Share

Bab 2

Penulis: Prameswari
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-16 11:52:09
Seorang polisi muda menepuk pundakku dengan iba. Dia mengatakan bahwa laporan autopsi tidak bisa keluar secepat itu. Dia menghiburku sebentar, lalu menyuruhku pulang lebih dulu.

Saat itu tepat tengah malam. Aku kebetulan melewati alun-alun kota yang ramai. Semua orang merayakan datangnya libur panjang.

Aku menatap sederet catatan panggilan keluar yang tidak dijawab di ponselku dan tiba-tiba merasa seolah dunia telah mencampakkanku.

Ribuan jendela rumah bersinar terang. Tapi rumahku tidak lagi menjadi salah satunya.

Di rumah, aku duduk dengan hampa di sofa ruang tamu, memeluk robot Transformer yang telah aku siapkan untuk anakku.

Tidak ada lagi embusan napas anakku di rumah yang kosong ini.

Bu Rani yang mengajar anakku di taman kanak-kanak menelepon dan berbicara dengan suara tercekat.

"Papa Leo, saya dapat kabar soal kecelakaan Leo ...."

Wanita itu terisak tak terkendali. Hatiku terasa seperti dicabik-cabik. Bahkan orang asing lebih peduli pada anakku daripada istriku sendiri.

Aku menceritakan apa yang terjadi pada anakku hari ini dengan suara serak. Bu Rani sangat kaget mendengar bahwa istriku mengurung Leo sendirian di balkon.

"Jadi begini, Leo tadi siang mendorong Keke sampai Keke menangis lama. Saya menceritakan masalah ini ke istri Bapak waktu dia datang menjemput. Mama Leo sangat marah dan memarahinya sangat keras."

"Tapi saya sudah menjelaskan waktu itu. Keke sengaja merobohkan lego buatan Leo dan mengatai Leo anak yang nggak punya ibu. Itu sebabnya kenapa Leo sampai mendorong Keke."

"Keke cuma dibesarkan oleh ayahnya. Dia kadang agak bandel. Ditambah lagi, istri Bapak sepertinya lumayan perhatian padanya. Jadi dia sering nakal kepada Leo. Setiap itu terjadi, istri Bapak nggak mengatakan apa-apa, hanya memintanya memaklumi adiknya ...."

...

Ketika telepon ditutup, hatiku terasa sunyi.

Kali ini berhubungan dengan Keke lagi.

Keke adalah anak perempuan dari mantan pacar Soraya, Ferdy.

Sejak Leo pergi ke taman kanak-kanak yang sama dengan Keke, Soraya sering memarahi anaknya atas dasar aduan dari Keke. Leo sangat membenci anak perempuan itu.

Soraya adalah influencer parenting dan memiliki gelar master di bidang pendidikan. Dia selalu menyuarakan tentang pola asuh ilmiah sejak putranya lahir.

Dia mendidik anaknya dengan keras. Bahkan kadang kesalahan kecil saja harus dihukum. Setiap kali aku bicara dengannya tentang hal ini, dia membela diri bahwa ini adalah teknik pemberian penguatan untuk membantu Leo belajar dari kesalahannya.

"Kamu nggak ngerti. Orang-orang selalu mengajari anak perempuan untuk melindungi diri. Tapi jarang sekali yang menyuruh orang tua anak laki-laki untuk mendidik anak mereka dengan baik, biar nggak mem-bully orang lain."

"Usia tiga sampai tujuh itu masa-masa emas membentuk kepribadian. Ajari anak-anak dengan baik pada usia itu. Dia akan berterima kasih kepadaku seumur hidupnya!"

Dia mengunggah komentar-komentar ini ke media sosial video pendek dan segera mendapatkan banyak pengikut, dan akhirnya menjadi influencer parenting.

Aku awalnya percaya padanya, mengira dia hanya bersikap tegas kepada putranya. Ibu mana yang tidak sayang kepada anaknya?

