Bab 182Handi mengangguk pelan. "Benar, Ti. Mas yakin kalau kamu juga belum mau menikah secara mendadak karena masih ada banyak hal yang perlu disiapkan. Setidaknya Mas ingin melaksanakan acara pertunangan dulu dan mengumumkan hubungan kita pada orang sekitar. Itupun kalau kamu mau," ujarnya lagi.Siti diam sejenak. Dia merasa cukup bimbang. Disisi lain, wajar saja jika pria itu ingin melangsungkan acara pertunangan lebih dulu. Tapi Siti merasakan firasat buruk. Dia takut kalau nama baik calon suaminya itu akan tercoreng. Apalagi saat pertunangan nanti pasti akan ada banyak rekan kerja yang datang. Pastinya mereka semua akan bertanya-tanya soal status Siti.Tapi Siti juga tak ingin egois. Lagipula dia juga harus bersiap untuk menemui kenyataan. Jika Adi tahu soal dirinya yang menikah dengan Handi, itu adalah konsekuensi yang harus diterima.Siti mengangkat wajahnya kembali dan tersenyum tipis. "Kalau Mas memang berniat seperti itu, aku juga nggak akan menolak. Tapi apa sudah dipikirkan
Bab 183Adi menutupi sebagian kepalanya dengan topi dan juga masker. Pria itu segera pergi keluar dari rumahnya. Besok, Adi harus membayar gaji para tukang. Tapi sayangnya sampai sekarang pun dia masih belum mendapatkan kejelasan dari perusahaan.Adi melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sesekali dia tampak awas karena takut bertemu dengan depkolektor.Tiba-tiba ponselnya berdering nyaring, Adi melirik sekilas ke arah benda pipih yang terletak tepat di saku bajunya. Perlahan pria itu menepikan mobilnya dan mengecek ponsel. Adi tampak mengerutkan kening karena sang ibu tiba-tiba menelepon. "Ck! Ngapain Ibu nelpon segala, sih?"Meski Adi merasa enggan, tapi dia juga tak ingin membiarkan teleponnya itu terus berdering. Adi tahu dengan jelas tabiat ibunya. Retno tak akan berhenti sebelum berhasil mendapat keinginannya."Halo, Bu? Ada apa?"Retno mengepalkan tangan dengan erat. "Kenapa baru diangkat, sih? Kamu sibuk banget, Di?!"Hanya dalam waktu sekejap mata, wanita paruh baya i
Bab 184"Keuangan Adi lagi seret, Bu. Kalau Ibu nggak mau mengerti juga, Adi juga bisa bersikap tega!"Setelah Adi selesai berucap, pria itu segera memutuskan sambungan teleponnya. Adi tahu dengan jelas kalau ibunya pasti akan terus memintanya untuk mengirim uang. Sekarang kepalanya semakin berdenyut nyeri. Sebisa mungkin dia harus mendapatkan uang. Entah bagaimanapun caranya.Tak ingin membuang waktu, Adi kembali menyalakan mobilnya. Pria itu segera mengemudikannya menjauh dari area kontrakannya. Saat ini pikirannya hanya satu, Adi ingin menghilangkan jejak sebelum dia berhasil mendapatkan uang.Adi mengemudikan mobilnya hingga cukup dekat ke area pembangunan cabang perusahaan baru. Pria itu melambatkan laju mobilnya sejenak sambil mengamati keadaan. Para tukang bangunan terlihat cukup sikap untuk bekerja. Tapi matanya kini tampak memicing ketika melihat sosok mandor yang justru tengah bersantai di tenda.Adi mengepalkan tangannya dengan erat. "Jadi kayak gini kerjaan dia ketika aku
