Cahaya sinar matahari yang kembali terik. Malam yang ternyata sudah berlalu dengan penuh drama dan sekarang kembali pagi. Cahaya sinar matahari yang masuk dari sela-sela jendela kamar Avian yang menggangu tidur Tsamara dan membuat mata Tsamara perlahan terbuka. Tsamara yang merasa kepalanya menpel pada sesuatu. Tetapi bukan pada bantal yang membuat mata itu perlahan terbuka. Tsamara yang baru menyadari ternyata dirinya berantalkan dada bidang Mahendra. Selain itu Mahendra juga masih memeluk tubuhnya. "Astaga!" ucap Tsamara pelan. Dengan posisi yang seperti itu membuat Tsamara benar-benar sangat gugup dan perlahan mengangkat kepalanya dengan pelan. Agar tidak membangunkan Mahendra. Tetapi baru saja bergerak tiba-tiba Mahendra juga bergerak dan malah mengeratkan pelukannya dengan Tsamara yang posisi Mahendra yang sudah menghadap Tsamara dan wajah Tsamara yang bertumpu pada bidang Mahendra. Tsamara memejamkan mata yang semakin merasa begitu gugup dengan posisi mereka berdua dan
Tsamara Akhirnya sampai juga ke rumahnya setelah diantarkan salah satu orang suruhan Mahendra. Tsamara yang keluar dari mobil langsung memasuki toko roti miliknya. Namun, Tsamara tiba-tiba salah fokus pada seorang wanita yang duduk di salah satu bangku yang terlihat fokus pada ponselnya sembari menikmati teh hangat dan juga roti yang telah dia pesan. Silvia!" ucap Tsamara yang memang mengenali wanita yang baru pertama kali dia temui itu dan mereka sudah berkenalan. Tsamara yang tidak membuang waktu langsung menghampiri Silvia. "Silvia!" tegur Tsamara.Silvia mengangkat kepala yang melihat ke arah Tsamara yang berdiri di sampingnya. "Tsamara," sahut Silvia dengan tersenyum yang langsung berdiri dan memeluk Tsamara."Aku senang sekali bisa bertemu dengan kamu kembali," ucap Silvia yang menunjukkan wajah begitu sangat bahagia. "Kita bertemu di sini dengan tidak sengaja dan ini sangat kebetulan," sahut Tsamara."Tidak Tsamara, pertemuan kita ini bukan karena ketidaksengajaan dan mema
Karin terlihat begitu kesal mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Silvia. "Kak Karin. Rumah ini bukan milik Kakak. Jadi terserah aku mau mengadakan apapun di rumah ini dan tidak perlu minta izin dari Kakak!" tegas Silvia dengan tersenyum penuh kemenangan Karin mengepal tangannya yang semakin kesal dengan keberanian Karin yang semakin lama semakin tidak tahu batas. "Hmmm..... dari pada Kak Karin marah seperti itu dengan tidak jelas. Lebih baik Kak Karin siap-siap saja untuk menghadiri acara jamuan makan malam ini," saran Silvia."Kau bilang apa. Aku akan hadir di acara jamuan makan malam ini. Kau hanya bermimpi saja. Aku tidak akan sudi untuk hadir!" tegas Karin."Sayang sekali. Padahal Kak Mahendra saja bisa meluangkan waktu untuk acara makan malam yang aku buat," sahut Silvia."Kak Mahendra," sahut Karin yang terlihat sangat mengejek."Hey kamu jangan bermimpi jika Kak Mahendra akan hadir acara kampungan seperti ini. Dia memiliki pekerjaan yang banyak dan tidak akan membuang-
