Share

ada yang menguntit

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Lepas kepindahanku ke rumah suami, hari hariku terasa lebih tenang dan bahagia, tiap waktu penuh canda dan kebahagiaan.

Mas Didit amat baik, penuh keromantisan, dan kasih sayang, aku amat bahagia memilikinya sebagai suami, tiap pagi ada saja hal baru yang membuatku bahagia bersama dengannya.

*

"Aku pergi kerja dulu, ya, Sayang," ujarnya sambil mencium keningku.

"Iya, Mas, hati-hati di jalan." Aku mengantarnya hingga ke depan pintu.

"Jangan kemana-mana, tunggulah aku di rumah," ujarnya sambil mencium keningku.

"Iya, Mas."

"Oh, ya, aku lupa ...." Ia mendekat lagi setelah tadi hendak membuka pintu mobil.

"Aku harus mendapatkan sesuatu yang bisa menyemangatiku," bisiknya.

"Apa Mas?" tanyaku.

Dia mendekatkan wajahnya dan mendaratkan ungkapan cinta yang tulus di bibirku lalu tersenyum sambil mengusap lembut pipi ini kemudian segera naik ke mobilnya.

"Kamu tahu sekali, rasanya membuat seseorang jatuh cinta padamu berkali kali, Mas," bisikku.

"Iya, mungkin itu sudah keahlian," ujarnya yang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    begini

    "Mana buku nikah?" tanyanya ketika aku sedang mengatur piring sarapan di meja."Buat apa, Mas?"" Aku lupa kemarin, setelah pernikahan, belum sempat menyerahkan lagi ke Sumda Polres."Aku mengernyit tidak mengerti apa yang dia katakan sehingga hanya memberikan ekspresi heran."Untuk apa?""Untuk didaftarkan secara resmi agar menjadi anggota Bhayangkari, Sayang. Kau tidak tertarik?" godanya."Tertarik, antusias malah," jawabku sambil tertawa."Kupikir kau sudah bosan jadi Ibu-Ibu yang sibuk berorganisasi, apalagi tunjangannya hanya sepuluh persen," gumamnya mengerling manja."Ish ...." Aku menarik sudut bibir dan mencubit lengannya."Sakinah ... terima kasih ya, sudah jadi istriku, terima kasih mau menemaniku meski gajiku tidak sebanyak ...." Ia menggenggam tanganku sedang aku langsung menempelkan ujung jari ke bibirnya, dan menggeleng pelan untuk memotong ucapannya."Jangan bilang begitu, Mas, aku menerimamu dengan hati bahagia.""Gaji pokokku hanya lima juta, akan perlu waktu lam

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    surat kaleng

    Lima hari berikutnya.Pagi-pagi ketika aku membuka gerbang dan mengambil koran yang diselipkan, terlihat olehku sebuah amplop putih yang cukup menonjol di antara yang lain.Kuraih dan kubuka, betapa terkejutnya karena di sana sudah ada beberapa fotoku yang diambil dari beberapa hari terakhir. Foto ketika mengantar anak-anak ke sekolah, foto ketika pergi ke pasar,membersihkan pekarangan dan ketika mengantarkan suamiku ke pintu gerbang.Ada juga foto ketika kami berolahraga pagi dan berjalan beriringan di trotoar jalan,yang janggal di sini adalah setiap foto yang tergambar suamiku pasti dicoret dan ditusuk seolah ditusuk dengan pisau.Jujur mendapati hal ini aku cukup gelisah dan merasa bahwa ini adalah teror dan ancaman. Siapa yang akan menjepret lalu melubanginya kemudian mengirimkan kepada si target kembali. Kurasa terlalu buang-buang waktu jika itu dilakukan tanpa alasan."Apa ini perbuatan Mas Yadi lagi?" Rasanya terlalu tidak masuk akal jika aku menuduh Kartika meneror untuk meng

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    aku terhenyak

    "Bella, jangan bilang begitu, Papa tahu persis seperti apa Tante sakinah, jadi berasumsi buruk tentang dia," ujar Mas Didit sedang anaknya hanya tersenyum miring sambil melipat tangan di dada Apa yang terjadi pada gadis ini? Mengapa dia berkata seperti itu padaku. Kalimat yang terucap dari bibirnya sangat pedas meski aku harus memaklumi bahwa ia hanya bocah yang masih SMP dan sedang mengalami fase labil saat mencari jati diri."Ini hanya salah faham, Bel. Tante ada urusan kecil tadi di Rutan.""Maaf, tapi mana ada ibu rumah tangga dan terus keluar masuk rutan tanpa tujuan mestinya Tante di rumah aja mengurus papa dan keluarga," ujarnya sambil berlalu."Bella ... Ini gak sopan," sela Mas Didit sambil menatap anaknya tajam.Gadis itu tak memperdulikan kata kata Mas Didit sama sekali. Sementara aku yang duduk di sampingnya hanya mampu menghela napas pelan."Maafkan dia ya," bisik suamiku sambil menggenggam tanganku."Iya, Mas, gak apa. Mungkin ada baiknya jika aku yang naik dan bicara

