Bab 90Malam yang begitu dingin, sampai-sampai membuat Tika menarik selimutnya ke kepala. Di saat-saat seperti ini, keinginan Tika untuk menggaet Dika sepenuhnya semakin kuat. Kalau sudah menikah dengan Dika, ia bisa leluasa meminta pria tersebut menghangatkannya setiap malam. "Halo, Pak. Bapak udah tidur, ya?" sapa Tika yang sengaja menelepon Dika karena merasa butuh ditemani. "Kalau saya udah tidur, gimana caranya bisa ngangkat telepon dari kamu, Tika?" jawab Dika dari seberang telepon. Tika sontak menyengir. "He-he-he. Maaf, Pak. Efek ngantuk dan kedinginan, nih. Kayaknya kita harus cepat-cepat nikah, deh, Pak." "Itu bukan efek ngantuk, Tika, tapi memang kamunya aja yang kurang se-ons. Saya jadi makin bingung, kenapa saya punya perasaan sama kamu, ya? Padahal kamu dodolnya nggak hilang-hilang." "Is, Bapak mah ngeledek saya mulu! Bikin makin kangen aja, deh! Besok kita ketemuan, ya, Pak?"Benar dugaan Dika. Sepertinya Tika memang kurang seons. Padahal ia serius saat menghina ga
Bab 91"Aku nggak bohong, Mbak. Buat apa, sih, ngaku-ngaku bisa ngeliat makhluk halus?" Hari masih lagi, tapi suasana di kos-kosan Tika sudah ramai sekali. Hal itu dipicu oleh cerita salah satu penghuni kos yang mengaku bisa melihat makhluk gaib. "Masa, iya, sih, Mbak? Aku bukannya ngeraguin kemampuan kamu, tapi aku jadi ketar-ketir ini. Jadi pengen pindah kos-kosan. Mbak nggak ngarang cerita, kan, ya?" sahut penghuni kos yang lainnya. "Is, udah saya bilang, saya nggak bohong. Memang ada genderuwo yang selalu berjaga di depan pintu kamarnya Mbak Tika. Serem banget wajahnya. Saya aja yang sering ngeliat makhluk halus, tetap ketakutan ngeliat dia," jawab si penghuni kos yang mengaku memiliki indra keenam. "Kalau sekarang, gimana, Mbak? Masih ada, nggak?" tanya penghuni kos yang belum bersuara sejak tadi. "Coba kita lihat dulu." Mereka berjalan menuju kamar Tika. Tampak wajah tegang di wajah masing-masing. "Wah, kalau sekarang nggak ada. Kayaknya cuma muncul kalau malam hari. Mung
Batu Secret Zoo merupakan tempat wisata kebun binatang modern yang terletak di Kota Batu, Jawa Timur, berada di atas tanah dengan luas 14 hektare. Kebun binatang yang menjadi bagian dari Jatim Park 2 ini memiliki beberapa koleksi hewan dari berbagai habitat yang sebagian besar berasal dari Asia dan Afrika.Batu Secret Zoo juga menjadi salah satu kebun binatang terbaik di Asia serta didesain sebagai kebun binatang yang sangat menarik untuk dikunjungi. Sebab, selain kebun binatang, di sini juga terdapat wahana permainan bernama Fantasy Land. Hal itulah yang menjadi alasan Dika di luar kota selama beberapa saat, untuk melakukan observasi yang akan menjadi tujuan kerjanya kali ini.Saat memasuki kawasan kebun binatang tersebut, Dika langsung disuguhi mewahnya area tersebut dan matanya langsung terfokus pada sebuah arsitektur unik bertuliskan Batu Secret Zoo. Semakin masuk ke dalam, kesan mewah kian terasa. Dika kemudian menyusuri jalan yang indah penuh warna dengan sambutan beberapa hewan