"Karin kamu harus menghargai usaha adik kamu. Kamu tidak lihat dia masih baik yang mengadakan acara makan malam dan juga ulang tahun untuk kamu. Padahal Silvia pasti punya privasi sendiri untuk berkumpul bersama teman-temannya," ucap Lidya. "Dia hanya cari perhatian saja agar orang-orang merasa jika dia baik," ucap Karin. "Tapi bukankah tidak apa-apa jika Silvia berusaha untuk baik. Kamu juga seharusnya sebagai kakak menerima semua itu dengan baik," sahut Mahendra. "Semua orang saja membela dia," umpat Karin dengan kesal. "Maaf sudah membuat kalian menunggu," tiba-tiba terdengar suara Silvia yang membuat Mahendra melihat ke arah suara itu dan juga begitu Lidya namun Karin masih sangat tidak peduli. Mata Mahendra melotot ketika melihat Tsamara yang bersamaan dengan langkah Tsamara yang juga terhenti yang tidak percaya dengan apa yang telah dia lihat. Debaran jantung Tsamara yang mulai tidak normal berdebar begitu kencang dan sama dengan Mahendra yang juga berdebar begitu kencang
Suasana yang semakin tegang dengan air mata Tsamara yang sudah jatuh. Jantung itu berdebar begitu kencang yang tidak menyangka jika Karin telah menuduh dirinya menjadi pemicu hubungan pernikahan Kayra dan Alex."Kenapa Kakak diam? apa yang Kakak sampaikan pada Kak Mahendra merupakan kebohongan atau bagaimana?" tanya Silvia yang benar-benar menjebak Karin."Tante Lidya, Kak Mahendra dan semua orang yang ada di sini. Aku memang sengaja mengumpulkan kalian semua di ini untuk melihat bagaimana sebenarnya teman kalian yang satu ini," tegas Silvia."Jadi kamu sengaja memperkenalkan diri pada kita semua dan semua itu bukan kebetulan," sahut Amel."Iya semua itu memang bukan kebetulan," jawab Silvia."Dia!" tunjuk Silvia pada Karin."Dia telah menuduh Tsamara berselingkuh dan padahal Tsamara sama sekali tidak mengenal siapa Kak Alex. Dia menjadikan Tsamara kambing hitam untuk menutupi apa yang telah dia lakukan. Karena sebenarnya dia yang telah menjadi selingkuhan Kak Alex!" tegas Silvia.Deg
Mahendra berlari keluar rumah untuk melihat Tsamara yang sudah di masukkan kedalam mobil. Amel, Rora juga ikut masuk dan terakhir Andre yang ingin memasuki mobil. Tetapi sebelum memasuki mobil Andre melihat Mahendra yang berlari yang tampak tergesa-gesa yang membuat Andre mendengus tersenyum.Senyum Andre seolah ada sesuatu yang mungkin mengejek Mahendra. Andre tidak mengatakan apa-apa lagi dan langsung memasuki mobil. "Tsamara!" ucap Mahendra dengan suara berat yang tidak mampu melakukan apa-apa dan hanya melihat mobil itu sudah berjalan. Andre bahkan sengaja membunyikan klakson yang seperti mengejek Mahendra."Sial!" umpat Mahendra dengan kekesalan.Mahendra memejamkan mata yang terlihat frustasi dengan apa yang terjadi membuat Mahendra tidak bisa melakukan apa-apa."Kenapa semuanya jadi begini!" teriak Mahendra mengacak rambutnya frustasi.Bagaimana tidak. Hal itu akan menjadi penyesalan terbesar bagi Mahendra. Tsamara yang di jadikan korban dan harus bertanggung jawab dengan semu
Malam yang sudah terlewatkan dengan penuh drama. Makan malam yang berantakan dan acara ulang tahun yang juga tidak jadi. Gebrakan yang di buat Silvia dengan sangat rapi berhasil menjawab semua teka-teki yang selama ini dia cari. Tetapi hati Tsamara hancur berkeping-keping yang ternyata di khianati sahabatnya sendiri.Tetapi apapun itu tidak akan mengubah apapun. Tsamara yang keluar dari kamar yang terlihat rapi-rapi. Dia sepertinya tidak bisa terpuruk dalam masalah itu. Karena percuma terpuruk takdir Tsamara yang memang sudah seperti itu.Melihat Tsamara yang seperti itu membuat Amel heran dengan Tsamara "Tamara kamu mau kemana?" tanya Amel."Hari ini bukannya kita ada meeting bersama klien, jadi aku ingin meeting,"jawab Tsamara."Iya. Aku tahu. Tapi kondisi kamu yang seperti ini?" tanya Amel."Amel aku tidak apa-apa sama sekali. Kamu tidak perlu Khawatir padaku. Aku baik-baik saja," jawab Tsamara."Kamu yakin baik-baik saja hah! aku melihat kamu terlihat tidak baik-baik saja. Lihat
