Beranda / Pernikahan / Kapan Kamu Menyentuhku? / 36. Diinterogasi Bu Fatma

Share

36. Diinterogasi Bu Fatma

Penulis: Diganti Mawaddah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Assalamu'alaikum, ayang, kamu dipanggil ibu ke rumah

Send

Wa'alaykumussalam. Masa sih? Ibu apa ayang yang kangen nih?

Nura tertawa membaca balasan pesan dari Willy.

Beneran ibu suruh kamu ke sini.

Send

Besok aja ya, Sayang, bibir saya lagi sariawan. Biar sekalian gitu, sekali dayung, dua tiga kecupan kebagian.

Ha ha ha Nura tidak sanggup untuk tidak terbahak. Calon suaminya ini selain sangat cerdas, juga terkenal mesum akut.

Bu Fatma memutar bola mata saat menyadari putrinya malah cekikikan saat berbalas pesan. Ia hanya bisa pasrah menunggu Nuri pulang untuk bertanya lebih serius tentang gosip yang ia dengar di luaran sana.

Setengah jam berselang, Nuri pun pulang. Ia masuk ke dalam rumah setelah mengucapkan salam terlebih dahulu. Nura sudah tidur lebih awal karena sambil menyusui Baby Liam, sedangkan Bu Fatma masih terjaga menunggu putri sulungnya pulang.

"Eh, Ibu, tumben belum tidur, Bu," sapa Nuri dengan canggung.

"Ibu belum ngantuk, Nuri." Jawaban Bu Fatma yang santai membu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
NURUL LAILI MUFIDA
iya sy setuju sm bu fatma klo hanya krn masalah cinta itu gak perlu lngsung cerai apalagi pernikahan msh 2 bulan, yg pnting gak KDRT aja dan gak main perempuan, tp perlu juga digaris bawahi harus brp lama nuri bertahan dengan hubungan tanpa cinta? mungkin setahun cukup kali digunakan sbagai bts sbr
goodnovel comment avatar
Ibune Andini
mampus lo dika ditinggal nuri pacaran.........
goodnovel comment avatar
Yunita Anisyah
kl nuri punya pacar emang masalah buat lo dika. Mulai nyesel dah dika
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kapan Kamu Menyentuhku?   37. Surat dari Pengadilan

    Nuri, apa kamu bisa ke rumah Mama? Ini ada surat dari pengadilan agama. Nuri membaca pesan dari mertuanya, saat ia tengah bersiap-siap pergi ke tempat kursus. Hari ini jadwalnya ia masuk lebih siang, sehingga masih mempunyai waktu untuk memasak makanan untuk Luna dan Daniel. "Loh, mau berangkat sekarang? Bukannya masuk jam sebelas, Nuri?" tanya Bu Fatma saat melihat putrinya sedang sibuk memasukkan makanan ke dalam wadah. "Iya, Bu, disuruh mampir ke rumah Mama Widya." Nuri memasukkan wadah itu ke dalam totte bag, lalu ia pun membawanya ke depan. Bu Fatma masih terus memperhatikan putrinya yang sibuk. Ada sedikit keanehan yang dilakukan putrinya hari ini, tetapi ia belum bertanya lebih detail, karena Nuri sangat sibuk. "Berangkat ya, Bu." Nuri mencium punggung tangan ibunya. Lalu berjalan cepat menuju rumah mertuanya. Begitu tiba di rumah Bu Widya, Nuri langsung masuk setelah mengucapkan salam. Bu Widya sudah duduk di ruang tamu sambil memegang kertas coklat. Wanita paruh baya it