Ini sudah kali ketiga Tika menelpon Dika sampai Dika merasa geram. Pekerjaan laki-laki itu jadi terganggu karenanya dan dia tidak bisa mematikan teleponnya sebab tentu saja dia juga berkomunikasi dengan pihak kebun binatang tempatnya bekerja. Dia juga harus mengecek beberapa hal menggunakan handphone-nya."Kamu bisa nggak buat hari ini jangan ganggu dulu? Aku kan udah bilang lagi sibuk, Tika. Kalau pekerjaanku dah selesai, kamu boleh ngomong sepuasnya. Jangan sekarang." Sekuat tenaga Dika mencoba untuk menahan emosinya. Ternyata Tika memang tak seperti Nuri yang dewasa dan pengertian. Setelah menyadari semua ini, laki-laki itu merasa menyesal telah menyia-nyiakan Nuri demi perempuan kekanakan seperti Tika. Seandainya saja semua ini tak terjadi. Entah kenapa dada Dika mendadak merasa sesak mengingat semua pun dia juga merasa begitu merindukan mantan istrinya itu. Semua hal, dari tawa, senyum, perkataan, perlakuan, serta masakan Nuri. Hal itu semakin membuatnya sedih."Jadi kamu mau bi
Suara alunan musik lembut menjadi penggiring yang serasi dengan dinner romantis di restoran mewah. Interiornya mengusung konsep perpaduan antara Chinese dan Europe. Satu sisi interiornya terdapat kotak telepon merah khas London, juga miniatur bus merahnya. Tidak ketinggalan pula pohon-pohon buatan yang indah. Dirancang sedemikian rupa bak musim semi asli. Sementara di sini bagian lagi, lampion-lampion menggantung di atap-atap restoran. Ada pula tulisan-tulisan Chinese pada pada temboknya. Ilustrasi Tembok Besar Cina juga terpampang di sana. Menciptakan rasa seperti berada langsung di tempat tersebut. Nuri terpana menyaksikan keindahan restoran tersebut. Ia bahkan tak menyadari bila Daniel sedari tadi mengulum senyum karena melihat tingkahnya. Mereka berdua duduk di bagian dekat jendela. Daniel sengaja memilihnya supaya mereka bisa menikmati pemandangan malam kota. Satu per satu hidangan mulai berdatangan. Ada makanan khas Indonesia, apa pula makanan khas China dan Eropa sesuai te
Bab 95Beberapa hari telah prosesi lamaran secara pribadi antara Daniel dan Nuri, akhirnya Bu Cici—ibunya Daniel—mengetahui bahwa putranya telah melamar Nuri. Ia tidak terima atas hal tersebut. Bisa-bisanya Daniel ingin menjadikan Nuri sebagai ibu sambung dari Luna. Dengan paras anaknya yang tampan serta kemampuan finansial yang mapan, semestinya Daniel bisa mendapatkan gadis lain di luaran sana. Gadis yang cantik dan tentu saja belum pernah menikah. Seperti Angel misalnyaNamun, Daniel malah lebih memilih Nuri yang notabenenya adalah seorang janda. Mau ditaruh di mana muka Bu Cici ketika teman-teman dan keluarga besarnya tahu bila putranya menikah lagi dengan janda? Itu sungguh memalukan dan tidak etis. Memang sih anaknya sudah duda, tapi duda berkelas. Harusnya bisa dong dapat yang vrigin. Banyak mungkin yang mau.Wanita separuh baya itu berusaha mencari waktu yang tepat untuk bicara empat mata dengan Daniel. Ia akan mulai bicara dan menasihati baik-baik. Jika anaknya tetap kukuh d
Selepas mendengar kabar lamaran yang diterima Nuri, Bu Widya menelepon wanita itu beberapa hari kemudian. Ia ingin bertemu secara langsung dengan Nuri dan mengkonfirmasi apakah benar Nuri telah menerima lamaran dari Daniel ataukah tidak. Meski dalam hatinya merasa cemas dan sedih, Bu Widya harus tetap menguatkan diri. Hari ini ia bersiap-siap untuk bertemu Nuri di sebuah restoran. “Ndak papa Ibu pergi sendiri? Takutnya nanti kenapa-kenapa di jalan,” ujar Fitri, Asisten Rumah Tangga mereka. Bu Widya mengangguk singkat. “Gak papa, Fit. Ada pak sopir juga yang mengantar. Tolong nanti kalau Dika telepon ke rumah dan tanya saya di mana, bilang aja saya keluar buat arisan,” jelasnya kemudian. Fitri mengiyakan, lantas bergegas membawakan tas Bu Widya dan mengantar hingga depan. Wanita separuh baya yang selalu berpenampilan elegan dan berkelas itu hari ini wajahnya tampak sedikit pucat. Kendati demikian, pertemuan dengan Nuri tak bisa ia batalkan. Jadilah Bu Widya berangkat bersama sopir