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    lebih dari itu

    Tidak mau susah lebih dari ini aku putuskan untuk bangkit dna menghadapi kenyataan dengan menguatkan tekad. Aku tak boleh terlihat lemah di depan suami dan anak tiriku. Ya, aku juga teringat harus bicara padanya, aku harus tahu apa yang dia inginkan.Tok ... Tok ...Kuketuk pintu kamarnya perlahan dan gadis berhidung mancung dengan rambut panjang sedikit ikal di bagian bawah membukakan pintu kamarnya."Boleh Tante masuk?""Ada apa? Aku lagi tidur," gumamya yang tak urung menyingkirkan diri dan melenggang menuju kasurnya."Tante ingin bicara. Membicarakan sesuatu di antara kita.""Apa?"Wajahnya mulai terlihat tidak nyaman."Tempo hari kamu bilang bahwa mungkin aku punya modus lain menikahi ayahmu, maka aku ingin meluruskan bahwa aku tidak punya niat lain selain membina rumah tangga dengannya. Ia sudah berusaha keras untuk menyakinkanku agar mau mendampinginya. Jadi aku menghargai itu. Tampaknya ada ketidak puasan darimu, benarkah itu?""Tidak juga," jawabnya tanpa menoleh kepadaku.

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    perbuatan

    "Jadi ini perbuatanmu Suryadi?" tanyaku yag langsung datang dan memburunya ke seberang jalan."Apa buktinya kau menuduhku demikian?" tanya dengan kekehan mengejek."Hanya kau satu-satunya yang ingin hidupku menderita, jadi wajar aku mencurigaimu!" balasku."Masuklah ke rumahmu, rekaman cctv tentang kita akan memperburuk keadaan," ujarnya sambil melirik pohon besar di depan rumah yang dipasangi kamera pengintai."Apa yang kau mau, kenapa kau tak sibuk menata hidupmu, alih-alih terus buang waktu menguntitku, kau sudah tidak waras, Suryadi?""Aku akan berhenti jika kau mengalah, mengembalikan harta dan kedua anakku," jawabnya."Jadi kau memanasi Bella untuk memusuhiku?""Aku tak perlu menjawabnya," jawabnya dengan senyum penuh arti setengah memintaku untuk mengerti sekaligus menebak."Keterlaluan, aku peringatkan, bahwa suamiku adalah polisi ia bisa menangkapmu!""Kau terdengar rapuh dan gemetar Sakinah," desisnya sambil mendekatkan wajah hingga jarak hidung kami hanya beberapa inchi saj

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    acara ibu polisi

    Ya, aku diundang ke sana. Sebagai istri polisi ini adalah rapat perdana yang akan kuikuti dan aku dituntut untuk bisa membaur, bersosialisasi dan menjalin kekompakan sebagai wanita Bhayangkari.Mas Didit menurunkanku di lokasi acara sedang dia melanjutkan perjalanan ke kantornya. Agak gugup memang, terlebih aku belum begitu banyak belajar dengan seluk beluk kegiatan Ibu polisi jadi mungkin untuk hari ini aku akan lebih banyak menyimak.Oh, ya, baru ingat jika organisasi ini punya banyak kegiatan pengelolaan dan bakti sosial maka sebagai Ibu Wakapolres tentu mulai hari ini sedikit tidak aku akan diandalkan.Baru saja melenggang melewati gerbang tiba tiba sebuah mobil berhenti, membuka kaca dan bersuit seolah menggodaku. Jubalikkan badan dan mantan Dandim berkacamata hitam itu tersenyum.Sebenarnya senyumnya menawan andai ia setulus dulu, namun sejak tahu bahwa ia begitu gencar menggangguku, aku amat membencinya."Suit ... suit ... ada Ibu polisi di sini," serunya dengan senyum mir