  • Kapan Kamu Menyentuhku?   38. Telepon dari Tika

    Dika merasa pikirannya amat kacau. Ia pulang ke rumah, mengendarai motornya dengan amat lesu. Kabar penarikan promosi jabatan dari direktur kebun binatang langsung tersebar di lingkungan kantor dan seharian ini, sampai dengan di parkiran, ia selalu ditanyai oleh teman-teman yang penasaran kenapa sampai promosinya dibatalkan. Entah siapa yang mau disalahkan jika sudah seperti ini karena amarah di dadanya tak tahu mau ia luapkan pada siapa. Mesin motor ia matikan begitu sampai di garasi rumah yang gelap. Ya, ia kini tinggal sendirian, tanpa istri dan juga ART. Saat ia pulang malam seperti ini, sudah barang tentu rumahnya dalam keadaan gelap. Dika mengeluarkan kunci rumah dari dalam saku celana kerjanya. Saat ia memasukkan anak kunci, ia ingin melihat kotak surat yang ada di depan. Dika bergegas menghampiri kotak surat tersebut, lalu menemukan beberapa lembar surat yang salah satunya adalah dari pengadilan agama. Dika membawa masuk surat-surat itu. Tanpa membuka baju dan mandi, surat d

  • Kapan Kamu Menyentuhku?   39. Minta Bantuan pada Mirna

    Langkahnya memang belum sempurna, tetapi wanita itu tetap dengan penuh semangat meninggalkan rumah kakaknya. Ia lebih baik pergi jauh, dari pada harus dinikahkan dengan kakek tua. Tas pakaian yang ia bawa juga tidak ada. Tika hanya membawa tas kresek hitam berisi beberapa helai pakaian. Ia sengaja tidak membawa pakaian banyak agar tidak menyulitkannya untuk kabur. Tika membelah jalan malam di area persawahan tanpa rasa takut sama sekali. Tempat tinggalnya yang masih sangat desa, tidak membuatnya asing ataupun takut. Ia biasa berjalan malam, bahkan tengah malam pun pernah di lingkungan tempat tinggalnya. Setelah bertemu dengan jalan bercabang empat, jika ia ingin ke kota dan memberhentikan angkot, maka ia harus belok ke kanan, tetapi ia harus menemui seseorang terlebih dahulu sebelum ia pergi ke kota untuk mencari pekerjaan. Tika sudah berdiri di depan rumah tua yang hampir dua tahun tidak pernah ia kunjungi lagi. Hanya ini satu-satunya tempat paling aman untuk ia menginap malam ini.

  • Kapan Kamu Menyentuhku?   40. Sidang Perceraian

    "Jadi kamu ingin lelaki di foto ini jatuh cinta sama kamu?" tanya Mirna sambil memperhatikan Tika dan juga foto seorang lelaki yang tidak lain adalah Dika. "Iya, namanya Dika. Sudah beristri dan pernikahannya gak benar karena dia gak cinta sama istrinya. Sampai sekarang aja kayanya istrinya masih perawan. Aku minta tolong sama kamu, Mir, gimana caranya biar Pak Dika tergila-gila denganku dan mau menikahi aku." Mirna tidak langsung menjawab. Ia membakar dupa, dengan bibir komat-kamit. Foto Dika terbakar habis menjadi abu, lalu abu tersebut dimasukkan Mirna ke dalam botol. "Ini, pastikan dia menghabiskan minum air ini!" "I-ini, aku gak harus melakukan apa-apa lagi, Mir? Ada syarat apa gitu untuk memuluskan rencanaku?" tanya Tika dengan gugup. Rasanya senang dan gembira tidak terkira di hatinya karena mendapat pertolongan tanpa syarat dari Mirna. Jika saja ia mengetahui hal ini lebih awal, sudah pasti ia sejak lama menjadi istri dari Dika. "Siapa bilang tidak ada? Syaratnya ada di ak

  • Kapan Kamu Menyentuhku?   41. Dika Dirawat

    Willy mengendarai mobil Dika untuk membawa kakaknya itu ke rumah sakit. Dika tidak bisa banyak bicara karena pria itu benar-benar sakit. Jangankan bicara, sejak Willy menemukan kakaknya terkapar di tempat tidur, Dika hanya bisa merintih kesakitan. Pria itu memegang perutnya sambil merasakan suhu tubuh yang tinggi. "Sabar, Mas, dikit lagi kita sampai," kata Willy mencoba menenangkan Dika yang masih merintih sakit. Mobil pun berhenti di depan lobi IGD sebuah rumah sakit yang tidak jauh dari rumah Dika. Dengan bantuan kursi roda dan salah satu staf keamanan rumah sakit, Dika dibawa masuk ke ruangan IGD, sedangkan Willy membetulkan parkir mobilnya terlebih dahulu, barulah ia menyusul masuk ke ruangan IGD. Kring! Kring! "Halo, Sayang.""Halo, kamu di mana? Katanya mau pilih souvenir.""Sayang, aku lagi bawa Mas Dika ke IGD, apakah Mbak Nuri udah pulang dari pengadilan?""Apa? Pulang dari pengadilan? Siapa?" Willy menepuk keningnya dengan kuat. Ia sudah keceplosan pada Nura. Calon istrin