Tapi ketika anak perempuan Ferdy muncul, segalanya berubah.

Soraya membantu Ferdy mengasuh anaknya sepulang sekolah. Dia akan bermain bersama dan membacakan buku cerita dengan lembut di rumah .... Menunggu sampai waktu Ferdy selesai kerja, lalu mengantar anak itu ke kantornya.

Ruang tamu dipenuhi boneka-boneka kesukaan anak perempuan. Mainan robot milik Leo dimasukkan ke kamarnya semua.

Setiap Keke melakukan kesalahan, istriku akan menghibur dengan lembut.

"Anak perempuan itu tuan putri yang harus dimanja!"

Tapi jika Leo yang melakukan kesalahan, dia akan memarahinya habis-habisan dan mengurungnya di kamar untuk merenungkan kesalahannya.

Setiap kali dua anak itu bertengkar, istriku akan berkata kepada Leo, "Keke kasihan nggak punya ibu. Keke itu adikmu, Leo harus mengalah."

"Kamu itu anak laki-laki, jangan rebutan dengan adikmu."

Dia memberikan seluruh kebaikan dan cintanya kepada anak perempuan orang lain. Sementara anaknya sendiri hidup seperti anak yang tidak punya ibu.

Jadi, Keke suka diam-diam mengejek Leo, mengatainya anak yang tidak punya ibu.

Aku sering bertengkar dengan Soraya karena hal ini. Setiap kali, dia akan mengancam dengan perceraian.

Ketika anakku mendengar kata cerai, dia sangat ketakutan sampai tidak bisa tidur nyenyak berhari-hari. Hatiku jadi sesak dan pilu.

Aku menahannya lagi dan lagi demi anakku. Aku tidak pernah menyangka bahwa aku akan kehilangan dia sepenuhnya.

Melihat boneka-boneka yang memenuhi ruang tamu, amarah dalam hatiku mendidih.

Aku mengemasi semua mainan Keke dan melemparkannya ke lorong, lalu duduk di ruang tamu yang kosong dengan air mata berlinang.

Soraya baru pulang saat waktu menunjukkan pukul dua pagi.

Dia menggendong seorang anak perempuan berkulit putih di tangannya, diikuti oleh mantan pacarnya, Ferdy. Mereka seperti keluarga kecil yang bahagia.

"Apa-apaan sih, telepon terus!"

Soraya mengeluh tidak puas segera setelah memasuki pintu. Pria di belakangnya memberikan senyuman minta maaf.

Kemarahanku langsung tersulut dan aku berteriak pada Soraya, "Dari mana saja kamu! Apa kamu tahu Leo ...."

Sebelum kalimatku selesai, teriakan melengking gadis kecil memotongku.

"Bonekaku! Bonekaku hilang!"

"Pasti Leo mencuri semua bonekaku! Leo jahat! Leo pencuri!"

Otakku berdengung mendengarkan kata-kata ini. Aku hampir tidak tahan ingin menampar gadis kecil yang meraung-raung di lantai itu.

Ternyata anakku selama ini hidup di lingkungan seperti ini. Diabaikan dan difitnah!

Soraya menggendong gadis kecil itu dengan lembut. Matanya penuh dengan kepedihan.

"Jangan menangis, putri kecilku. Besok Tante belikan boneka baru! Leo nakal nggak dapat mainan baru!"

Dia pada saat ini bersikap seperti ibu yang penuh kasih, menghibur Keke dengan lembut dalam pelukannya.

Tapi saat mengucapkan nama anaknya sendiri, suaranya penuh dengan hinaan.

"Di mana anak sialan itu? Dia mendorong Keke tadi siang. Bahkan nggak mau ngaku salah!"

"Keke sudah baik mau memaafkan, tapi anak itu malah melempar kue Keke! Kamu terlalu memanjakannya!"

Aku menatapnya tanpa ekspresi, merasa tidak percaya bahwa wanita seperti inilah yang telah aku nikahi.