Tiga hari berlalu sejak hari pertama Bu Widya pingsan dan jatuh sakit. Hingga kini pun wanita itu masih terbaring lesu di atas ranjang besar miliknya. Fitri tetap setia merawat dan sesekali mengajak Bu Widya mengobrol. Kadang juga ia harus bertanya terlebih dahulu kebohongan apa lagi yang harus dikatakan kepada Dika suka majikan mudanya itu tak terus bertanya perihal ibunya. Willy yang kini berada di Australia bersama keluarga kecilnya merasa khawatir pada keadaan ibunya. Sudah sepekan lebih berlalu, tetapi ibunya tak kunjung menelepon dan memberi kabar terbarunya. Jadilah di tengah kesibukannya yang sekarang Willy memutuskan untuk menghubungi sang ibu terlebih dahulu. “Bu, ada telepon masuk dan Pak Willy.” Fitri memberitahu Bu Widya soal telepon masuk tersebut. Bu Widya langsung memberikan kode pada Fitri untuk membantunya duduk menyandar di kepala ranjang. Ia lalu meminta ponselnya untuk menjawab panggilan dari Willy. Ia jelas lebih bisa bicara dengan Willy ketimbang Dika dalam
Setelah sekian lama menghubungi papanya, akhirnya panggilan itu diangkat juga oleh Daniel. "Luna, Sayang, ada apa?" suara Daniel berat, seperti orang baru saja bangun dari tidur. "Papa, Bunda pingsan di rumah. Sekarang ada di rumah sakit bersama Luna dan Bu guru. Kenapa Papa susah ditelepon. Ini masalahnya Bunda terus menangis. Bunda bilang papa jahat. Ada apa sih, Pa?" "Hah? A-apa? Nuri dirawat. Luna, apa bisa kamu berikan ponsel kamu pada bunda, Papa harus bicara dan Papa mohon, kamu keluar dari kamar perawatan ya, Nak. Karena ini pembicaraan orang dewasa.""Iya, Pa, sebentar, Luna kasih Bunda." Remaja itu berjalan masuk ke dalam bilik Nuri. Bunda sambungnya itu masih menangis sesegukan sejak tadi. Belum pernah sedetik pun berhenti. Bantalnya saja sampai basah. Suster membujuk untuk bercerita, tetapi Nuri memilih bungkam. "Bunda, ada telepon dari Papa." Luna berujar pelan. Lalu meletakkan ponselnya di samping Nuri. Remaja itu keluar dari ruang perawatan VIP. Masuk ke dalam lift
Nuri dilarikan ke rumah sakit oleh Luna, dibantu juga oleh guru homeschooling-nya. Bu Cici dan Bu Mila sedang keluar untuk jogging dan dua orang nenek itu tidak membawa ponsel. Jadilah Luna membawa Nuri ke rumah sakit dengan mobil sedan lama milik gurunya. Kunci pagar dan juga rumah, dititipkan Luna pada pembantu di sebelah rumahnya. Luna memberi tahu kan hal itu pada papanya. Remaja itu menghubungi papanya, tetapi tidak bisa. Ponsel Daniel memang masih mati. Lebih tepatnya dimatikan sengaja oleh Angel. "Papa ke mana sih? Ini masih pagi loh," gerutu remaja itu kesal. "Sabar, Luna. Papa kamu sedang meeting mungkin. Coba tinggalkan pesan saja. Bilang bunda kamu lagi di rumah sakit karena pingsan di kamar.""Oh, gitu, ya Bu. Ya sudah, saya tinggalkan pesan WA saja." Luna menurut saran darin gurunya. Ia pun mengetik dengan cepat pesan untuk sang Papa yang saat ini ternyata tengah mandi. Mobil yang dikendarai guru Luna berhenti di lobi IGD rumah sakit. Ia meminta tolong pada salah satu