Bab 185"Ti, gimana kalau kita tunangannya minggu depan?"Siti yang tengah melihat anaknya bermain di taman itu tampak menoleh ketika mendengar penuturan Handi."Secepat itu, Mas?""Iya, Ti. Mas rasanya nggak mau menunda lagi. Tapi Mas juga butuh pendapat kamu," ujar Handi.Siti tersenyum tipis. "Nggak apa-apa, Mas. Memang lebih cepat itu baik, kok."Dibandingkan terus menunda, Siti telah bersiap untuk menghadapi kenyataan. Bagaimanapun juga ini adalah hidupnya dan dia berhak merasakan bahagia.Tak peduli bagaimana pendapat orang-orang nantinya, Siti hanya berharap mendapatkan kabar terbaik."Kalau begitu kita siapkan segalanya, ya? Nanti kita mampir ke butik dulu untuk pesan gaun."Siti mengerutkan keningnya karena wanita itu tak mengharapkan sebuah pesta yang begitu meriah. Bahkan rasanya dia juga tak pantas mengenakan gaun mewah."Apa harus semewah itu, Mas? Lagipula nggak ada artinya karena aku hanya seorang janda. Pakai gaun mahal hanya akan merugikanmu."Handi menghela napas pel
Bab 186"Wah ... lihat siapa yang datang?"Mata Siti tampak membulat sempurna ketika melihat sosok Eva, sepupunya yang selalu saja bersikap sengit padanya.Eva tampak datang bersama dengan sang suami. Mereka berdua juga sepertinya sedang memilih pakaian di butik ini.Siti merasa sedikit jantung karena bertemu dengan sepupunya itu. Bagaimanapun juga hubungan mereka terakhir kali tak baik.Tatapan Eva yang begitu tajam dan juga sinis membuat Siti semakin merasa tak nyaman."Eh, Siti? Kebetulan kita ketemu disini. Kamu mau beli baju juga?" tanya Dirga.Sebelum Siti berhasil membuka mulutnya, Eva sudah lebih dulu berbicara."Mana mungkin, Mas? Pakaian di butik ini 'kan harganya mahal. Gaji dia sebagai babu aja nggak mungkin cukup untuk beli pakaian paling murah di sini."Degh!Hati Siti terasa ngilu. Perkataan Eva barusan memang benar karena Siti yang bekerja sebagai pembantu uangnya pasti tidaklah cukup untuk membeli pakaian di butik ini. Tapi uang yang dihasilkannya dari menulis novel,
Bab 187Handi tahu dengan jelas kalau wanitanya itu saat ini tengah berbohong agar bisa menutupi perasaannya sendiri."Kalau kamu nggak kuat, kamu juga boleh mengeluh, Ti. Saat ini ada aku yang akan menjagamu, jadi jangan sungkan apabila air matamu itu sudah menggenang."Siti diam sejenak ketika mendengar penuturan Handi. Tapi tiba-tiba senyuman mulai muncul di wajahnya."Iya, Mas. Lain kali aku tidak akan berpura-pura tegar lagi."Di waktu yang bersamaan, Dirga telah berhasil menyeret istrinya keluar dari butik. Walaupun dengan cara yang cukup kasar tapi pria itu merasa senang karena istrinya kini berhasil dikontrol."Masuk ke mobil, sekarang!"Eva menekuk wajahnya karena merasa kesal, tapi wanita itu tak bisa menolak dan langsung masuk ke dalam mobil sang suami.Setelah memastikan istrinya benar-benar masuk ke dalam mobil, Dirga baru masuk dan mulai mengemudikan mobilnya menjauh dari butik.Eva sejak tadi masih saja memasang wajah masam. Tapi Dirga enggan bertanya karena pria itu me
Bab 188"Mari saya perlihatkan beberapa koleksi gaun di butik ini." Salah seorang pegawai tampak begitu ramah. Wanita itu dengan cepat langsung mendekati Siti.Siti menganggukan kepalanya perlahan dan mengikuti arahan dari pegawai toko. Mata Siti melirik ke arah salah satu gaun berwarna abu-abu muda yang tampak begitu indah. Jemarinya terulur pelan dan mulai mengelus gaun tersebut."Apa kamu suka gaun ini?"Siti menoleh ke arah Handi, tapi wanita itu hanya bisa tersenyum kecut karena sadar bahwa gaun indah tersebut tidak akan cocok jika dikenakan olehnya."Ini sangat indah, Mas. Tapi akan terlihat buruk kalau aku yang pakai. Aku cari yang sederhana aja."Handi menghela napas perlahan. "Lihat? Kamu lagi-lagi ngomong kayak gitu. Kalau kamu suka, ambil saja dan coba. Kalau memang kurang cocok, kita cari yang lain."Siti terkekeh pelan. Handi bahkan jauh lebih sabar ketika bersamanya. Padahal pria itu tampaknya tak perduli dengan hal-hal semacam ini. Tapi Siti nyatanya salah besar."Aku b