Dia sangat baik kepada anak orang lain. Anaknya sendiri malah diperlakukan seperti musuh.

Mungkin karena tatapanku yang sedikit menakutkan, Soraya merasa bersalah dan melangkah mundur.

Ferdy yang sedari tadi diam pun buru-buru melindungi mereka berdua di belakangnya. Dia menjelaskan kepadaku sambil tersenyum.

"Kak Kinan, aku tadi lembur, jadi harus minta Soraya mengurus Keke. Dia menemani Keke ke mall, jadi pulangnya agak malam. Jangan salah paham!"

Soraya memeluk Keke lebih erat. Seringai di bibirnya menghina.

"Kenapa harus menjelaskan? Kita nggak salah apa-apa!"

Dia menoleh untuk memelototiku, suaranya menajam.

"Kinan, aku sudah pernah bilang. Aku dan Ferdy nggak ada apa-apa. Aku cuma kasihan lihat dia membesarkan anak perempuan sendirian, jadi aku bantu sebisaku. Yang kotor itu pikiranmu!"

"Di mana anak sialan itu? Apa dia sudah sadar salahnya di mana? Keke anak baik dan sudah memaafkannya. Biarkan dia keluar."

Aku tertawa marah, mengambil vas di atas meja dan membantingnya ke lantai. Keke menangis ketakutan, tapi aku justru senang mendengarnya ketakutan.

"Kinan, apa-apaan ini? Anak sialan itu berbuat salah, sudah seharusnya aku mendidik dia, 'kan? Kamu yang salah, memanjakan dia terus, akhirnya dia jadi suka menentang!"

"Anak itu berani mem-bully anak lain sekarang. Apa jadinya nanti kalau dia sudah besar? Bisa-bisa jadi penjahat!"

Murka dan amarah bergejolak di dadaku. Bahuku mulai bergetar tak terkendali.

Aku menatap Soraya lekat-lekat dan menekankan kata demi kata:

"Anak sialan itu sudah mati. Dia nggak akan tumbuh besar. Dia nggak akan pernah mem-bully anak mantan pacarmu lagi."

Soraya tertegun sebentar, lalu semakin marah. Dia menuding wajahku dan mengumpat.

"Bicara sembarangan! Kamu ingin mengutuk anakmu sendiri?!"

Aku hampir berteriak. "Leo sudah mati. Dia melompat dari gedung saat kamu menghukumnya di balkon!"

"Anakmu sudah mati! Kamu sendiri yang membunuhnya! Ngerti nggak, Soraya!"

Bab terkait

  • Kasih Ibu, Dosa Ibu   Bab 3

    Suara gemetarku pecah, membuat tiga orang di ambang pintu membeku di tempat.Soraya melepaskan Keke dari gendongannya dengan wajah putih mengerikan. Dia berjalan ke balkon seperti orang yang kehilangan akal, sambil bergumam rendah."Nggak mungkin. Pagar ini sangat tinggi, mana mungkin Leo jatuh? Leo ... Leo? Mama pulang ....""Leo, ayo keluar ...."Dia bergegas ke balkon dan mencari-cari di sekeliling, lalu berlari mencari ke kamar anaknya.Tapi, sosok mungil itu saat ini terbaring di kamar mayat yang dingin. Mana mungkin dia ada di sini?"Kalian pasti bersekongkol untuk membohongiku."Soraya meraih lenganku dan mempertanyakan dengan wajah pucat pasi. Aku tahu jawaban apa yang dia harapkan. Tapi, aku saat ini hanya ingin dia merasakan kepedihan yang sama seperti yang kurasakan.Aku menyeretnya ke balkon dan menekannya ke pagar.Aku berteriak, "Bohong katamu? Leo jatuh dari sini tadi sore. Lantai delapan belas! Dia jatuh sampai berdarah-darah!""Kamu sedang mencarinya? Mayatnya sekarang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Kasih Ibu, Dosa Ibu   Bab 4

