Rossa tiba-tiba melihat kebawah, tetapi dia tidak bisa melihat dengan jelas di langit, hanya pancaran titik merah yang pudar.
"Apa itu?""Sistem pertahanan Sinar Ultraviolet merah! Kita tidak akan mudah mendarat, seharusnya Neilsen memberitahu orang yang ada didalam, apa kamu ikut? Kalau ada kamu, kita tidak perlu terburu-buru."Viki mulai mencari titik landasan. Rossa dengan hati-hati dan serius menatap Viki.Dia dan Neilsen adalah dua tipe laki-laki yang berbeda, tetapi mereka berdua sama tampannya.Kalau dibilang Neilsen itu tipenya pendiam, introvert dan dingin, Viki itu ceria dan semangat, masing-masing mempunyai kelebihannya sendiri, tapi Viki dan Neilsen bukan orang yang biasa, walaupun dari luar mereka selalu terlihat gembira, tidak seharusnya selalu seperti itu."Apakahbkamu kenal baik dengan Neilsen?""Kenal, kami sudah berseteru sejak kecil sampai dewasa, bagaimana tidak kenal, aku kenal Neilsen lebih baik darRossa dengan jelas bisa melihat dengan jelas perspektif Simon, dia sudah biasa melihat yang sejenisnya, dia juga tahu kalau Simon akan melaporkan kepada Neilsen semua yang terjadi disini, tapi ya apa boleh buat? Dia juga tidak peduli.Meski Neilsen menyelesaikan masalahnya untuknya, namun ia tetap berhutang padanya, juga kepada anak-anaknya, tetapi bisakah satu atau dua masalah dikorbankan begitu saja?Rossa berbalik badan dan menatap Simon, dengan lembut bertanya."Dimana Wandy berada?"Neilsen awalnya sudah memberitahu Simon tentang Wandy terhadap situasi ini, dan juga memerintahkan agar Wandy diberikan latihan. Ketika Rossa bertanya tentang Wandy, Simon langsung menjawab."Dia ada di pusat perlatihan, silahkan ikuti saya."Rossa berjalan mengikuti Simon."Cantik, kamu jangan sampai melupakanku!" jerit Viki dengan wajah sedih.Ekspresinya membuat Rossa sampai tertawa, seperti seseorang yang tidak bisa jauh dar
Ryu tidak mengira Rossa akan bertanya langsung, tapi dia mengangguk dan menjawab. "Biasanya mamiku sibuk, hanya kalau dedi pulang dia akan sedikit lebih baik padaku, dia tidak pernah memelukku seperti itu. Tante, bisakah kamu memelukku?"Setelah itu, Ryu datang mendekati Rossa. Sekarang giliran Rossa. Diminta untuk memeluk anak dari musuhnya, kenapa rasanya canggung sekali? Sebelum dia bisa bertindak, Wandy sudah bertindak duluan."Hei, Ryu, apa yang kamu lakukan? Itu mamiku! Pelukan mamiku hanya untukku seorang. Jangan harap lagi, pergilah."Wandy mendorong Ryu menjauh.Mulut kecil Ryu menggeram dan berkata."Bukankah kamu ini abangku? Jadi ibumu juga ibuku? Apa yang salah kalau aku peluk?""Hei hei hei, siapa yang bilang kalau ibuku juga ibumu? Kamu juga bukannya punya ibu, kalau mau peluk seharusnya kamu pulang cari ibumu, mamiku hanya punyaku!"Wandy memeluk Rossa dengan erat, seperti dia takut kalau Rossa
"Masalah ini biar aku pikirkan sendiri, kamu masih belum mampu melawan dia, jangan bersiteru terus dengan Neilsen, aku yang melibatkan kamu disini, tunggu sampai balik ke Manado, lebih baik kamu cari perkerjaan lain, aku takut dia akan melukaimu."Inilah yang ditakutkan Rossa.Linny dengan senyum berkata."Aku tidak takut padanya, tidak akan aku berikan hidupku untuknya, masalah Manado ini dia juga tidak berkata sudah selesai."Melihat Linny juga tidak peduli, Rossa masih khawatir, tapi Linny tidak membiarkan Rossa berbicara lagi."Sudahlah, bagaimana dengan kita? Kalau bukan karena kamu membantuku saat kuliah, aku juga tidak tahu dimana aku akan bekerja sekarang. Kalau bukan karena kamu tidak akan Linny Lan yang sekarang, jangan berkata apa-apa lagi, aku tahu apa yang aku lakukan. Kamu baik-baik saja, aku juga merasa lebih baik."Rossa langsung merasa tersentuh.Awalnya dia adalah orang yang berpengaruh di keluarga Ross
Wandy kelihatan tidak begitu senang."Kenapa ketika mami datang, Ryu ini menjadi banyak buat masalah? Mami, kamu hanya punyaku!"Wandy memeluk erat tangan Rossa, membuat Rossa tidak bisa bisa berkata apa-apa."Mami akan selalu menjadi punyamu, tapi tidakkah kamu berpikir kalau Ryu kurang mendapatkan kasih sayang?""Itu tidak ada hubungannya dengan kita. Dia juga punya orang tua!"Wandy tahu siapa ibu Ryu, tapi tidak terlalu menyukainya. Melihatnya seperti itu, Rossa tidak banyak bicara. Linny mengajak Rossa dan wandy ke kantin untuk makan.Rossa tidak tahu arti dari tambahan makan, sampai dia melihat Ryu membawa dua potong paha ayam besar untuk Wandy, mata kecilnya sedang menatap paha ayam yang besar itu, seperti akan memakannya dengan hanya menatapnya, tapi Wandy mengambil dan menaruhnya ke mangkuk Rossa, Dengan bangga dia berkata."Mami, anakmu mendapatkannya untukmu, makanlah. Makan siang hari ini terasa enak."