  • Kapan Kamu Menyentuhku?   42. Berdamai dengan Takdir

    "Terima kasih kamu mau menjaga saya di rumah sakit dalam tiga hari ini, Nuri. Kalau kamu lelah, pulang dulu gak papa. Kondisi saya sudah baikan kok." Dika berujar sambil tersenyum pada Nuri. Senyuman yang sejak awal menikah, tidak pernah ia dapatkan dari suaminya. Nuri ikut tersenyum sambil menggeleng. "Tanggung, Mas. Gak papa saya tungguin saja sampai kamu boleh pulang ke rumah." Nuri memasukkan pakaian kotor suaminya ke dalam tas jinjing yang akan diambil oleh Udin untuk dibawa langsung ke laundry. "Ya sudah, baiknya kamu saja. Berarti kamu libur kursus?" tanya Dika lagi. Pria itu lebih banyak bicara dan bertanya sejak Nuri dengan penuh sabar mengurus serta merawatnya di rumah sakit. "Iya, gak papa. Ujian baru selesai dan anggap saja ini bakti saya sebelum status kita sudah tidak suami istri lagi." Dika mengangguk pelan. "Saya harap, setelah kita bercerai nanti, kita masih tetap bisa silatirahim." Kali ini, Nuri yang mengangguk. "Saya minta maaf ya, Nuri," kata Dika lagi dengan

  • Kapan Kamu Menyentuhku?   43. Hari Pernikahan Nura dan Willy

    Aroma bunga segar mengguar di seisi taman ini. Beberapa riasan dan dekorasi mempercantik tempat yang akan dijadikan sebagai ruang pernikahan Nura dan Willy. Nuansa indah dan mewah yang akan membuat semua tamu undangan berdecak kagum.Saat ini Nuri dan Fatma sudah datang. Dia hendak menghampiri Nura yang sedang bersiap dan tengah dirias. "Hati-hati, Bu," ucap Nuri sembari memapah ibunya saat turun dari mobil. Fatma tersenyum melihat tempat pernikahan anaknya yang tampak bagus di Taman Mini. Ini sangat luar biasa, karena Bu Fatma berpikir Nura tidak akan merasakan lagi pernikahan yang indah, setelah ditinggal oleh suaminya. "Wah, bagus sekali dekorasinya. Ini pasti pilihan Nura."Nuri hanya tersenyum saja menanggapi ucapan ibunya. Mereka pun berjalan untuk menemui Nura yang belum selesai dirias. "Oh iya, Nuri. Ke mana suamimu? Kenapa dia tidak datang?" tanya Bu Fatma membuat Nuri terdiam.Wanita itu langsung merasa sedih mendengar pertanyaan dari Bu Fatma. Itu karena rumah tangganya

  • Kapan Kamu Menyentuhku?   44. Hari Pernikahan Part2

    Berbeda dengan Dika, pria itu malah terdiam memandangi sosok Nura yang sekarang begitu cantik dengan gaun pengantin. Dulu dia sengaja mendekati Nuri dan menikahi Nuri untuk bisa berdekati dengan Nura. Dia pikir setelah suami Nura meninggal Dika punya kesempatan emas untuk mendekati Nura, sayangnya Willy telah mendahuluinya dan dia tidak bisa mendapatkan apa pun selain pernikahan yang dijalani tanpa cinta. Karena dia tidak jadi naik jabatan dan perasaammya pada Nuri tidak juga berubah, maka dari itu Dika memutuskan untuk setuju bercerai dengan Nuri. Mungkin ini sangat menyakitkan bagi Nuri, tetapi akan lebih menyakitkan lagi kalau dia terus-terusan menjalin pernikahan dengan penuh kepura-puraan. Tetapan Dika teralihkan kepada wanita yang ada di sampingnya sekarang. Secara agama dan negara, sebentar lagi dia bukan lagi istri Dika, tetapi Dika juga tidak mau hubungannya dengan Nuri berakhir dengan buruk, apalagi mereka pernah hidup bersama dan satu atap dan dengan pernikahan Nura dan