    "Aku nggak peduli! Tante, aku mau agar-agar! Beli agar-agar sekarang!"Soraya menatapnya dengan malu, lalu melirik para kerabat yang hadir. Dia menundukkan kepala dan berkata kepada Keke, "Iya Sayang, Tante belikan kamu agar-agar sebentar lagi. Setelah pemakaman Leo selesai, oke?"Keke tidak mau mendengarkan dan terus menangis. "Nggak! Aku mau makan agar-agar sekarang! Leo nakal, dia sudah meninggal, kenapa masih mau mencuri mamaku lagi! Aku nggak mau pergi ke pemakamannya!"Soraya hanya bisa berkata malu-malu kepadaku, "Kinan, aku antar Keke beli agar-agar dulu, ya. Sebentar saja. Pemakamannya tolong ...."Tamparan dari ibunya sendiri menyela kata-katanya. Wanita tua itu menangis dan mengumpat sambil menudingkan jarinya kepada Soraya."Kamu manusia atau bukan? Bisa-bisanya aku membesarkan anak perempuan sepertimu?""Aku sejak awal nggak setuju kamu berhubungan dengan Ferdy. Kinan itu anak baik. Kamu sudah menikah dengannya, kenapa kamu masih belum puas?""Kamu sudah membunuh anakmu se

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Kasih Ibu, Dosa Ibu   Bab 5

    Sejak aku melihatnya bersanding bersama Ferdy, aku menyadari betapa berbahayanya mantan pacar yang masih dicintai. Aku telah menjadi badut selama bertahun-tahun.Melihat dia menjual kesedihan demi mendapat hadiah dari penonton live, hatiku terasa pilu. Manusia mana yang memakan daging anaknya setelah anaknya mati?Berapa banyak air mata yang benar-benar dia teteskan dengan tulus untuk putranya?Bagaimana mungkin aku tidak membenci orang seperti itu?Aku merekam siaran langsung itu sebagai bukti dan menelepon Soraya.Suara Soraya sedikit serak karena baru saja selesai live."Ada apa telepon aku? Ingin memohon aku kembali kepadamu? Aku sekarang terkenal, jadi kamu ingin bersama denganku lagi? Jangan harap. Kita sudah bercerai. Jangan telepon aku lagi! Mengganggu, tahu nggak!"Ibuku tidak tahan lagi mendengarkannya. Dia meraih ponselku dan berteriak, "Soraya, urat malumu sudah putus? Kamu sudah membunuh anakmu sendiri. Tapi kamu malah tega-teganya memutar balik fakta dan memanfaatkannya u

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Kasih Ibu, Dosa Ibu   Bab 6

    Soraya ditangkap polisi.Sebulan sebelumnya, aku telah menyerahkan rekaman CCTV di ruang tamu kepada polisi dan meminta pengacara untuk menuntut Soraya atas pidana kelalaian yang menyebabkan kematian.Aku tidak akan pernah lupa betapa remuknya hatiku saat pertama kali melihat video ini.Dalam video tersebut, Soraya menggendong Keke dan menghiburnya dengan lembut, menyuapinya kue stroberi.Anakku duduk di lantai sendirian, memegang robot Gundam yang baru kubelikan.Melihatnya seperti ini, Soraya memarahinya tanpa perasaan. "Masih belum mau mengaku salah di depan Mama? Kamu mem-bully adikmu di sekolah!"Keke di samping menatap Leo dengan wajah bangga.Leo berlari dan membanting kue stroberi di lantai sambil berteriak, "Anak jahat! Kamu bukan adikku! Cuma aku anak ibuku! Kembalikan ibuku!"Keke menangis keras dan Soraya menarik lengan Leo, melemparkannya ke balkon dan mengunci pintu.Leo memukul-mukul pintu kaca balkon dan menangis tanpa henti, tapi Soraya pura-pura tidak mendengar dan ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Kasih Ibu, Dosa Ibu   Bab 7