Kakinya bisa dibilang cepat dan tanpa ampun. Dia ingin langsung menendangnya lagi. Orang itu juga tidak sembarang lagi, dengan cepat mengatakan namanya."Hei ini aku, ini aku! Viki! Sedikit bermurah hatilah dengan kakimu cantik! Aku masih belum menikah dan belum punya anak." Viki takut sampai berkeringat dingin.Energi wanita itu sungguh mengejutkan. Kalau saja dia tidak bilang dia itu siapa, dan menunggu Rossa untuk mencari tahu, dia pasti sudah babak belur dibuatnya. Viki berkeringat. Kaki Rossa lebih kurang dari tiga sentimeter dari jaraknya.Mendengar Viki menyebutkan namanya, Rossa langsung menarik kakinya kembali, dia hampir kehilangan keseimbangannya, untungnya ada meja di dekatnya, dia memegang meja itu sebentar."Bagaimana bisa itu kamu?"Rossa tidak menduga, dan juga sedikit takut. Keringat dingin Viki menetes melalui keningnya, melihat dirinya sendiri dan menjaga gayanya, dengan tertawa yang dipaksa berkata."Ya kalau bukan aku siapa lagi? Cantik, kamu sudah melukai hatiku,
"Linny!"Rossa berlari dengan cemas, dan melihat Linny mengejar seorang pria dengan sapu, dan pria itu kelihatan tidka asing."Viki?" panggil Rossa.Sesaat ketika Viki mendengar suara yang akrab itu, langsung berlari kebelakang Rossa, memegang tangannya dengan erat berkata dengan sedih." Sayangku, cepat lindungi aku, wanita ini terlalu ganas."Sapu yang ditangan Linny masih ada di tangannya, ketika dia melihat Viki dan Rossa terlihat akrab, dia terkejut."Rossa, kamu kenal sama dia?"Rossa merasa kepalanya pusing sekali dengan keadaan ini."Apa yang kamu lakukan disini?"Rossa menarik Viki dari belakang. Viki merasa bersalah berkata."Kamu tidak ingin aku masuk, aku akan selalu mencari tempat lain, kalau tidak aku akan kemana lagi? Di luar sangat dingin. Kamu tidak bertanggung jawab terhadapku, aku masih belum menemukan jalanku?"Mulut Linny ternganga. Apa yang terjadi?"Rossa, kamu dan dia ....""Tidak ... tidak ... aku sama sekali tidak ada hubungan apa-apa dengannya!" jelas Rossa
Neilsen meraba dengan tangannya, cairan yang berwarna merah terang itu membuatnya merasa sedikit malu. Dengan cepat dia bangkit berdiri, lalu pergi ke kamar mandi, menyucinya dengan membasuh menggunakan air dingin, dan pada saat itu juga, Santo Song mengetuk pintu masuk."Tuan Neilsen, di rumah yang lama telah ....""Keluar!" Neilsen dengan suara dingin berkata, suaranya itu membuat Santo Song terkejut."Tuan Neilsen?"Santo Song jarang sekali melihat Neilsen menunjukkan emosinya seperti ini, awalnya dia hanya ingin pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, kemudian mendengar Neilsen bersuara."Lebih baik kamu keluar sekarang juga! Jika kamu melihat ke mana-mana dan melihat sesuatu yang seharusnya tidak harus kamu lihat, saya menginginkan kedua bola matamu!"Kalimat itu langsung membuat Santo Song tidak berani melangkah masuk lagi, dia ingin melihat sekeliling hal apa yang tidak boleh dilihat oleh dirinya, tapi dirinya juga t
Tidak ingin membantah Nyonya Huo, Neilsen memiliki sedikit kesalahan, tapi hal ini juga yang membuat Neilsen menjadi semakin lebih berhati-hati."Nyonya Huo, jika ada masalah bisa dijelaskan, masalah ini benar-benar tidak seperti perbuatan Keluarga Huo."Neilsen menghormarti keluarga Huo, dia yakin orang-orang dalam keluarga Huo tidak mungkin melakukan sesuatu yang tidak ada dasarnya.Kalimat ini sedikit memalukan Nyonya Huo. Wajahnya memerah, dia menghela napas dan berkata."Karakter apa yang masih dimiliki oleh keluarga Huo? Jika bukan karena putus asa, saya sebagai Nyonya juga tidak mungkin tidak mau punya muka melakukan hal ini. Masalah ini tidak diketahui sedikitpun oleh Timothy Huo, semuanya dilakukan olehku sendiri, dan aku masih melakukannya, berharap Tuan Neilsen tidak akan bermasalah dengan Timothy Huo. Keluarga Huo juga hanya sebuah jari kelingking ini saja."Bicara sampai di sini, Nyonya Huo menghela napas. Neilsen mendengar s