Bab terbaru

  • Kapan Kamu Menyentuhku?   121. Minta Cerai

    Setelah sekian lama menghubungi papanya, akhirnya panggilan itu diangkat juga oleh Daniel. "Luna, Sayang, ada apa?" suara Daniel berat, seperti orang baru saja bangun dari tidur. "Papa, Bunda pingsan di rumah. Sekarang ada di rumah sakit bersama Luna dan Bu guru. Kenapa Papa susah ditelepon. Ini masalahnya Bunda terus menangis. Bunda bilang papa jahat. Ada apa sih, Pa?" "Hah? A-apa? Nuri dirawat. Luna, apa bisa kamu berikan ponsel kamu pada bunda, Papa harus bicara dan Papa mohon, kamu keluar dari kamar perawatan ya, Nak. Karena ini pembicaraan orang dewasa.""Iya, Pa, sebentar, Luna kasih Bunda." Remaja itu berjalan masuk ke dalam bilik Nuri. Bunda sambungnya itu masih menangis sesegukan sejak tadi. Belum pernah sedetik pun berhenti. Bantalnya saja sampai basah. Suster membujuk untuk bercerita, tetapi Nuri memilih bungkam. "Bunda, ada telepon dari Papa." Luna berujar pelan. Lalu meletakkan ponselnya di samping Nuri. Remaja itu keluar dari ruang perawatan VIP. Masuk ke dalam lift

  • Kapan Kamu Menyentuhku?   120. Wanita Siluman

    Nuri dilarikan ke rumah sakit oleh Luna, dibantu juga oleh guru homeschooling-nya. Bu Cici dan Bu Mila sedang keluar untuk jogging dan dua orang nenek itu tidak membawa ponsel. Jadilah Luna membawa Nuri ke rumah sakit dengan mobil sedan lama milik gurunya. Kunci pagar dan juga rumah, dititipkan Luna pada pembantu di sebelah rumahnya. Luna memberi tahu kan hal itu pada papanya. Remaja itu menghubungi papanya, tetapi tidak bisa. Ponsel Daniel memang masih mati. Lebih tepatnya dimatikan sengaja oleh Angel. "Papa ke mana sih? Ini masih pagi loh," gerutu remaja itu kesal. "Sabar, Luna. Papa kamu sedang meeting mungkin. Coba tinggalkan pesan saja. Bilang bunda kamu lagi di rumah sakit karena pingsan di kamar.""Oh, gitu, ya Bu. Ya sudah, saya tinggalkan pesan WA saja." Luna menurut saran darin gurunya. Ia pun mengetik dengan cepat pesan untuk sang Papa yang saat ini ternyata tengah mandi. Mobil yang dikendarai guru Luna berhenti di lobi IGD rumah sakit. Ia meminta tolong pada salah satu

  • Kapan Kamu Menyentuhku?   119. Hancur

    "Kamu terlalu menganggap remeh aku, Mas Daniel. Apa kamu tidak tahu sedang mempermainkan perasaan siapa? Kamu nampak begitu tidak sudi padaku, bahkan menikahi janda dari kampung itu tanpa mengundangku. Ya ampun, padahal kamu duda, tetapi kenapa aku malah bucin berat sama kamu. Padahal kamu jelas tidak suka padaku. Baiklah, jika aku sudah ikuti aturan main kamu, maka kamu pun harus ikuti aturan main aku, Mas. Tuhan itu adil, membawa kamu padaku." Angel kembali mencium rakus bibir Daniel yang tidak sadarkan diri di bawah pengaruh obat perangsang dan juga obat tidur yang ia cekoki saat pria itu tak sadarkan diri. Tubuh telanjangnya benar-benar menyukai senjata milik Daniel yang berhasil mengobrak-abrik organ intimnya. Bercak darah perawan juga tercecer di seprei dan selimut mereka. Angel puas, bahkan amat sangat puas. Rencananya berhasil tanpa perlu ikut campur dari orang tua Daniel. Saat ia tahu Daniel sedang ada di Singapura, maka ia pun mendapatkan ide ini. Foto itu ia kirimkan pad