Karin menuruni anak tangga yang terlihat berjalan terburu-buru."Mau kemana kamu Karin?" langkah Karin terhenti ketika suara memanggilnya."Tante Lidya," sahut Karin dengan gugup."Mau kemana kamu?" tanya Lidya tampak ketus.Semenjak semua kejadian itu terbongkar. Sikap Lidya berubah terhadap Karin dan hal itu sangat wajar. Karena Karin adalah wanita yang menyebabkan rumah tangga putrinya hancur."A-a-aku mau pergi sebentar," jawab Karin."Kamu tidak bisa kemana-mana. Mahendra menyuruh kamu untuk tetap di rumah!" tegas Lidya."Tapi Tante ini hanya sebentar saja ..... aku....""Kamu tidak dengar apa yang saya katakan hah! Kamu tetap diam di rumah atau kamu mau Mahendra bertindak lebih parah!" tegas Lidya."Baiklah! kamu pergi dari rumah dan jangan pernah kembali lagi!" tegas Lidya yang benar-benar sangat marah."Apa maksud Tante..." tanya Karin."Apa yang kamu lakukan, sebagai seorang Ibu saya tidak bisa memaafkan. Kamu sangat keterlaluan yang bertindak sesuka hati kamu. Kamu sama seka
Setelah menghabiskan malam pertama mereka berdua Mahendra dan Tsamara yang melanjutkan dengan bermain-main di pinggir pantai. Tsamara yang tampil begitu anggun menggunakan dress putih sampai mata kakinya yang sekarang berlari-lari dikejar-kejar Mahendra yang juga menggunakan setelan kemeja berwarna putih dengan celana pendek berwarna coklat susu. Pasangan itu sama sekali tidak hentinya saling bercanda satu sama lain.Sekarang Mahendra yang memutarkan tubuh sang istri dengan menggendongnya yang membuat Tsamara terus saja berteriak dengan kedua tangannya berada di leher Mahendra.Kedua tangan Mahendra yang berada di bawah pantat Tsamara yang menggendong istrinya itu dan sesekali Tsamara merentangkan tangannya dan sampai akhirnya menempelkan dahinya di dahi Mahendra. "Kamu sangat bahagia?" tanya Mahendra.Tsamara menganggukkan kepalanya."Bagaimana mungkin aku tidak bahagia dan aku juga tidak bisa menggambarkan kebahagiaanku seperti apa," jawab Tsamara."Aku juga sangat bahagia," sahut
Acara pernikahan yang telah selesai. Mahendra dan Tsamara yang sekarang berada di dalam kamar Hotel. Kamar pengantin pada umumnya yang penuh dengan suasana romantis. Tempat tidur king size dengan sprei berwarna putih yang ditaburi dengan kelopak mawar yang dibentuk dengan love dan di bagian tengahnya terdapat dua angsa yang saling berhadapan. Selain itu juga terdapat banyak tangkai mawar yang berada di atas lantai yang menambah suasana kamar tersebut yang semakin romantis dan belum lagi dengan lampu yang tidak terlalu terang dan juga tidak terlalu gelap. Di tambah dengan aroma kamar tersebut yang begitu khas dan sangat menyejukkan. Tsamara yang duduk di depan cermin yang sedang menyisir rambutnya. Setelah acara pernikahan yang sangat melelahkan itu selesai. Tsamara langsung membersihkan diri agar terlihat fresh. Dia sudah mandi dan tidak lupa keramas yang juga sudah melepas gaun pengantinnya dengan baju tidur berwarna merah mencolok yang panjang sampai mata kaki. Krrekkk Su