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    kalau begitu

    Mobil bergerak meninggalkan lokasi rapat dengan perlahan. Kulirik kaca spion yang lelaki malang itu berdiri dengan tatapan nanar seolah belum merelakan kepergianku. Mengapa ia lebih memilih menyusahkan hidupnya demi mengejar apa yang sudah hilang dibanding menata apa yang sudah ada.Kuhela napas lalu mengalihkan tatapan pada pria yang sedang mengemudi dengan rahang mengetat dan ekspresi kemarahan yang nampak jelas."Mas ..." Ia hanya menjawab panggilanku dengar gumaman."Aku ... tidak ingin apa yang terjadi barusan terulang lagi," ucapku lirih."Apa maksudmu, kau pikir aku akan suka jika itu terjadi?""Bukan begitu, aku hanya tak mau kau dengan mudah terpancing emosi. Apalagi sampai mengeluarkan senjata hanya karena diprovokasi olehnya.""Jadi, aku harus diam saja ketika istriku digoda mantan suaminya?""Tidak begitu ....""Lalu?" Ia menatapku tajam."Mungkin dia sengaja memancing emosimu untuk mempermalukanmu. Mungkin dia sengaja memprovokasi agar kau bertindak diluar nalar dan ora

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    kalau boleh

    Mobil bergerak meninggalkan lokasi rapat dengan perlahan. Kulirik kaca spion yang lelaki malang itu berdiri dengan tatapan nanar seolah belum merelakan kepergianku. Mengapa ia lebih memilih menyusahkan hidupnya demi mengejar apa yang sudah hilang dibanding menata apa yang sudah ada.Kuhela napas lalu mengalihkan tatapan pada pria yang sedang mengemudi dengan rahang mengetat dan ekspresi kemarahan yang nampak jelas."Mas ..." Ia hanya menjawab panggilanku dengar gumaman."Aku ... tidak ingin apa yang terjadi barusan terulang lagi," ucapku lirih."Apa maksudmu, kau pikir aku akan suka jika itu terjadi?""Bukan begitu, aku hanya tak mau kau dengan mudah terpancing emosi. Apalagi sampai mengeluarkan senjata hanya karena diprovokasi olehnya.""Jadi, aku harus diam saja ketika istriku digoda mantan suaminya?""Tidak begitu ....""Lalu?" Ia menatapku tajam."Mungkin dia sengaja memancing emosimu untuk mempermalukanmu. Mungkin dia sengaja memprovokasi agar kau bertindak diluar nalar dan ora

Bab terbaru

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    ketika

    Ketika mereka membalikkan badan, Kartika dan pria itu terkejut, bukan main kaget, sampai salha tingkah, sedang aku langsung menutup mulut dengan kedua tangan, menyembunyikan rasa terpana yang tidak terkira. Aku tak tahu apa harus marah atau menangis dengan pemandangan miris di depan sana, bersamaan dengan rasa iba pada Mas Yadi."Astaghfirullah, apa-apaan kamu Kartika?!' Mas yadi menggeram, mengepalkan tangan dan mendekat, ia maju dan bersiap memukul pria yang jadi pasangan selingkuh Kartika."Beraninya kau menggoda istriku," ujar Mas Yadi sambil melayangkan pukulan."Kau juga sedang bersama istriku, kau telah mempengaruhinya!" Balas pria yang jijik kusebut suami itu."Keterlaluan kau Didit, apa hubunganmu dengan istriku?""Tidakkah harusnya aku yang bertanya apa hubungan yang kau bangun dengan kantan istrimu?!" Mas Yadi membalikkan badan dan terkejut melihatku di belakangnya."Sakinah .....""Apa kau mau mengelak sekarang?" Pria jahat itu terkekeh sinis."Kartika teganya kamu, buru b

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    jadi

    "Jadi kau izinkan aku pergi?""Begini saja, pergilah kau sendiri menemui istrimu aku akan memindahkan anak-anak bersama si Bibi ke perkebunan, anak buah Bendi akan mengawal mereka dan memastikan mereka selamat. Kurasa itu adalah jalan terbaik daripada harus mengikuti kau kesana kemari sementara mereka juga harus menjalani aktivitas belajar dan ujian mereka.""Kurasa masuk akal juga apa yang kau katakan, aku akan pergi kalau begitu," ujar pria itu sambil mengambil tasnya.Sebelum sempat keluar dari kamar, ia mendekat dan tanpa aba-aba dia mendaratkan sebuah kecupan hangat di keningku."Terima kasih masih menyimpan pakaianku," bisiknya lembut.Detik berikutnya, pria itu meninggalkanku begitu saja di dalam kamar ini, kamar yang dulu begitu penuh cinta dan aroma kerinduan. Aku jatuh terduduk di atas ranjang, meremas sprei yang dulu pernah menjadi saksi, betapa kami saling mencintai."Pada akhirnya sebagai suami, dia harus tetap bertanggung jawab kepada wanita yang sudah dia terima nika