  • Kapan Kamu Menyentuhku?   118. Semangat Baru

    Pukul dua siang, Nuri sudah diantar pulang ke rumah suaminya. Tidak lupa Bu Widya membelikan banyak vitamin untuk Nuri dan juga makanan. Bu Widya bahkan membelikan daster cantik untuk putrinya itu. Ya, bagi seorang Bu Widya, Nuri adalah putrinya. Jika putrinya tertekan, maka ia pun akan sangat sedih. Selagi Nuri tidak sampai di dipukul oleh mertua yang sombongnya gak tertolong itu, maka ia harus menahan diri. "Mama, terima kasih jalan-jalannya dan oleh-olehnya." Nuri begitu senang setelah meluapkan semua kesedihannya pada Bu Widya. Wanita paruh baya itu selalu mengerti dirinya. Bersikap begitu bijak dan tidak memanas-manasinya untuk durhaka pada suami atau mertua. Bu Widya hanya memintanya kuat dan juga memperjuangkan haknya. Jika sudah dianggap keterlaluan, maka ia harus bisa melawan. Bukan melawan tanda tidak hormat, tetapi untuk menyelamatkan mentalnya. "Iya, Sayang, Mama. Minggu depan Mama ke sini lagi ya. Kita ke salon. Hari ini gak keburu mau ke salon. Ingat pesan Mama ya, Can

  • Kapan Kamu Menyentuhku?   117. Bu Widya ke Rumah Nuri

    "Ibu siapa?" tanya Bu Cici saat Bu Widya sudah berada di teras rumahnya. Wanita begitu jengah karena sejak kemarin ada saja saudara Nuri yang datang. Apakah wanita itu menceritakan pada keluarganya bahwa ia di sini diperlukan seperti pembantu? Tapi bukankah Nuri gak punya siapapun di Jakarta? "Saya adik ayahnya Nuri. Kebetulan sedang ada bisnis di sini. Saya mau ajak Nuri makan di luar. Apakah boleh, Bu?" Bu Cici memperhatikan Bu Widya yang tampilan glowing dengan emas yang ia pakai. Mulai dari gelang, cincin, kalung besar, jam tangan mahal, serta gamis yang dipakai Bu Widya adalah gamis seharga lima jutaan ke atas. "Baik, tapi Nuri tidak diijinkan keluar terlalu lama oleh suaminya. Itu pesan Daniel. Jadi sebelum jam dua siang, sudah kembali ya." "Baik, Bu, terima kasih atas pemaklumannya." "Nuri Sayang, kamu ganti baju dulu ya, Tante tunggu di sini saja gak papa.""Ah, itu sopir saya! Sini, Cep!" Pria dari luar pagar berlari untuk memberikan kunci mobil pada Bu Widya. Dengan ang

  • Kapan Kamu Menyentuhku?   116. Darah Haid yang Tak Kunjung Berhenti

    115. Dika benar-benar tidak bisa menahan emosinya sepulang dari menjenguk Nuri. Ibu Mertua Nuri tadi bahkan tidak mempersilakannya masuk dan malah mengomel, mengatakan urusan rumah tangga Nuri bukanlah urusannya, jadi Dika tidak perlu ikut campur. Bagaimana Dika bisa berdiam diri kalau melihat secara nyata Nuri diperlakukan buruk seperti itu? Mumpung Tika sedang sibuk menonton, Dika langsung menelepon adiknya, Willy, untuk mengabarkan apa yang dilihatnya di rumah Daniel tadi. Untung saja Willy langsung mengangkat teleponnya sehingga ia tidak perlu repot-repot menambah emosi. Setelah berbasa-basi sejenak, Dika pun mulai bercerita kepada Willy. Sang adik tentu saja terkejut mendengar apa yang terjadi kepada kakak iparnya itu. "Mas mau minta saran dari kamu, nih, WIil. Apa yang harus Mas lakuin sekarang? Rasanya nggak tega ngeliat Nuri dijadikan babu seperti itu," ujar Dika setelah selesai bercerita. "Duh, gimana, ya, Mas. Aku juga bingung. Gini aja, aku minta tolong Mas buat serin

