Share

57

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-22 08:09:17

Baru beberapa meter meninggalkan gerbang tiba-tiba beberapa mobil yang terlihat dari kaca spion mobil Bendi menghentikan laju mereka di depan rumah Kolonel William.

"Ron, mereka datang," ucapku mengguncang bahunya.

"Biarkan saja," jawabnya sambil memacu mobil lebih kencang.

"Kalau mereka tidak menemukan kita, apa mereka tidak akan menyandera penghuni rumah?"

"Setahuku Bendi tidak begitu, lagipula dia cukup takut dan segan pada Om Heri," jawabnya.

"Bagaimana jika dia tidak takut lagi, karena calon mertuanya meninggal, telah terjadi perang dingin dan saling serang di antara keluarga itu, ditambah kita kini menikah jadi dia makin benci dan dendam."

"Sejujurnya bukan kita yang harus disalahkan, Imelda, harusnya dia bertanya pada diri sendiri mengapa harus kepada kita dia melampiaskan marahnya, bukannya masalah berasal dari dirinya dan ibunya?"

"Kalau begitu kenapa kita kabur? Kita lari dari siapa?"

"Dari kematian seorang wanita yang piringnya tertukar."

Iya, benar juga, masalahnya memang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   1. pernikahan

    Cerbung ini adalah season kedua dari cerbung Karma: kupermalukan di Akad nikahnya, dengan tokoh utama Sakinah dan Letkol Suryadi. Setelah pernikahan Imelda berlangsung mewah dan semarak dalam usia 19 tahun dia kemudian harus menjalani sebuah episode baru yang penuh tantangan dan emosi. Akankah Imelda bertahan dan seperti apa lika-liku kehidupan yang penuh tantangan, apakah hidupnya akan lebih bahagia dari Sakinah atau malah penuh drama? bagaimana dia akan bertahan? Akankah Imelda sekuat Ibunya? Atau malah, menyerah. Ikuti terus ya, 🌹🌹 Jangan lupa, Like, komen dan share ya Kak ❤️ 2 . Selepas acara, pernikahan bahagia yang megah, ketika ketika tamu-tamu berangsur berpamitan dan meninggalkan aula pernikahan, aku dan Bendi kemudian mengobrol berdua sembari menunggu giliran sisa anggota keluarga yang belum bergabung dan berfoto bersama kami. "Kamu kenapa, Mas?" "Wah, kamu manggil aku Mas?" "Iya, bukankah, seorang istri harus menghormati suaminya?" Raut wajah suamiku amat c

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   2. kudengar sesuatu

    Pagi sudah menjelang, gorden jendela sudah dibuka oleh suamiku, dia sendiri terlihat sedang duduk menikmati sarapannya di balkon kamar kami.Kusibak selimut masih dengan sisa perasaan kesal tadi malam karena dia ... ah, sudahlah.Perlahan kugeser pintu kaca dan hendak menyapanya tapi Mas Bendi terlihat menelpon seseorang di sana."Gue curiga, sama dia yang ada di penjara dan sudah menyuruh orang untuk menghancurkan pernikahan gue," ungkapnya sambil menghisap sebatang rokok."Iya ... walaupun tidak mungkin, tapi bisa jadi kan? keluarga tante Sakinah sudah bermusuhan lama dan mereka saling menjerumuskan sampai ke titik ini. Gua nggak mau, gua dan istri gua terus menerus terseret, sampai-sampai Imelda gak akan merasa aman.""Hah, Kolonel William? Siapa dia? .... Oh hakim itu? ada apa dia? hah, anaknya?" Bendi terlihat kaget.Aku makin makin tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan Bendi tentang mama dan beberapa orang yang pernah menjadi musuh mama. Apakah kini mereka kembali untuk m

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   3. kubiarkan saja

    Aku tidak bertanya banyak kepada Bendi apa saja yang dibicarakan dengan ibunya, Aku khawatir bahwa semakin tahunya diri ini maka akan membuat diriku sakit hati. Jadi kuikuti saja kemana langkahnya yang mengajakku kembali pulang ke rumah yang sekaligus difungsikan sebagai markas anak buahnya.Sore itu aku berinisiatif menemui orang tua yang masih berada di ibukota, aku ingin memanfaatkan waktu untuk mengambil hatinya sebelum dia kembali ke Singapura.Aku ingin membuktikan bahwa aku juga menantu yang layak diterima, karenanya, setelah meminta izin Bendi dan diantar oleh seorang supir, aku meluncur ke sebuah villa mewah di pinggir kota.Kupegang kuat di pangkuan, sebuah kotak berisi songket dengan sulaman benang emas yang akan kujadikan hadiah untuk ibu mertua, besar harapan agar dia menerima hadiah tersebut sebagai simbol bahwa aku sangat menghormatinya.Sesampainya di sebuah vila mewah, yang dari luar saja sudah kelihatan estetik, aku langsung turun dari mobil dan menuju pintu utama l