"Itu calon istrimu!" tunjuk Andre yang membuat Mahendra langsung menoleh. Mahendra melihat calon istrinya berjalan begitu cantik dan anggun yang didampingi oleh sahabat-sahabatnya. Tsamara terlihat sangat tenang dengan memegang buket bunga di tangannya. Mahendra sampai tidak berkedip melihat calon istrinya yang benar-benar seperti bidadari yang sangat cantik.Bukan hanya mata calon suami yang tidak berkedip melihat pengantin yang sangat cantik itu. Semua tamu undangan juga langsung tertuju pada Tsamara yang benar-benar harus memuji kecantikan Tsamara. Mereka tidak tanggung-tanggung yang pasti berbisik-bisik membicarakan Tsamara yang pasti mengagumi calon pengantin tersebut. "Ngedip woy!" tegur Andre yang membuat Mahendra tersentak dengan dirinya yang tersenyum geleng-geleng. Bagaimana dia bisa berkedip jika calon pengantinnya saja seperti itu."Tenang bentar lagi kamu akan bisa menatapnya secara dekat dan tidak perlu khawatir akan hal apapun," sejak tadi Andre terus saja menggoda Ma
Hari Pernikahan. Akhirnya hari yang di tunggu-tunggu datang juga. Hari pernikahan Tsamara dan Mahendra. Pernikahan mereka yang diadakan secara order di salah satu tempat yang sudah di dekor dengan seindah mungkin yang sesuai dengan keinginan Tsamara dan Mahendra. Tempat pernikahan itu sudah mulai dikunjungi para tamu yang berdatangan yang turut menghadiri acara sakral tersebut. Dengan susunan bangku yang rapi yang berwarna putih yang sudah disusun sedemikian rupa. Tidak lupa dengan paduan dekorasi yang indah dengan bunga berwarna putih yang dipadukan dengan pink. Para tamu undangan yang benar-benar dimanjakan dengan pemandangan yang sangat indah itu. Sementara Tsamara yang masih berada di salah satu ruangan yang khusus untuk pengantin wanita yang masih sedang di make up. Tsamara juga terlihat sangat cantik menggunakan gaun panjang berwarna putih tanpa lengan. Gaun Indah itu sampai menyapu lantai. Tsamara yang berdiri dengan memegang bunga dan menatap dirinya di cermin. Ame
Tsamara yang berada di dalam kamar yang baru saja selesai dari kamar mandi dan menghampiri cermin yang seperti biasa sebelum tidur memakai skin care terlebih dahulu. Ponsel Tsamara yang berdering membuat Tsamara yang langsung melihat panggilan masuk tersebut yang ternyata dari Mahendra. "Kenapa dia menelpon? apa ada sesuatu?" tanyanya dengan rasa penasaran. Tanpa berpikir panjang yang akhirnya Tsamara mengangkat panggilan telepon tersebut. "Hallo!" sapa Tsamara."Kamu sedang apa?" tanya Mahendra dengan suara yang sangat lembut. Tsamara pasti sangat merindukan suara yang berbicara itu. "Ingin tidur," jawab Tsamara."Kamu bisa tidur dan kamu tahu tidak tahu, bahwa aku sama sekali tidak bisa tidur," ucap Mahendra."Oh iya. Memang kenapa?" tanya Tsamara "Bagaimana aku bisa tidur jika beberapa hari ini kita tidak pernah bertemu dan bahkan baru kali ini aku menelpon kamu. Walau dilarang berkomunikasi dengan kamu. Ternyata hal itu membuatku tidak tahan dan mau tidak mengulur menghubungi
Tsamara begitu sangat bahagia mendapatkan kejutan dari sahabatnya. Tsamara sampai meneteskan air mata yang mungkin tidak bisa berkata-kata dengan apa yang telah diberikan sahabatnya kepada dia. Sangat wajar dalam situasi seperti itu dia sangat terharu."Kamu oke Tsamara?" tanya Rora yang mendapati sang sahabat menegaskan air mata.Tsamara hanya menganggukkan kepala dengan terharu."Tapi aku melihat kamu tidak baik-baik saja. Kamu sampai meneteskan air mata. Apa kita melakukan kesalahan?" tanya Rora dengan panik.Tsamara menggelengkan kepala, "kalian sama sekali tidak melakukan kesalahan apapun. Bagaimana aku tidak meneteskan air mata dengan keadaan yang sekarang aku dapatkan. Selama ini aku hanya punya kalian bertiga. Aku bersama dengan Amel perjuangan kami yang besar dan perjuangan itu juga tidak mudah. Aku mengenal kamu Rora yang selalu memberikan dukungan kepadaku. Kamu juga Karin. Di luar semua yang terjadi. Kamu adalah orang satu-satunya yang sangat mengerti aku dan terus memberi