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    sesampainya di rumah

    Sesampainya di depan rumah berlantai dua milik kami, Bendi memasukkan mobilnya ke garasi dan langsung menurunkan rolling door garasi dengan rapat.Aku dan Mas Didit saling pandang namun tak berani banyak bertanya, dia lalu meminta Imel untuk menarik cat mobil yang merupakan tempelan untuk membantunya sehingga mobil yang tadi berwarna biru gelap sudah berubah menjadi putih.Setelah selesai ia mengganti pakaiannya dan masuk kembali ke mobil."Kamu gak mampir dulu?" tanya Imel."Aku harus pergi, sebelum polisi tahu bahwa kekacauan di tol tadi adalah perbuatanku," balasnya."Kau akan baik-baik saja?" untuk pertama kalinya pria itu terlihat mengkhawatirkan orang."Iya, Pak, saya akan baik baik saja.""Oh, aku lupa kau punya banyak pengawal," balas Mas Yadi.Pria itu hanya menggeleng pelan sambil tersenyum lalu berpamitan denganku dan anak perempuanku."Hati-hati ya," ujar Imel."Kenapa kau tidak menambahkan kata sayang di belakang kalimat hati-hati?" tanya pemuda itu mengulum senyum mem

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    itu papa

    "Itu Papa!" Seru anakku gembira dia membuka mobil dan langsung berlari ke arah papanya.Anak gadisku begitu gembira dan langsung menghambur memeluk papanya, pria itu juga bahagia dan langsung memeluk putrinya."Akhirnya Papa kelur juga, aku rindu," kata Imel, "tapi kenapa tangan dan kaki papa? Kenapa Papa jalannya pincang?"Tanya Imel yang mengomentari gerakan tubuh Mas Yadi, untungnya dia tak tahu bahwa pria itu habis tertembak dua minggu lalu."Apa kabar, Mas?" Sapaku sambil mengulurkan tangan menyalaminya, tanpa kuduga ia memelukku lalu menepuk belakang punggungku perlahan."Alhamdulillah aku baik sekarang," jawabnya tersenyum, sedang aku terbengong dengan sikapnya."Oh be-begitu ya, ba-baguslah." Sial, aku gugup dan canggung, sementara Bendi dan Imel saling melirik dan tersenyum."Kalo begitu ayo kita pulang," ajak Bendi."Lho, kamu siapa?" tanya Mas Yadi pada Bendi."Dia adalah orang yang sudah menolongku dan Imel dari penyekapan Mas, dia juga sering menjengukku ke rumah sakit d

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    tuan william

    Setelah mengambil semua surat menyurat yang sudah dibuat ulang dari kantor kuasa hukum kami, aku segera mengajak Bendi untuk pergi menjemput Mas Suryadi ke gerbang Rutan Pondok kopi.Mobil kami meluncur di jalan aspal yang mulus lalu berputar di lingkar Selatan dan menuju pinggir kota dimana pusat lembaga pemasyarakatan itu berada."Kamu yakin bahwa papa akan keluar jam 1 siang?""Iya mah begitu informasi yang aku dengar dari Pak Efendy dan petugas sipir yang menelponku," balasnya."Mudah-mudahan lancar ya," gumamku sembari berharap semoga berita tentang kebebasan Mas Yadi bukan hanya lobi semata antara polisi dan TNI, sementara pada kenyataannya hal itu tidak pernah terjadi."Apa semuanya akan aman bendi?""Kita harus tetap waspada nyonya, anda pun sekarang berada dalam incaran," balasnya."Apa? Apa maksudnya?""Lihat mobil Chevrolet hitam yang sedang mengikuti di belakang kita? Sejak dari rumah sakit tadi mobil itu terus mengikuti dan mengawasi, aku rasa mereka memang sudah mengi