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   4. kaget

    "A-apa maksud Mami?" tanyaku, tenggorokanku kering seketika mendengar ungkapannya."Kenapa kau kaget? kau bilang bahwa kau akan siap dengan segala konsekuensi karena sudah memilih Bendi sebagai suamimu?""Ta-tapi bukan begitu," sanggahku."Kami tumbuh dalam lingkungan bisnis kotor dan penuh dengan kelicikan, sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan kami adalah bisnis yang harus dimanfaatkan potensinya," desisnya dengan kejam."Tapi, ini hubungan, Mi ....""Jika kau yakin pada Bendi bahwa cintanya hanya untukmu maka biarkan saja dia pergi ke mana pun, karena pada akhirnya dia akan kembali ke dermaga hatimu," jawabnya santai."Menurut Mami itu mudah tapi menurutku ....""Jangan merasa terbebani, ini hanya permintaan kecil dari mertuamu. Apa kau tidak akan meluluskannya?" tanyanya dengan enteng sambil mengangkat sebelah alisnya."Aku ...." Tak mampu kuberi jawaban yang bisa melegakan antara aku dan dia. Mustahil menyetujui perpisahan di hari kedua setelah pernikahan."Pulanglah, pik

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   5 apapun itu

    "Apapun yang telah dilakukan ibuku, itu tidak ada kaitannya denganku, Pak.""Hmm, begitu ya, kamu ini naif atau pura pura bodoh sih?" bisiknya dengan tatapan penuh makna.Dadaku makin berdebar, takut dan tidak tahu harus apa pada situasi ini. Cemas dia akan terus mengancamku, akhirnya kuputuskan saja untuk menjauh."Maaf, aku masuk dulu, selamat bermain lagi, Pak," ucapku sambil memaksakan senyum."Kau takut ya, heran sekali bisa ada wanita yang takut padaku, padahal biasanya, wanita akan terpesona," ungkapnya sambil mengangkat kerah bajunya."Bagaimana pun saya akan mengingat perjumpaan kita," jawabku sambil menjauh."Aku pernah dengar kabar bahwa anak Nyonya Sakinah sangat cantik, dia bisa dijadikan alat negosiasi yang bagus alih-alih menikahkan dia dengan seorang preman," ungkapnya menahan langkahku."Saya bukan barang, Pak. Lagi pula saya menikah karena keinginan sendiri," jawabku yang langsung pergi membawa emosi.Di depan pintu aku berpapasan dengan suami, dia terkejut meliha

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   6. Mama datang

    Esok.hari.Entah kenapa pagi sekali mama datang ke rumah, ia masuk ke kamar dan membangunkanku setelah seorang pengawal Bendi mengantarnya ke kamarku." Bangun imel.""Ada apa?"aku yang masih setengah mengantuk tentu saja terkejut."Bendi di mana?'"Lagi pergi.""Ayo kita pergi," ujarnya Mama sambil menarik lenganku dengan keras. Dia mengajakku pergi dan dari rumah suamiku tanpa alasan yang jelas."Kemana Ma?""Pulang ke rumah!""Kenapa?""Aku tahu, aku merestui pernikahanmu, tapi kami sudah salah," ucap Mama panik."Apa maksudnya Ma, aku gak paham?""Ayo pulang, jangan di sini lagi," ujarnya."Tapi aku istrinya, aku pengantinnya, ini rumahku sekarang," jawabku berusaha menenangkan Mama."Kita salah, Nak, mama minta maaf, Papamu selalu berat untuk setuju dari dulu, dan kini semuanya jelas, sebelum terlambat ayo pergi.""Aku belum mengerti," balasku ragu."Ayo ambil barang penting dan kabur dari sini," ajaknya dengan cepat, kuambil ponsel dan mengikuti mama yang panik, meski bingung,