    Dunia ini memiliki hukum karma. Aku menunggu untuk melihat seperti apa akhir nasibnya.Seperti yang sudah kuduga, nama Soraya kembali muncul di media sosial satu bulan kemudian."Mengejutkan! Ibu pembunuh membunuh anak kecil lagi!""Betapa kejamnya seorang wanita ini!"Kali ini, Soraya mendorong Keke dari tangga dengan tangannya sendiri, menyebabkan Keke jatuh dan dirawat dalam kondisi koma.Kabarnya, Keke tidak senang Soraya menjadi ibu tirinya. Mereka bertengkar di tangga, dan Soraya mendorongnya dari tangga saat akal sehatnya dilahap amarah.Aku menelepon mantan ibu mertuaku untuk mencari tahu cerita lengkapnya.Ternyata, Soraya sejak hamil dan mengajukan pembebasan bersyarat, Ferdy berubah dan merasa dia hanya sebuah beban. Soraya dulu masih bisa menghasilkan uang dari live, tapi kini reputasinya hancur. Tidak ada yang menerimanya lagi.Mereka berdua bertengkar sepanjang hari. Ferdy bahkan sampai memukul Soraya beberapa kali.Tapi Soraya terlalu mencintainya. Dia akhirnya mengancam

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Kasih Ibu, Dosa Ibu   Bab 1

    Karena putranya mendorong putri dari cinta pertamanya di taman kanak-kanak, dia mengurung putranya itu sendirian di balkon. Sementara dia membawa putri cinta pertamanya pergi bermain di luar.Tubuh mungil putranya menyusup jeruji pembatas balkon dan jatuh dari lantai 18, hancur berkeping-keping.Saat terjatuh, dia berteriak kepada ibunya minta diselamatkan.Tapi ibunya bahkan tidak menoleh padanya sama sekali.Saat itu hari Kamis sebelum libur panjang. Aku pergi bekerja seperti biasa. Putraku yang berusia tiga tahun memelukku dan tidak mau lepas."Papa, Papa besok libur?""Ya, Papa besok libur tiga hari. Kita bisa piknik bersama di pedesaan nanti!""Beneran? Kalau gitu, Leo nggak jadi beli Transformer. Leo cuma mau tinggal sama Papa di rumah selamanya!"Aku menggendong anakku di bahu, membuatnya kegirangan. Perasaanku menjadi lebih ringan.Kukira aku bisa hidup bahagia seperti ini selamanya. Aku saat itu belum tahu bahwa ini akan menjadi kali terakhir aku melihat anakku.Seluruh tubuhk

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16

Bab terbaru

  • Kasih Ibu, Dosa Ibu   Bab 7

    Dunia ini memiliki hukum karma. Aku menunggu untuk melihat seperti apa akhir nasibnya.Seperti yang sudah kuduga, nama Soraya kembali muncul di media sosial satu bulan kemudian."Mengejutkan! Ibu pembunuh membunuh anak kecil lagi!""Betapa kejamnya seorang wanita ini!"Kali ini, Soraya mendorong Keke dari tangga dengan tangannya sendiri, menyebabkan Keke jatuh dan dirawat dalam kondisi koma.Kabarnya, Keke tidak senang Soraya menjadi ibu tirinya. Mereka bertengkar di tangga, dan Soraya mendorongnya dari tangga saat akal sehatnya dilahap amarah.Aku menelepon mantan ibu mertuaku untuk mencari tahu cerita lengkapnya.Ternyata, Soraya sejak hamil dan mengajukan pembebasan bersyarat, Ferdy berubah dan merasa dia hanya sebuah beban. Soraya dulu masih bisa menghasilkan uang dari live, tapi kini reputasinya hancur. Tidak ada yang menerimanya lagi.Mereka berdua bertengkar sepanjang hari. Ferdy bahkan sampai memukul Soraya beberapa kali.Tapi Soraya terlalu mencintainya. Dia akhirnya mengancam