  • Kapan Kamu Menyentuhku?   115. Dika Menjenguk Nuri

    Dika tidak bisa melupakan kata-kata mamanya kemarin. Tentu saja tentang Nuri, bukan tentang Tika. Kalau hal yang berhubungan dengan Tika, Dika sudah tidak heran lagi. Ia sudah menyaksikan sendiri betapa menjengkelkannya sang istri. "Apakah aku harus datang sendiri untuk memastikannya?" Dika bertanya kepada dirinya sendiri. Tanpa bisa dipungkiri, Dika merasa iba kepada Nuri kalau memang mantan istrinya itu diperlakukan seperti babu oleh keluarga suaminya. Padahal saat masih menjadi istrinya dulu, setidaknya Dika tidak pernah melihat mamanya memperlakukan Nuri dengan buruk. "Iya, sepertinya aku memang harus datang ke sana," tekad Dika. Berbekal alibi mereka adalah ipar, Dika pun nekat ingin menemui Nuri di rumah Daniel. Ia sengaja tidak memberitahukan hal tersebut kepada ibunya, apalagi kepada Tika. Bisa-bisa Tika guling-guling di depannya kalau sampai ia meminta izin untuk hal yang satu itu. "Din, saya minta alamat Nuri dong!" pinta Dika ketika menemui Udin. "Loh, buat apa, Pak?"

  • Kapan Kamu Menyentuhku?   114. Bertengkar dengan Mertua

    "Aduh, kenapa halaman depan masih banyak daun jatuh, ya, Nuri? Bukannya saya udah sempat nyuruh kamu bersihin, ya? Kalau sampai ada tamu penting yang datang bagaimana? Mereka bisa ilfeel melihatnya!" Mendapati pertanyaan seperti itu saat sedang sarapan, membuat Nuri kesusahan menelan air yang sudah masuk ke dalam mulutnya. Untung saja cairan itu tidak menyembur ke wajah Bu Cici. "Maaf, Ma. Saya sudah bersihkan halaman semalam, kok. Namanya juga ada pohon hidup, Ma. Wajar kalau ada daun yang jatuh lagi," jawab Nuri setelah berhasil menelan minumannya. "Berarti harusnya kamu inisiatif, dong, bersihin subuh-subuh. Jadi waktu saya bangun, halamannya sudah bersih. Saya kan jadi tidak perlu buang-buang waktu buat negur kamu." Nuri menghela napas panjang. Ingin membalas ucapan sang Mertua, tetapi malas berdebat. Alhasil, ia pun mengalah. "Baik, Ma. Setelah sarapan saya bersihkan halamannya.""Ya, udah, yang cepat sarapannya. Jangan sengaja lama-lamain karena malas mengurus rumah!" Nuri

  • Kapan Kamu Menyentuhku?   113. Dika Mulai Solat

    Tika sedang berada di boncengan motor suaminya. Seperti biasa, Tika memeluk tubuh Dika terlalu erat, sehingga pria itu tidak nyaman. Napasnya terasa sesak, sehingga mengakibatkan Dika tidak fokus mengendarai motornya. Beberapa kali ia menabrak begitu saja polisi tidur, hingga Tika terguncang. "Mas, pelan dong!" protesnya. "Kamu juga jangan kuat-kuat peluk saya. Napas saya jadi sesak. Saya gak fokus bawa motor!" omel Dika balik. "Bukannya lelaki itu suka kalau dipeluk erat istri, ini malah protes!" Dika menghentikan motornya di pinggir trotoar. Lalu pria itu menoleh ke belakang dengan wajah marah. "Sekali lagi kamu balikin ucapan saya, kamu turun di jalan! Kita mau ke dokter, jadi jangan rusak suasana!" Tika terdiam sambil menunduk. Di dalam hatinya masih sangat kesal dengan Dika, tetapi justru ia juga semakin cinta. Apalagi setelah melihat senjata suaminya secara tidak sengaja yang seguede timun suri. Membayangkan benda itu masuk ke miliknya, membuat Tika bergetar, sekaligus bergi

DMCA.com Protection Status