Bab 189Tanpa terasa waktu bergulir dengan cepat karena Handi dan Siti kini tengah sibuk menyiapkan acara pertunangan yang akan diadakan sekitar dua hari lagi.Bahkan Sumi dan Bi Yati juga ikut serta membantu karena kedua wanita itu sangat setuju dengan hubungan Siti.Siti melirik ke arah ponselnya yang berdiri nyaring. Wanita itu segera meraih ponselnya. Ternyata ada panggilan masuk dari Handi. Pandangan wanita itu kini beralih menatap Sumi."Sum, aku angkat telpon dulu, ya?""Iya, Mbak."Setelahnya, Siti segera mencari tempat yang nyaman. Wanita itu segera mengangkat panggilan."Halo, Mas?""Apa aku ganggu kamu?"Siti tersenyum tipis sambil menggelengkan kepala perlahan. "Nggak kok, Mas. Ada apa?""Syukurlah. Aku telepon karena nanti ada yang akan datang ke rumah. Aku udah sewa pegawai salon biar kamu bisa perawatan dulu.""Eh? Kenapa repot-repot, Mas?"Handi terkekeh pelan. "Apanya yang repot? Aku cuma mau lakukan yang terbaik untuk calon istriku."Hati Siti kembali terasa hangat.
EndingAdi berlari sejauh mungkin ketika pria itu menyadari ada sebuah mobil yang sejak tadi mengikutinya dari belakang."Sial! Masa aku gagal lagi?!"Putri terlihat sangat ketakutan dan gadis kecil itu juga kelelahan karena sejak tadi ditarik dengan paksa oleh Adi. Mereka berdua terus berlari tanpa memperhatikan apapun.Handi menginjak pedal gasnya dan mengemudikan mobilnya jauh lebih cepat dari biasanya ketika melihat sosok Adi. Kemarahan yang ada di dalam hatinya itu semakin memuncak ketika melihat pria itu menarik anaknya."Aku nggak akan pernah melepaskanmu Adi!" Dengan cepat, dia langsung mengerem mobilnya ketika berada tepat di hadapan Adi dan berhasil menghadangnya.Adi terjatuh karena terkejut. Begitu juga dengan Putri. Handi tanpa basa-basi langsung keluar dari mobilnya, dia berjalan mendekat dengan perasaan yang begitu marah."Kamu sudah sangat keterlaluan dan melewati batas dari kesabaranku, Adi. Kamu sudah berani mengusik keluargaku!"Adi tercengang dan merasakan nyalinya
Bab 326Setelah Eva berhasil diamankan oleh polisi, Siti berlalu pergi untuk menemui mantan ibu mertuanya. Wanita itu telah mendapatkan kabar dan juga bukti begitu banyak dari sang suami bahwa sebenarnya orang-orang terdekatnya terlibat soal anaknya yang menghilang.Siti tak ingin diam saja. Selama suaminya kini berjuang untuk menemukan anaknya, dia akan menangkap orang-orang yang terlibat dari masalah ini.Sumi dan Bi Yati yang ikut menemani juga merasa kaget karena Siti terlihat begitu berubah seolah menjadi wanita lain."Mbak," panggil Sumi dengan perasaan yang sedikit takut.Siti tampak menoleh sekilas dan wanita itu tersenyum tipis seolah memberikan kode bahwa dia baik-baik saja."Ti, Bibi harap masalah ini segera selesai dan Putri bisa ditemukan dalam keadaan yang baik-baik saja."Siti menganggukkan kepalanya perlahan. "Aku juga berharap begitu, Bi. Aku tidak akan diam saja jika ada satu luka di kulit Putri."Hanya butuh waktu sekitar 10 menit saja hingga wanita itu sampai tepat