  • Kasih Ibu, Dosa Ibu   Bab 6

    Soraya ditangkap polisi.Sebulan sebelumnya, aku telah menyerahkan rekaman CCTV di ruang tamu kepada polisi dan meminta pengacara untuk menuntut Soraya atas pidana kelalaian yang menyebabkan kematian.Aku tidak akan pernah lupa betapa remuknya hatiku saat pertama kali melihat video ini.Dalam video tersebut, Soraya menggendong Keke dan menghiburnya dengan lembut, menyuapinya kue stroberi.Anakku duduk di lantai sendirian, memegang robot Gundam yang baru kubelikan.Melihatnya seperti ini, Soraya memarahinya tanpa perasaan. "Masih belum mau mengaku salah di depan Mama? Kamu mem-bully adikmu di sekolah!"Keke di samping menatap Leo dengan wajah bangga.Leo berlari dan membanting kue stroberi di lantai sambil berteriak, "Anak jahat! Kamu bukan adikku! Cuma aku anak ibuku! Kembalikan ibuku!"Keke menangis keras dan Soraya menarik lengan Leo, melemparkannya ke balkon dan mengunci pintu.Leo memukul-mukul pintu kaca balkon dan menangis tanpa henti, tapi Soraya pura-pura tidak mendengar dan ke

  • Kasih Ibu, Dosa Ibu   Bab 5

    Sejak aku melihatnya bersanding bersama Ferdy, aku menyadari betapa berbahayanya mantan pacar yang masih dicintai. Aku telah menjadi badut selama bertahun-tahun.Melihat dia menjual kesedihan demi mendapat hadiah dari penonton live, hatiku terasa pilu. Manusia mana yang memakan daging anaknya setelah anaknya mati?Berapa banyak air mata yang benar-benar dia teteskan dengan tulus untuk putranya?Bagaimana mungkin aku tidak membenci orang seperti itu?Aku merekam siaran langsung itu sebagai bukti dan menelepon Soraya.Suara Soraya sedikit serak karena baru saja selesai live."Ada apa telepon aku? Ingin memohon aku kembali kepadamu? Aku sekarang terkenal, jadi kamu ingin bersama denganku lagi? Jangan harap. Kita sudah bercerai. Jangan telepon aku lagi! Mengganggu, tahu nggak!"Ibuku tidak tahan lagi mendengarkannya. Dia meraih ponselku dan berteriak, "Soraya, urat malumu sudah putus? Kamu sudah membunuh anakmu sendiri. Tapi kamu malah tega-teganya memutar balik fakta dan memanfaatkannya u

  • Kasih Ibu, Dosa Ibu   Bab 4

    "Aku nggak peduli! Tante, aku mau agar-agar! Beli agar-agar sekarang!"Soraya menatapnya dengan malu, lalu melirik para kerabat yang hadir. Dia menundukkan kepala dan berkata kepada Keke, "Iya Sayang, Tante belikan kamu agar-agar sebentar lagi. Setelah pemakaman Leo selesai, oke?"Keke tidak mau mendengarkan dan terus menangis. "Nggak! Aku mau makan agar-agar sekarang! Leo nakal, dia sudah meninggal, kenapa masih mau mencuri mamaku lagi! Aku nggak mau pergi ke pemakamannya!"Soraya hanya bisa berkata malu-malu kepadaku, "Kinan, aku antar Keke beli agar-agar dulu, ya. Sebentar saja. Pemakamannya tolong ...."Tamparan dari ibunya sendiri menyela kata-katanya. Wanita tua itu menangis dan mengumpat sambil menudingkan jarinya kepada Soraya."Kamu manusia atau bukan? Bisa-bisanya aku membesarkan anak perempuan sepertimu?""Aku sejak awal nggak setuju kamu berhubungan dengan Ferdy. Kinan itu anak baik. Kamu sudah menikah dengannya, kenapa kamu masih belum puas?""Kamu sudah membunuh anakmu se