"Kamu terlalu menganggap remeh aku, Mas Daniel. Apa kamu tidak tahu sedang mempermainkan perasaan siapa? Kamu nampak begitu tidak sudi padaku, bahkan menikahi janda dari kampung itu tanpa mengundangku. Ya ampun, padahal kamu duda, tetapi kenapa aku malah bucin berat sama kamu. Padahal kamu jelas tidak suka padaku. Baiklah, jika aku sudah ikuti aturan main kamu, maka kamu pun harus ikuti aturan main aku, Mas. Tuhan itu adil, membawa kamu padaku." Angel kembali mencium rakus bibir Daniel yang tidak sadarkan diri di bawah pengaruh obat perangsang dan juga obat tidur yang ia cekoki saat pria itu tak sadarkan diri. Tubuh telanjangnya benar-benar menyukai senjata milik Daniel yang berhasil mengobrak-abrik organ intimnya. Bercak darah perawan juga tercecer di seprei dan selimut mereka. Angel puas, bahkan amat sangat puas. Rencananya berhasil tanpa perlu ikut campur dari orang tua Daniel. Saat ia tahu Daniel sedang ada di Singapura, maka ia pun mendapatkan ide ini. Foto itu ia kirimkan pad
Pukul dua siang, Nuri sudah diantar pulang ke rumah suaminya. Tidak lupa Bu Widya membelikan banyak vitamin untuk Nuri dan juga makanan. Bu Widya bahkan membelikan daster cantik untuk putrinya itu. Ya, bagi seorang Bu Widya, Nuri adalah putrinya. Jika putrinya tertekan, maka ia pun akan sangat sedih. Selagi Nuri tidak sampai di dipukul oleh mertua yang sombongnya gak tertolong itu, maka ia harus menahan diri. "Mama, terima kasih jalan-jalannya dan oleh-olehnya." Nuri begitu senang setelah meluapkan semua kesedihannya pada Bu Widya. Wanita paruh baya itu selalu mengerti dirinya. Bersikap begitu bijak dan tidak memanas-manasinya untuk durhaka pada suami atau mertua. Bu Widya hanya memintanya kuat dan juga memperjuangkan haknya. Jika sudah dianggap keterlaluan, maka ia harus bisa melawan. Bukan melawan tanda tidak hormat, tetapi untuk menyelamatkan mentalnya. "Iya, Sayang, Mama. Minggu depan Mama ke sini lagi ya. Kita ke salon. Hari ini gak keburu mau ke salon. Ingat pesan Mama ya, Can
"Ibu siapa?" tanya Bu Cici saat Bu Widya sudah berada di teras rumahnya. Wanita begitu jengah karena sejak kemarin ada saja saudara Nuri yang datang. Apakah wanita itu menceritakan pada keluarganya bahwa ia di sini diperlukan seperti pembantu? Tapi bukankah Nuri gak punya siapapun di Jakarta? "Saya adik ayahnya Nuri. Kebetulan sedang ada bisnis di sini. Saya mau ajak Nuri makan di luar. Apakah boleh, Bu?" Bu Cici memperhatikan Bu Widya yang tampilan glowing dengan emas yang ia pakai. Mulai dari gelang, cincin, kalung besar, jam tangan mahal, serta gamis yang dipakai Bu Widya adalah gamis seharga lima jutaan ke atas. "Baik, tapi Nuri tidak diijinkan keluar terlalu lama oleh suaminya. Itu pesan Daniel. Jadi sebelum jam dua siang, sudah kembali ya." "Baik, Bu, terima kasih atas pemaklumannya." "Nuri Sayang, kamu ganti baju dulu ya, Tante tunggu di sini saja gak papa.""Ah, itu sopir saya! Sini, Cep!" Pria dari luar pagar berlari untuk memberikan kunci mobil pada Bu Widya. Dengan ang
115. Dika benar-benar tidak bisa menahan emosinya sepulang dari menjenguk Nuri. Ibu Mertua Nuri tadi bahkan tidak mempersilakannya masuk dan malah mengomel, mengatakan urusan rumah tangga Nuri bukanlah urusannya, jadi Dika tidak perlu ikut campur. Bagaimana Dika bisa berdiam diri kalau melihat secara nyata Nuri diperlakukan buruk seperti itu? Mumpung Tika sedang sibuk menonton, Dika langsung menelepon adiknya, Willy, untuk mengabarkan apa yang dilihatnya di rumah Daniel tadi. Untung saja Willy langsung mengangkat teleponnya sehingga ia tidak perlu repot-repot menambah emosi. Setelah berbasa-basi sejenak, Dika pun mulai bercerita kepada Willy. Sang adik tentu saja terkejut mendengar apa yang terjadi kepada kakak iparnya itu. "Mas mau minta saran dari kamu, nih, WIil. Apa yang harus Mas lakuin sekarang? Rasanya nggak tega ngeliat Nuri dijadikan babu seperti itu," ujar Dika setelah selesai bercerita. "Duh, gimana, ya, Mas. Aku juga bingung. Gini aja, aku minta tolong Mas buat serin