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    kubenahi

    Kubenahi rambut dan wajahku yang berantakan, aku merutuk karena pria itu menyakiti rahangku, demi Tuhan aku akan bersumpah bahwa dia akan membayarnya.Kini aku harus mencatat daftar panjang orang-orang yang akan aku tuntut dengan pembalasan. Ada William, Didit, Heri, dan sinoembuat masalah Kartika. Mereka bertiga sahabat yang harus dihancurkan.Tiba tiba muncul sesuatu dalam benakku, ide untuk mengadu domba mereka semua dan membuat mereka saling berselisih paham dan saling mencurigai. Perlahan kepercayaan satu sama lain akan tergerus dan hancur tak bersisa, lalu setelahnya, kuhancurkan mereka semua secara hukum juga.Tapi sejujurnya aku pun belum tahu akan memulai dari mana, sulit menentukan mana orang yang benar-benar bisa dipercaya dan mana yang tidak, mana yang tulus dan mana yang hanya modus, mana yang kawan mana yang berpura-pura menjadi kawan lalu menusuk."Aku harus segera menghubungi pengacaraku," batinku sambil meraih ponselku.Tak lama sambungan terhubung, pria yang sudah

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    dia membesuk

    Kedatangan orang itu memang mengejutkan, dia yang pernah melayani keluargaku dengan baik dan sempat berkonflik denganku karena membela Suryadi kini sudah berdiri di sini menyapa sopan lalu mengambil tempat duduk."Apa kabar Ibu?""Baik, Hendra, aku tak pernah menyangka kau akan datang, entah harus senang atau heran, tapi aku bersyukur atau kemurahan hatimu," balasku pelan."Saya merasa prihatin atas kabar yang terdengar terakhir kali, terlebih mengetahui bahwa Ibu yang sedang hamil disakiti," jawabnya."Terima kasih atas perhatianmu, bagaimana kabar istri anakmu?" tanyaku."Baik, Nyonya.""Oh, syukurlah."Sesaaat suasana menjadi hening dan kaku, aku dan Hendra sama sama diam, tak tahu harus membahas apa."Bagaimana kabar Letkol Suryadi sekarang?""Dia masih ditahan di kantor polisi," balasku."Bukannya beliau sudah bebas?""Iya, tapi ditahan lagi, itu juga karena aku," jawabku menerawang jauh."Pak Yadi tidaklah jahat, dia hanya salah langka karena menyukai Nyonya Kartika, Tapi saya

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    jamin dia

    "Aku kenal seorang polisi korup, dia cukup dekat dengan Kapolda, jika Nyonya mau, mungkin aku bisa menjaminkan Suryadi dengan menemuinya." Pria itu terlihat memicingkan mata meminta pendapatku."Itu ide bagus, tidakkah mereka curiga kenapa seorang preman mau menjamin Suryadi?""Kenapa tidak, memangnya Anda pikir aku akan menggunakan identitas asli, sebagai seseorang yang kerap menjadi buruan polisi, Aku tidak bisa hidup tanpa menggandakan identitas Nyonya," bisiknya sambil tertawa miring."Kau benar, kadang aku pun ngeri dengan berurusan denganmu, salah langkah atau kurang uang selembar saja resikonya jauh lebih mengerikan daripada penjara," balasku tertawa."Sebetulnya aku melakukan bisnis ini demi uang namun ada beberapa hal yang tidak aku lakukan untuk keuntungan semata," jawabnya sambil mengedarkan pandangan ke segala arah."Jika begitu, lakukan apa yang menurutmu baik," balasku.Tiba tiba dari monitor kamera koridor yang terlihat dari balik panel kaca kamarku, kami dapat mel

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    Tante

    "Tante ... aku cariin Tante sejak pertama kali Tante gak pulang, kemana aja," ujarnya sambil menangis."Aku ada masalah dengan Papamu," jawabku."Papa?" Gadis itu langsung menghentikan tangisannya dan nampak amat terkejut."Iya, dia yang sudah membuatku terbaring di sini, nyaris melumpuhkan dan membunuhku," "Ta-tapi kenapa? Bukankah Tante istrinya Papa, lalu kenapa bisa begitu?""Entahlah, hanya dia dan Allah yang tahu.""Aku menyayangi Tante seperti Mamaku, kenapa Papa harus berbuat setega itu?""Memang dia bilang apa denganmu tentangku?""Dia bilang Tante ssakit, tapi aku curiga karena Imel dan Siska ikut menghilang sannpergi dari rumah, balasnya mengusap air mata."Mungkin kita tak bisa serumah lagi, Nak,," ujarku sambil menggenggam tangannya."Kenapa, Tante sama Papa mau cerai?""Iya, dia bahkan hendak memenjarakannaku tanpa alasan andai tidak ada yang turun tangan menegaskan masalah ini, sekali aku minta maaf karena kita tak akan bersama lagi," balasku sambil mengusap wajahnya

DMCA.com Protection Status