Setelah melakukan semua kegiatan Mahendra dan Tsamara yang akhirnya hari ini Tsamara dan Mahendra yang sudah sampai di depan rumah Tsamara dengan mereka berdua yang masih berada di dalam mobil. Mahendra memegang tangan Tsamara dengan tersenyum pada Tsamara."Sebentar lagi kita berdua akan menikah," ucap Mahendra yang membuat Tsamara menganggukkan kepala."Kata kak Indah menjelang hari pernikahan kita tidak boleh bertemu dulu," ucap Tsamara yang membuat Mahendra mengkerutkan dahi."Kita tidak boleh bertemu!" tanya Mahendra memastikan. Tsamara menganggukkan kepala."Kak Indah mengatakan jika hal itu pamali menghindari hal-hal yang tidak terduga. Jadi kita berdua jangan bertemu sampai pernikahan minggu depan dan lagi pula persiapan pernikahan kita sudah sampai 95%. Kita sudah menyiapkan lokasi pernikahan, undangan pernikahan, catering dan hal-hal lainnya," ucap Tsamara."Tapi masa iya kita tidak bertemu selama satu minggu," sahut Mahendra yang sangat keberatan dengan keinginan Tsamara.
Setelah seharian Mahendra dan Tsamara bersama mengurus segala persiapan pernikahan mereka berdua yang akhirnya sekarang pasangan itu yang berada di dalam mobil yang berhenti di kediaman Mahendra."Ayo turun!" ajak Mahendra."Memang kita harus mampir lagi ya?" tanya Tsamara yang mungkin terlihat begitu capek dan rasanya ingin pulang saja. "Sebentar saja Tsamara. Ada yang ingin dikatakan mama kepada kamu dan mungkin saja mama harus mengatakan sekarang," ucap Mahendra yang membuat Tsamara menghela nafas.Mahendra yang langsung meraih tangan kekasihnya itu."Kamu capek ya seharian?" tanya Mahendra yang membuat Tsamara menganggukkan kepala dan memang benar-benar begitu capek dan sangat melelahkan."Bagaimana? kalau kamu menginap saja di rumah. Besok kamu baru pulang?" tanya Mahendra memberikan saran. "Mana boleh seperti itu," sahut Tsamara membuat Mahendra mengkerutkan dahi. "Kenapa?" tanya Mahendra heran."Kita belum menikah dan aku tidak mau menginap di rumah calon suamiku," ucap Tsam
Tsamara yang tiba di rumahnya dan ingin memasuki kamar yang bersamaan dengan Amel yang juga baru pulang. "Aku pikir kamu sudah kembali sejak tadi," ucap Tsamara yang memang tadi Amel duluan pulang terlebih dahulu bersama dengan Mahendra dan ternyata mereka bahkan malah sampai berbarengan dan padahal Tsamara dan Mahendra tadi tidak langsung pulang. "Iya aku memang baru sampai," jawab Amel."Memang kamu habis dari mana?" tanya Tsamara kebingungan."Tadi aku sama Andre mampir sebentar ke minimarket. Aku membeli beberapa cemilan yang memang stoknya sudah habis," jawab Amel "Hmmm, aku lihat kamu dan Andre belakangan ini sangat dekat. Apa akan ada hilal setelah ini," ucap Tsamara yang menatap curiga sahabatnya itu. "Hilal apa maksud kamu Tsamara. Kamu itu ada-ada saja!" ucap Amel dengan geleng-geleng kepala."Ya, hubungan kalian berdua itu sangat tidak biasa dan bukankah wajar aku mempertanyakan hal itu dan siapa tahu saja kalian berdua memiliki hubungan yang spesial yang tanpa aku keta