Dika tidak bisa melupakan kata-kata mamanya kemarin. Tentu saja tentang Nuri, bukan tentang Tika. Kalau hal yang berhubungan dengan Tika, Dika sudah tidak heran lagi. Ia sudah menyaksikan sendiri betapa menjengkelkannya sang istri. "Apakah aku harus datang sendiri untuk memastikannya?" Dika bertanya kepada dirinya sendiri. Tanpa bisa dipungkiri, Dika merasa iba kepada Nuri kalau memang mantan istrinya itu diperlakukan seperti babu oleh keluarga suaminya. Padahal saat masih menjadi istrinya dulu, setidaknya Dika tidak pernah melihat mamanya memperlakukan Nuri dengan buruk. "Iya, sepertinya aku memang harus datang ke sana," tekad Dika. Berbekal alibi mereka adalah ipar, Dika pun nekat ingin menemui Nuri di rumah Daniel. Ia sengaja tidak memberitahukan hal tersebut kepada ibunya, apalagi kepada Tika. Bisa-bisa Tika guling-guling di depannya kalau sampai ia meminta izin untuk hal yang satu itu. "Din, saya minta alamat Nuri dong!" pinta Dika ketika menemui Udin. "Loh, buat apa, Pak?"
"Aduh, kenapa halaman depan masih banyak daun jatuh, ya, Nuri? Bukannya saya udah sempat nyuruh kamu bersihin, ya? Kalau sampai ada tamu penting yang datang bagaimana? Mereka bisa ilfeel melihatnya!" Mendapati pertanyaan seperti itu saat sedang sarapan, membuat Nuri kesusahan menelan air yang sudah masuk ke dalam mulutnya. Untung saja cairan itu tidak menyembur ke wajah Bu Cici. "Maaf, Ma. Saya sudah bersihkan halaman semalam, kok. Namanya juga ada pohon hidup, Ma. Wajar kalau ada daun yang jatuh lagi," jawab Nuri setelah berhasil menelan minumannya. "Berarti harusnya kamu inisiatif, dong, bersihin subuh-subuh. Jadi waktu saya bangun, halamannya sudah bersih. Saya kan jadi tidak perlu buang-buang waktu buat negur kamu." Nuri menghela napas panjang. Ingin membalas ucapan sang Mertua, tetapi malas berdebat. Alhasil, ia pun mengalah. "Baik, Ma. Setelah sarapan saya bersihkan halamannya.""Ya, udah, yang cepat sarapannya. Jangan sengaja lama-lamain karena malas mengurus rumah!" Nuri
Tika sedang berada di boncengan motor suaminya. Seperti biasa, Tika memeluk tubuh Dika terlalu erat, sehingga pria itu tidak nyaman. Napasnya terasa sesak, sehingga mengakibatkan Dika tidak fokus mengendarai motornya. Beberapa kali ia menabrak begitu saja polisi tidur, hingga Tika terguncang. "Mas, pelan dong!" protesnya. "Kamu juga jangan kuat-kuat peluk saya. Napas saya jadi sesak. Saya gak fokus bawa motor!" omel Dika balik. "Bukannya lelaki itu suka kalau dipeluk erat istri, ini malah protes!" Dika menghentikan motornya di pinggir trotoar. Lalu pria itu menoleh ke belakang dengan wajah marah. "Sekali lagi kamu balikin ucapan saya, kamu turun di jalan! Kita mau ke dokter, jadi jangan rusak suasana!" Tika terdiam sambil menunduk. Di dalam hatinya masih sangat kesal dengan Dika, tetapi justru ia juga semakin cinta. Apalagi setelah melihat senjata suaminya secara tidak sengaja yang seguede timun suri. Membayangkan benda itu masuk ke miliknya, membuat Tika bergetar, sekaligus bergi