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   7. menemui orang tua

    Karena tidak tahan dan terus terus dibayangi oleh kekhawatiran karena ditelepon oleh pria misterius itu. Akhirnya kuputuskan untuk bertanya langsung kepada Bendi setelah pagi hari."Mas, aku mau tanya," ucapku setelah dia bergabung di meja makan dan menikmati sarapannya."Apa?""Apa kau menikahiku untuk membalas dendam pada orang tuaku?""Apa maksudmu?" Dia tertawa begitu saja."Apa benar ayahku sudah menghalangi bisnis real estate kalian? Apa benar kau menikahiku hanya untuk menyakitiku?""Apa kau pernah merasa disakiti?""Tidak, belum ...""Dan tidak akan pernah itu terjadi, buat apa aku harus menyakiti istri yang sudah susah payah kukejar?" tanyanya mengernyitkan alis."Aku terus-menerus mendapatkan telepon misterius yang mengingatkan bahwa aku harus segera kabur darimu," bisikku pelan."Kalau begitu masalahnya akan selesai dengan cara yang sangat mudah," ucapnya sembari bangkit dan langsung menuju di mana telepon rumah terpasang lalu dia memotong kabel nya dengan pisau roti yang d

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-23
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   9. sambutan pahit

    "Bagus karena Imelda sudah datang, Jadi kita bisa memulai acara ini." Ibu mertua menyambut dan menyentuh kedua sikuku dengan lengannya. Dia menyeretku ke depan."Oke," jawab wanita berbaju merah itu dengan lembut. Dia nampak cantik dan elegan bak seorang putri, dia pasti anak orang yang sangat kaya. Gaunnya merah menjuntai hingga ke lantai, belahan di kaki menunjukkan betisnya yang mulus dan seksi.Dia begitu percaya diri, dan levelnya jauh di atasku. Mendadak saat melihatnya perasaanku merasa rendah. Terlebih menyaksikan kedekatannya dengan ibu mertua, dan tangannya yang sejak tadi bergelayut di telapak tangan Mami membuatku seakan-akan harus bersiap patah hati."Dia menantuku, ia adalah wanita yang bijak dan tangguh, bukan begitu Imel?""I-iya, Mi, insya Allah," jawabku. Mas Bendi yang ada di sampingku menggenggam tangan dan tersenyum dengan tulusnya."By the way, ada apa Mi? Mengapa tiba tiba mengundang kami?" tanya suamiku."Ini Irina, anak Om Hardi, pengusaha batu bara dan pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24

Bab terbaru

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   57

    Baru beberapa meter meninggalkan gerbang tiba-tiba beberapa mobil yang terlihat dari kaca spion mobil Bendi menghentikan laju mereka di depan rumah Kolonel William."Ron, mereka datang," ucapku mengguncang bahunya."Biarkan saja," jawabnya sambil memacu mobil lebih kencang."Kalau mereka tidak menemukan kita, apa mereka tidak akan menyandera penghuni rumah?""Setahuku Bendi tidak begitu, lagipula dia cukup takut dan segan pada Om Heri," jawabnya."Bagaimana jika dia tidak takut lagi, karena calon mertuanya meninggal, telah terjadi perang dingin dan saling serang di antara keluarga itu, ditambah kita kini menikah jadi dia makin benci dan dendam.""Sejujurnya bukan kita yang harus disalahkan, Imelda, harusnya dia bertanya pada diri sendiri mengapa harus kepada kita dia melampiaskan marahnya, bukannya masalah berasal dari dirinya dan ibunya?""Kalau begitu kenapa kita kabur? Kita lari dari siapa?""Dari kematian seorang wanita yang piringnya tertukar."Iya, benar juga, masalahnya memang

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   56. gugup dan takut.

    Bagaimana ini?Wanita itu meninggal, apa yang harus kulakukan sekarang?Apa aku sudah jadi pembunuh? Tapi niatku bukan membunuh wanita itu, melainkan ingin memberi pelajaran pada Ibu mertua, mengapa kisahnya jadi serumit ini?"Apakah Mama yakin jika beritanya benar?" tanyaku pada Mama di seberang sana."Kabarnya begitu, tapi aku tak pergi membuktikan ke Santa Maria," jawab Mama."Ada apa kamu diam saja?" tanya Roni yang duduk melihatku cemas dan pucat sambil berbicara di telepon."Hmm, ... Nyonya Felicia meninggal, Ron.""Wah ...." Pria itu langsung menyandar lemas sambil menekan kepalanya." ... kalau begini masalahnya akan makin rumit, Melda.""Aku harus bagaimana?""Kau akan didakwa pada pembunuhan berencana, kau bisa dihukum mati," bisiknya lemas."Apa ... kau akan membiarkan aku dihukum mati?" tanyaku sambil meraih wajahnya, membiarkan tatapan kami sejajar. Kini sorot mata Roni terlihat redup dan sedih, dia menatapku dan mengusap perutku sambil menggeleng sendu."Kalau aku di

