Setelah kejadian yang menimpa dirinya, Sumini benar-benar terguncang.Dia enggan meninggalkan kamarnya, bahkan hanya untuk sekedar mandi dan mengisi perutnya.Dia sering marah-marah tak jelas, sering berteriak dan menangis sendiri.Sehingga ketika Tukiman ingin mendekat, lebih ke rasa takut dan jijik dari pada rasa iba.Ketika ada kerabat atau tetangga yang ingin menjenguk, sebisa mungkin Astutik akan mengajak mereka berbincang diruang tamu. Dari pada harus melihat langsung kondisi Sumini, lalu terdengar gunjingan yang menyakiti hati terlontar dari mulut mereka."Kasihan ya, lihat dia sudah seperti orang tidak waras, jangan-jangan ini karma dari apa yang sudah diperbuat dulu kepada Menik""Iya yu, mukanya nyeremin dengan luka itu, apalagi borok ditubuhnya, ih bau lagi ya""Kasihan Tukiman dan Astutik yang harus repot mengurusnya, padahal kan dia selalu jahat ya yu"Selalu terdengar bisik-bisik seperti itu setiap kali mereka selesai melihat kondisi Sumini dikamar. Astutik memang tak p
Senja mulai turun, ketika Sumini menunggu Tukiman pulang dengan kerudung yang menutupi sebelah pipi kirinya. Sumini mencoba untuk menerima takdirnya. Sumini mencoba untuk ihklas meski tak mudah. Entah kenapa, hari ini perasaannya begitu gelisah. Atau hanya tentang rasa rindu, karena sudah begitu lama Tukiman selalu menghindarinya? Baru saja hubungan mereka harmonis, Tukiman berubah menjadi manis kepadanya, namun kejadian itu harus terjadi dan merusak wajahnya, sehingga kini hubungannya dengan Tukiman kembali renggang. Sumini sering kali bertanya, kenapa tuhan begitu tidak adil? Kenapa tuhan seolah-olah mempermainkan hidupnya? Sumini sudah menyiapkan makan malam untuk Tukiman, dia sudah mematut diri, menggunakan bedak yang tebal untuk menutupi bekas luka yang mengerikan dipipinya, walau dia tahu, hasilnya percuma. Lukanya masih terlihat nyata, lukanya terlihat mengerikan. Astutik sedang membantu Wijaya mengobati luka dikakinya. Anak itu, kalau tidak main perempuan, pasti berkelahi
Aroma masakan ini sudah begitu lama tidak tercium didapur ini, ada rasa rindu juga haru yang menyesap didada setiap anggota keluarga, kecuali sepotong hati yang telah tertutup oleh benci dan juga luka.Semua wajah menyiratkan kebahagiaan, kecuali satu wajah yang sejak datangnya Menik kembali kerumah ini selalu dilanda kegelisahan.Tukiman segera bersiap dengan kepala yang dipenuhi dengan berbagai angan-angan.Masih kuat diingatan Tukiman, dulu setiap pagi, ketika dia sudah selesai bersiap untuk berangkat bekerja. Tukiman akan segera bergegas menuju dapur untuk memperhatikan istri tercintanya menyiapkan sarapan untuk mereka, lalu sesekali dia akan menggoda dengan merayu istrinya.Tertawa dan bercanda membicarakan hal-hal ringan sambil menunggu masakan itu selesai disiapkan.Tak jarang dulu Tukiman menggoda Menik yang tengah sibuk dengan masakanya dengan memeluk dan mencium tubuh yang selalu harum setiap waktu itu dengan gemas. Lalu Menik akan terlihat marah, namun dengan pipi memera
Sumini berjalan begitu saja melewati Menik yang sedang bersantai menikmati secangkir teh dengan sepiring roti bakar selai strawberry, yang harumnya menggoda Sumini untuk mencicipi, namun dia tekan demi menutupi gengsi.Sumini benci mengakui, dengan pakaian berpotongan sederhana itu Menik masih terlihat sangat cantik, meski tanpa polesan makeup."Mau kemana?""Bukan urusanmu, terserah aku mau kemana pun sesuka hatiku""Ya jelas menjadi urusan ku dong, ini rumah ku, dan aku berhak tau siapapun yang keluar masuk rumahku. Kalau kamu tidak suka dengan peraturan yang ku buat, silahkan angkat kaki sekatang juga!""Jadi kamu mau mengusirku? Apa kamu lupa kalau aku juga istri dari Tukiman?""Kamu memang istrinya, aku tidak akan pernah lupa itu, tapi kamu juga harus ingat, bahwa aku yang memiliki rumah ini seutuhnya! Dan kamu itu hanya tamu, aku bisa kapan saja mengusirmu dari sini!"Sumini sangat kesal, bagaimana mungkin Menik yang dulu begitu polos sehingga bisa dengan mudah dia tipu dan perd