  • Kasih Ibu, Dosa Ibu   Bab 3

    Suara gemetarku pecah, membuat tiga orang di ambang pintu membeku di tempat.Soraya melepaskan Keke dari gendongannya dengan wajah putih mengerikan. Dia berjalan ke balkon seperti orang yang kehilangan akal, sambil bergumam rendah."Nggak mungkin. Pagar ini sangat tinggi, mana mungkin Leo jatuh? Leo ... Leo? Mama pulang ....""Leo, ayo keluar ...."Dia bergegas ke balkon dan mencari-cari di sekeliling, lalu berlari mencari ke kamar anaknya.Tapi, sosok mungil itu saat ini terbaring di kamar mayat yang dingin. Mana mungkin dia ada di sini?"Kalian pasti bersekongkol untuk membohongiku."Soraya meraih lenganku dan mempertanyakan dengan wajah pucat pasi. Aku tahu jawaban apa yang dia harapkan. Tapi, aku saat ini hanya ingin dia merasakan kepedihan yang sama seperti yang kurasakan.Aku menyeretnya ke balkon dan menekannya ke pagar.Aku berteriak, "Bohong katamu? Leo jatuh dari sini tadi sore. Lantai delapan belas! Dia jatuh sampai berdarah-darah!""Kamu sedang mencarinya? Mayatnya sekarang

  • Kasih Ibu, Dosa Ibu   Bab 2

    Seorang polisi muda menepuk pundakku dengan iba. Dia mengatakan bahwa laporan autopsi tidak bisa keluar secepat itu. Dia menghiburku sebentar, lalu menyuruhku pulang lebih dulu.Saat itu tepat tengah malam. Aku kebetulan melewati alun-alun kota yang ramai. Semua orang merayakan datangnya libur panjang.Aku menatap sederet catatan panggilan keluar yang tidak dijawab di ponselku dan tiba-tiba merasa seolah dunia telah mencampakkanku.Ribuan jendela rumah bersinar terang. Tapi rumahku tidak lagi menjadi salah satunya.Di rumah, aku duduk dengan hampa di sofa ruang tamu, memeluk robot Transformer yang telah aku siapkan untuk anakku.Tidak ada lagi embusan napas anakku di rumah yang kosong ini.Bu Rani yang mengajar anakku di taman kanak-kanak menelepon dan berbicara dengan suara tercekat."Papa Leo, saya dapat kabar soal kecelakaan Leo ...."Wanita itu terisak tak terkendali. Hatiku terasa seperti dicabik-cabik. Bahkan orang asing lebih peduli pada anakku daripada istriku sendiri.Aku menc

  • Kasih Ibu, Dosa Ibu   Bab 1

    Karena putranya mendorong putri dari cinta pertamanya di taman kanak-kanak, dia mengurung putranya itu sendirian di balkon. Sementara dia membawa putri cinta pertamanya pergi bermain di luar.Tubuh mungil putranya menyusup jeruji pembatas balkon dan jatuh dari lantai 18, hancur berkeping-keping.Saat terjatuh, dia berteriak kepada ibunya minta diselamatkan.Tapi ibunya bahkan tidak menoleh padanya sama sekali.Saat itu hari Kamis sebelum libur panjang. Aku pergi bekerja seperti biasa. Putraku yang berusia tiga tahun memelukku dan tidak mau lepas."Papa, Papa besok libur?""Ya, Papa besok libur tiga hari. Kita bisa piknik bersama di pedesaan nanti!""Beneran? Kalau gitu, Leo nggak jadi beli Transformer. Leo cuma mau tinggal sama Papa di rumah selamanya!"Aku menggendong anakku di bahu, membuatnya kegirangan. Perasaanku menjadi lebih ringan.Kukira aku bisa hidup bahagia seperti ini selamanya. Aku saat itu belum tahu bahwa ini akan menjadi kali terakhir aku melihat anakku.Seluruh tubuhk

DMCA.com Protection Status