Bab 325Handi dan Selina telah masuk ke rumah dan mendapati keadaan yang begitu berantakan. Mereka lantas berkeliling untuk mencari bukti lebih banyak.Handi menemukan seragam sekolah anaknya dan pria itu bisa yakin bahwa wanita yang sempat memberikan informasi itu tak berbohong sama sekali.Selina menghela napas perlahan. "Maaf, Pak. Sepertinya karena tindakan saya yang terlalu ceroboh, Adi jadi kabur begitu saja dan membawa semua bukti-buktinya."Handi terdiam. Tiba-tiba saja dia mendengar suara ponsel yang berdering.Dua orang yang tengah ada di dalam ruang tamu itu tampak menoleh dengan terkejut. Mereka kini berusaha untuk menemukan ponsel yang berdering karena sadar itu bukan milik dari mereka masing-masing.Selina menyingkirkan salah satu bantal dan menemukan ponsel. Dia sadar kalau ini adalah milik Adi."Pak, saya menemukannya! Ini ponsel milik Adi dan sepertinya karena terburu-buru dia jadi meninggalkannya."Handi dengan cepat langsung merebutnya. "Ini ... darimana dia bisa me
Bab 324Handi telah sampai di tempat yang baru saja dikatakan oleh sosok wanita misterius. Dia juga telah menghubungi pihak kepolisian untuk ikut datang.Pria itu bergegas turun sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar. Padahal sosok wanita itu mengajaknya bertemu di tempat ini, tapi dia tak melihat sosoknya sama sekali."Apa jangan-jangan wanita itu hanya berbohong dan mencoba untuk mengecohku?"Dia merasa takut kalau informasi yang sempat didengarnya itu hanyalah palsu dan membuatnya jadi terkecoh hingga tak jadi pergi ke kantor polisi.Handi mengusap wajahnya dengan kasar. Dia merasa kesal dan berniat untuk kembali masuk ke dalam mobilnya. Tapi sayup-sayup telinganya mendengar suara rintihan seorang perempuan. Dia lantas mengedarkan pandangannya ke sekeliling lagi dan memicingkan matanya ketika melihat sosok wanita yang ada di kejauhan tergeletak di jalanan."Itu ... Hah? Jangan-jangan itu dia!"Tanpa basa-basi sedikit pun dia langsung berlari mendekat. Dilihatnya sosok wanita ya
Bab 323Selina dengan cepat langsung pergi keluar meski rencana awalnya tak berhasil. Tapi wanita itu akan tetap berusaha untuk menyelamatkan Putri.Wanita itu bergegas pergi ke salah satu tempat yang cukup sepi agar bisa menelepon dengan nyaman.Wanita itu meraih salah satu ponsel rahasia miliknya dan langsung mencoba untuk menelepon seseorang. Cukup lama hingga panggilannya itu akhirnya diangkat."Halo, siapa ini?""Pak, saya yakin anda tahu. Beberapa kali saya mencoba untuk mengirimkan bukti-bukti mengenai kejahatan Adi dan Yayuk.""Kamu ...""Ya, benar. Tapi ada hal lain yang jauh lebih penting. Putri, anak anda diculik."Mata pria yang ada di ujung telepon sana tampak terbelalak kaget. Dia yang tengah mengemudikan mobilnya itu sontak langsung mengerem secara mendadak."Bagaimana kau tahu soal anakku yang diculik?" Tak bisa dipungkiri saat ini dia merasa sangat curiga.Selina menghela napas berat. "Ini tak penting sama sekali. Tapi saya tahu di mana keberadaan Putri dan jika Bapa
Bab 322Handi bergegas meraih jaketnya setelah pria itu mendapatkan panggilan penting dari pihak kepolisian.Siti yang tengah duduk itu sontak langsung menatap suaminya dengan tatapan heran."Mas, kamu mau pergi ke mana?"Pria itu tampak menoleh dan diam sejenak. "Mas akan pergi ke kantor polisi karena tadi baru saja mendapatkan panggilan dan katanya ada sedikit titik terang mengenai keberadaan Putri."Mata Siti seketika terbelalak lebar setelah mendengar penjelasan suaminya. "Apa benar, Mas? Kalau begitu aku juga ikut denganmu."Pria itu dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya. "Kamu di rumah aja, Ti. Biar Mas yang akan menyelesaikan semua masalah ini."Pri itu tahu dengan jelas kalau kondisi tubuh istrinya sedang tak baik-baik saja sebab wanita itu terus saja memikirkan berbagai kemungkinan buruk mengenai Putri. Dia tak ingin membuat suasana jadi jauh lebih buruk.Siti merasa sedikit kecewa karena takut ijinkan untuk ikut pergi ke kantor polisi. Namun wanita itu juga tak bisa