Sumini tersenyum puas ketika menguping pembicaraan antara Menik dan Tukiman. Reaksi Tukiman lebih dari yang dia bayangkan.10tahun bersama Tukiman, membuat dia hafal betul seperti apa sifat suaminya itu."Ngapain senyum-senyum disitu?"Baru saja Sumini akan beranjak dari tempatnya bersembunyi, namun sudah ketahuan Menik duluan."Kenapa sih usil banget ngurusin urusanku?""Yang usil situ, ngurusin urusan orang! Barusan nguping kan?""Oh, siapa juga yang nguping"Jawab Sumini sambil ngeloyor pergi."Heh mau kemana?""Tidur!" Jawab Sumini dengan ketus."Enak sekali ya hidupmu, udah numpang ngak tahu diri, bersihkan meja makan! Kalau sudah selesai, bersihkan rumah ini beserta halamanya!""Apa?""Telinga kamu sudah ngak berfungsi?""Kamu nggak bisa nyuruh aku seenaknya seperti itu, lagian aku juga anggota keluarga ini!""Sama seperti kamu yang nyuruh anak ku seenaknya selama 10tahun ini, padahal dia calon pewaris rumah ini!""Ohhh rupanya anak itu ngadu""Apa salahnya ngadu sama ibu sen
Rudi membereskan barang-barangnya dibantu oleh Wijaya. Sudah tuga hari dia menginap didesa tempat asal Menik. Tempatnya yang begitu asri dan udaranya yang masih bersih, membuat dia betah berada didesa ini berlama-lama. Atau alasan yang sebenarnya karena dia berat meninggalkan Menik sendiri, walaupun dia tahu Menik sudah berada ditemoat yang aman, namun entah mengapa hatinya masih seja merasa kawatir. Sebenarnya Rudi merasa tak pantas untuk menginap terlalu lama disini, karena tujuan kesini adalah untuk mengantar Menik kembali bersama keluarganya.Bukankah dia sudah berjanji akan melakukan apapun demi melihat Menik kembali bahagia, apapun akan dia lakukan untuk membantu Menik merebut kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya. Apapun akan dia lakukan untuk Menik, wanita yang begitu setia, meskipun sudah disakiti berkali-kali. Wanita yang tidak pernah mau membuka hati untuknya, selama statusnya masih istri orang."Sudah selesai om?"Wijaya, menyadarkannya dari lamunan tentang keind
(disarankan membaca part ini sambil mendengarka lagunya tata Janeta "sang penggoda)"Dek!""Iya mas?" Tukiman menghampiri Menik yang sedang mengeringkan rambut dengan handuk dihalaman belakang, didepan sebuah kolam ikan yang beberapa hari yang lalu dibuat sesuai permintaan Menik.Istrinya itu sudah banyak berubah kini, terlihat begitu cantik dan matang. Lelaki mana yang tak tergoda melihat istrinya kini yang nyaris sempurna sebagai wanita dewasa."Maafkan aku ya dek""Untuk apa mas?" Menik menghentikan kegiatannya dan memperhatikan Tukiman. Ada apa dengan suaminya itu? Beberapa hari setelah kepulangan ya, dia selalu Jo sinis. Kenapa tiba-tiba dia berubah jadi sok manis?"Maaf jika sikapku kurang baik belakangan ini, sungguh semua itu karena besarnya rasa takut akan kembali kehilanganmu. Terus terang aku cemburu dengan Rudi. Aku takut dia akan merebut mu dariku, aku sadar diri jika dia jauh lebih baik dariku dari segi apapun.""Jika aku mau mas, mungkin sudah dari dulu aku menghianati
Tukiman terdiam merenungi ucapan Menik barusan, kenapa Menik begitu marah? Salahkah jika dia bersikap baik terhadap Sumini? Lalu apa bedanya dengan yang dia lakukan dengan Rudi?Bukankah itu justru lebih hina? Dia terlalu dekat dengan seorang pria yang statusnya buka siapa-siapa, sedangkan Sumini adalah sah istrinya. Lagi pula sudah sepuluh tahun ini Sumini setia melayaninya dengan baik.Lalu kenapa Menik meributkan tentang Sumini yang mengajari Astutik melakukan pekerjaan rumah? Bukankah sudah kodratnya seorang wanita bisa mengerjakan seluruh pekerjaan rumah? Toh slama ini hidupnya baik-baik saja meski jauh dari ibunya. Lalu apa yang salah?Bahkan kini Menik seolah melempar kesalahannya kepada dirinya. Menik menuduh dirinya berubah, padahal Menik lah yang sebenarnya berubah. Menik yang dia kenal adalah seorang perempuan yang baik, lembut juga sabar. Itu yang dulu membuat dia begitu mencintainya, namun kini? Ucapan dan perilakunya sangat kasar. Bahkan barusan dia juga berani membenta