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   55. keadaan berbalik

    Tidak lama setelah kami semua bersukacita dengan kehamilanku, tiba-tiba suster datang dan memberi tahu bahwa kakek William sudah sadar. Tentu saja kebahagiaan keluarga kami bertambah tambah, dengan penuh tawa dan senyum, mertuaku dan segenap saudaranya langsung menuju kamar tempat kakek dirawat. "Pa, papa udah sadar?" "I-iya," jawab pria itu dengan nada lemah. "Kakek, kakek harus semangat, tidak inginkah kakek melihat cucu buyutmu?" tanyaku dengan mata berbinar kepada pria itu, tentu saja pria yang selalu dikenal angker dalam keluarga dan lingkungan kerjanya itu nampak menyunggingkan senyum samarnya. "Tapi kenapa kau memar?" "Kamu mengalami sedikit masalah, tapi tenang saja dokter memberi tahu bahwa bayiku baik-baik saja," jawabku. "Sepertinya kamu harus mulai berhenti bermain main Imelda." Aku dan seluruh anggota keluarga sering lirik tentu saja Kami paham apa maksud dan arah pembicaraan kakek bahwa aku harus berhenti main mengganggu orang dan terlibat tembak-tembakan.

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   54

    "Itu bohong kan, kamu hanya mencoba untuk menghentikanku," desis Bendi."Itu yang dikatakan Mama, itu hasil kliniknya! Tolong lepaskan aku," pintaku dengan kalimat yang tegas."Tidak takutkah kamu bawa aku akan membunuh kalian, minimal salah satu dari kalian.""Cukup dengan omong kosongmu, Bendi, aku harus pergi. Aku harus melihat Kakek mertuaku," jawabku sambil menggandeng Roni."Roni ... pengkhianatan yang kau lakukan takkan pernah kumaafkan. Kau menusukku dari belakang dan merebut istriku!""Terserah aku tak peduli," jawab Roni."Dengar Imel, dalam kisah pernikahan kita yang jadi perebut bukan Irina, tapi Roni!" teriak Bendi memecah keheningan dan desau angin di sekitar tempat pembuangan itu. Kali ini sakit hatinya amat terlihat dari sorot matanya yang berkaca-kaca."Dia tak merebut, kami jalin hubungan sesaat setelah kau mencampakkanku, salahmu membiarkanku terombang-ambing dengan perasaan dan harapan palsu, sementara kau tidak kunjung datang menjemputku."Pria itu terduduk lesu d

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   53

    *Kuhentikan mobil kesayangan mantan suaminya yang harganya hampir empat digit itu di tempat pandangi paling jauh, terpencil dari kota, kupandangi body kendaraan yang sudah hancur dan tergores parah di berbagai sisi dengan hati puas. Aku memang tak bisa menyakitinya, tapi merugikan dia kini menjadi hobi baruku.Kukeluarkan sebatang rokok yang kebetulan berada di mobil itu, kunyalakan pemantik lalu mengisap asapnya dalam dalam. Kupandangi cakrawala yang membentang di mana hanya ada warna gelap di setiap sisinya. Bintang tak lagi berkelipan dan kenangan tentang bahagianya aku memandangi langit sudah berakhir entah sejak kapan. Mungkin langit sudah kelabu jauh seperti jalan hidupku yang belum jelas hitam dan putihnya. Keluarga Roni meyakini aku hamil sementara diri ini terus membohongi semua orang. Aku kelimpungan dengan kebohongan sendiri tapi terus merasa santai, seakan semuanya baik-baik saja.Sekali lagi, kuisap batang rokokku dengan dalam."Asyik sekali ya, duduk di atas kap mobil

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   52 POV mama; Imelda hamil