Bab 321Siti menoleh ke arah suaminya dengan cepat. "Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang, Mas?""Tenang dulu." Pria itu lantas mengulurkan segelas air putih pada istrinya. Siti dengan cepat langsung meminumnya, namun dia tetap saja merasa khawatir."Mas, kita nggak mungkin diam saja seperti ini. Apa yang diinginkan oleh penculik? Uang? Berapa banyak? A-aku punya uang jadi--""Stop, Siti!" Wanita itu langsung diam. Dia yang tadinya tengah merasa sangat kebingungan itu kini perlahan mulai menangis. Dia benar-benar hampir gila karena masalah ini.Handi dengan cepat langsung memeluk agar bisa menenangkannya."Ti, tenang ... kita akan cari solusinya sama-sama."Baik Sumi, Bi Yati, Tatang dan Dadang bisa merasakan kesedihan yang begitu mendalam di sepasang suami istri ini.Padahal mereka belum lama menikah namun telah dipertemukan oleh banyak masalah yang berat dan juga rumit.Setelah merasa istrinya sedikit tenang, pria itu langsung melepaskan pelukannya. Dia kembali beralih menatap
Bab 320Siti melipat mungkin ada juga sajadahnya setelah wanita itu selesai menunaikan salat. Matanya terlihat begitu sembab karena sampai sore ini pun masih belum ada kabar mengenai keberadaan anaknya.Namun dia tak ingin larut dalam kesedihan dan wanita itu akhirnya memutuskan untuk turun ke lantai bawah. Dia tak mungkin membuat orang-orang di rumah ini merasa khawatir terus menerus padanya.Perlahan wanita itu mulai menapaki tangga setelah keluar dari kamarnya. Tapi entah mengapa dia merasakan atmosfer yang cukup berbeda seolah-olah semua orang yang ada di rumah ini tengah merasa tegang.Siti mengerikan pening ketika melihat sosok suaminya kini berada tepat di ruang tamu. Sumi dan Bi Yati juga ada di sana. Bahkan Tatang dan Dadang juga secara kebetulan berada tepat di dalam rumah."Ada apa ini?"Suara Siti telah berhasilkan mengejutkan semua orang dan mereka kini terlihat sangat kikuk.Siti semakin merasa heran, dia mendekat sambil mengerutkan keningnya."Kok malah pada diem aja? A
Bab 319Selina membuka pintu kamarnya dan benar saja, pria yang tak lebih dari benalu itu kini masih tertidur lelap seolah dia tak pernah melakukan kesalahan apapun.Selina menghela napas berat. Apa dia tak sadar kalau belum memberi makan anaknya sendiri?Dia masih tak menyangka karena ada sosok ayah yang begitu tega seperti Adi.Namun marah-marah seperti ini juga tak ada gunanya sama sekali karena pria itu tak mungkin mau mendengarkannya. Dibandingkan harus meluangkan waktu untuk marah-marah, dia memutuskan untuk segera pergi ke lemari bajunya dan mencari pakaian yang pas dikenakan Putri.Cukup lama dia berkutat untuk mencari pakaian, namun tiba-tiba saja ada seseorang yang memeluknya dari belakang dan berhasil membuatnya terpekik kaget."Kamu kaget, ya?" suara berat seorang pria telah berhasil menggetarkan gendang Selina.Wanita itu kini tampak tersenyum kikuk. "Ah, Mas ... kamu kenapa malah ngagetin aku, sih?"Adi hanya diam. Pria itu merasa seolah-olah berada di awan karena memili