhasil membuatnya terpekik kaget."Kamu kaget, ya?" suara berat seorang pria telah berhasil menggetarkan gendang Selina.Wanita itu kini tampak tersenyum kikuk. "Ah, Mas ... kamu kenapa malah ngagetin aku, sih?"Adi hanya diam. Pria itu merasa seolah-olah berada di awan karena memili