    Entah sudah berapa kali anakku memberiku kejutan yang tidak terduga, dia menyimpan begitu banyak misteri dalam hidupnya dan sekali lagi membuat kami semua terperanjat. Dia mengatakan hamil syaraf-syaraf kepalaku langsung menegang, adrenalinku naik, pun perasaan kaget yang bergejolak.Aku tidak percaya dia hamil, lebih tidak percaya pada apa yang sudah dia lakukan, dia berusaha melenyapkan nyawa seseorang. Sungguh Ka sakit hatinya Imelda membuat Dia kehilangan akal sehat mengambil resiko terburuk yang ancamannya bisa 20 tahun penjara atau bahkan mati di tiang gantungan."Ya Allah, Imelda." Aku hanya bisa terbelalak ketika Dia meyakinkan semua orang bahwa dia sedang hamil, pun Kolonel William, Papua yang terkenal angker dan kejam itu tatapan matanya langsung meredup ketika mengetahui cucunya menghamili putriku."Sekarang, apa rencanamu?!" biskku pada Imelda, di sela-sela keributan keluarga itu, mereka gaduh menimbang apakah anakku harus dilepas atau dibawa pulang oleh mereka."Entahlah

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   51

    Melihat Mantan ibu mertua makin kalap, aku segera bangun dan kabur dari tempat itu. Tak tinggal diam, para pengawal rumah sigap bergerombol menahanku di depan tangga. "Lepaskan dia, biarkan pergi," ucap Bendi.Kubalikkan badan dan melihat sorot matanya yang kosong, aku tak paham, setelah kemarahan tadi kenapa dia langsung berubah melepaskanku.Tujuanku datang ke rumah mereka untuk menyelesaikan masalah yang Bendi buat di rumah mertuaku, mengapa kini jadi aku yang ditembaki.Tiba-tiba ada dorongan untuk tidak jadi kabur dan memilih menyelesaikan ini dengan cara mereka.Lagipula posisiku sulit, belasan orang menghadang sementara di depan sana Bendi sedang berjibaku menahan gerakan ibunya, mereka sedang memperebutkan pistol.Tanpa banyak berpikir lagi, dengan gerakan cepat aku langsung menarik pistol di pinggang salah seorang pengawal Nyonya Erika.Mereka sigap ingin mengambil kembali namun aku langsung menodongkan benda itu ke salah seorang dari mereka."Diam, kalian, jangan coba-coba

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   50

    Tidak!Aku tidak bisa duduk di sini dan menunggu keajaiban, aku harus bereskan masalah yang sudah kubuat dari awal agar kesalahpahaman dalam keluarga ini bisa segera diatasi. Rasanya tak baik, baru saja jadi pengantin tapi sudah terkena masalah.Tring ....Ponsel berdering dan dia segera mengangkatnya, ternyata itu adalah panggilan dari Tante Vina di rumah sakit."Halo, Ma, gimana?""Kakekmu sudah sadar setelah begitu panjang upaya dokter untuk menyelamatkannya, tapi kondisinya masih memprihatinkan.""Syukurlah kalau begitu Ma, menurut dokter apa yang telah terjadi pada kakek?" Sembari bertanya pria itu, menatapku dengan penuh rasa khawatir."Iya, kakekmu diracuni.""Ya Tuhan ... lalu siapa yang mungkin melakukannya, Imelda tak mungkin berbuat semacam itu, Mam.""Mama tak tahu Roni, bagaimanapun keluarga kita dan keluarganya adalah musuh kebuyutan yang sudah lama saling membenci, Mama jadi bingung juga, Ron...."Sekarang sudah berbeda, Ma.""Mama tidak tahu cara menjernihkan keraguan,

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   49

    Bagaimana ini, mereka menyalahkan untuk hal yang sama sekali tak kuketahui, aku berada di posisi sulit karena apa yang terjadi saat ini sama sekali di luar dugaan dan rencanaku. Aku tersungkur lemas dalam keadaan mereka semua masih menghujat dan menyalahkanku. "Sudah jangan ribut dulu! Mari kita obati papa, baru kita bicarakan sisanya!" ujar Tante Vina Tidak lama kemudian ambulans datang dan Kolonel William digotong beramai-ramai untuk dibawa ke rumah sakit. Ibu mertua dan anak-anak kakek William naik ke atas ambulans dan pergi ke rumah sakit sementara ada aku, Roni dan Om Heri di rumah."Sini kau! Aku akqn membunuhmu!" teriak pria itu sambil menyeretku dengan kasar dan membuatku menabrak bufet kaca lalu menjatuhkan pajangan yang ada di atasnya."Ah, sakit.""Rasa sakit itu belum sepadan dengan apa yang kau lakukan, kau ini sungguh tidak tahu diuntung ya kami menikahkanmu dengan anggota keluarga kami tapi kau malah membunuh!""Aku tidak melakukannya," sanggahku dengan lantang."Kak

DMCA.com Protection Status